-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V2 Chapter 5.5

Chapter 5.5 - Gosip Yang Menggairahkan


"Nee, Nanami. Apa hanya aku saja atau Oppaimu makin bertambah besar? Apa Misumai memijatnya untukmu?"

"Fufu, Nanami~. Akhirnya kamu melakukannya juga. Nanami-ku sekarang sudah dewasa."

"Hah!? Apa yang kalian bicarakan!? Yoshin sama sekali tidak memijatnya! Juga, kenapa kamu terdengar sangat senang, Ayumi?!"

Mandi terasa sangat menyenangkan di akhir hari yang panjang.

Namun, hari ini, waktu mandi sedikit berbeda. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku mandi bersama dengan teman-temanku, Hatsumi dan Ayumi.

Apa kami benar-benar tidak pernah melakukan hal ini sejak kami masih di SMP?

Sekarang, setelah kami menjadi anak SMA, kamar mandi keluarga terasa sedikit sempit dengan kami bertiga di dalamnya.

"Wah, aku iri sekali padamu, Hatsumi," kata Ayumi. "Pinggangmu kecil dan kamu bahkan punya perut yang six-pack."

"Tidak, aku juga sudah berhati-hati agar tidak lebih dari ini. Juga, bukankah perutmu agak buncit, Ayumi?"

"Hmm, nggak juga kok. Meski aku sering ngemil akhir-akhir ini, tetapi aku yakin berat badanku masih sama."

Mengenakan pakaian ulang tahun kami, kami semua duduk di bak mandi sambil mengomentari tubuh masing-masing. Aku juga iri dengan bentuk tubuh Hatsumi yang bagus. Meskipun dia mengatakan bahwa Ayumi memiliki perut yang kecil, aku sendiri sebenarnya juga mengkhawatirkan hal itu. Makanan terasa sangat enak ketika aku makan bersama Yoshin. Jadi, aku selalu makan lebih banyak dari yang seharusnya.

"Mungkin aku dan Ayumi harus melakukan diet," gumamku.

Ayumi mengerutkan keningnya. "Hah? Nanami, kamu tidak perlu menurunkan berat badan. Astaga, aku berharap semua lemak di tubuhku bisa masuk ke payudaraku seperti milikmu."

"Hentikan itu," bentak Hatsumi, saat ia melihat Ayumi mengangkat payudaranya sendiri.

Aku cukup yakin payudaraku tidak bertambah besar. Maksudku, ukuran bra-ku masih sama seperti biasanya. Ayumi bilang dia iri padaku karena suatu hal, tapi aku lebih iri pada mereka berdua. Seperti pepatah 'Rumput tetangga jauh lebih hijau'.

Karena tidak mungkin untuk masuk ke dalam bak mandi sekaligus, Ayumi dan Hatsumi bersantai di dalamnya terlebih dahulu, sementara aku mandi di dekatnya.

"Jadi, bagaimana kencannya? Apa kamu berhasil menciumnya?"

Hatsumi bertanya.

"Apa kamu menciumnya? Kamu melakukannya, kan? Apa kamu mendapatkan ciuman pertamamu?"

Aku benar-benar terpana.

Bagaimana mereka bisa tahu?!

Saat aku menatap mereka, mataku terbuka lebar, Hatsumi mulai menyeringai. Ayumi tetap tersenyum polos seperti biasa, tapi ia terlihat lebih tertarik ciuman itu dari biasanya.

"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan," jawabku.

Aku tahu tidak ada gunanya berdebat setelah jeda yang begitu lama, tapi aku berusaha sebaik mungkin untuk menenangkan diri dan memberikan senyuman yang paling meyakinkan. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku merasakan hawa dingin menjalar di tulang belakangku. Mungkin itu karena pancuran air hangat tidak mengenai punggungku. Atau mungkin aku hanya membayangkannya.

Ya, itu pasti.

"Oh, kamu tidak perlu berpura-pura. Kami sudah mendengar semuanya dari Tomoko-san," kata Hatsumi.

"Ya, kami dengar dia menyuruhmu menciumnya hari ini."

Maamaa! Apa yang kamu katakan pada mereka?! Kamu tidak boleh mengatakan hal seperti itu pada mereka berdua! Apa ini alasan mereka datang ke sini hari ini? Apa mereka datang karena ingin mendengar semua gosip? Astaga, mereka seharusnya menghabiskan waktu mereka untuk kencan dengan pacar mereka sendiri. Mengapa mereka harus mendengar semua tentang apa yang kulakukan dengan pacarku?

"Jadi? Mengaku saja, Ojou-chan."

"Yup, yup. Akui saja. Kalian sudah berciuman, kan? Ciuman bibir~ Oh, apa ada aksi lidah?"

"H-Hah?!"

Bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal seperti itu?! Oh, Hatsumi baru saja memukul Ayumi. Itu benar-benar menyakitkan ketika dia melakukan itu. Dia memukulmu di bagian yang paling keras, jadi itu benar-benar membuat kepalamu berdenging.

Hatsumi mulai memarahi Ayumi yang sedang memegangi kepalanya. Aku mendorong Hatsumi untuk memarahinya lebih keras.

"Kamu terlalu eksplisit, Ayumi," gonggong Hatsumi. "Tidak mungkin seorang pemula seperti Nanami bisa melakukan itu."

"Kenapa kamu memukulku, Hatsumi! Sakit tau."

Hatsumi keluar dari bak mandi meski Ayumi menggumamkan keluhannya. Aku menggantikan posisi Hatsumi, senang karena topik pembicaraan sudah berganti.

"Jadi? Sudah sampai mana? Apa kamu sudah menciumnya?" Ayumi bertanya.

Aku menariknya kembali, tidak ada yang berubah. Mereka tidak lupa dan mereka tetap bertekad untuk mencari tahu lebih banyak. Jadi, aku mendekatkan telunjukku ke bibirku dan berkata dengan sederhana, "itu rahasia."

Memang benar, aku pernah mencium Yoshin, tetapi mencoba mengingatnya kembali dengan tenang dan membaginya kepada mereka berdua, sungguh memalukan.

"Oh, ayolah, beritahu kami," pinta Hatsumi.

"Benar, nggak usah malu-malu. Ayo, Nanami beritahu kami!"

"Rahasia tetaplah rahasia," kataku.

Mereka terus mendesakku untuk menjawab, tetapi aku dengan keras kepala menolak. Keadaan terus berlanjut seperti ini untuk sementara waktu, tetapi akhirnya aku berkata kepada mereka, "Cukup. Ada apa dengan kalian berdua? Ini hari Minggu. Kalian seharusnya pergi kencan dengan pacar kalian."

Mereka berdua langsung terdiam. Wah, apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya, tidak dapat menahan kekhawatiranku.

"Dia tidak ada di rumah hari ini. Dia ada pertandingan atau semacamnya," kata Hatsumi.

"Aku juga. Onii-chan sedang berada di luar kota dan aku tidak bisa menemuinya untuk sementara waktu," kata Ayumi.

Mereka berdua menghela napas panjang-kemudian mulai menatapku lagi, seolah-olah mereka ingin aku menceritakan lebih banyak tentang kencanku sehingga mereka dapat mengisi kekosongan romansa mereka sendiri. Meski begitu, aku tetap menolak. Sepertinya mereka akhirnya menyadari bahwa pikiranku sudah bulat, karena mereka akhirnya menyerah.

"Yah, terserah deh. Aku senang hubunganmu dan Misumai berjalan lancar.," kata Hatsumi, menyerah.

"Sudah 2 Minggu sejak kalian mulai pacaran, ya.. Wow, waktu terasa cepat sekali berlalu."

"Serius? Ini sudah dua minggu, ya?"

Kami semua terdiam. Sudah setengah jalan menuju satu bulan yang dijanjikan.

Apa hubunganku dengan Yoshin terus berkembang?

Hatsumi dan Ayumi mengatakan bahwa memang seperti itu, tapi aku tidak begitu yakin.

Saat itulah Ayumi menoleh ke arahku dengan ekspresi serius dan berkata, "Nee, Nanami, aku ingin memberimu beberapa nasihat."

Jarang sekali Ayumi secara langsung berbagi pendapat denganku. Dia selalu terlihat seperti sedang bersenang-senang dan hampir tidak pernah serius seperti ini. Rupanya, Hatsumi sama terkejutnya denganku, tapi dia mendengarkan dengan serius.

"Entah itu berciuman atau berhubungan seks," kata Ayumi, "jika kamu ingin melakukannya, kamu harus melakukannya. Jangan menahan diri, oke?"

"Apa yang kamu katakan dengan wajah lurus seperti itu?!"

Hatsumi berteriak. Aku juga kaget dengan nasihat yang tiba-tiba itu, tapi Ayumi terlihat sangat serius. Ekspresinya tidak goyah sama sekali.

"Aku merasa Misumai mirip dengan Onii-chan-ku. Jadi, akan sulit untuk melakukan hal lain selain berciuman dengannya," katanya. Ia mengangkat tangannya dari bak mandi dan menyentuh bibirnya.

"Lebih dari berciuman?" Ini sudah terlalu berlebihan bagiku.

"Seorang gadis juga ingin melakukan hal-hal seperti itu, kau tahu? Tapi kalau dia tidak mau melakukan apa-apa, maka satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah memintanya sendiri, kan?"

Saat Ayumi membelai bibirnya dengan jari-jarinya, ia menunjukkan ekspresi sensual yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Apakah itu ekspresi yang hanya dia tunjukkan pada pacarnya? Aku bertanya-tanya. Aku mengerti maksudnya. Mengambil inisiatif juga penting.

Saat aku duduk di sana terkesan dengan saran Ayumi, Hatsumi menyipitkan matanya dengan jengkel. "Begini, ya. Pacarmu sudah dewasa secara hukum. Bukankah dia akan ditangkap jika dia melakukan sesuatu denganmu? Itu tidak lain adalah kematian sosial."

"Oh, kamu mengatakan hal yang sama seperti yang dia katakan. Tapi, mau bagaimana lagi kan? Aku terlalu mencintainya. Paling tidak, raba-raba dikit lah!" teriak Ayumi.

Meraba-raba apa, tepatnya?! Aku menyesal telah menganggap Ayumi serius walau hanya sesaat. Dia sudah kembali ke dirinya yang biasa.

"Oleh karena itu. Hari ini, aku membawa baju yang agak menggoda untuk kita bertiga pakai dan mengobrol antar cewek-cewek di kamarmu! Kita bisa mencari tahu bagaimana caranya agar Misumai benar-benar menari di telapak tanganmu!"

"Jangan bilang kamu membawa pakaian dalam itu..." Hatsumi bergumam.

"Yup, aku juga membawa beberapa untuk kalian berdua agar kita bisa mencocokkannya! Semuanya sama, tapi warnanya berbeda."

Dilihat dari raut wajah Hatsumi, apapun yang dibawa Ayumi bukanlah sesuatu yang bagus.

Tidak, tunggu, yang lebih penting...

"Tapi aku ingin mengobrol dengan Yoshin malam ini," kataku.

"Oh, ayolah Nanami," rintih Ayumi. "Kami akan membiarkanmu berduaan dengan Misumai begitu kita selesai ngobrol. Fufu, Nanami. Jika kamu memakai baju yang aku bawa, aku yakin dia akan senang."

"Aku tidak begitu yakin dengan hal itu. Itu mungkin bukan ide yang bagus," gumam Hatsumi.

Pakaian seperti apa yang akan membuat Hatsumi, yang biasanya mengenakan pakaian super minim merasa ragu? Sebenarnya aku ingin Yoshin melihatku mengenakannya, apa pun itu. Apa itu buruk?

Tapi pada saat itu, aku masih tidak menyangka bahwa aku masih mengingat nasihat Ayumi di kepalaku dan bahwa aku, dengan mengenakan pakaian yang dimaksud, akan melakukan sesuatu yang begitu sensual kepada Yoshin. Bahkan, aku tidak akan mengetahuinya sampai keesokan paginya...





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close