NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V1 Chapter 1 Part 1

Chapter 1 - Aku, Adik Iparku dan Gadis Gyaru


Bagian 1 【Meskipun keluargaku telah bertambah, tapi..】

'Bagaimana kabar Tsumugi, Shinji?'

Aku mendapat panggilan telepon dari Ayahku yang sedang pergi bekerja.

 Tsumugi adalah sepupuku dan sekarang dia adalah anggota keluarga Nagumo, memainkan peran sebagai "adik perempuan" dalam keluarga kami.

"Oh, soal itu .... Dia baik-baik saja. Tenang saja."

'Begitu, ya ... Syukurlah, aku minta maaf karena tidak ada di rumah. Meskipun aku yang membicarkan hal ini. Tapi, aku malah menyerahkannya padamu.'

 Meskipun aku tidak menggunakan pengeras suara (speaker), teleponku mengeluarkan suara keras yang bergema di seluruh ruangan. Ayahku, yang merupakan pria yang luar biasa besar, juga memiliki suara yang nyaring.

"Serahkan padaku. Aku juga mengkhawatirkan Tsumugi. Aku akan mengurus hal-hal di sini. Selain itu, selama Ayah bekerja dan menghasilkan uang, itu yang terpenting."

'Shinji, seperti yang sudah kukatakan padamu. Ini bukan tentang uang. Aku melakukan ini untuk kepuasan klien.'

"Ya, iya. Lagipula, kau tidak harus merasa bertanggung jawab untuk semuanya, Ayah."

 Ayahku masih seorang pria yang sangat profesional..

'Maaf, aku tahu kau baru mulai terbiasa dengan kehidupan sekolah menengah.'

"…Ini lebih sulit bagi Tsumugi dibandingkan diriku. Aku baik-baik saja." 

'Aku mengandalkanmu. Maksudku, kau tipe pria yang tidak punya masalah dengan kesendirian.'

"Urus saja pekerjaanmu sendiri atau aku akan menghabiskan uangmu."

'Ahaha, jangan khawatir tentang itu. Tapi, pengalaman yang kau miliki sekarang akan berguna suatu hari nanti.'

"…Kupikir ada hal yang lebih penting untuk dikhawatirkan saat ini daripada pertanyaan apakah aku seorang penyendiri atau tidak."

 Karena aku tidak tahan lagi, aku mengalihkan topik dengan berbicara tentang kehidupan sehari-hariku dan kami memiliki percakapan ayah-anak untuk sementara waktu.

'Dan Ayaka juga ... meskipun dia siap untuk itu, dia tidak akan membiarkan putrinya mati.'

 Ayaka adalah ibu Tsumugi. Selain itu, dia juga merupakan adik perempuan Ayahku. Kehilangan adik perempuannya pasti menyakitkan baginya. Terlepas dari kondisi mentalnya, Ayahku melakukan semua yang bisa dia lakukan untuk merawat Tsumugi sebelum dia datang ke rumah kami dan aku ingin melakukan sebanyak yang kubisa untuk mengikuti teladannya.

 Tsumugi dibawa ke rumah kami setelah kehilangan Ibunya, Ayaka, yang merupakan satu-satunya anggota keluarganya.

 Keadaan keluarga Tsumugi sangat rumit. Ayaka-san adalah orang tua tunggal dan dia membesarkan Tsumugi sendiri, sambil tetap menggunakan "Nagumo" sebagai nama belakangnya. Meskipun Tsumugi tidak pernah tahu wajah ayahnya dan juga tidak pernah berhubungan dengannya, sejauh yang kutahu, dia tidak pernah merindukannya. Kurasa dia puas dengan hidupnya bersama Ayaka-san. Namun, hubungan Ayaka-san dengan keluarganya tidak terlalu baik kecuali dengan Ayahku.. Jadi, sekarang Tsumugi ditinggalkan sendirian, satu-satunya tempat baginya adalah keluargaku.

 Awalnya, Tsumugi adalah sepupuku, tapi sekarang dia telah menjadi adik tiriku.

 Sebagai sepupunya, aku sudah mengenal Tsumugi sejak kecil, oleh karena itu- aku mendukung dia tinggal bersama kami, namun, aku tidak tahu bagaimana menghadapi seseorang yang baru saja kehilangan Ibunya.

 Aku belum memberi tahu Ayahku tentang ini.

 Bagi Ayahku, aku yakin dia masih berpikir bahwa kami sangat dekat satu sama lainー seperti ketika kami masih kecil.

 Mungkin karena Ayahku orang dewasa, oleh karena itu dia lebih dekat dengan Tsumugi dibandingkan diriku.

 Aku tahu bahwa aku harus melakukan sesuatu tentang hal itu.

'Yah, tidak ada gunanya menyesalinya sekarang. Jadi, aku akan meninggalkannya dalam perawatanmu untuk sementara waktu, Shinji.'

"Ya, serahkan padaku." kataku singkat.

 Setelah menutup telepon, aku mulai memikirkan Tsumugi, yang ada di kamar sebelah.

* * *

 Tsumugi selalu disebut sebagai "gadis baik".

 Dia bisa sedikit nakal kadang-kadang, mungkin karena Ibunya, Ayaka-san, baik padanya. Tapi ketika dia masih di sekolah dasar, dia sering bersembunyi di belakang Ayaka-san dan tidak memberikan kesan tegas.

 Dia sekarang adalah seorang siswi sekolah menengah pertama dan meskipun dia tidak memakai riasan apa pun, dia terlihat sangat imut.

 Rambut hitam yang terbentang tepat di atas bahunya sangat mengilap sehingga bersinar seperti lingkaran malaikat di kepalanya, matanya besar dan dia memiliki kulit putih mulus, badanya ramping dan dia cukup mungil untuk anak sekolah menengah. Aku khawatir dengan sosoknya itu. Tapi, mungkin memang begitulah perempuan.

Dia tampak tenang secara mental saat pertama kali datang ke kediaman keluarga Nagumo.

"Mulai hari ini, kau akan tinggal di kamar ini. Yah, meskipun tidak ada apa-apa di kamar ini. Tapi jangan khawatir, kami akan membeli beberapa barang sesuai kebutuhanmu."

"Kamar ini cukup bagus. Aku tidak punya kamar sendiri di apartemen lamaku."

 Aku menunjukkan padanya kamar yang telah kami siapkan untuknya dan Tsumugi melompat-lompat di tempat tidur dengan gembira.

"Kamarku ada di sebelah. Jadi, kau bisa memanggilku dengan mudah kalau kau menonton film horor dan takut pergi ke toilet sendirian."

"Shin-nii, aku seorang siswi SMP sekarang! Aku tidak takut dengan film horror lagi!"

 Tsumugi berdiri di tempat tidur, membusungkan dadanya dan berusaha terlihat percaya diri.

"Mengesampikan diriku, mungkin Shin-nii tidak bisa tidur sendirian. Jadi, aku akan menemanimu ..."

"Astaga, kau ini tidak pernah jujur ​​tentang hal-hal semacam ini."

"Karena ini pertama kalinya aku tinggal di rumah dengan tangga dan lorong…"

"Jangan khawatir, aku ada di sini."

 Aku khawatir dia mungkin lebih bingung atau tertekan. Jadi, aku lega melihat perilakunya tidak jauh berbeda dari masa lalu.

 Ketika Ayahku meninggalkan rumah untuk pekerjaannya dan hanya kami berdua yang tinggal bersama untuk sementara waktu, aku berhati-hati pada awalnya, tetapi ketika aku berpikir bahwa semuanya akan sama seperti sebelumnya, aku terkejut.

 Saat itu di tengah malam.

 Aku bangun untuk pergi ke toilet dan saat aku berjalan melewati kamar Tsumugi, aku mendengar suara isakan dari balik pintu.

 Aku ragu-ragu sejenak karena meskipun dia sepupuku, itu masih kamar perempuan. Tapi, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian, jadi aku membuka pintu dengan lembut.

“Tsumugi…?”

 Aku mendekati tempat tidur Tsumugi dan menemukannya meringkuk, ditutupi selimut.


"Ada apa, kau baik-baik saja?"

 Aku berjongkok di samping tempat tidurnya.

"…Mnmm."

 Rambut Tsumugi acak-acakan saat dia mengintip dari selimut.

 Sulit untuk melihat karena kegelapan, tetapi bahkan hanya dengan cahaya yang datang dari luar, aku dapat melihat bahwa mata Tsumugi merah.

"Matamu merah. Kau habis menangis ... bukan?"

 Sekarang ibunya, Ayaka-san, sudah tidak ada lagi, hanya aku yang bisa mendukungnya. Dengan mengingat hal itu, aku tidak bisa menutup mata untuk ini.

"Aku baik-baik saja.. Aku hanya mimpi buruk."

    Tetap saja, Tsumugi mencoba tersenyum.

 Bahkan aku yang tidak peka pun tahu bahwa dia memaksakan sebuah senyuman.

 Tapi, aku tidak tahu seberapa besar Tsumugi mempercayaiku.

 Gadis yang terluka karena kehilangan ibunya tampak seperti orang yang berbeda dari sepupuku yang dekat denganku. Aku bertanya-tanya apakah kepercayaan yang telah kubangun sejauh ini akan berhasil. Tapi, kupikir jika aku mencoba masuk, aku mungkin akan lebih menyakitinya.

"Kalau kau punya masalah ... jangan ragu untuk memberitahuku."

 Itulah satu-satunya hal yang bisa kukatakan, sebagai seseorang yang tidak cukup memahami Tsumugi.

"Un, iya."

Tsumugi memberiku senyuman yang mengisyaratkan penolakan dan perhatian yang lembut.

 Aku tahu Tsumugi tidak akan pernah berbagi kesedihannya karena kehilangan ibunya denganku.

   Dia akan menyimpannya untuk dirinya sendiri.

 Mungkin waktu akan menyelesaikannya jika aku meninggalkannya sendirian.

 Tetap saja, aku merasa frustrasi karena aku tidak bisa melakukan apa pun untuk Tsumugi. Tidak ada hari yang lebih besar dari hari ini, di mana aku menyesal telah menghabiskan seluruh hidupku hidup sebagai penyendiri, yang tidak perlu khawatir tentang orang lain.

Sejauh ini kami berdua tidak pernah bertengkar atau semacamnya. Tapi, itu bukan berarti aku tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan dan aku sering harus menebak perasaannya yang sebenarnya, yang sangat sulit bagiku sebagai seorang penyendiri. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Hari-hari berlalu dengan cepat, tiga bulan berlalu dengan hidup seperti ini.



|| Previous || Next Chapter ||
3

3 comments

  • Oniscorn
    Oniscorn
    23/8/21 11:37
    Mantap, semangat min!
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    23/8/21 00:41
    Kasian, sini sama om
    Reply
  • Fathi Raihan
    Fathi Raihan
    22/8/21 18:31
    Sedih juga euy
    Reply



close