¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
Setelah masuk ke kota dan berjalan beberapa saat, Miki berhenti di depan sebuah toko.
"Mari kita pilih hadiah di sini."
"Di sini...?"
Sandai membeku karena melihat papan nama sambil melindungi dirinya dari sinar matahari dengan satu tangan... Itu adalah toko pakaian dalam atau lebih tepatnya toko yang menjual pakaian dalam wanita.
"....."
"Nn? Ada apa, Onii-chan?"
"Mi-Miki-chan. B-Bukankah ini toko yang menjual pakaian dalam wanita?"
"Itu benar. Emang kenapa?"
"E-Eh, kenapa katamau.. Itu, umm.."
"Oh, ya. Miki lupa, pasti kamu tidak tahu banyak tentang pakaian dalam wanita, ya.. Lagipula, Onii-chan seorang pria. Yup, serahkan pada Miki. Miki tahu banyak hal seperti desain yang Onee-chan suka atau ukurannya... Onee-chan pasti akan senang, karena dia tipe wanita yang cukup menyukai pakaian dalam."
Apa yang Sandai ingat saat itu adalah hari di mana badai menyerang dan Shino yang datang untuk menginap semalam di apartemennya.
Pakaian dalam yang dicuci Shino saat itu berwarna merah.
Sandai tidak begitu yakin atas dasar apa wanita memilih pakaian dalam mereka, tetapi dia tahu bahwa warna merah umumnya dianggap sebagai warna yang risqué. Karena dia akan mengenakan pakaian dalam berwarna seperti itu, sepertinya masuk akal baginya untuk menjadi lebih khusus tentang hal itu.
Tapi, tidak secepat itu.
Bahkan jika itu yang terjadi, itu akan membutuhkan keberanian untuk memasuki toko. Sandai mengerang dengan keringat dingin, hanya untuk Miki yang mengangkat bahunya dengan jengkel.
"Apa kamu tidak ingin melihat wajah bahagia Onee-chan?"
"Aku memang ingin, tapi..."
"Kalau begitu, Onii-chan harus masuk. Cepat bergerak."
"A-Aku masih belum menyiapkan..."
"Ayolah!"
Saat Sandai memasuki toko dengan Miki mendorong pantatnya dengan kuat, para pelanggan wanita di sekitarnya langsung menatapnya begitu dia melangkah masuk ke dalam toko. Sandai membeku pada keheningan yang sangat canggung.
"A-Apa ada yang bisa saya bantu..?" Seorang karyawan wanita dengan pipi yang berkedut diam-diam muncul dan berbicara dengannya. Dia jelas-jelas melihat Sandai sebagai orang yang mencurigakan. Jadi, dia mencoba untuk memuluskannya dengan senyum yang dipaksakan.
"Ahaha..."
"Apa terjadi sesuatu pada Anda?"
"....."
"Pelanggan-san?"
"....."
"Umm, pelanggan-san.. Hellooooo... Tunggu, wajahnya merah padam."
Tidak tahu bagaimana memulai untuk berbicara, Sandai merasa malu melihat tidak ada apa-apa selain pakaian dalam wanita di kanan dan kirinya, membuat wajahnya berubah menjadi merah terang.
"Apa Anda sakit? Haruskah saya mengambilkan es?"
"Tidak... umm..."
"Iya?"
"...."
Sandai terdiam lagi, "Kami kesini untuk membeli pakaian dalam," lalu Miki mengiriminya sekoci. "Onii-chan ini adalah pacar Kakakku. Dia ingin membeli pakaian dalam untuk Onee-chan sebagai hadiah."
Kemudian karyawan wanita itu menepuk kedua telapak tangannya. "Oho, begitu toh..."
Sandai berhasil sedikit tenang setelah melihat reaksi bahwa datang ke sini untuk membeli hadiah bukanlah hal yang aneh. Dia menjadi cukup tenang untuk bisa berbicara dengan normal.
"Umm... Apakah hal aneh pria datang ke sini untuk membeli pakaian dalam sebagai hadiah untuk pacar mereka?"
"Tentu saja tidak, bahkan ada beberapa pria yang datanh ke sini untuk membeli pakaian dalam untuk pacar mereka.."
"Begitu, lega rasanya. Kupikir aku akan di anggap sebagai pria cabul.."
"Eh? Tidak, kupikir ada banyak yang berpikir begitu."
"Eh? Tidak, bukankah kau barusan mengatakan bahwa beberapa pria juga datang ke sini untuk membeli pakaian dalam sebagai hadiah?"
"Errr, pria yang datang untuk membeli pakaian dalam sebagai hadiah biasanya datang dengan penerima yang dituju, yaitu pacar atau istri mereka. Selain itu... misalnya, datang kemari bersama dengan seorang gadis kecil seperti ini bukanlah sesuatu yang sering Anda lihat. Kalaupun ada, Anda hanya mengetahuinya setelah menanyakannya. Kali ini aku sudah menanyakannya dan merasa lega, tetapi jika dilihat dari samping tanpa informasi... umm... lihat?" Karyawan wanita itu melirik ke gagang telepon di dinding yang terhubung ke nomor darurat.
Itu adalah kesalahpahaman yang mengerikan, tetapi jika dilihat secara obyektif, itu tidak bisa ditolong bahkan jika orang berpikir itu sebenarnya adalah kebenaran. Jadi, dia tidak bisa mengajukan keluhan apapun.
"Mari kita kembali ke topik.... Ini tentang pacar Anda.. Singkatnya, apakah Anda mengetahui 3 ukuran miliknya.."
"Eh, ukuran?"
"Iya."
Dia bisa mendapatkan gambaran bentuk tubuh Shino, yang samar-samar-hanya sebuah kesan berdasarkan apa yang dia lihat dari atas pakaiannya, tetapi Sandai tidak tahu detailnya. Sandai melirik ke arah Miki. Dan kemudian Miki mengeluarkan sebuah memo pad dari saku depan bajunya dan menunjukkannya pada karyawan itu.
Sepertinya lebih baik menyerahkannya pada Miki-chan di sini...
Sandai memutuskan untuk diam-diam bersembunyi di balik pilar agak jauh dan hanya mengamati dari kejauhan.
Dia tidak bisa mendengar percakapan mereka dengan baik, tetapi dia bahkan tidak bisa memberikan jawaban jika dia diberondong pertanyaan karena sembarangan berada di dekatnya. Jadi, dia akan mempertahankan tempat ini sampai percakapan selesai.
'....Tidak hanya tiga ukuran, bahkan paha, betis, lengan atas, leher, lebar bahu dan ukuran kepala semuanya menakjubkan.'
'Wow... Sungguh seorang Onee-chan dengan figur yang bagus. Apa dia modeling atau semacamnya?'
'Dia bukan modeling atau apa pun, tetapi yah, hanya tubuh dan wajahnya. Kewaspadaannya kuat, tetapi kepalanya kosong.' [TN: Bodoh]
'Sungguh cara yang tak kenal ampun untuk mengatakannya... Apa kamu tidak menyukai Onee-chan-mu?'
'Jika Miki membenci Onee-chan, Miki tidaka akan melakukan ini, kau tahu..'
"A-Ah, benar juga.. Err... bagaimanapun juga, karena kamu sudah tahu sebanyak ini, sepertinya tidak perlu khawatir tentang fitting dan sebagainya. Jadi, jenis apa yang disukai oleh Onee-chan-mu?'
'Dia menyukai warna-warna yang sedikit mencolok dan kain dengan sentuhan yang bagus. Sebuah desain yang imut mungkin bagus.'
'Mencolok... terasa nyaman... imut... hmmm, kalau begitu mungkin sudut di sana.'
'Mm. Baiklah, ayo kita pergi, Onii-chan... tunggu, kemana dia pergi?'
Percakapan tampaknya telah berakhir. Jadi, Miki mulai melihat sekeliling mencari Sandai.. Lalu dia menemukan Sandai bersembunyi di balik pilar, membuatnya tercengang.
"Sejak kapan kamu berada di sini..."
"H-Hanya sebentar. Seperti, bahkan jika subjek itu diangkat, aku bahkan tidak bisa menjawab, kau tahu?"
"Astaga... itu terlalu menyedihkan."
Bahkan Sandai sadar bahwa dia telah melarikan diri, tetapi dia tidak ingin mengatakannya dengan kata-kata jika memungkinkan.. memiliki hal itu menusuknya jauh di dalam hati.
Tapi yah, tidak ada gunanya mengkhawatirkan yang sudah berlalu...
"Ada di sini." Bagaimanapun juga, Miki mulai bergerak. Jadi dia mengejarnya, lalu tiba di sudut di mana tidak ada apa-apa selain pakaian dalam dewasa.
Banyak yang berwarna seperti ungu, merah dan merah muda..bahkan ada yang memiliki desain cabul, pipi Sandai berubah merah terang untuk ketiga kalinya dan dia akhirnya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Hei, Onii-chan... ayolah, kamu harus memilih sekarang."
"K-Kupikir aku akan menyerahkan masalah ini padamu, Miki-chan..."
"Nggak, Miki hanya akan memberikan masukkan.. Orang yang memilihnya haruslah kamu, tau.. New, apa kamu mendengarkan Miki, Onii-chan?"
Meskipun itu adalah argumen yang bagus, dia tetap tidak bisa melihat lurus ke depan pada hal itu.
".... Menebak-nebak bukan ide yang bagus .. Hmm, mari kita lihat. Menurut Miki yang akan membuat Onee-chan senang adalah.... sesuatu seperti ini mungkin?"
Sandai menciptakan celah diantara jari-jarinya dan melirik pakaian dalam di tangan Miki. Itu adalah atasan dan bawahan tembus pandang berwarna cherry-blossom yang dalam dengan renda-renda yang terkumpul.
Itu adalah jenis pakaian dalam yang seksi tetapi masih imut dan semacamnya.
"Itu..."
"Onee-chan menyukai sesuatu seperti ini, tau? Dan ukurannya tentu saja 65F juga."
"...F?"
"Eh? Onii-chan tidak tahu, ya? Ketika Onee-chan melepaskan pakaian dalamnya.. itu langsung boing-boing, kau tahu.."
Shino tampaknya memiliki payudara besar yang tersembunyi menurut Miki, tetapi itu juga tampaknya tidak sepenuhnya salah. Ketika Shino dan Miki hampir bertengkar, dia merasa seperti ada yang menyebutkan melon kecil yang diletakkan di bra-nya dan sebagainya.
Terlebih lagi, dia baru saja membonceng Shino dan itu memang sebuah aset yang luar biasa, bahkan Sandai bisa merasakan sensasi sentuhannya.
Memang benar.. Itu besar..
Alasan Sandai tidak menyadari fakta yang begitu jelas sampai sekarang adalah karena sebagian besar perasaan yang dia pendam untuk Shino diarahkan secara internal.
Tentu saja dia tertarik pada tubuh wanita seperti yang dilakukan seorang remaja lainnya, tetapi dia menekannya dengan baik dengan caranya sendiri. Meskipun, karena eksposisi Miki, keseimbangan nalar yang telah berada dalam keseimbangan sampai sekarang mulai miring ke arah yang tidak baik.
"... Coba bayangkan, Onii-chan. Bayangkan Onee-chan dengan pakaian dalam ini."
Ketika dia mencoba membayangkannya seperti yang Miki katakan padanya, mimisan mulai keluar dengan sendirinya. Sandai buru-buru menyeka hidungnya.
'S-Sandai..'
K-Kenapa aku mimisan... Aku hanya membayangkannya setelah Miki-chan menyuruhku.. Ini tidak seperti aku memikirkan sesuatu yang membuatku terlihat seperti pria mesum... Tidak, tidak!
Sambil membuat alasan konyol di dalam hatinya, Sandai menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat dan menghapus bayangan Shino dalam pakaian dalam dari pikirannya.
"Onii-chan... Sekilas wajahmu tampak seperti orang mesum, tau.."
"I-Itu tidak benar." Sandai menutupinya dengan batuk dan secara paksa memasang wajah tenang dengan kemampuan terbaiknya. "Itu hanya imajinasimu, Miki-chan."
"Eee, iyakah~?"
"Benar. Selain itu... pakaian dalam itu terasa sedikit terlalu dewasa.. di mata Onii-chan."
"Menurutku ini pakaian dalam tipe imut dan tidak terlalu dewasa, meskipun... Bukankah itu hanya delusio lewd-ish-mu-"
"P-Pokoknya, ayo kita cari yang biasa saja.."
"Miki berpikir ini juga cukup normal. Ini masalah bagaimana kamu melihatnya, kau tahu?"
Sekarang setelah dia mengatakannya, tidak memilih pakaian dalam ini juga tampaknya menjadi hal yang membuktikan pikiran jahatnya sendiri.
Karena ingin menghindari dicap sebagai 'pria mesum,' Sandai memutuskan untuk membeli pakaian dalam di tangan Miki setelah banyak pertimbangan.
"....Yah, Onii-chan yakin bahwa yang satu ini juga bagus."
"Tiba-tiba berubah, bukan? Apa yang kamu katakan."
"Itu tidak benar. Seperti yang kau katakan, yang satu ini pasti tipe yang imut dan kupikir itu akan terlihat bagus pada Shino. Itu benar, bagaimanapun juga itu 'imut'."
"....."
"Apa maksud dari wajah 'yikes' itu? Hei, Miki-chan."
"....Tidak, bukan apa-apa kok. Kamu benar, karena pakaian dalam ini 'imut', bukan?"
Miki tampaknya telah membuat banyak tebakan dan tidak mengatakan apapun untuk menggali lebih jauh setelah itu. Benar-benar seorang gadis yang bisa membaca suasana hati.
Ketika Sandai bergegas ke kasir dengan pakaian dalam di tangan, karyawan wanita yang tadi berdiri di konter. Dia merasa lega karena mungkin saja dia diberi tatapan aneh dan memberikan penjelasan lagi seandainya itu adalah karyawan lain.
"Ara... Sudah memutuskannya toh."
"Tolong tagihannya."
"Oke, tunggu sebentar. ...totalnya 24,580 yen."
"20--?" Sandai meragukan telinganya sendiri pada jumlah besar yang tak terduga; dia pikir dia salah dengar. "...Umm."
"Iya."
"24,580 yen?"
"Benar."
Tampaknya dia tidak bukan salah dengar, sehingga rahang Sandai turun.
Pertama-tama, variasi pakaian dalam untuk wanita berpayudara besar itu kecil dan yang memiliki desain bagus di antara mereka akan sangat mahal, tetapi Sandai tidak menyadari keadaan khusus seperti itu dan hanya bisa berpikir, 'Kenapa mahal sekali?'
"Apa ada yang salah?"
"T-Tidak... umm... err... bukan apa-apa."
"Kalau begitu, silahkan lanjutkan pembayarannya."
Dengan berantakan, dia pergi untuk memeriksa bagian dalam dompetnya. Ketika dia menghitung uang kertas dengan jari-jari yang gemetar, rasanya seperti dia hanya mendapatkan hampir tidak cukup dengan dirinya.
Sebagai akibat dari hidup sendiri, Sandai akan mendapatkan uang yang ditransfer oleh orang tuanya pada tanggal yang ditentukan setiap bulan untuk biaya hidup dan itu hanya cukup untuk hidup normal, tidak cukup baginya untuk hidup dalam kemewahan. Dia merasa tertekan memikirkan bahwa hidup akan menjadi lebih sulit mulai besok dan seterusnya karena biaya yang cukup mahal ini.
Namun, berpikir bahwa ini akan menjadi harga kecil yang harus dibayar jika dia bisa melihat senyum Shino, Sandai membayar tagihannya.
Dia tidak menyesal.
"Terima kasih banyak, ini kembaliannya.. Oh, ya. Nanti saya bungkus secara khusus. Ini untuk haidah, bukan?"
"Tolong lakukan. Aku akan memberikan ini saat Natal. Jadi, aku akan senang kalau kau bisa membungkusnya untuk itu."
"Jadi, ini hadiah Natal. Anda pasti begitu cepat untuk mulai mempersiapkannya sekarang."
"Aku tidak ingin panik pada menit-menit terakhir, jadi..."
"Pacar Anda pasti diberkati karena Anda memikirkannya dengan begitu baik. Kalau begitu, tolong tunggu sebentar."
Karyawan wanita itu pindah ke konter berikutnya dan mulai memotong kertas kado dengan tangan yang terlatih, tetapi... "Fhuu," dia tersenyum mencela diri sendiri dan menggumamkan sesuatu di tengah jalan.
'...Pakaian dalam untuk hadiah Natal, ya. Apakah, 'Aku tidak ingin hari ini menjadi malam yang suci, aku ingin menjadi malam seks,' atau sesuatu seperti itu? Anak muda akhir-akhir ini memang luar biasa, seperti memiliki wajah yang lemah lembut tapi buas. Yah, lebih baik itu daripada pengecut.'
Dia tidak bisa benar-benar mendengarnya, tetapi dia seharusnya memberitahunya secara langsung jika ada sesuatu yang salah. Dan Sandai lebih suka menatap isi dompetnya yang sekarang lebih sepi.
...Ini membuatlu ingin mendapatkan semacam pekerjaan paruh waktu.
Pengeluaran seperti saat ini akan terus terjadi mulai sekarang. Waktu juga akan berlalu begitu cepat bahkan liburan musim dingin pun akan datang dalam waktu singkat. Pada saat itu, mereka pasti akan membicarakan tentang pergi ke suatu tempat yang sedikit lebih jauh lagi.
Semakin banyak biaya liburan yang kau miliki, semakin luas dan banyak pilihan yang bisa kau nikmati. Dia merasa seperti dia bisa bekerja keras untuk itu, demi momen yang menyenangkan bersamanya.
Setelah menjadi penyendiri sampai sekarang dan dengan sosialisasi yang bukan keahliannya, Sandai tidak tahu apakah dia bisa bekerja tanpa masalah. Tapi tetap saja, dia berpikir untuk mencobanya.
Bahkan tidak menyadari wajahnya sendiri tanpa sadar berubah menjadi senyuman, Sandai sampai di rumah dan menyembunyikan pakaian dalam yang dibungkus kertas kado bermotif bunga di lemari. Dan kemudian Miki menusuk Sandai dari belakang dengan jarinya.
"Sepertinya tidak ada yang bisa dilakukan lagi jadi Miki akan pulang sekarang. Itu sangat menyenangkan dan Miki juga puas."
Sandai tidak tahu di mana faktor kesenangannya, tetapi Miki tampaknya akan pulang sekarang.
"Oh begitu. Kalau begitu aku akan mengantarmu ke stasiun."
"Terima kasih."
"Sama-sama, terima kasih atas sarannya. Ngomong-ngomong... bagaimana dengan makan siang? Aku tidak punya banyak uang, tetapi kalau kamu tidak keberatan dengan tempat yang murah, aku bisa mentraktirmu, kau tahu? Mau pergi ke suatu tempat untuk makan?"
"Miki senang Onii-chan mau mengajakku makan. Tapi, Miki sudah mengatakan kepada Papa dan Mama bahwa Miki akan pulang saat jam makan siang. Jadi, mereka pasti sudah menunggu Miki."
"Begitu. Sejak awal kamu berencana untuk pulang ketika jam makan siang, ya.."
"Miki tidak akan berada di luar sampai malam, kau tahu? Ada banyak orang berbahaya di dunia saat ini dan hari ini pertama kalinya Miki naik kereta sendirian juga. Miki juga tidak ingin tersesat setelah gelap dan sebagainya."
Miki tampaknya memiliki manajemen krisis yang solid. Entah bagaimana dia bisa memahami alasan mengapa orang tuanya mengizinkannya untuk berjalan-jalan sendirian kali ini.
"Ah, juga... Miki punya permintaan, Onii-chan."
"Sebuah permintaan?"
"Rahasiakan dari Onee-chan kalau Miki datang ke sini hari ini, oke? Dia akan sangat marah jika dia tahu Miki datang ke sini sendirian."
Miki tentu saja telah membantu Sandai dalam banyak hal hari ini. Jadi, dia memutuskan untuk menerima permintaan Miki.. dia mengangguk singkat. Miki menghela napas lega dan tersenyum.
Ketika mereka tiba di peron stasiun, kereta tiba tepat saat itu. Pssh-Miki melompat masuk segera setelah pintu terbuka.
"Hati-hati, oke?"
"Okaaay. ...Oh ya, Onii-chan, punya waktu sebentar? Pinjamkan telingamu."
Miki memberi isyarat dengan tangannya. Jadi, Sandai mendekatkan wajahnya sambil menggaruk kepalanya...
Chuu~
Hanya untuk mendapatkan ciuman di pipi.
"....Miki-chan?"
Di saat Sandai tercengang, Miki tersenyum lebar.
"Itu bonus dari Miki. Lain kali, Onii-chan harus memberi Miki uang jajan lebih, oke? Kalau Onii-chan melanggar janji, Miki akan memberitahu Onee-chan kalau kamu selingkuh dengan Miki."
Ada pukulan yang aneh; dia merasakan sesuatu bahwa jika dia melanggar janji, dia akan benar-benar melaksanakannya dan bukan hanya ancaman belaka.
Sikap berani tanpa keraguan apapun dalam bertindak sesuai dengan kata-katanya sendiri entah bagaimana mengingatkannya pada Shino. Meskipun kepribadian mereka jelas-jelas berbeda, dia bisa mengatakan bahwa mereka bersaudara dari sudut pandang seperti itu.
Dengan senyum masam, Sandai mengatakan padanya, "Aku mengerti."
Bahkan jika Miki mengatakan sesuatu, Shino tidak akan langsung mempercayainya. Tapi tetap saja, dia sudah kewalahan sampai-sampai membuatnya berpikir bahwa dia harus berhati-hati tentang hal itu untuk berjaga-jaga.
"Kalau begitu sampai jumpa nanti, Onii-chan."
Saat pintu tertutup dan kereta bergerak maju, Miki menatap Sandai sambil berdiri di kursinya dengan tangan menempel di jendela.
Ketika Sandai melambaikan tangannya, Miki melambai kembali.
Post a Comment