-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 2 Chapter 8

Chapter 8 – Menghadapi Masa Lalu


Keesokan Harinya.

Naoya menemani Koyuki ke sekolah sedikit lebih awal.

Para siswa berkumpul di halaman sekolah untuk latihan pagi. Jadi, pintu masuk, koridor dan ruang kelas semuanya kosong. Matahari musim panas belum benar-benar terbit dan suhunya tidak terlalu panas.

Ini adalah pagi yang tenang dan damai.

Namun, Koyuki terlihat berkebalikan dari suasana tenang di pagi ini. Dia melihat sekeliling dengan gelisah dan mencengkeram tali tasnya di bahunya erat-erat dengan kedua tangan.

Koyuki melihat sekeliling dengan gelisah.

"Aku menemukanmu!"

"Heee....."

Di depan ruang kelas 2-3, dia menemukan sosok gadis yang dia cari.

Dia adalah Emika Suzuhara, si Ketua kelas.

Kemarin, dia mengenakan pakaian yang imut. Tapi, hari ini dia menggunakan seragamnya rapi dan dengan gaya khas Ketua kelas dengan rambut hitam dikepang dan kacamata, seperti yang biasa kita lihat di sekolah.

Dia membeku terkejut di depan Koyuki.

Dia bereaksi seperti binatang kecil yang menghadapi musuh alaminya.

Koyuki kemudian memanggilnya dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Maaf, Ketua kelas, aku ingin berbicara denganmu sebentar..."

"M-Maafkan aku!"

"Aahhhh! Tunggu!"

Sebelum Koyuki bisa mengatakan apa-apa, Mika melarikan diri dari hadapan Koyuki.

Dia berlari menuruni tangga terdekat dalam tiga langkah dan menghilang dalam sekejap mata.

Tentu saja, tidak ada waktu untuk mengejarnya.

Bahu Koyuki merosot dalam kekecewaab saat dia hendak meraih tangan Mika.

"Ugh... dia kabur lagi..."

"Ngomong-ngomong, aku berpikir gadis itu adalah 'Chie-chan'. Dia memiliki kontur wajah yang sama dan semuanya."

"Nah, kan...?"

Sambil menepuk bahu Koyuki, Naoya mengatakan hal tersebut.

Salah satu tangannya memegang foto yang ia pinjam dari Koyuki. Foto yang diambil di sekolah dasar, menunjukkan dua gadis bermain di taman.

Salah satunya, tentu saja, Koyuki.

Dia menyiram petak bunga dengan setelan gaun one-piece tanpa lengan.

Gadis tomboy lain dengan rambut pendek tersenyum pada Koyuki, yang, di mata Naoya, tampak seperti Emika Suzuhara di masa kecilnya.

* * *

Saat jam makan siang di hari itu.

Di sudut kantin sekolah, Naoya, Koyuki dan Sakuya sedang duduk mengelilingi sebuah meja.

Di ruang yang bising dan riuh itu, terdengar jelas derap piring bergema dengan keras.

Setelah mendengarkan percakapan itu, Sakuya memiringkan kepalanya sedikit.

"Fuehhah?"

"Oke, telan dulu makananmu sebelum berbicara."

Mengatakan itu, dia segera menelan makanan yang ada di dalam mulutnya.

Menu yang Sakuya makan adalah set ramen porsi besar.

Selain itu dia juga diam-diam membawa bento sendiri. Menu yang dia makan mungkin membuatnya terlihat seperti gadis SMA biasa, namun kenyataannya dia adalah seorang pemakan besar.

Setelah dia menelan lebih dari setengah porsi ramen, Sakuya akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.

"Aku juga kenal Chie-chan. Dia teman Onee-chan dari SD, kan?"

"Iya. Seperti yang aku pikirkan kamu juga pernah bertemu dengannya 'kan, Sakuya."

"Iya, aku pernah bermain dengannya beberapa kali. Emangnya ada apa dengan Chie-chan? Kupikir dia sudah lama pindah."

"Dia berada di kelas yang sama dengan Koyuki."

"Oh, plot twist yang tidak terduga." kata Sakuya, dengan nada datar bahkan otot-otot wajahnya pun tidak bergerak sama sekali.

Itu adalah reaksi samar yang membuatmu ingin berpikir bahwa dia sedang bercanda kalau kau tidak mengetahuinya. Tapi, Naoya sudah melihat dengan tepat apa yang membuatnya terkejut.

Pandangan Sakuya berpindah dari ramen ke bentonya dan akhirnya menatap Kakaknya.

“Padahal ini sudah hampir akhir semester. Dan kamu tidak menyadarinya selama ini? Bukankah itu kejam sekali, Onee-chan?"

“Mau bagaiamana lagi! Aku benar-benar tidak menyadarinya, tahu!"

Koyuki terlihat frustasi dan menggebrak meja.

Dia baru saja menyentuh mie dingin yang dia pesan.

Dia menutupi wajahnya dengan tangannya yang ada di atas meja dan menundukkan kepalanya.

“Aku selalu memanggilnya 'Chie-chan,'. Jadi, nama depannya menjadi ambigu, sedangkan Ketua kelas... dia memiliki suasana yang berbeda dan yang terpenting, bahkan nama belakangnya pun berbeda...”

Alasan dia pindah sewaktu sekolah dasar adalah karena Ibunya menikah lagi.

Menurut informasi dari Yui, Ayahnya meninggalkannya ketika dia masih kecil dan dia tinggal bersama Ibunya. Namun, Ibunya menikah lagi saat dia masih di sekolah dasar dan pindah ke kota lain.

Wajar jika nama belakangnya sekarang berubah. Selain itu, ketika aku diperlihatkan foto masa kecilnya, jelas bahwa dia sudah mengubah namanya keluarganya.

Kebetulan, nama lamanya adalah Emika Akechi.

Dia dipanggil "Chie-chan" dengan mengambil huruf pertama dari nama belakangnya dan huruf pertama dari nama depannya.

Ketika dia menjelaskan ini, Sakuya menganggukkan kepalanya seolah-olah dia setidaknya puas dengan penjelasan tersebut.

"Aku mengerti. Tapi, aku masih belum paham."

"Apanya yang belum paham...?"

"Aku yakin gadis itu menyadari bahwa Onee-chan adalah teman lamanya. Lagipula, kamu sangat menonjol dari gadis lainnya."

Koyuki memiliki rambut perak dan mata biru, penampilan yang langka.

Terlebih lagi, nama 'Koyuki' jelas dia langsung menyadari bahwa itu teman lamanya.

"Kesampingkan hal itu. Yang membuatku penasaran adalah mengapa Onee-chan begitu tertekan? Bukankah kalian berdua dekat? Apa Onee-chan tidak senang melihatnya di sekolah ini?"

"Bukan begitu.. Hanya saja, akulah satu-satunya yang mengira kita berteman."

"Huh?"

Koyuki memberi tahu Sakuya, yang bingung dengan kata-kata tersebut.

Dia memberitahu Sakuya bahwa dia mendengar pembicaraan Mika pada waktu itu dengan gadis lainnya.

Dia mengatakan kepada mereka bahwa dia "membenci" Koyuki.

Itulah yang membuat hubungan Koyuki dan teman lamanya meregang.

Bahu Koyuki merosot dan dia kembali menundukkan kepalanya.

"Hari ini, dia kabur saat matanya bertemu mataku... Aku mencoba berbicara dengannya sebelum jam makan siang tadi. Tapi, dia melarikan diri. Sudah kuduga, dia membenciku..."

"Hmm, kurasa itu tidak benar. Kalau dia membenci Onee-chan. Mengapa dia mau menghabiskan waktu denganmu?"

Sakuya terlihat semakin kebingungan.

Sambil makan setiap butir nasi goreng, dia mengajukan lebih banyak pertanyaan.

"Btw, seperti apa situasi di antara kalian ketika berada di dalam kelas? Apakah dia mengabaikanmu?"

"Tidak, dia bahkan sangat ramah denganku..."

"Dan dia bahkan tidak pernah memberitahu namanya padamu?"

"Tidak. Dia tidak pernah memberitahuku."

"Apa-apaan itu? Semakin aku bertanya, semakin aku tidak mengerti semua ini."

"... Begitu juga denganku."

Koyuki menghela napas panjang dan menurunkan bahunya.

Gadis yang dia pikir membencinya mendekatinya, menyembunyikan identitas aslinya. Jarak di antara mereka perlahan berkurang sehingga mereka menjadi cukup dekat untuk menjadi teman.

Lalu tiba-tiba, saat identitas aslinya terungkap, dia menjauh.

Bahkan jika itu bukan Koyuki, siapa pun akan bingung dengan situasi ini.

"Sejak awal, aku tidak tahu mengapa dia tidak mau memberitahuku... mengapa dia begitu baik kepadaku.. Aku benar-benar tidak tahu. Apakah dia benar-benar membenciku atau apakah dia dia melakukan ini semua hanya untuk melihat reaksiku... Pikiran seperti itu terus terlintas di kepalaku." 

Mengatakan ini, Koyuki menundukkan kepalanya.

Tapi, kemudian dia dengan perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Naoya, yang sedang menggigit sepotong roti di sebelahnya.

"Ngomong-ngomong...Naoya-kun, apa kamu tahu apa yang Chie-chan pikirkan?"

"Ya, aku tahu. Tentang... yah... "

Naoya hanya bisa memberikan tanggapan samar.

Naoya mungkin tahu semua tentang apa yang Mika pikirkan dan bagaimana menyelesaikan masalah Koyuki.

Ketika Naoya mengatakan itu padanya, Koyuki menatap Naoya dengan mulut ternganga.

"Tapi, kamu tidak akan memberitahuku semudah itu, kan?"

"Oh, ternyata kau mengerti? Mungkin Koyuki sudah mulai menangkap persepsiku."

"Jangan mengolok-olokku. Ini sama seperti terakhir kali, bukan?"

Mata Koyuki sedikit terangkat.

Ini pola yang sama seperti pada kejadian sebelumnya dengan Yuna dan Eris.

Naoya memahami seluruh kebenaran situasinya.

Namun, dia tidak bisa begitu saja memberitahu Koyuki.

"Jika aku turun tangan, 90% dari kekacauan dalam suatu hubungan dapat dengan mudah diselesaikan. Aku tahu apa yang dipikirkan oleh pihak satu sama lain dan kesalahpahaman macam apa yang ada." [TN: Serius, perlu ada tambahan genre supranatural untuk Naoya.] [ED: Sebenarnya Naoya tuh Esper lev3 dari Kota Akademi wkwk]

"Ohh! Kamu benar-benar memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia di era modern ini. Bukankah itu hebat, Nii-sama? Kupikir kamu akan memiliki kesempatan di dunia lain.."

"Hahaha. Kalau aku terlahir kembali di dunia lain, aku mungkin akan mencoba mengambil alih dunia itu."

Menanggapi komentar ringan Sakuya, Naoya tersenyum dengan senyum sarkas.

Sangat mudah untuk membaca apakah mungkin untuk memulihkan hubungan, jika dia mengamatinya sedikit saja.

Berkat ini, Naoya jarang memiliki masalah interpersonal.

Naoya mampu menjaga tingkat kesukaan orang lain padanya pada level rata-rata hanya dengan mengikuti mereka dan jika mereka tidak cocok, dia bisa merasakannya dan pergi.

Naoya tidak keberatan jika disebut curang.

"Tapi, ini bukan masalahku. Ini masalah pribadimu, Koyuki. Jadi, kupikir kau harus menyelesaikan masalahmu itu dengan kemampuanmu sendiri."

"Dengan kemampuanku sendiri…"

"Ya. Apa yang ingin kau lakukan? Karena dalam hal semacam ini, perasaan orang itu lebih penting daripada apa pun."

Melihat ke wajah Koyuki, Naoya secara tenang bertanya.

Anehnya, ini juga situasi yang mirip ketika Koyuki memberi nasihat kepada Yuna waktu itu.

Sama seperti Yuna saat itu, Koyuki berada dalam sebuah pilihan.

"Tergantung pada pilihannya, Koyuki mungkin akan terluka. Jadi, tidak apa-apa untuk melarikan diri. Kau bisa berpura-pura semuanya tidak pernah terjadi. Mulai besok, kau bisa memperlakukan Ketua kelas hanya sebagai teman sekelas."

Lupakan masa lalu dan hadapi masa sekarang.

Maka Koyuki tidak perlu khawatir tentang ini dan itu, dan dia tidak akan terluka.

Ini adalah tindakan pasif, tetapi sediki menyakitkan.

"... Aku tidak ingin melakukan itu."

Koyuki menggelengkan kepalanya perlahan dengan kuat.

"Chie-chan... tidak. Memang benar aku bersenang-senang dengannya. Aku tidak ingin berpura-pura hal tersebut tidak pernah terjadi."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Sudah jelas."

Koyuki mengangguk, bertekad dengan kuat.

Ketika dia melihat ke atas, bayangan gelap masa lalunya hilang. Sebaliknya, api tekad menyala di matanya.

"Aku ingin berbicara dengannya dan berbaikan dengannya."

"Begitu, maka baiklah..."

Naoya dengan lembut membelai kepala Koyuki.

Aku tidak yakin apakah itu ide yang baik untuk bertanya padanya, tetapi aku ingin mendengarnya dengan kata-katanya sendiri. Fakta bahwa Koyuki juga mengatakannya dengan keras akhirnya membuatnya berpikir.

Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan semangatnya berkobar.

"Yup. Jangan berpikir kamu bisa pergi dariku hanya karena ini, Chie-chan! Aku memiliki kesabaran yang kuat sehingga aku bisa dengan sabar pergi bersama dengan orang aneh seperti Naoya-kun!"

"Menurutmu aku ini apa?!"

Naoya tiba-tiba kehilangan ketenangannya ketika dihina tiba-tiba seperti itu.

Tapi Naoya merasa lega melihat Koyuki termotivasi.

"Tapi, apa yang akan kau lakukan? Kalau kau mencoba berbicara dengannya, dia hanya akan melarikan diri lagi 'kan?"

"Ughh... benar juga."

Pertama kali aku melihatnya, kupikir dia adalah teman yang baik.

Dia tampaknya hanya terkejut dengan keadaan ini, seperti yang sudah diduga, karena dia sudah melarikan diri berkali-kali.

"Aku pernah bertanya padanya tentang hal itu dan dia bilang dia ada di klub lari sekarang... dan dia pandai dalam lari jarak pendek... bahkan aku tidak bisa mengikuti orang semacam itu kalau dia benar-benar lari dariku."

"Kalau dipikir-pikir, Chie-chan. Dia memang atletis sama sepertmu, Onee-chan."

“Nah, seperti yang di katakan Sakuya. Aku jarang memenangkan perlombaan sejak dia menjadi pelari. Aku tidak tahu bagaimana aku akan menangkapnya.”

“Jangan khawatir. Jika hanya menangkapnya, aku akan membantumu.”

“Eh? Apa kamu begitu percaya diri dengan kecepatan kakimu, Naoya-kun?”

“Tidak, aku tidak akan melakukan hal yang melelahkan.”

Setelah menggelengkan kepalanya, Naoya tertawa kecil.

“Jika semua yang perlu aku lakukan hanyalah menangkapnya, itu mudah. Serahkan padaku.”

* * *

"Hah......"

Saat ini, Mika sedang melewati koridor sekolah dengan berlari kecil.

Begitu kelas berakhir, dia meraih tasnya dan berlari keluar kelas sepuluh detik kemudian.

Untungnya, Koyuki dan dirinya duduk berjauhan. Jadi, sangat mudah untuknya melarikan diri dalam perjalanan pulang.

Namun, dia tidak yakin bahwa dia akan dapat terus menghindarinya besok dan seterusnya. Koyuki dan dia masih di sekolah yang sama dan di kelas yang sama. Mereka juga akan pulang ke arah yang sama.

Yui, teman mereka, juga ingin tahu tentang kejadian di restoran keluarga kemarin dan tidak mungkin untuk terus menunda memberitahunya.

Skenario terburuknya, dia harus mempertimbangkan untuk bolos sekolah.

Mereka akhirnya mengetahuinya...

Mencapai kotak sepatu yang masih sepi, dia menghela nafas dalam-dalam.

Meski agak sore, area ini remang-remang. Langit yang seharusnya cerah, kini tertutup awan tebal dan angin hangat berhembus di bawah kaki.

Angin hangat bertiup di bawah kakinya dan sepertinya hujan akan segera turun.

Melihat bayangannya sendiri, Mika berpikir dalam hati.

"Kurasa tidak mungkin berteman lagi dengan Koyuki-chan setelah sekian lama..."

Dia menyesal mengatakan sesuatu yang seharusnya sudah jelas.

Tapi, itu sudah cukup buruk sehingga dia berhenti untuk memikirkannya.

"Ketua kelas!"

"Eh!?"

Tiba-tiba, sebuah suara keras bergema melalui loker sepatu.

Dia berbalik dengan gemetar kaget di pundaknya dan menemukan Koyuki berdiri terengah-engah dibelakangnya. Dia menatap lurus ke arah Mika dengan mata penuh tekad, tampak seperti wanita yang sudah berjuang melalui banyak medan perang.

Sementara itu, Mika sangat terkejut sehingga dia mengeluarkan jeritan kecil.

"Hiiii! Maaf!"

"Hei! Sial, aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini!"

Teriakan marah Koyuki menusuk punggungnya saat dia mulai berlari secepat yang dia bisa.

Pada saat yang sama, ada suara hentakan kuat ke tanah. Itu adalah awal dari kejar-kejaran mereka.

"Tunggu sebentar! Serius, jangan kabur...!"

Namun tidak lama, Koyuki merasakan kelelahan.

Kaki Koyuki hampir terjerat dan jarak antara keduanya makin lebar.

Melihat hal ini, Mika tidak melewatkan kesempatan ini dan terus berlari.

Tanpa melihat Koyuki di belakangnya, Mika melompat ke gang-gang sempit dan berbelok secara acak untuk melarikan diri. Terkadang dia bahkan berlari melewati pekarangan rumah pribadi dan bahkan dia sendiri tidak tahu kemana dan bagaimana dia berlari.

Akhirnya, Mika tiba di sebuah taman kecil.

Itu adalah tempat dengan ayunan dan bangku di tengah area perumahan, dan tentu saja, ini adalah pertama kalinya dia ke sana.

Saat Mika berlari ke taman, anak-anak yang mungkin sedang bermain di sana pergi dengan terburu-buru. Di sekitar sana hujan mulai turun.

Tetesan air mulai mengguncang semak-semak dan angin menjadi lebih kuat. Hujanpun mulai turun.

Mika menghela napas berat tanpa menyeka dahinya yang tertutup keringat dan hujan.

"Hah…hah..., mengejarku sampai sejauh ini, Koyuki-chan masih sehebat biasanya ya."

"Ketangkap juga."

"Hyaaaaa!?"

Saat Mika memikirkan Koyuki, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya, yang membuatnya terkejut.

* * *

Naoya tahu bahwa Mika akan duduk di bangku tersebut.

Itu sebabnya dia mendekatinya di bangku. Naoya tersenyum pada Mika, yang sedang duduk di bangku yang tampak kebingungan.

Tetesan air hujan yang mengenai payung plastik perlahan makin deras.

"Terima kasih atas semua yang telah kau lakukan untukku kemarin, Ketua kelas."

"Ehhh... Sasahara-kun!?"

Mendengar kata-kata itu, Mika secara spontan mengeluarkan sebuah teriakan.

"Apa yang kamu lakukan di sini?! Apa kamu kebetulan mendahuluiku...?!"

"Tidak, aku tidak mengatakan bahwa aku mendahuluimu. Aku hanya menunggumu di sini."

"Menungguku?... Aku baru saja berlari ke sini seperti orang idiot! Aku bahkan tidak tahu dimana ini... Bagaimana kamu bisa menyergapku?"

"Kupikir itu pola berpikirmu yang paling jelas ketika kau terpojok."

Aku tahu sebagian besar kepribadiannya berkat percakapan kami di restoran keluarga kemarin.

Dan setelah melihat sekilas peta daerah sekitar sekolah....

"Aku tahu bahwa kau akan datang ke sini. Jadi, aku menunggumu di sini. Dan, yah ... seperti dugaanku, kau datang ke sini."

"Aku tahu kemarin kamu sangat hebat saat kita bermain gim, bahkan aku menduga kamu curang... Tapi, kamu tidak bisa lebih perseptif lagi dibanding itu! Ini lebih seperti kekuatan psychic!" [TN: Kekuatan psychic itu termasuk kekuatan supranatural. Makasi Mika sudah mengatakannya untukku.]

Dia mengatakan hal tersebut dengan keras.

Dia tampak tidak percaya, tetapi sebenarnya, dia sedang sangat panik karena Naoya tepat di depannya.

Bagaimanapun, itu menjadi mudah bagiku.

Saat itu, seorang tiba di pintu masuk taman, di mana hujan mulai turun dengan lebat dan kabut muncul.

"Oh, dia akhirnya sampai di sini...!"

Itu adalah Koyuki. Dia terlihat kelelahan dengan napas terengah-engah, tanpa payung.

Meski begitu, dia menatapnya dan berjalan dengan langkah percaya diri menuju bangku taman.

"Ugh..."

"Oke, nggak usah kabur-kaburan lagi."

Naoya segera memegang bahu Mika yang mencoba berdiri.

Dia pasti menyadari bahwa sudah waktunya untuk menghadapinya. Dia juga tidak melawan lebih jauh lagi dan tetap berdiri di sana saat dia menyapa Koyuki.

Hujan semakin deras dan percikan air memantul di bawah kakinya.

Aku bisa merasakan udara di sekitar menegang.

Di tengah semua ini, Naoya mencoba menawarkan payung cadangan kepada Koyuki.

"Aku senang kau bisa menyusul kesini, Koyuki. Tapi ini, payungnya. Nanti kau masuk angin."

"Aku tidak peduli dengan itu sekarang."

Koyuki hanya menggelengkan kepalanya dan menatap lurus ke arah teman lamanya itu.

Dia tidak mau memakai payung, juga tidak menyeka tetesan air di wajahnya.

Tetesan hujan menetes di bulu matanya yang panjang dan meluncur ke pipinya, satu demi satu.

"Kamu...... Chie-chan, kan?"

"Iya, itu aku....!"

Begitu Koyuki memanggilnya dengan nama itu, Mika sedikit tersentak.

Tetapi setelah menggigit bibirnya seolah-olah dia sudah siap, dia tersenyum masam.

"Oh…ya... Lama tidak bertemu, Koyuki-chan."

"Aku…sungguh... Chie-chan..."

Koyuki berdehem dan berkata dengan suara rendah.

"Kalau begitu... ada yang ingin kukatakan padamu."

"...Mm."

Mika mengangguk kecil.

Koyuki berdiri tepat di depannya, menatap lurus ke wajahnya.

"Walaupun Chie-chan membenciku... Aku akan selalu menyukaimu, Chie-chan...!"

"............ Eh?"

Koyuki menundukkan kepalanya dalam-dalam dan memberitahunya.

Mika memutar matanya ke arah Koyuki dan membeku.

Namun, Koyuki terus menunduk dan mengeluarkan suara gemetar dengan tangan yang mengepal erat.

"Dulu... aku takut kamu membenciku. Itu sebabnya, aku lari. Tapi, aku tidak akan lari lagi. Aku benar-benar minta maaf karena aku tidak mengenalimu meskipun kita berada di kelas yang sama... Tapi jika aku bisa, aku ingin berteman denganmu lagi.."

Sebuah jeritan mulai tercampur dalam suaranya.

Tetap saja, Koyuki dengan putus asa mencoba menyampaikan kata-kata dari lubuk hatinya.

"Aku tahu kamu membenciku, Chie-chan. Tapi, aku selalu menganggap Chie-chan sebagai temanku...!"

"Ah, um, Koyuki-chan...?"

Kemudian Mika memotong kata-katanya

Ketika Koyuki mendongak, wajahnya basah oleh air mata dan hujan, Emika berdeham dan terus bertanya.

"Apa yang kamu maksud dengan itu...?"

"Ehhh.....?"

"Koyuki-chan... bukannya kamu duluan yang membenciku, kan?"

"... Hah?!!"

Koyuki seketika menjerit berteriak.

Kata-kata Mika seperti petir yang menyambar.

Air matanya sepertinya telah surut dalam sekejap dan dia meraih bahu Mika dengan terburu-buru.

"Kenapa kamu mengatakan itu? Tidak mungkin aku membencimu!"

"Karena di sekolah dasar, kamu tiba-tiba berhenti berbicara denganku..."

Kali ini giliran Mika yang terlihat depresi.

Hujan semakin deras dengan tetesan air yang semakin deras mengenai kedua gadis itu.

Suasana mulai menjadi suram karena ini... tapi Naoya masih mengawasi semua itu.

Mika mengeluarkan isi pikirannya.

"Kupikir kamu membencimu. Itu sebabnya, aku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal kepadamu saat aku pindah. Dan, kupikir aku bisa melupakan Koyuki-chan. Tapi, saat aku masuk ke SMA ini. Aku sangat terkejut melihatmu di sini."

Dia sangat bernostalgia sehingga dia mencoba memanggilnya, tetapi ragu-ragu untuk melakukannya.

Koyuki adalah teman masa kecilnya. Tapi, dari sudut pandang Mika, Koyuki membencinya.

"Itu sebabnya, aku berpakaian begitu sederhana dan berusaha untuk tidak mencolok sehingga aku tidak akan dikenali."

"Jadi, itu sebabnya kamu berhenti menjadi seorang gal... untuk bersembunyi dariku?"

"Benar. Aku meminta semua orang untuk memanggilku "Ketua kelas", bukan dengan nama depanku dan aku melakukan semua yang aku bisa untuk menutupinya."

Orang tua Mika menikah lagi dan mengubah nama belakangnya, tetapi nama depannya masih sama seperti dulu.

Jika Koyuki memanggilnya dengan nama itu, identitas aslinya mungkin akan terungkap.

Memikirkan hal ini, Mika dengan putus asa mencoba yang terbaik untuk bersembunyi.

Setelah menceritakan sebanyak itu, dia menurunkan bahunya dan menghela napas.

"Tapi saat aku mengenal Koyuki-chan sedikit lebih baik, aku menjadi serakah. Kupikir kita bisa seperti dulu, Tapi... kalau dia mengetahuinya bahwa itu aku, itu tidak akan pernah berhasil."

"Itu tidak benar! Aku selalu menyukaimu, Chie-chan!"

"Kamu bohong! Lalu kenapa kamu tiba-tiba mulai mengabaikanku?"

"Ah, itu..."

Keduanya mengangkat suara mereka dan tidak bergerak satu inci pun.

Mereka saling memelototi satu sama lain dan membuat keributan.

Suasananya tampak suram pada awalnya, tapi Naoya beranjak merasa lega.

Ya. dia mulai bisa menatap mata orang lain dan aku pikir sudah waktunya..

Masih lebih baik untuk menjadi agresif dan mengungkapkan perasaanmu yang sebenarnya daripada menjadi depresi dan merenung.

Dan ada sedikit tanda rekonsiliasi di antara kedua gadis itu.

"Oke, berhenti di situ."

"Ada apa denganmu tiba-tiba?!"

"Hanya sebuah peringatan waktu habis dari wasit. Itu saja."

"Jadi, kamu seorang wasit?!"

"Ya, kurang lebih seperti itu."

Koyuki kesal dan Mika menatapnya dengan tatapan bingung.

Naoya tertawa sambil menenangkan mereka berdua dengan lembut.

Sebagian besar kekacauan dalam hubungan hanyalah kesalahpahaman. Dibutuhkan banyak keberanian untuk mencoba menyelesaikannya. Kebanyakan orang akan mengambil beberapa langkah untuk memperbaiki hubungan yang merenggang.

Koyuki, di sisi lain, memilih untuk menghadapi situasi tersebut.

Jadi, yang bisa dilakukan Naoya adalah dengan lembut mengulurkan tangan pada menit terakhir.

Sambil memperhatikan wajah mereka, Naoya bertanya dengan suara tenang.

"Kenapa kalian berdua berpikir bahwa masing-masing dari kalian saling membenci?"

"Ehhh...Kenapa…"

Mika menyela kata-katanya dan dengan lembut menatap wajah Koyuki.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya..., di sekolah dasar, Koyuki-chan tiba-tiba berhenti berbicara denganku. Padahal dulu kami bermain bersama setiap hari... Jadi, itu jelas berarti dia membenciku, kan?"

"Tapi mau bagaimana lagi, kan?!"

Koyuki melirik Mika.

Dia menurunkan bahunya seolah-olah dia kecewa dan mengatakan beberapa patah kata.

"Chie-chan bilang dia membenciku di belakangku..."

"Hahh?!"

Saat itulah Mika menatap lurus ke arahnya.

Dia bingung, tetapi menggelengkan kepalanya sekeras yang dia bisa.

"Aku tidak tahu apa-apa tentang itu!! Pasti ada semacam kesalahan!!!"

"... Kamu hanya lupa. Aku mengingat semuanya."

Koyuki memasang wajah cemberut dan dia memalingkan wajahnya.

Di sisi lain, Mika kebingungan dan wajahnya membiru.

Situasinya akan menjadi rumit, tapi Naoya menunggunya.

"Tunggu sebentar. Koyuki, kau ingat detail waktu itu, kan?"

"Huh? Aku tidak bisa melupakannya bahkan jika aku mau."

"Kalau begitu, beri tahu Ketua kelas di sini. kapan, di mana dan dalam keadaan apa kau mendengar kalimat itu."

"... Oh, benar juga. Mungkin dia akan mengingatnya."

Koyuki berkata sambil menghela nafas.

Ketika Koyuki masih di sekolah dasar. Suatu hari sepulang sekolah.

Koyuki pergi untuk menjemput Mika, yang masih berada di kelas dan mendengar anak-anak di kelasnya berbicara buruk tentangnya di luar di lorong. Dan Mika ada di antara mereka.

Kemudian dia melihat mereka dan berkata.

'Aku juga membenci.. Koyuki-chan.'

"Itu sebabnya aku menjaga jarak darimu," gumam Koyuki.

"Bagaimana? Kamu sudah cukup ingat?"

"Aku tidak mengatakan itu ... ah ..."

Mata Mika melebar.

Dia merenung sejenak dan kemudian, menekan dahinya, dia berseru.

"Ya ... aku mungkin mengatakan itu ......"

"Tuh, kan!"

"Tapi, bukan itu yang sebenarnya aku katakan!"

Mika menggelengkan kepalanya dan meninggikan suaranya sekeras suara hujan.

"Yang sebenarnya aku katakan adalah 'Aku membenci orang yang mengatakan hal buruk tentang Koyuki-chan!', kau tahu?"

"........ Hah?"

"Kau dengar itu, Koyuki?"

Ekspresi Koyuki membeku dan Naoya mengangguk setuju.

Mika terus berbicara seolah-olah dia telah memecahkan kebekuan.

"Ya, itu benar. Anak-anak yang menjelek-jelekkanmu ingin aku setuju dengan mereka. Jadi, aku mengatakan sesuatu semacam itu kepada mereka. Koyuki-chan, kupikir kamu mungkin mendengarnya."

"Eh? Benarkah...?"

"Mn! Dan aku sedang berbicara dengannya di sudut kelas, seperti yang kuingat..."

Mika memotong kata-katanya di sana dan menatap ke langit.

Puncak hujan tampaknya telah berlalu, tetapi tetesan besar masih jatuh dan menghantam tanah dengan keras. Guntur bergemuruh di kejauhan dan itu menjadikannya senja musim panas yang sangat bising.

"Hari itu juga hujan seperti ini. Koyuki-chan, mungkin kamu tidak mendengar apa yang aku katakan dengan benar atau apa..."

"Yah, kalau begitu, mungkin saja..."

Koyuki menggelengkan bahunya dan berdeham.

Masih dengan wajahnya yang membiru, dia dengan takut mengkonfirmasi kebenarannya.

"... Maksudmu aku salah paham tentang segalanya?"

"Semacam itu.."

"Eeeeeeeeeeeee?"

Naoya menepuk bahunya dan pada saat yang sama, Koyuki mengeluarkan teriakan yang keras.

Seolah itu tidak cukup untuk menghentikan keterkejutannya, dia menoleh ke arah Naoya dan mencengkeram kerahnya, lalu mengguncangnya dengan keras.

"Jadi, apa? Aku hanya salah paham!? Merasa kesal, depresi dan menjadi penyendiri!? Ini semua menghantuiku terus-menerus selama bertahun-tahun!"

"Ya, sangat sulit untuk mengatakannya, tapi ...... kupikir kau benar."

"Aaahhhh!"

Koyuki yang akhirnya berteriak dan meringkuk.

Seperti yang diharapkan, Naoya tidak bisa menemukan kata-kata lagi untuk diucapkan dan hanya bisa mengulurkan payung untuknya.

Pada titik ini, Mika mengangguk dengan bingung.

"Bagaimana kamu bisa tahu bahwa Koyuki-chan salah paham, Sasahara-kun?"

"Yah, itu karena kalian berdua saling menyukai sebagai teman, kan?"

Koyuki menyukai Mika, begitu juga dengan Mika.

Ini tidak berubah sama sekali sejak kejadian kemarin di restoran keluarga. Jadi, Naoya punya firasat terhadap hal tersebut.

"Aku yakin ada semacam kesalahpahaman. Jadi, aku memeriksa informasinya dan benar saja. Kesimpulan yang sederhana, kan?"

"Kamu benar-benar pria yang dapat diandalkan, bukan?"

Mika hanya setengah tersenyum dan sedikit membisu.

Di sisi lain, Koyuki meringkuk dengan kepala di tangannya.

"Ugh, ugh......, Chie-chan!" 

"Uwaaaa.."

Seolah terdorong, dia berdiri dan mendekati Mika.

Pada saat ini, hujan hampir berhenti. Tetesan setipis jarum menetes ke bawah. Meski begitu, wajah Koyuki basah karena terkena hujan deras sebelumnya.

Dengan suaranya yang goyah dan air mata mengalir di wajahnya, Koyuki mencoba yang terbaik untuk menata kata-katanya.

"Maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf, Chie-chan... Aku membuatmu merasa tidak enak karena kesalahpahamanku yang aneh… Aku benar-benar minta maaf...!"

"Nggak apa-apa kok.."

Di sisi lain, Mika menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis.

Dia melihat ke bawah dan melanjutkan, suaranya goyah.

"Jika aku berbicara dengan Koyuki-chan dengan benar pada saat itu, kesalahpahaman akan segera teratasi. Aku terlalu takut untuk menanyakan hal itu padamu dan itu juga salahku."

"Chie-chan..."

"Tapi, aku senang mengetahui bahwa Koyuki-chan tidak membenciku."

Mika menghela napas seolah ada banyak beban yang hilang dari tubuhnya.

Di depannya, Koyuki mengepalkan tangannya.

Akhirnya, hujan berhenti. Awan tebal yang menutupi langit perlahan hilang dan garis-garis cahaya mulai bersinar. Pantulan dari genangan air yang terbentuk di sana-sini sehingga taman berkilauan dalam cahaya.

Dalam pemandangan yang dipenuhi cahaya.

Koyuki meregangkan tubuhnya dan menatap teman lamanya dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Chie-chan, kau tahu..."

“Umm. Apa?”

“Bisakah kamu... Kumohon jadilah temanku lagi!”

Koyuki dengan penuh semangat mengulurkan tangan kanannya dan menundukkan kepalanya.

Tanpa membuat gerakan sedikit pun, dia melanjutkan seolah-olah dia membuat pengakuan sekali seumur hidup.

“Aku tahu itu mungkin ide yang buruk. Aku yakin sudah membuat kesalahan dan melakukan hal-hal buruk padamu. Jadi aku ingin menebus semuanya. Oleh karena itu, tolong biarkan aku... 
memulainya lagi dari awal.”


“... Mnm.”

Mika meraih tangan Koyuki dan memegangnya erat-erat.

Dia tersenyum pada Koyuki, yang menatapnya dengan terkejut.

"Aku juga merasakan hal yang sama denganmu, Koyuki-chan."

"Benarkah?"

"Iya, aku ingin berteman denganmu seperti dulu."

"Aku juga! Aku ingin pergi ke kolam renang dan festival bersama Chie-chan... dan banyak lagi!"

"Kolam renang kedengarannya menarik. Yah, kita juga sudah membuat janji tempo hari."

Wajah Mika berseri-seri dengan senyum licik.

"Ngomong-ngomong, tentang kolam renang. Koyuki-chan, apa kamu sudah bisa berenang, hm~?"

"Ugh...yah, itu... tentu saja!"

"Fufu, kamu sama sekali tidak berubah ..."

Koyuki berbalik dengan wajah “Hnmp” dan Mika menatap matanya sambil tersenyum.

Kekuatan di tangan mereka begitu kuat sehingga sekilas terlihat jelas bahwa mereka tidak akan bisa dipisahkan.

Melihat ini, Naoya merasa begitu lega.

"Senang melihat kalian berdua bisa baikkan lagi."

"Mn, Naoya-kun!"

"Uwaaaa!?"

Begitu Naoya memanggil, Koyuki segera melompat ke pelukannya.

Dia basah kuyup karena hujan, tetapi suhu tubuhnya tinggi karena kegembiraannya. Dia melingkarkan lengannya di leher Naoya dan memeluknya erat-erat. Seperti yang diharapkan, Naoya tidak bisa melakukan apa-apa selain mengedipkan matanya.

"Terima kasih, Naoya-kun, ini berkatmu...! Chie-chan dan aku bisa berteman lagi! Aku sudah lama menyerah padanya...! Makasih, sungguh…!"

"Ya, iya.. Untuk saat ini, ayo kita pergi dari sini dulu, oke?"

Naoya berusaha keras untuk menenangkan dirinya, tetapi Koyuki sepertinya tidak peduli.

Dia memeluknya dan melompat-lompat dengan wajah gembira.

Melihat Koyuki seperti ini, Mika mengusap sudut matanya dan tersenyum puas.

"Mereka berdua benar-benar saling mencintai, bukan? Lalu, aku tidak perlu ikut campur lagi."

TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah (Retallia): 

Fyuuhhh…^^ Akhirnya Koyuki kita dapat menyelesaikan masalahnya dan menghilangkan traumanya. Cukup emosional buat saya sendiri yang udah ngikutin LN ini, karena bisa dilihat Koyuki selalu dibayangi oleh masa lalunya. Jadi waktu sampai di titik dimana akhirnya Koyuki bisa meluruskan masalahnya selama ini dengan teman masa kecilnya, mungkin saya juga dapat merasakan perasaan lega yang sama dengan Naoya wkwkwkwkkw. Oh, dan bisa dibilang chapter ini telah menyelesaikan setengah permasalahan utama dari seri ini, yaitu masa lalu Koyuki (setengahnya, sudah jelas, perkembangan hubungannya dengan Naoya). Jadi, seharusnya kedepannya akan jauh lebih fokus ke perkembangan hubungan mereka berdua (gula incominggggg). Akhir kata, semoga kalian senang membacanya! Gomen kalau terjemahannya masih agak kurang jelas ya, hhehe. [ED: Dari gw no koment, kurang lebih sama seperti kang TL wkwkwk]




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close