NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Futokou no Osananajimi ga Kiss Suru Kotodatta V1 Chapter 11

Chapter 11 - Sebuah Saran Dari Kouhai


“Hei, Hiroki. Hari ini, kau tidak bermain bagus. Apa terjadi sesuatu?"

“Eh? Begitukah?"

Selama latihan pagi, Kouichi menarik perhatianku. Sejujurnya, kupikir aku tidak bermain seperti dulu. Karena aku tidak bisa menghindari bertanya-tanya tentang Yuki.

"Dalam pertandingan selanjutnya. Kita tidak diragukan lagi membutuhkan lebih banyak usaha dan kerja kerasmu.”

"Oh ya. Aku akan berusaha..”

Namun, aku masih belum bisa pulih dari kondisiku selama latihan pagi. Aku masih perlu berbicara dengan Yuki dengan benar.

Tapi, bagaimana aku harus memulai percakapan?

"Hmm?"

Dalam perjalanan ke tempat cuci muka, mataku tiba-tiba menangkap sosok yang akrab ketika aku khawatir tentang kondisiku.

“Selamat pagi, Senpai.”

“Selamat pagi, Ayukawa-san.”

Ayukawa-san berdiri di sana, mengisi air di kaleng penyiram.

"Terima kasih atas kerja kerasmu, Senpai. Tadi pagi, saat aku datang ke sekolah.. aku melihatmu bekerja sangat keras, itu pasti sangat sulit bagimu 'kan, Senpai?"

“Yah, awalnya sulit untuk bangun di pagi hari. Tapi, sekarang aku sudah terbiasa. Jadi, kurasa aku baik-baik saja. Oh, biar aku saja yang membawa itu.."

"Tidak, tidak apa-apa. Ini tidak terlalu berat kok. Sungguh, Senpaiku adalah orang yang sangat baik.”

"Oh, begitu?"

"Iya. Um, karena kamu sangat peduli padaku. Sebelumnya, tidak ada yang pernah peduli padaku."

“Hei, kau bereaksi berlebihan. Itu tidak benar."

“Aku rasa tidak. Moto keluargaku adalah 'Jangan bergantung pada orang lain. Tapi, jadilah diri sendiri yang mandiri'.."

Wow, kata-kata itu saja sudah cukup untuk mengatakan bahwa Ayukawa-san berasal dari keluarga yang sangat ketat. Sepertinya dia tumbuh dengan baik.

“Kau pasti berasal dari keluarga yang sangat ketat. Mungkin aku, Senpai yang tidak bisa di andalkan. Tapi, jika memungkinkan. Aku ingin membantumu dengan cara apapun yang aku bisa.”

"Yah, Senpai tidak bisa diandalkan!"

Ayukawa-san yang biasanya keren tiba-tiba berbicara begitu keras hingga aku terkejut. Setelah mengatakan itu, Ayukawa-san menoleh dan memalingkan muka dariku, wajahnya memerah.

"Maaf, aku berbicara dengan keras ......"

“Tidak, jangan khawatir tentang itu. Tapi, ada baiknya mengetahui seseorang yang bertekad seperti Ayukawa-san mengandalkanku. Setidaknya itu membuatku merasa lebih percaya diri.”

“Eh, benarkah?”

Ayukawa-san menegaskan sambil menatapku dengan gelisah.

"Ya. Jadi, aku harap kau bisa terus mengandalkanku.”

“Mn, ya! Kalau begitu, apa kamu keberatan kalau aku membantumu mulai sekarang dan seterusnya?"

"Sekarang?"

"Mn. Senpai, kamu pasti punya masalah sekarang, kan?”

"Apa!?"

“Aku mengamatimu saat datang ke sini dan juga selama aktivitas klubmu. Kamu khawatir tentang sesuatu. Aku rasa reaksimu mengatakan yang sebenarnya.”

.... Jadi, apakah itu sangat terlihat di wajahku?

Kurasa intuisi Ayukawa-san mungkin bagus. Tapi, mungkin masalahnya aku juga sensitif dengan ekspresi wajah.

"Aku baik-baik saja. Ini bukan masalah besar.”

Tapi, masalahku bukanlah sesuatu yang bisa kubagikan dengan orang lain. Jika aku dengan jujur ​​memberitahunya tentang bagaimana teman masa kecilku menciumku begitu agresif setiap hari sehingga aku harus mendorongnya menjauh untuk membuatnya berhenti, semuanya akan berakhir.

"Begitu? Tapi aku melihat teman masa kecil Senpai tadi dan dia juga terlihat seperti sedang merasa tertekan. Mungkinkah kalian bertengkar?"

“Eh, tidak......kita tidak bertengkar, tapi...”

Begitu, ya.. Yuki juga masih memikirkan tentang kemarin, ya?

“Hm. Btw, apa yang kalian lakukan kemarin?”

“Kami bertiga, Yukari, Yuki dan aku, belajar bersama kemarin.”

“Oh, aku mengerti. Senpai, kamu salah di sini.”

"Eh?"

Ayukawa-san sepertinya telah menebak sesuatu darinya.

“Gadis-gadis cukup iri, bahkan lebih dari yang Senpai pikirkan. Karena itu, kupikir kamu harus menjaga teman masa kecilmu dengan baik hari ini. Kalau kamu melakukan itu, teman masa kecilmu mungkin akan merasa lebih baik.”

"Begitu? Apa kau yakin?"

“Iya, aku yakin dia akan merasa senang. Tapi, Senpai, teman masa kecilmu adalah Hamachi-san, kan? Dia sudah punya tunangan, kan?"

"Apa? Darimana kau mendengar soal itu?"

"Rumor beredar di sekolah bahwa tunangan Hamachi-senpai benar-benar tampan."

Wow, seseorang dari tim sepak bola pasti telah membocorkannya. Tapi bahkan jika pria tampan seperti itu datang ke sekolah, itu akan menjadi topik pembicaraan. Jadi, kurasa tak terelakkan rumor akan menyebar. Akan buruk jika ada yang melihat kami berciuman mulai sekarang.

“Bahkan jika kamu menjaga Hamachi-senpai dengan baik, jangan salah paham tentang jarak antara kamu dan Hamachi-senpai. Dia bukan pacarmu, dia hanya teman masa kecil. Sebagai teman masa kecil, kamu hanya harus melakukan apa yang kamu bisa.”

Itu mengejutkan, aku tidak menyangka dia akan mengatakan kata-kata itu. Jujur saja, kata-katanya sangat menusuk hati dan jiwaku.

Ya, aku hanya teman masa kecil...

Ada batasan tentang apa yang bisa kulakukan. Aku bukan tipe orang yang harus berciuman. Aku mungkin memperlakukan Yuki terlalu baik. Atau mungkin aku melakukannya untuk kepuasanku sendiri.

Bagaimanapun, tidak ada keraguan hubungan kita saat ini telah melewati batas terlalu jauh.

“Dia orang yang baik, bukan? Hamachi-senpai mungkin secara emosional tidak stabil dalam beberapa hal setelah ketidakhadirannya di sekolah dan mungkin lebih baik jika dia mencoba bekerja sama dengannya.”

Kalau kau bertanya kepadaku, aku pikir Akutagawa-san memiliki kepribadian yang baik. Yuki telah menerimanya sebagai pasangan masa depan. Jadi, mereka pasti berteman dekat. Jika kerja samanya dapat membawa Yuki ke kehidupan yang lebih baik, aku akan melakukan apa pun yang kubisa.

“Terima kasih, Ayukawa-san. Kau sangat membantu.”

“Aku senang bisa membantu. Sekarang, aku mau pergi dulu.”

Setelah mengucapkan kata-kata ini, Ayukawa-san menundukkan kepalanya dan menuju ke petak bunga. Jika aku memikirkan kembali apakah itu cemburu atau tidak......tapi seingatku, aku berbicara dengan Yukari sepanjang waktu kemarin. Jika Yuki adalah bagian dari lingkaran pertemanan, dia pasti tidak akan merasa kesepian.

Seharusnya aku menciptakan lingkungan yang cocok untuk Yuki belajar bersama dengan kami. Jika aku melakukannya lebih cepat, Yuki mungkin tidak akan merasa kesepian saat itu. Aku harus meminta maaf padanya.

Setelah itu aku berganti pakaian, pergi ke kelas dan aku menemukan Yuki duduk di kelas.

"Selamat pagi ...... Hiro-kun."

"Oh, selamat pagi, Yuki."

Kami saling menyapa dengan canggung saat aku meletakkan tasku di kursi. Seperti yang Ayukawa-san katakan, Yuki menunduk dan takut akan sesuatu hari ini. Kurasa dia masih khawatir tentang apa yang terjadi kemarin.

"(Bisakah kita bicara nanti...?)"

Aku berbisik di telinga Yuki.

"Apa.....? Eh, ya.”

Yuki terkejut tetapi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Terima kasih, Yuki. Kalau begitu mari kita bicara selama istirahat berikutnya."

Kemudian, setelah pelajaran, itu adalah waktu istirahat. Aku membawa Yuki ke tempat yang tidak populer dan ketika kami sendirian.

"Yuki, aku minta maaf tentang kejadian kemarin!"

Aku menundukkan kepalaku dan meminta maaf kepada Yuki.

“Hei... Hiro-kun! Kenapa kamu minta maaf, Hiro-kun? Seharusnya akulah yang minta maaf, itu salahku.."

“Tidak......Kupikir aku membuatmu merasa kesepian kemarin. Aku tidak berhati-hati saat berbicara dengan Yukari sepanjang waktu......dan tidak ada alasan bagiku untuk mendorongmu pergi tidak peduli apa situasinya.”

"Nee...Hiro-kun......"

Yuki menatap wajahku.

“Kamu terlalu baik......Hiro-kun.”

Suasana cemas yang kualami sebelumnya menghilang dan dia memberiku senyum yang tulus dan tanpa beban.

“Kupikir aku tidak akan pernah mendapatkan ciuman lagi dari Hiro-kun. Aku sangat egois dengan semua ciumanku dan aku menyebabkanmu begitu banyak masalah kemarin."

"Aku tidak keberatan. Tapi, ada sesuatu yang perlu aku bicarakan dengannu tentang bagian berciuman."

"......Apa?"

Senyum riang Yuki memudar dan ekspresinya menjadi keruh lagi. Namun, ini mungkin bukan hal yang buruk bagi Yuki.

“Aku bertanya-tanya apakah aku harus terus menciummu sementara Akutagawa-san juga ada di sana. Aku sudah berjanji padamu. Tapi pada akhirnya, tidak benar terus mengkhianati Akutagawa-san.”

"......"

Yuki tidak membuka mulutnya. Sebaliknya, dia hanya menatapku, tercengang.

“Sebelumnya, kita sering berciuman, kan? Hari ini aku mendengar dari salah satu Kouhai-ku bahwa aku tidak boleh salah paham tentang jarak antara kita sebagai teman masa kecil. Lagipula, aku ingin Akutagawa-san bekerja sama denganmu sehingga kau entah bagaimana bisa datang ke sekolah tanpa bergantung pada menciumku.”

"Tidak."

"Apa?"

Yuki menjawab dengan satu kata, 'tidak.' Dia tampak seperti akan menangis sekarang saat dia meraih seragamku dengan erat. Aku bisa merasakan tubuhnya gemetar.

"Tolong ...... cium aku."

"Tapi..."

“Aku ingin mencium......Hiro-kun setiap hari.”

"Yuki..."

“Kalau kamu tidak mau......Maka, aku tidak akan pernah datang ke sekolah lagi...”

Yuki menahan air matanya dan memohon tanpa henti. Tidak peduli bagaimana aku mencoba membujuknya, itu tidak ada gunanya.

Aku tidak tahu mengapa dia sangat ingin menciumku.

Bukankah Yuki memilih Akutagawa secara sukarela?

Faktanya, Akutagawa-san luar biasa dan memiliki kepribadian yang sempurna. Tapi, mungkin ada sesuatu tentang dia yang hanya diketahui Yuki.

"Apa yang terjadi antara kau dan Akutagawa-san?" kataku.

"......Tidak."

Tapi Yuki tidak menjawabku. Aku pikir sesuatu terjadi di antara keduanya, tetapi aku tidak dapat membayangkan apa itu. Jadi, yang bisa kulakukan hanyalah bertanya pada Yuki. Namun, tidak ada yang bisa kulakukan kecuali dia menjawab.

“Tolong......Hiro-kun. Ayo ...... cium, seperti yang kita lakukan ...... tolong?”

Yuki menangis. Yang aku inginkan hanyalah dia bahagia. Tapi, jika aku membuatnya menangis, tidak ada yang bisa kulakukan. Rasa bersalah membebani punggungku. Aku mulai berpikir mungkin menciumnya adalah hal yang benar untuk dilakukan jika itu yang terbaik untuk Yuki.

“......Oke, aku mengerti.”

Pada akhirnya, aku menyerah menciumnya seperti yang selalu kita lakukan sampai sekarang.

"Terima kasih ....... Maaf ...... karena begitu egois."

“.... Tidak, aku minta maaf karena .... tidak mempertimbangkan perasaanmu.”

"Apa kita akan melakukannya lagi sepulang sekolah hari ini?"

"Ya, tentu.."

"Terima kasih, Hiro-kun..."

Yuki terlihat lega dan air matanya berhenti. Mungkin itu pilihan yang tepat untuk memaksanya berhenti menciumku. Tetapi aku tidak dapat menemukan cara untuk melakukannya. Jika Yuki ingin aku menciumnya setiap hari, aku akan melakukan semua yang aku bisa untuknya.

Dengan demikian, masalah itu diselesaikan tanpa menyebabkan kerusakan pada hubungan kami. Kemudian, seperti biasa, kami pergi ke kelas, makan siang, mengobrol, pergi ke kelas lagi, lalu .......

“......Hiro-kun, Chuu.”

Kami berciuman lagi, lalu pergi ke kegiatan klub. Rutinitas hidupku dimulai.




|| Previous || Next Chapter ||
6

6 comments

  • Anonymous
    Anonymous
    13/5/22 20:21
    Ok. Lanjut👍 😁
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    17/4/22 10:49
    Kukira MH yandere... Eh ternyata b aja trus alurnya klise bngt... Gw ga liat bagian mana RomCom nya cuk... Ini mah Full Drama ��
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    13/4/22 06:34
    Akutagawa bangs*t
    • Unknown
      Unknown
      13/4/22 11:56
      👍
    Reply
  • NTR Haters
    NTR Haters
    12/4/22 12:32
    netorare wkwkkw
    Reply
  • Doctor plague.
    Doctor plague.
    9/4/22 04:01
    ah gadis yang malang. cinta terhalang perjodohan ck ck ck
    Reply



close