NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kyou mo Ikitete Erai! [WN] Chapter 2

Chapter 2 - Di sebuah Apartemen bersama dengan gadis berambut perak


"Um, Inamori-san. Aku benar-benar minta maaf. Ini semua salahku....."

"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Ini salahku karena berbohong tentang usiaku. Dan, yah.. ini balasan dari kebohongan itu."

Setelah aku meninggalkan tempat kejadian, aku memutuskan untuk mengantar Tojo-san pulang.

Saat itu hampir tengah malam dan aku tidak bisa membiarkan seorang gadis pulang sendirian.

“Sebaliknya, aku senang.. kau baik-baik saja. Jadi, Tojo-san.. kau tidak perlu khawatir soal itu."

"Tidak, aku tidak bisa tinggal diam saja. Inamori-kun, kamu sudah menolongku. Jadi, biarkan aku membalas kebaikanmu itu."

Dia terlihat sangat menyesal saat dia memalingkan wajahnya.

Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa di depannya. Itu karena, aku tidak menduga dia akan merasa bersalah.

"Oh, ya.. Inamori-kun. Apa kamu sudah makan malam?"

“Eh? Ah, belum. Aku berniat pergi makan malam setelah ini."

"Fufu, begitu 'ya.. Nah, kebetulan sekali.. Aku juga belum makan malam. Bagaimana kalau kita makan malam bersama? Yah, anggap saja ini balas budiku karena sudah menolongku."

Aku ingin mengatakan ---- bahwa dia benar-benar tidak perlu khawatir tentang itu. Tapi, hanya dengan mengingat makan malam membuat perutku keroncongan.

Di sekolah, aku hanya makan sepotong roti untuk makan siang dan aku belum makan apa pun sejak itu.

Aku tidak menyadarinya karena sedang berkonsentrasi, tetapi begitu aku menyadarinya, perutku bergemuruh tak terkendali.

“Fufu~. Sepertinya aku bisa membalas budi sedikit."

“Ugh, ......, yah, kalau kau tidak keberatan. Aku akan menerimanya."

"Mnm, aku tidak keberatan. Nah, kalau begitu... Ayo kita pergi."

"Um, cuma mau memastikan saja. Kemana kita akan pergi?"

Pada jam ini, hampir semua restoran sudah tutup. 

Jadi, kurasa tidak ada restoran yang masih buka. Bahkan jika kau pergi ke bar atau toko 'untuk orang dewasa'. Mereka pasti tidak akan mengizinkan kita masuk karena kita masih di bawah umur.

Menanggapi pertanyaanku, Tojo-san tersenyum nakal.

“Tentu saja, rumahku~"

◇◆◇

"Wow……"

Sebelum aku menyadarinya, Tojo-san membawaku ke sebuah gedung apartemen besar yang hampir seperti gedung pencakar langit.

..... Ugh, dibandingkan dengan apartemen ini, apartmen 1K yang kutinggali bukanlah apa-apa. Perbedaanya seperti langit dan bumi!

Seperti yang diharapkan dari orang kaya. Mereka tingga di tempat yang sama sekali berbeda dengan rakyat jelata. Mereka seolah-olah dari dunia yang berbeda.

"Fufu, ada apa dengan reaksimu itu. Lucu sekali~"

“Eh? Ah.."

"Ayo kita masuk dulu. Kita akan mendapatkan detailnya di sana."

Aku hanya bisa melihat dengan gelisah saat Tojo-san masuk ke dalam rumah dengan santai.

.... Yah, wajar saja jika dia bersikap santai. Toh, ini 'kan rumahnya.

Ketika dia menyadari bahwa aku telah berhenti sejenak, dia kembali ke arahku dengan senyum masam, seolah-olah dia memperhatikanku.

“Um... pintunya pake kunci otomatis. Jadi, aku ingin kamu mengikutiku."

"Eh? Ah, baik. Jadi, ini kunci otomatis, ya?"

“Maafkan aku.. karena tidak menjelaskannya padamu dulu."

"A-aku juga minta maaf atas ketidaktahuanku."

Jujur saja, ini sangat memalukan....

Ketika orang tuaku masih hidup, kami tinggal di apartemen biasa, tetapi tidak memiliki kunci otomatis. Dan juga, sebelumnya aku tidak pernah mengenal atau memiliki teman yang tinggal di tempat seperti ini.

Itu sebabnya, melihat pintu otomatis seperti ini sangat menyegarkan bagiku dan itu menakjubkan. Bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa.

"Masuklah. Ini akan memakan waktu agak lama dari sini."

Tojo-san menarik lengan bajuku dan aku melangkah masuk ke apartemen.

Seperti yang dia katakan, aku naik lift melalui pintu masuk yang luas dan naik ke lantai atas. Jadi, aku terkejut bahwa itu memakan waktu lebih lama dari yang kuharapkan.

----atau lebih tepatnya, itu lantai paling atas.

Entah bagaimana, udara tampaknya semakin tipis.

.... Ini tidak baik. Hanya itu yang bisa kupikirkan.

"Nah, ini rumahku. Tolong buat dirimu seperti di rumah sendiri."

“Tidak, meskipun kau mengatakan itu.. Ini sedikit."

Aku yakin itu sulit dilakukan......

Setelah membuka pintu apartemennya. Aku melihat ke dalam ruangan. Itu cukup luas, kurasa ini memiliki 3LDK atau lebih. Dan juga, sekelilingnya sangat indah dan aku samar-samar bisa mencium aroma manis.

“Maaf, kalau ruangannya berantakan."

“Tidak, tidak, ini lebih rapi seperti yang kubayangkan."

"Senang mendengarmu mengatakan itu. Sebenarnya, ini pertama kalinya aku membawa orang lain, apalagi anak laki-laki ke rumah ini selain keluargaku dan pengasuhku."

"B-Begitukah.."

Itu fakta yang membuatku merasa sedikit malu.

Tapi, ada satu hal yang mengganggu pikiranku.. aku ingin menanyakan hal itu padanya, meskipun aku merasa tidak enak menanyakan hal ini padamya.

"Um... Apa maksud dari perkataanmu tadi? Apa keluargamu sedang pergi atau apa?"

"Oh, soal itu. Itu benar, aku tinggal sendirian di rumah ini. Ini seperti yang mereka katakan 'hidup sendiri'.. kurasa..."

.... Eh!? Tinggal sendirian di rumah 3LDK ini!?

Kami seharusnya seumuran dan dia seharusnya berada tepat di depanku, tapi dia menghilang ke ketinggian yang lebih jauh.

Dan satu fakta lagi. Hanya ada aku dan Tojo-san di rumah ini sekarang.

Dalam situasi saat ini, fakta ini adalah yang paling menakutkan.

“Hm~? Apa kamu merasa tertanggu karena hanya kita berdua saja?"

"Yah, bagaimanapun juga.. Kita seumuran.. Jadi, sendirian di ruangan seperti ini.. Itu agak membuatku bersalah."

“Jangan khawatir, aku tidak akan menyerangmu kok."

.... Tidak, akulah yang seharusnya mengatakan itu.

"Silahkan duduk di manapun kamu mau. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita."

"Oh, kau serius mau membuatkanku makan malam?"

“Iya.. Aku sudah bilang 'kan? Aku akan mentraktirmu makan malam, sebagai ganti karena sudah menolongku.. Atau, kamu ingin aku membuatkan sesuatu sesuai seleramu?"

"Tidak ... aku tidak punya sesuatu yang khusus."

“Begitu, maka tidak apa-apa. Tenang saja, aku cukup percaya diri dengan masakanku."

Dia mengenakan celemek di atas pakaian kasualnya dan menuju dapur, bersenandung pada dirinya sendiri.

Glup... Apakah aku benar-benar akan makan masakan Tojo-san?

Jika teman sekelasku, mengetahui ini... mereka pasti akan membunuhku karena kecemburuan.

"Um, Inamori-kun. Apakah ada sesuatu yang tidak kamu suka?"

"Tidak, aku suka apapun yang kau buat."

"Begitukah? Nee, apa kamu merasa gugup?"

"T-Tentu saja, aku gugup."

Ini pertama kalinya aku datang ke rumah seorang gadis dan makan masakannya. Terlebih lagi, saat ini hanya ada kita berdua.

Tidak mungkin aku merasa tidak gugup, kan?

"Fufu~.. Kamu tidak perlu merasa gugup. Bagaimana kalau kamu menonton TV, sambil menunggu masakanku matang?"

"……B-Baiklah"

Aku menutup kakiku dan mengepal seperti kucing peliharaan dan dengan takut mengambil remote TV, lalu menyalakannya.

Sudah lama sekali aku tidak menonton acara seperti ini. 

... Yah, aku tidak punya TV sih.

.... Luar biasa, kualitas gambarnya sangat indah.

Dibandingkan dengan TV yang kutahu, TV yang di miliki Tojo-san memiliki layar yang cukup besar dan warnanya juga lebih jernih, enak untuk di pandang..

.... Ini berbeda dengan TV yang di jual di toko diskon.

....  Mungkinkah, Tojo-san sering menonton film fi layar sebesar ini?

Kalau iya, itu sedikit membuatku iri.

"Yup, ini dia."

"Eh?”

Aku menatap layar dengan linglung dan sebelum aku menyadarinya, sekitar dua puluh menit telah berlalu.

Mungkin aku sedikit kehilangan kesadaranku karena kelelahan.

Aku buru-buru meluruskan postur tubuhku dan mendongak untuk melihat semangkuk nasi untuk dua orang di atas meja di depan sofa.

"Ini daging udon. Sebenarnya, aku ingin membuat porsi lebih banyak untukmu.. tetapi, karena kamu terlihat sangat kelelahan. Jadi, sebisa mungkin aku membuatnya lebih cepat dan sederhana."

Di depan Tojo-san yang meminta maaf, aku menggelengkan kepalaku sekuat yang aku bisa.

...Yang benar saja? Kau bilang ini lebih sederhana?

Di atas mangkuk, aku bisa melihat daging sapi di susun rapi sampai-sampai itu menutupi bagian permukaan (nasinya). Ada juga daun bawang di atasnya membuatnya lebih menarik dan aroma sup yang menggugah selera makan.

"Um, apa aku benar-benar boleh makan ini?"

"Iya~! Silahkan di makan.. Jangan malu-malu.

Setelah mendapat izin dari Tojo-san, aku menyatukan kedua tanganku, berguman 'Ittadakimasu". Lalu mengambl sumpit yang dia berikan padaku. Dan segera aku langsung meneguk sup hangat di depanku.


TL: Koyuki

ED: Sipoi


[ Previous ]   [ Next ]

16 comments
close