NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu de Nibanme ni Kawaii Onna no Ko to Tomodachi ni Natta [WN] Chapter 149

Chapter 149 - Lihat Aku


Setelah istirahat sejenak, babak kedua dimulai.

Sejauh ini, skornya 2-30. Kelas 2-11 unggul 28 poin dari kelas 2-10. Mungkin beberapa orang akan mengatakan bahwa ini akan segera berakhir. Tapi, tidak ada satupun anggota kelas 2-10 yang terlihat murung.

"Dengar, Amami. Kalau kau mendapatkan kesempatan untuk mencetak angka. Ambil saja, jangan sia-siakan kesempatan itu. Selain itu, kau akan memainkan peran besar di babak kedua."

"Mengerti. Tapi pertama-tama, kita harus bertahan."

"Ayo kita lakukan."

Kelas 2-11 akan mengambil penguasaan bola pertama untuk babak kedua. Selain itu, selisih poin mereka sangat jauh. Tidak hanya mengejar ketinggalan, tetapi mereka juga harus bertahan dengan baik agar selisih poin mereka tidak menjauh.

Saat ini, bola berada di tangan Umi.

"Semuanya, jangan terburu-buru dan tetap tenang. Kita masih memimpin pertandingan. Kita hanya perlu melakukan sesuai rencana kita."

Sepertinya kelas 2-11 tidak akan bermain agresif sama seperi di babak pertama. Yah, aku mengerti itu. Selama mereka menguasi pertandingan, meraka akan menang. Mereka bahkan tidak perlu lagi fokus untuk mencetak poin.

Dengan Umi dan Nakamura-san yang memimpin serangan, keduanya mengoper bola ke rekan setim mereka.

Mereka bisa menyia-nyiakan sebagian besar waktu tembakan sebelum mengambil tembakan tepat sebelum waktu mereka habis. Tapi tentu saja, kelas 2-10 tidak akan hanya berdiri dan menunggu mereka menyerang.

"Yo."

"Sudah kuduga, kau datang untuk menghalangiku 'ya? Juga, apa-apaan dengan gaya rambutmu itu? Apa kau sedang dalam mode serius atau semacamnya?"

"Hah? Apa yang kau katakan? Aku mengganti gaya rambutku karena poniku menghalangi jarak pandangku. Lagipula, aku tidak perlu serius hanya untuk menghadapimu, kan?"

"Grr, aku yang bodoh karena menanggapimu."

Seperti di babak pertama, Arae-san berjalan ke arah Umi, tetapi tidak seperti sebelumnya, dia mengikat rambutnya menjadi ponytail. 

Meskipun penampilannya saat ini berbeda dari saat dia masih di SMP, seperti warna dan panjang rambutnya. Namun, dia memancarkan aura yang sama seperti masa SMP-nya.

"Ayolah, berikan saja bolanya padaku. Kau tidak perlu repot-repot menghabiskan energimu. Lagian, kamilah yang akan menang."

"Itu kalimatku! Hah!"

Pertarungan antara mereka berdua akhirnya dimulai. Arae-san bergerak di antara celah-celah gerakan Umi untuk mencuri bola darinya sementara Umi menghindari usahanya dengan selisih tipis. Percikan api yang beterbangan di antara mereka lebih besar dari babak pertama.

"Oper sini, Asanagi-chan!"

"Oke, Nakamura-san!"

Umi bahkan tidak bisa melangkah maju karena defense yang di tunjukkan Arae-san sangat kuat dan mengoper bola ke Nakamura-san-- tetapi bola itu melaju ke arah yang sama sekali berbeda.

Bola itu menjuju ke arah Shichino-san, tetapi dia gagal menerima operan Umi dengan baik.

Itu karena seseorang dari kelas 2-10 berhasil memotong operan Umi, tepat di sebelum Shichino-san menerima bolanya.

"Eh?!"

"Woah, aku benar-benar mendapatkan bolanya, ayo pergi!"

"Jangan terlalu lama menguasi bolanya. Cepat oper!"

"Eh? A-Ah, ya.. Ambil ini, Yuu-chan!"

"Woke!"

Kemudian dia mengoper bola ke Amami-san, yang menerima bola di garis tiga poin lawan.

Tidak ada yang menghalanginya dan dia melakukan shoot tiga angka dari sana.

"Kumohon, masuklah!"

Bola itu masuk ke dalam ring setelah beberapa kali berputar.

Dan mengubah skor menjadi 5-30. Masih keunggukan kelas 2-11.

"...Aku berhasil! Nagisa-chan, apa kamu lihat? Aku berhasil! Tiga poin!!!"

"Ya, iya. Cepat kembali ke sini."

"Muu, biarkan aku merayakannya sedikit!"

Setelah sindiran kecil itu, Amami-san kembali ke posisi timnya dan bersama dengan anggota tim yang lain, mereka melakukan pertahanan. Koordinasi mereka tidak berjalan dengan baik karena kurangnya latihan, tetapi mereka seharusnya bisa menebusnya dengan momentum mereka.

".... Maaf, Nakamura-san. Mereka menebak rencanaku."

"Kurasa begitu. Mereka mungkin membaca kebiasaanmu, Asanagi-chan. Kamu selalu melihatku setiap kali kamu melakukan operan tipuan seperti itu. Mereka mengamatimu dengan seksama saat kamu sibuk dengan gyaru gandum itu."

"Aku tahu itu... Arae Nagisa..."

Aku bahkan tidak menyadari dia memiliki kebiasaan itu. Yah, untuk bersikap adil, sulit untuk melihatnya dari pinggir lapangan. Tapi Arae-san telah menghadapinya sejak babak pertama, dia pasti akan melihat beberapa hal.

Hal yang benar untuk Umi lakukan adalah memperbaiki kebiasaan itu, tetapi itu pasti akan membuat beberapa gerakannya menjadi canggung. Jika dia tidak bisa beradaptasi dengan cepat selama durasi pertandingan ini, dia tidak akan bisa menggunakan tipuan itu lagi.

Mungkinkah Arae-san memprediksi bahwa ini akan terjadi? Aku tidak menyangka dia akan selicik ini...

"Jangan khawatir Asanagi-chan, masih ada waktu. Jangan terburu-buru."

"Mm... Memang benar, kalau kita terburu-buru. Kita akan masuk dalam rencana mereka, bukan?"

Meski dia mengatakan itu, tetapi Umi terus melihat waktu.

Sepertinya tidak ada yang salah dengan ekspresinya. Tapi, aku merasakan firasat buruk.

Dan kemudian hal itu terjadi.

"Bagaimana, Asanagi?"

"Ugh..."

Pada awalnya, Umi bisa mengimbangi Arae-san. Tapi secara bertahap, dia kehilangan momentumnya dan yang terakhir mencuri bola darinya. Sepertinya Arae-san telah benar-benar memahami kebiasaan Umi.

"Ayo, Nagisa-chan!"

"Tunggu, aku? ...Oke, aku tahu."

Berkat kerja sama antara Amami-san dan Arae-san, kelas 2-10 kembali mencetak poin.

Permainan berlanjut dan di pertengahan babak kedua, skornya berubah menjadi 15-35. Selisihnya masih besar, tetapi jika kelas 2-10 mempertahankan kecepatan ini, ada kemungkinan mereka bisa mengejar ketinggalan.

'Kalian bisa melakukannya, kelas 2-10!'

'Tujuh lagi tembakan tiga angka! Ayo kalian bisa melakukannya!

Karena bersorak untuk underdog lebih menarik dalam situasi seperti ini, sebagian besar penonton bersorak untuk kelas 2-10.

Sorakan itu memberi Amami-san momentum yang lebih besar lagi.

"Ups, aku tidak akan membiarkanmu lewat, Yuu-chan."

"...Aku akan menerobos!"

Amami-san melakukan hook dari sana karena Nakamura-san sudah membuatnya terpojok karena perbedaan tinggi badan mereka.

Yah, seperti itulah yang terlihat bagi kebanyakan orang di sana. Tapi bagi Umi, Nitta-san dan aku, shoot itu bukanlah tembakan yang dilakukan karena putus asa.

Lagi pula, ini adalah Amami-san yang sedang kita bicarakan. Dia mengambil bidikan itu karena dia tahu itu akan masuk.

.... Swoop!

"Oi, oi..."

Seseorang dari kelas 2-11 menggumamkannya saat bola bergulir melewati tepi rim dan masuk ke dalam ring.

Dan kemudian.

"Pelanggaran defensif, tim 2-11."

"Eh? Kenapa? Aku hanya menyentuhnya sedikit, tidak menariknya... tidak nungkin."

Di samping Nakamura-san yang tampak tidak puas dengan penilaian wasit, Amami-san menjulurkan lidahnya dengan nakal.

Jadi begitu, dia merencanakan ini juga.

Dengan cara ini, mereka tidak hanya akan mendapatkan tiga poin dari tembakan itu, mereka juga akan mendapatkan lemparan bebas.

Tentu saja, mereka mencetak poin dari lemparan bebas itu, menambahkan satu poin lagi untuk mereka.

Skor kini menjadi 19-35.

"Bagaimana menurutmu, Nagisa-chan? Bukankah aku luar biasa?"

".... Tidak, biasa saja. Andai saja kau gagal mencetak poin dari tembakan itu, aku akan memukulmu."

"Hee~ Tapi, aku berhasil 'kan? Terus, apa yang akan kamu lakukan?"

"Tidak ada."

"Eh??? Ayolah, setidaknya tepuk kepalaku~"

"Apa kau itu, anak anjing 'ya?"

"Umi sering mengatakan itu padaku, hehe..."

"Cih... Aku tidak perlu tahu itu."

Dia menjulurkan lidahnya. Tapi, aku tidak tahu apakah dia melakukannya karena dia melihat Amami-san menjengkelkan atau karena Amami-san secara tidak langsung membandingkannya dengan Umi. Meskipun dia tampaknya tidak terlalu membenci Amami-san, kurasa dia mulai jatuh cinta pada pesonanya.

Untuk sesaat di sana, aku melihat diri masa lalu Arae-san dalam diri Amami-san.

...Mereka mungkin mirip. Tapi, aku yakin sekali tidak akan mencoba bergaul dengan Arae-san.

Pokoknya, aku khawatir tentang Umi.

"Asanagi-chan, ambil ini."

"Terima kasih, Shichino-san. Mereka mungkin sedang di atas angin. Tapi, kita tidak boleh terbawa oleh permainan mereka."

"Benar! Kita akan menunggu mereka lengah dan menyerang mereka! Jadi, untuk saat ini, mari kita tunggu dan pelan-pelan."

"Astaga, kata-katamu lebih persuasif daripada kata-kataku, Nakamura-san... Seperti yang diharapkan dari siswi nomor satu."

"Nakamura-san, maukah kamu mencalonkan diri sebagai ketua OSIS? Sensei memintamu untuk melakukannya, kan?"

"Tidak, aku tidak tertarik pada posisi kekuasaan~"

"Itulah Nakamura yang kita semua kenal dan cintai~"

Kelas 2-11 tampak santai seperti biasanya bahkan dalam situasi seperti ini. Tampaknya, mereka tidak mudah putus asa, meski mereka ditekan oleh kelas 2-10. Nah, ini semua tergantung pada kelas 2-10, akankah mereka...

"Lakukan yang terbaik, Umi..."

Akulah orang yang memberikan dorongan kepada Amami-san dan yang lainnya. Tapi setiap kali tatapan Umi bertemu denganku, tidak ada sedikitpun kemarahan di sana.

'Lihat aku.'

Tatapannya seolah-olah mengatakan itu, aku hanya bisa mengangguk sebagai tanggapan.. sebelum bergerak lebih dekat ke lapangan.

Empat menit tersisa sebelum babak kedua berakhir. Aku ingin memberinya dukungan sebanyak yang aku bisa selama ini.




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close