-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 2 Epilog

Epilog
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Dengan demikian, keretakan hubungan yang sudah lama terjadi telah diselesaikan dan Koyuki bisa mendapatkan kembali persahabatan yang pernah dia miliki.

Namun apa yang menunggunya di hari berikutnya bukanlah kehidupan SMA yang lebih cerah dan menyenangkan.

Suara termometer bergema di kamar Koyuki.

Melihatnya, Naoya menghela napas.

"Tiga puluh delapan derajat... cukup tinggi, bukan?"

"Fueeee..."

Berbaring di tempat tidurnya, Koyuki mengeluarkan napas yang tidak bisa digambarkan sebagai erangan atau jeritan.

Wajahnya merah cerah dan matanya sayu-sayu hampir tertutup. Suara napasnya, yang berasal dari bibir yang sedikit terbuka, sangat menyakitkan. Selembar koyo penurun panas menempel di dahinya dan dia mengenakan piyama kusut.

Itu adalah flu biasa.

Naoya jatuh sakit tempo hari dan kali ini giliran Koyuki.

Ini terjadi karena kemari dia hujan-hujanan saat mencoba berbaikka dengan teman lamanya 'Chie-chan'.

Berkat itu, Koyuki jatuh sakit dan terpaksa menghabiskan hari libur berharganya di kamarnya. Dan, pada saat yang sama Naoya datang untuk menjenguknya di pagi hari.

Naoya menatap wajah Koyuki, yang terengah-engah dan bertanya dengan berbisik.

"Apa kau mau sesuatu? Aku akan mengambilkannya untukmu."

"Uuhh, tidak usah repot-repot. Naoya-kun, kamu bisa pulang kok. Lagian masih ada Sakuya d sini."

"Tidak, Sakuya-chan baru saja keluar. Dia mengatakan kepadaku bahwa dia ada keperluan."

"Keperluan...?"

"Katanya dia dan Kirihiko-san akan mengamati beberapa pasangan. Ingat, mereka pernah bertemu di kolam renang tempo hari? Tampaknya itu membuat mereka cukup dekat." [ED: Ingat, Kirihiko itu cowok yak ngab wkwkwk.. Sial, gw ketipu pas TL Vol1]

"Eh, apa maksudmu? Aku tidak pernah mendengarnya."

Saat ini, Kirihiko sedang mencari bahan untuk karyanya dan Sakuya adalah penggemar beratnya.

Sebagai hasil dari semangat mereka, mereka telah sering mengunjungi stasiun kereta api dan pusat perbelanjaan sejak saat itu, mendiskusikan pasangan yang mereka lihat di sana. Dan sebagai ucapan terima kasih karena sudah menemaninya dalam mencari inspirasi untuk karyanya, Sakuya dibelikan kue dan makanan lainnya.

Bagi pasangan biasa, itu di sebut kencan. Tapi, itu tidak berlaku bagi keduannya.

Semuanya sangat menarik. Jadi, aku berencana untuk menonton mereka dengan seksama untuk sementara waktu.

Dan, kebetulan. Ibu Koyuki sedang pergi berbelanja saat ini.

Sedangkan Ayahnya, Howard, masih dalam perjalanan bisnis ke Inggris. Jadi, Naoya adalah satu-satunya orang yang bisa merawat Koyuki di rumah saat ini. Ngomong-ngomong, kucing peliharaan mereka, Sunagimo, sedang tidur nyenyak di sudut tempat tidur Koyuki. Sepertinya dia mengkhawatirkan pemiliknya yang sedang sakit.

"Oleh karena itu, akulah yang akan merawatmu. Lagipula, kau sudah merawatku tempo hari. Jadi, kurasa kita impas sekarang."

"Tapi, kamu mungkin akan tertular olehku, Naoya-kun."

Koyuki menarik selimut ke arah wajahnya dan bergumam.

Kerutan di alisnya mungkin bukan hanya karena sakit demam. Naoya pun bercanda sedikit menertawakan Koyuki yang sedang meminta maaf.

"Kalau begitu, kau bisa merawatku lagi jika aku jatuh sakit, Koyuki."

"Mn, yah .... Aku pasti akan melakukannya untukmu."

Wajah Koyuki kemudian berubah menjadi cemberut.

Hari ini, dia sepertinya tidak punya cukup kekuatan untuk memberikan komentar pedas seperti biasanya. Atau mungkin, dia sudah mulai jujur pada perasaannya sendiri.

Dia mendongak dari selimut dan melanjutkan dengan nada riang.

"Aku ingin minum jus..."

"Ok, aku akan membawakannya untukmu. Kau bisa tiduran saja sambil menungguku datang membawakan jusmu."

"Mnm..."

Naoya meninggalkan ruangan ketika Koyuki, yang mengangkat satu tangannya dengan lemah, untuk melihatnya pergi.

Namun, saat dia meletakkan tangannya di gagang pintu, dia ingat akan sesuatu dan mengatakannya.

"Oh, ya. Aku dapat pesan dari Ketua kelas."

"... Iya?"

"'Jaga dirimu baik-baik, Koyuki-chan', katanya. Dia benar-benar mengkhawatirkanmu, Koyuki."

Meskipun Mika sama seperti Koyuki kehujanan. Dia tampaknya baik-baik saja, mungkin ketahanan fisiknya lebih baik. Saat dia mendengar Koyuki jatuh sakit dia sangat sedih dan dengan agak panik mengirim beberapa pesan kepada Naoya, bahkan pesannya kebanyakan typo.

Ketika aku mengatakan itu padanya, Koyuki menghela napas lega dan melihat ke langit-langit.

"Begitu, ya... Chie-chan baik-baik saja. Aku senang mendengarnya..."

"Ya. Yui juga mengkhawatirkanmu, tahu. Dia menyerah untuk mengikutiku hari ini. Tapi, jika besok kondisimu belum membaik, dia pasti akan mengunjungimu."

"Yah... Aku senang mendengarnya. Tapi, lebih baik aku bisa melihatnya langsung di sekolah. Jadi, aku akan melakukan yang terbaik untuk bisa segera sembuh."

"Oh, baguslah. Aku juga akan melakukan yang terbaik untuk merawatmu." kata Naoya, sambil tersenyum dan memutar gagang pintunya kali ini.

Dan, pada saat itu.. Koyuki memanggilnya.

"Ah... tunggu, Naoya-kun."

"Hm? Ada apa"

Ketika aku berbalik, Koyuki yang sedang berbaring di tempat tidurnya, menatapku.

Matanya sendu karena panas dan pandangannya agak kabur.

Meski begitu, Koyuki mencoba yang terbaik untuk merangkai beberapa kata.

"Ini semua berkatmu.. Naoya-kun."

"Berkat aku, maksudmu … kau bisa berbaikan dengan Ketua kelas?"

"Aku tidak melakukan apa-apa, kau tahu? Ini semua hasil dari usahamu sendiri yang mau menghadapinya dan tidak melarikan diri. Aku hanya memberikan sedikit dorongan." tambahnya.

"Meski begitu, tanpa bantuanmu. Aku tidak bisa melakukannya sendiri."

Koyuki mengambil napas dan kemudian tersenyum tipis.

"Semua itu karena kamu berada di sisiku, aku bisa mengumpulkan keberanian. Makasih, Naoya-kun. Aku sangat senang bertemu denganmu."

"Begitu..."

"Yup. Seandainya aku bisa bertemu denganmu lebih awal..."

Mengatakannya dengan suara lirih, Koyuki perlahan menutup matanya.

Setelah itu untuk sesaat, aku menuju dapur, tangan kanan dan kaki kanan secara bersamaan. Aku mengambil gelas dan sekotak jus dan kembali ke kamarnya.

... Kurasa dia sudah tidur?

"Selamat datang kembali..."

Itulah yang aku pikirkan, tapi..

"... Uh-huh, aku kembali."

Koyuki manyambutku dengan tubuh bagian atasnya terangkat dari tempat tidur.

Kancing atas piyamanya sedikit terbuka, memperlihatkan sekilas belahan dadanya.

Aku menahan mataku agar tidak melihat kesana dan menuangkan segelas jus untuknya dan menyerahkannya padanya.

"Ini ambil. Apa kau bisa meminumnya? Ah, hati-hati.."

"Ummm..."

Koyuki menerima gelas itu dengan linglung dan meminumnya.

Jus jeruk 100 persen yang kutemukan di lemari es. Itu seharusnya menjadi merek favoritnya, tapi... Koyuki mengerutkan keningnya dan menjulurkan lidahnya.

“Rasanya aneh...”

“Eeee... Bentar, Koyuki ...”

Kalau dipikir-pikir, matanya lebih kosong dari sebelumnya.

Terlintas firasat buruk dipikiran Naoya, lalu Naoya dengan lembut menyentuh dahinya.

“Uwah, suhu badanmu makin tinggi, tahu!"

“Hmm... Engga kok, aku sudah mendingan...”

Koyuki menggelengkan kepalanya, tetapi penglihatannya sepertinya makin kabur.

Setelah mencoba menghilangkan pikiran buruknya. Naoya berjongkok di samping tempat tidurnya dan menatap wajah Koyuki.

“Koyuki, kau pasti lelah. Jika ada hal lain yang kau inginkan selain jus, katakan saja.”

“... Hal lain yang aku inginkan?"

Koyuki merenung dan kemudian menyentuh baju Naoya.

"Naoya-kun, aku ingin..."

"Ugh...! Bukan seperti itu."

Sungguh memilukan melihatnya kebingungan merangkai kata-katanya karena kondisi demam yang ia derita.

Naoya dengan lembut melepaskan tangan Koyuki dari bajunya dan melanjutkan pembicaraannya.

"Nah, lihat. Apa kau tidak mau es krim atau semacamnya? Aku yakin kita punya beberapa di lemari es."

"Aku tidak menginginkannya..."

"Ummm... lalu, apakah ada sesuatu yang kau ingin aku lakukan?"

"Apa yang aku ingin kamu lakukan ...?"

Koyuki menganggukkan kepalanya dengan kabur.

Naoya mencoba membaca apa yang dia inginkan darinya.

Yah, aku tidak bisa membacanya... dengan jelas...

Koyuki sekarang sudah melepas topeng akal sehatnya dan sama sekali tidak mengandung pikiran yang berlebihan.

Dengan kata lain, dia hampir mencapai pencerahan. [TN: Ugh… Ini kiasan yang aku bisa nangkep artinya, tapi sulit sekali untuk dibahasakan ulang. Banyak sebenarnya kiasan-kiasan seperti yang sudah aku bahasakan ulang sebelumnya, tapi yang satu ini aku benar-benar menyerah. Semoga kalian bisa mengerti hhehe]

Keterampilan membaca pikiran Naoya tidak sebanding dengannya.

Jika ini Ayahku, dia akan bisa mengetahuinya dengan mudah...

Sambil memikirkan hal yang tidak penting seperti itu, aku menunggu jawaban Koyuki.

Kemudian, Koyuki mengetuk tempat tidurnya dengan ekspresi tenang, Naoya bertanya-tanya apa yang dia pikirkan.

"Ke sini..."

"Hm?"

"Cepat duduk."

"Dimengerti..."

Naoya melakukan apa yang diperintahkan dan duduk di sebelah Koyuki.

.... Kira-kira apa yang dia ingin aku lakukan, ya?

"Yup, kalau begitu."

"Ya!?"

Koyuki mendorong bahu Naoya dan mendorongnya ke tempat tidur.

Kemudian dia berbaring di sebelahnya, memeluknya erat-erat dan berkata dengan puas.

"Selamat malam..."

"Tunggu, tunggu...!?"

Naoya tidak punya pilihan selain membisikkan protesnya sambil dipeluk olehnya.

Tempat tidurnya sangat nyaman dan cukup luas untuk mereka berdua berbaring bersama. Namun, bukan itu masalahnya.

Sekarang kami berada di tempat tidur, saling berhadapan. Ini jelas situasi yang buruk, darimanapun kau melihatnya!

Karena ruang lebih yang ditempati Naoya, Sunagimo pun terdorong lebih jauh ke sudut dan menatapku dengan mata kesal "Nah!”. Namun, meskipun dia menatapku dengan pandangan kesal, tidak ada yang bisa kulakukan dengan keadaan ini.

Koyuki membenamkan wajahnya di dada Naoya dan menyipitkan matanya seperti anak kucing.

"Ehehe... ini bau Naoya-kun..."

"Kau benar-benar demam, Koyuki!"

Suhu tubuh Koyuki yang tinggi karena demam, ditransmisikan secara langsung. Napas serta baunya sangatlah dekat.

Aku sudah sering mendapatkan skinship seperti ini berkali-kali darinya. Namun, karena saat ini lokasinya ada di tempat tidur gadis yang aku sukai, rasanya jauh lebih tidak bermoral daripada peristiwa lain yang pernah aku alami sebelumnya.

Naoya sekarang mengetahui bahwa selalu ada tingkat kedekatan yang lebih tinggi.

Ini gawat, bukan? Aku tidak masalah jika aku hanya tertular demamnya. Tapi, ini sangat buruk dalam arti yang lain!

Koyuki benar-benar tidak memiliki kendali dirinya untuk saat ini.

Sangat tidak wajar dan diluar sifatnya untuk mendekatiku (secara fisik) duluan.

.... Kami bahkan belum pacaran!

Naoya tidak bisa begitu saja terbawa suasana.

Naoya berusaha keras untuk keluar dari situasi kritis ini.

"Um, Koyuki-san. Kau tahu, tidak baik bagi pria dan wanta yang bukan muhrim tidur bersama seperti ini. Jadi, bisakah kau melepaskanku?"

"Nggak mau!"

Koyuki segera menjawab, mulutnya menganga seolah-olah dia sedang merajuk.

"Aku kesepian tidur sendiri... Aku ingin bersamamu, Naoya-kun..."

"Tidak, aku tidak akan kemana-mana kok. Selain itu, tempat ini terlalu kecil untuk kita berdua. Jadi, bisakah kau melepaslanku dulu?"

"Terlalu kecil...? Lalu aku akan menempel lebih dekat. ......"

"Tidak… tidak... "

Naoya menggali lubang kuburannya sendiri. [TN: Ini kiasan dari “melakukan sesuatu yang memperburuk situasinya sendiri”.]

Koyuki memeluknya lebih erat dan bahkan mengaitkan kakinya dengan kaki Naoya.

Perasaan menyentuh kulit kakinya secara langsung begitu memusingkan. Aku bahkan tidak punya waktu untuk berkomentar lagi.

Koyuki tampaknya dalam suasana hati yang baik saat dia mengendurkan pipinya dan tersenyum.

"Fufu... Nyaman sekali…"

"Oh, aku senang mendengarnya. Tapi… ini jelas salah!"

Aku tidak dapat menemukan posisi yang aman.

Koyuki saat ini sedang sakit. Jadi, tidak mungkin untuk mendorongnya dengan paksa, tetapi untuk melepaskan diri dari kekangan ini, Naoya terus berusaha dengan putus asa.

"H-Hei, Koyuki. Lepaskan aku dulu, oke? Kalau kau mau melepaskanku, aku akan membelikanmu apa pun yang kau inginkan nanti, oke?"

"Muu.. berisik sekali."

Koyuki mengusapkan wajahnya ke wajahku dan berkata dengan frustrasi.

Mungkin aku hanya dianggap sebagai bantal guling dan sepertinya dia mulai mengantuk lagi.

Aku ingin membiarkannya tidur dengan tenang seperti ini. Tapi, aku tidak bisa mengatakan itu.

Jika aku tidak dapat melepaskan diri dari situasi ini sampai Ibumu atau Sakuya-chan pulang, aku tidak dapat melihat akhir yang bahagia..!

Meskipun hubungan mereka telah direstui keluarganya, tidak mungkin mereka bisa terlihat dalam situasi seperti ini.

Naoya masih mencoba melawan, tetapi rencananya hancur total.

Koyuki, menatap tajam ke arah Naoy dan seolah berkata, "Fufu." melingkarkan lengannya di leher Naoya.

Lalu...

"Kalau kamu masih keras kepala... Maka, Chuu♡"

".......!?!?!?!?!?!??"

Seketika Koyuki menempelkan bibirnya ke bibir Naoya, yang membuat Naoya membeku pada saat itu.

Kelembutan bibirnya, matanya yang terpejam, sentuhan samar hidung mereka, semuanya terukir kuat di benaknya dengan sangat realistis.

Momen itu hanya berlangsung beberapa detik.


Tapi setelah apa yang tampak seperti selamanya bagi Naoya....

"Ehehe... ini bukan pipinya, tapi bibirnya... Yuna, aku menang darimu...."

Sebelumnya, Koyuki selalu menyaksikan dengan perasaan iri bercampur cemburu setiap kali Yuna mencium pipi Naoya.

Koyuki tampaknya senang karena sudah membalaskan dendamnya.

Dia dengan lembut melepaskan bibirnya dan tersenyum nakal.

"Selamat malam, Naoya-kun~..."

Dia perlahan memejamkan matanya dan segera setelah itu, dia bernapas dengan nyaman dalam tidurnya.

Sementara itu, Naoya tetap membeku dalam pelukan dan tidak bisa melakukan apa-apa selain memerah dan mengerang.

“Ugh, tanpa sadar dia mengambil ciuman pertamaku."

“Nyaa...?”

Di sisi lain, Su-chan hanya menatap Naoya dengan mata curiga.

Namun, kesialan (?) Naoya tidak berakhir di situ.

Setelah Koyuki tertidur, dia bisa melarikan diri dari tempat tidurnya ketika pelukannya melemah.

Untungnya, tidak seorang pun di keluarganya - selain kucing peliharaanya, Sunagimo - yang menyaksikan situasi berbahaya tersebut. Setidaknya aku dapat merasa lega karena itu. Aku menyerahkan tugas merawat Koyuki kepada Ibu Koyuki, yang sudah pulang ke rumah dan kemudian melarikan diri pulang ke rumah.

* * *

Kemudian, pada hari Senin setelah liburan, Koyuki datang ke tempat pertemuan kami biasanya.

Dia tampaknya telah pulih sepenuhnya setelah tidur pada hari Sabtu dan Minggu, kulitnya jauh lebih baik dan matanya jauh lebih tajam. Dia tampak kembali ke dirinya yang biasa.

Mata Koyuki berbinar ketika dia melihat Naoya.

"Selamat pagi, Naoya-kun. Makasih sudah merawatku tempo hari."

"... Ah. Pagi, Koyuki."

Naoya hanya bisa menjawab dengan suara muram.

Koyuki memiringkan kepalanya ke arah Naoya, yang memegang dahinya dan mengerang.

"Um, apa ada yang salah?"

"Tidak, bukan apa-apa... Apa demammu sudah hilang?"

"Mn. Ini semua berkat Naoya-kun yang merawatku. Berkatmu juga, aku tidak merasa kesepian."

Koyuki mengatakan hal-hal imut tersebut dengan senyum tipis di wajahnya.

Namun, tidak ada ruang bagi Naoya untuk menikmatinya.

Dia hanya bisa melihat ke langit yang cerah dan memberikan jawaban datar.

"Uh... Sama-sama."

"Dari tadi sikapmu aneh... Ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah? Apa karena aku tidur dulu?"

"Tidak, aku tidak marah kok. Lagipula, saat itu kau lagi demam. Itu wajar saja."

"Benarkah? Tapi, aku bahkan tidak ingat apa yang kita bicarakan. Aku hanya merepotkanmu saja."

Koyuki menghela napas panjang.

Mata Naoya secara alami tertarik pada bibirnya yang lembut.

Koyuki menganggukkan kepalanya, tidak menyadari bahwa Naoya terpaku pada bibirnya.

"Nee, Naoya-kun. Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh kemarin?"

"Hmm… Tidak ada..." kata Naoya, dengan suara agak lemah dan bahunya merosot karena suatu alasan.

"Serius, tidak ada hal aneh yang terjadi kok." [ED: Bohong aja lu wkwk.. Naoya tau kalo dia ngasih tahu Koyuki tentang kejadian kemarin, Koyuki pasti langsung kabur, ngurung diri di kamar lagi wkwk.]

"Hm, benarkah?"

Koyuki menatapnya dengan curiga. Tapi, sepertinya dia tidak bermaksud untuk mengetahuinya lebih dalam lagi. Percakapan pun beralih ke liburan musim panas yang akan datang dan mereka mulai membicarakan rencana mereka dengan gembira.

Koyuki terlihat begitu rileks.

Tidak ada rasa malu, tidak ada kepura-puraan, tidak ada yang aneh sama sekali.

Itulah mengapa Naoya hanya bisa menebak.

Oh, kau tidak ingat!? Serius, gadis ini! Dia lupa tentang ciuman sebelumnya, bukan!?

Rupanya, Koyuki linglung karena demamnya dan dia tidak mengingat apapun pada hari itu.

Di sisi lain, Naoya hanya bisa meratapi nasibnya untuk dirinya sendiri. Dia tahu bahwa segalanya akan berubah jika dia memberitahunya tentang ciuman tadi malam.

TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah: 

Setelah chapter emosional sebelumnya, ahirnya kita disuguhkan dengan epilog yang ringan namun mengejutkan wkwkwkwkwk Aku yakin 7.5 dari 10 orang yang sudah liat ilustrasi volume 2 akan sangat bertanya-tanya dengan ilustrasi Koyuki mencium Naoya di kasur. Jadi, saranku saja, jangan melihat ilustrasi dahulu sebelum membaca ceritanya (pengalaman kemaren dipancing admin SiPoi buat nyari ilustrasi volume 5 dan aku menyesal sudah membukanya!). Terimakasih juga sudah mau melanjutkan membaca seri ini di KaoriTL ya! Jujur ini kali pertamaku buat ngeTL LN dari sumber raw (Bahasa jepang) karena aku sendiri sudah frustasi nyari TL series ini dimana-mana dan tidak ketemu. Akhirnya yauda demi mbak Koyuki aku TL sendiri aja. Dan tentu saja banyak juga kan yang mesti pengen tahu kelanjutan ceritanya. Jadi, sekalian aku belajar merapikan hasil TLnya supaya layak untuk dipublish. Makasi juga buat KaoriTL yang mau ngepublish hasil TLku ^^ Sabar ya buat kelanjutannya, aku tahu kecepatan TLku memang sangat lambat soalnya aku pengen tiap kalimat hasil terjemahannya bisa benar-benar dimengerti. 

[ED: Oke, dari gw... pertama gw sangat berterima kasih pada kang TL yang mau melanjutkan terjemahan ini. Untuk pembaca setia KaoriTL, gimana? Udah kesampaian kan bisa lanjutin baca Vol2 nya 😅.. Di sini, gw cuma jadi editor doang. Ngerapihin beberapa kata biar enak untuk di baca kalian~ Dan, terakhir untuk kang TL, selamat bergabung di 'Kaori Translation!!']




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close