-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Epilog

Epilog
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Naoya dan Koyuki sekarang adalah sepasang kekasih.

Namun, kehidupan sehari-hari mereka tetap berjalan seperti biasanya.

Karena masih cukup awal di pagi ini, hanya terlihat beberapa siswa/i yang pergi ke sekolah.

Saat ini, Naoya menunggu di gerbang tiket stasiun dan kemudian Koyuki tiba tepat di waktu yang mereka tentukan. Begitu Koyuki melihatnya, dia terlihat sedikit terkejut. Lalu, dia membuat ekspresi dingin dan tak kenal takut di wajahnya.

"Selamat pagi, Naoya-kun. Terima kasih sudah menungguku hari ini."

"Selamat pagi, Koyuki."

Naoya menjawab sambil tersenyum dan terus tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Mungkin karena sikap Naoya tersebut, Koyuki mundur karena dia merasa sedikit kewalahan.

"Ada apa? Apa kamu benar-benar bahagia karena pemilikmu memujimu?"

"Tentu saja aku bahagia."

Naoya tidak tersenyum lebar, tetapi malah memperdalam pandangannya.

"Sudah tiga hari aku tidak melihat gadis cantik seperti 'Koyuki Shirogane'. Kau bahkan lebih imut hari ini, Koyuki."

"Ughhhh...."

Koyuki mengerang sambil memegangi dadanya.

Tetapi dengan segera, dia sepertinya berhasil kembali mode "Putri Salju dengan Lidah Beracun"nya sambil gemetar. Dia mengacak-acak rambutnya dan menggerutu kesal.

"Fyuuh... Kamu masih saja sama. Tapi tidak salah kalau aku memang cantik. Bahkan ganggang juga tahu sebanyak itu. Kalau kamu makhluk yang cerdas, kamu seharusnya menggunakan bahasa yang lebih layak untuk memujiku."

"Yah... kau benar sekali."

"Eehh?"

Ketika Naoya mengangguk dengan ekspresi misterius di wajahnya, Koyuki mengedipkan matanya seolah-olah dia telah dibodoh-bodohi.

Naoya dengan lembut meraih tangannya.

Menatap langsung ke mata Koyuki dan berkata dengan tegas.

"Gadis cantik seperti ini telah menjadi pacarku. Jika aku tidak memujinya dengan benar, aku akan dihukum, kan?"

"Itu benar. Naoya-kun sangat cepat menger-"

"Kau juga terlihat sangat imut hari ini, Koyuki. Fakta bahwa kau datang dengan segala persiapan untukku adalah hal yang paling menggemaskan untuk dilihat."

"Ap--!? Aku tidak melakukan itu!"

"Tapi, alasan keretanya terlambat sebenarnya adalah karena kau butuh waktu lebih lama dari biasanya untuk bersiap-siap, kan? Kau bahkan menggunakan parfummu dan rambutmu berbeda dari biasanya. Dan kau mengunyah permen karet rasa mint yang tidak kau suka."

"Ugggghhh......Cukup! Jangan menebak-nebak lagi! Ayo cepat berangkat atau kita akan terlambat!"

"Baik~"

Koyuki dengan cepat melepaskan tangan Naoya dan mulai berjalan pergi.

Staf stasiun dan penumpang lain yang mengawasinya dengan ringan memutar mata mereka. Mereka semua, tanpa gagal, berpikir untuk diri mereka sendiri

''Tidak mungkin, mereka akhirnya berpacaran...?'' seru mereka.

Setelah meninggalkan stasiun, mereka berdua berjalan berdampingan di sepanjang rute yang biasa mereka tempuh ke sekolah. Itu adalah puncak musim panas dan cuacanya baik-baik saja. Meskipun masih pagi, keringat mengalir di dahi mereka bahkan setelah menyekanya.

Sembari menyeka keringat dari dahinya, Naoya melihat ke langit dan dengan cepat berkata.

"Senang bisa melihat Koyuki, tetapi tidak menyenangkan melihatnya di hari pertama sekolah, kan? Apalagi, kemarin kita baru saja menikmati liburan musim panas."

"Hmm, dasar malas. Itulah yang terjadi kalau kamu menjalani hidup terlalu santai.."

"Meski kau mengatakan itu. Tapi Koyuki, apa kau tidak merasa lelah? Kita baru kembali dari perjalanan selama tiga hari loh."

"Sayangnya, tidak sepertimu, aku menjalani kehidupan yang disiplin. Tolong jangan bandingkan aku denganmu."

"Heee..."

Naoya menyipitkan matanya dan memberikan jawaban singkat.

Koyuki telah menggunakan persona "Putri Salju dengan lidah beracun"nya sejak pagi ini. Tidak, akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa memasang persona lain karena kondisinya saat ini.

Jadi, Naoya dengan lembut mengulurkan tangannya ke arah Koyuki.

"Ah, Koyuki. Ada sesuatu di kepalamu."

"Hhh... Hyaaaaaaa!"

Pada saat ujung jari Naoya menyentuh rambutnya, Koyuki melompat mundur seolah-olah dia telah terpental.

Dia mengambil jarak yang jauh dan sikap waspada ke Naoya dengan wajah merah padam.

"Kyuuu, apa yang kamu lakukan tiba-tiba!"

"Bukan apa-apa, hanya sedikit skinship. Kita 'kan sudah pacaran.."

"Tapi, bukan berarti kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan!"

Koyuki seperti serigala yang diikat.

Dia melipat tangannya dan berbalik.

"Kita ini masih SMA. Tidak peduli seberapa jauh hubungan orang lain ketika berpacaran, kita tetap harus menjaga jarak yang wajar satu sama lain. Bahkan peraturan sekolah mengatakan bahwa berhubungan diluar batas wajar itu dilarang."

"Ya, iya, aku mengerti persis apa yang kau maksud."

Naoya mengangguk setuju.

"【Itu karena aku sudah menjadi pacarnya, sangat sulit untuk menghadapinya sekarang. Habisnya, aku tidak tahu jarak seperti apa yang harus aku ambil darinya. Ah, muu!】 seperti itu kan. Tenang saja, aku sudah tahu segalanya dari awal."

"Ugh... Sudah kubilang jangan membaca pikiranku, kan!"

Seru Koyuki, sembari mengangkat alisnya.

Itu sudah menjadi hal yang biasa terlihat darinya.

"Jangan khawatir. Aku sangat mendukungmu. Sekarang, kau bisa kesini dan memulai pagimu dengan sedikit memanjakan diri denganku."

"... Hanya karena kamu berkata begitu bukan berarti aku akan melakukannya."

Naoya menunggu dengan tangan terbuka dan Koyuki memasang wajah enggan.

Sorot matanya adalah nol mutlak yang sempurna dan bukanlah sesuatu yang seharusnya diarahkan pada pacarnya.

Koyuki menggerutu lelah dan menjatuhkan bahunya.

“Ya, aku mengakuinya. Aku sedikit ragu dengan jarak diantara kita, itu sudah pasti. Tapi, kau tahu...”

Di sana, dia memelototi Naoya dengan sekejap.

"Hanya karena kita mulai berpacaran, itu tidak berarti segalanya akan berubah. Kamu juga harus tetap menjaga sikapmu."

"Manjaga sikap, ya... Tapi, aku ingin bermesraan dengan Koyuki 24 jam sehari."

Naoya meletakkan tangannya di dagu dan merenung.

Dia bertepuk tangan seolah dia menemukan ide bagus.

"Kalau begitu, aku akan mundur selangkah dan bertahan selama setengahnya yaitu dua belas jam. Pujilah pengendalian diriku yang kuat ini."

"Carilah kata 'menahan diri' di kamus! Kita baru saja berpacaran tempo hari dan kamu sudah sangat obsesif...! Aku tidak bisa mengatasinya...!"

Koyuki merasa sangat pusing menghadapi serangan bertubi-tubi Naoya.

Saat itu, terdengar sebuah suara ringan menghampiri mereka berdua.

"Ohh, pagi-pagi sudah bermesraan aja."

"Uuu... Koyuki-chan, yang dulunya gadis pemalu, bersikap sangat manis pada pacarnya... Aku dapat melihat sesuatu yang menarik di pagi hari..."

"Ahaha, bucin terus."

Yui melambaikan tangannya sambil tersenyum, sebaliknya Mika meneteskan air mata di sudut matanya.

Di belakang mereka juga ada Tatsumi, yang menyeringai dan tersenyum hangat.

"Selamat pagi, kalian berdua. Gimana dengan bulan madu kalian? Menyengakan, kan?"

"Hah!? Bulan madu!? Itu hanya liburan bersama keluarga!"

Naoya mengacungkan jempol ke Koyuki, yang bingung dan menjadi merah padam.

"Tentu saja itu sempurna. Hei, Sakuya-chan!"

"Iya. Ini hasil foto yang sudah dicetak."

"Uwaaa, kapan kamu ada di sana? Kamu tidak seharusnya mendekatiku tanpa memberitahuku, kan?"

Sakuya tiba-tiba menyodorkan banyak foto dari dalam tasnya.

Dia tampaknya tidak menyadari bahwa mereka sudah mengamati kita dari belakang sejak tadi.

Awalnya hanya ada mereka berdua dalam perjalanan ke sekolah, namun tiba-tiba suasananya menjadi ramai.

Mereka berempat tampak asik melihat-lihat foto yang sudah dibawa oleh Sakuya, sementara Naoya dan Koyuki berjalan di belakang mereka.

Koyuki menghela nafas kecil.

"Ugh... sulit merasakan tatapan hangat semua orang."

"Yah, senang rasanya bahwa hubungan kita sangat diberkati."

"Tapi, sepertinya akan terus begini untuk sementara waktu... Aku tidak bisa membiasakannya..."

Mungkin karena kelelahan, wajah Koyuki tampak tidak terlalu ceria.

Naoya tersenyum tipis pada Koyuki.

"Kalau begitu, izinkan aku memberi tahumu mantra yang sangat istimewa."

"Apa? Apakah ada yang seperti itu?"

"Itu sederhana. Ini…"

"... Apa, tangan?"

Sembari mengatakan itu pada Koyuki, yang mengangkat alisnya karena bingung, Naoya mengulurkan tangan kanannya padanya.

"Ayo pergi ke sekolah dengan bergandengan tangan."

"Hah...!?"

Seketika tampak seolah asap keluar dari kepala Koyuki.

"T-Tidak mungkin aku bisa melakukan hal memalukan semacam itu! Apa yang kamu bicarakan!?"

"Coba pikirkanlah. Semakin kau memamerkan hubungan cintamu, semakin itu akan menjadi pemandangan sehari-hari dan semua orang akan terbiasa melihatnya. Dan sekarang, tidak banyak orang di jalan. Jadi, ini adalah kesempatan bagus."

"Kesempatan apanya!? Itu sama sekali tidak benar."

"Begitu, ya. Kau tidak mau bergandengan tangan denganku, ya.."

".............M-Mouuu!!"

Koyuki kemudian meremas tangan Naoya, dan tampak sepertinya dia sudah mulai putus asa.

"Pada akhirnya, kau ingin berpegangan tangan, kan?"

"Bukan itu! Aku tidak punya pilihan lain. Aku melakukan ini karena kamu sepertinya ingin aku memegang tanganmu. Itu saja."

"Ya, iya. Aku tahu."

"Kenapa kamu membalasku dengan wajah datar seperti itu!? Aku selalu berpikir bahwa kamu jahat padaku sejak awal."

Koyuki terus menceramahi Naoya.

Kuku di jari-jarinya yang terhubung dengan tangan Naoya tampak terpotong rapi dan tercium bau handcream.

Jelas bahwa dia sudah mengharapkan untuk dapat berpegangan tangan dengan Naoya.

Naoya, yang melihat semuanya, memperhatikan wajah Koyuki saat dia berbicara dengan penuh kekesalan padanya.

Koyuki mengenakan topeng karakter kuudere dan Koyuki gelisah jika topengnya dilepas dan akhirnya Koyuki akan jujur ​​– semuanya terlihat menggemaskan.

"Astaga, pacarku adalah orang yang paling menggemaskan."

"Berisik!"

Mata Koyuki melebar dan mukanya tampak kesal, tapi dia tidak mau melepaskan tangannya yang saling melekat dengan tangan Naoya.

Mereka berdua berjalan perlahan di jalanan menuju sekolah.

Itu adalah pemandangan yang menandakan hari-hari damai yang akan datang seterusnya.

Pirurururururu!

Tapi, tiba-tiba suara elektronik anorganik memotong momen damai mereka.

"Ehhh... apa... panggilan telepon?"

"... Itu datang dari smartphonemu, kan?"

Keduanya saling memandang dan dengan menyesal, mereka dengan lembut melepaskan tangan mereka satu sama lain. Koyuki kemudian mengeluarkan smartphonenya dan panik.

"Ada apa, Papa. Apa...haaaaa!? Apa maksudnya itu!?"

Segera, dia mengeluarkan teriakan melengking.

Keempat orang yang berjalan di depan berhenti dan melihat ke belakang untuk melihat apa yang sedang terjadi, tetapi Koyuki tidak peduli.

Dia sibuk berbicara di telepon untuk sementara waktu, tetapi begitu panggilannya terputus, dia menurunkan alisnya dan terdiam.

Sakuya memiringkan kepalanya ke arah Kakaknya.

"Ada apa, Onee-chan? Apa terjadi sesuatu sampai-sampai Papa meneleponmu?"

"Dia bilang Ojii-chan dari Inggris akan segera datang ke Jepang..."

Koyuki terdiam, lalu menurunkan bahunya dengan kecewa dan melanjutkan.

"Dia bilang dia membawa tunanganku dari Inggris..."

"'Tunangan'!?"

Yui dan yang lainnya memutar mata mereka dan berseru, sementara Koyuki perlahan menganggukkan kepalanya.

“Dia mendengar dari Ayahku tentang Naoya-kun. Lalu dia berkata, 'Aku tidak akan memberikan cucu perempuanku kepada pria yang bahkan tidak aku kenal dan tidak kuketahui dari mana dia berasal!' begitu katanya."

"Oh, Ojii-chan jelas akan melakukannya. Tidak diragukan lagi."

Hanya Sakuya yang mengangguk setuju.

"Eeeee... Tunangan..."

"Dan, mereka baru saja mulai berpacaran..."

Mereka semua terdiam dengan ekspresi misterius di wajah mereka.

Kemudian mereka melirik Naoya dan menghela nafas pada saat yang bersamaan.

"Aku merasa kasihan pada tunangan yang di bawa Kakeknya."

Semuanya nampak saling memikirkan hal yang sama.

Tak satu pun dari mereka merasa kasihan pada Naoya dan mereka saling memandang dengan tenang seolah-olah mereka sedang menyaksikan dari bangku penonton.

"Aah, jelas sekali bahwa Naoya akan menyerang tunangannya itu secara mental dan membuatnya menyerah.."

"Benar. Sekarang Naoya, dia tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada musuh yang mendekati Koyuki-chan..."

“Yang jelas, ini pasti akan lebih mengerikan dibanding saat aku mencoba mendekati Koyuki-chan dengan mode gyaruku waktu itu.”

"Termasuk Ojii-chan, itu terlalu banyak death-flag yang terlihat baginya."

"Makanya, Ayahku terburu-buru meyakinkan Ojii-chan. Tapi, dia sama sekali tidak mendengarkannya... ini akan menjadi cerita yang mengerikan..."

"Mungkin sudah waktunya bagiku untuk memikirkan kembali sikapku?"

Semua memperlakukan Naoya seolah dia adalah raja iblis.

Naoya terkekeh, membalikkan bahunya dengan ringan dan mulai berjalan pergi.

"Yah, terserahlah. Aku hanya perlu menghancurkan (yang katanya) tunangan itu.."

“Jangan terlalu termotivasi, Naoya-kun! Dia mungkin hanya seseorang yang dipaksa untuk dibawa ke sini oleh Ojii-chan! Aku akan mengurusnya nanti, oke!?”

Koyuki menanggapinya dan meremas tangan Naoya.

Keduanya berjalan berdampingan, berpegangan tangan, mendiskusikan bagaimana menghadapi pertunangan paksa tersebut.

Keempat orang lainnya memandang mereka dengan senyuman.

"Keduanya mungkin sudah berpacaran. Tapi tetap saja, aku tidak akan pernah bosan menonton mereka."

Sakuya pun membidik Naoya dan Koyuki dengan lensa kameranya, lalu memfoto mereka berdua.


TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah:
Akhirnya, selesai juga debutku ngeTL satu volume penuh wkwkwkwk Apakah TLku sudah cukup jelas? Dan ternyata ada plot twist mengejutkan di akhir ceritanya, ya. Lol. Baru aja lega akhirnya ngeliat mereka jadian~ Tapi jangan khawatir, dari awal tidak akan ada drama kok di LN ini~ Dan sedikit gambaran aja, next volume akan lebih menunjukkan sisi "comedy" dari genre romcomnya. Akhir kata, semoga kalian senang membacanya ^^


|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close