-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Make Heroine ga Oosugiru Volume 4 Interlude 2

Interlude 2 - Alasan Untuk Tidak Menjadi Pacar


"Um, aku mau pergi ke toilet dulu..."

Ruang karaoke. Hari Minggu.

Hanya Yakishio dan Teiara yang tersisa di ruangan itu setelah Nukumizu beranjak dari tempat duduknya.

Keheningan pun terjadi. Yakishio menyesap teh olong dan duduk di sebelah Teiara.

"Hei, Ba-chan."

"Ba...? Barusan kamu memanggilku?"

Tentu saja, Yakishio mengangguk. Ia kemudian memberikan mikrofon padanya.

"Baiklah, aku punya pertanyaan. Apa kamu pacaran dengan Nukkun?"

"Apa!? K-Kenapa kamu menanyakan itu!?"

Cicit. Erangan Teiara membuat mikrofon menjerit.

Yakishio sepertinya tidak keberatan. Ia terus mendorong mikrofon ke arahnya.

"Jarak di antara kalian berdua menegaskan kembali pertanyaanku, tak peduli bagaimana aku melihatnya, bukan? Apa orang-orang akan benar-benar begitu dekat jika mereka hanya belajar secara normal?"

"I-Itu!"

Teiara-san merampas mikrofon itu.

"Itu karena hanya ada satu buku pertanyaan di sini! Apa ada masalah!? Apa aneh jika aku belajar dengan laki-laki!?"

Setelah mengatakan semua itu sekaligus, Teiara menarik napas sebelum memberikan mikrofonnya kembali kepada Yakishio.

"Err, ... memang, itu tidak aneh."

Yakishio tampaknya kewalahan oleh keganasannya. Dia mengangguk dan mematikan mikrofon.

Teiara-san menenggak teh yang tersisa. Dia berbicara dengan tenang.

"Nukumizu-san dan aku sudah pernah bertemu sebelumnya, dan saat itu kami belajar bersama. Lalu, apa hubunganmu dengannya, Yakishio-san?"

"Hmm? Kami berdua berada di Klub Sastra. Dia memanggilku ke sini hari ini untuk-"

Yakishio berhenti sejenak. Ia mengerutkan kening dan menatap langit-langit.

"Eh, apa dia memanggilku ke sini...?"

"Eh, apa maksudnya? Maksudmu kamu datang ke sini tanpa dia menyuruhmu?"

Yakishio menyilangkan tangannya dan memiringkan kepalanya.

"Hmm- aku tidak yakin. Kalau dipikir-pikir, penjelasan yang kudapat tidak terlalu rinci- aku hanya berpikir aku akan mampir ke karaoke saat aku tersadar dari itu."

"... Begitu."

Teiara-san berulang kali mengangguk seolah-olah dia benar-benar mengerti.

"Ini adalah semacam penipuan pernikahan, kan?"

"Eh? Penipuan dalam pernikahan?"

"Memang, itu adalah sebuah teknik untuk menggoda pihak lain untuk memikul tanggung jawabnya melalui kata-kata yang tidak jelas. Bagaimana jika pacarmu mengatakan, 'Aju tidak bisa menikah denganmu karena aku memiliki banyak hutang' dan bukannya 'tolong nikahi aku'? Apa yang akan kamu lakukan?"

"Utang itu menakutkan. Aku akan mengatakan aku akan membantumu juga. Mari kita coba yang terbaik dan melunasinya..."

Yakishio sepertinya menyadari sesuatu. Dia bertepuk tangan.

"Apa kamu akhirnya melihatnya? Dia membiarkanmu berpikir bahwa kamu bisa menikah dengannya setelah kamu selesai melunasi hutangnya. Dengan kata lain, Nukumizu-san menggunakan taktik penipuan pernikahan meskipun dia seorang siswa SMA."

"Apa aku telah jatuh ke dalam perangkap pernikahan sekarang? Tapi Yana-chan adalah orang yang meneleponku."

"Meskipun aku tidak tahu siapa orang itu, ini adalah strategi klasik juga. Mempersiapkan pihak ketiga sebelumnya."

Teiara menatap tajam ke arah pintu kamar, dimana Nukumizu baru saja pergi.

"Tapi aku merasa Nukkun bukan orang seperti itu. Dia lebih seperti anak yang tidak peka. Jauh berbeda dengan para dalang yang jahat dan penuh perhitungan itu." 

"Hmm, memang. Dia bukan orang yang cerdas seperti itu. Dia tidak memiliki kepribadian untuk melakukan penipuan pernikahan. Dia juga cukup sibuk hari ini..."

Teiara-san menuangkan teh ke dalam botol airnya sambil bergumam.

"Ba-chan, apa dia melakukan sesuatu padamu?"

"Aku tidak mengatakan dia melakukan sesuatu padaku. Aku hanya mengatakan bahwa seorang gadis harus sepenuhnya siap ketika pergi keluar, tidak peduli siapa pun itu."

"Heh, ... ya, kurasa begitu."

Yakishio bersiul pelan.

"Bukannya kamu harus menyadari hal-hal ini ketika kamu menginginkan seseorang. Tapi, Nukumizu-san sepertinya tidak mengerti usaha para gadis. Dia tidak peka."

"Ah, aku mengerti. Nukkun memang seperti itu. Siapapun yang jatuh cinta padanya akan mengalami kesulitan."

"Memang, dia adalah musuh para gadis."

"Nukkun benar-benar tidak bisa dimaafkan."

Keduanya saling bertukar pandang dan tertawa riang.

Saat itu, Nukumizu membuka pintu. Dia tampak terkejut.

"... Eh, ada apa? Kenapa kalian berdua menatapku?"

"Nah, itu sebabnya aku tidak menyukai bagian itu darinya."

"Ya, tepat sekali."

Kedua gadis itu tertawa lagi. Nukumizu hanya bisa menghela nafas tak berdaya-





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close