NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tonari no Seki no Moto Idol Volume 1 Chapter 1

Chapter 1 - ‘Kan Kuberikan Semua “Yang Tersisa” dari Diriku

──────Aku sudah lama mencari sesuatu.

Sesuatu yang dapat membuatku terlarut di dalamnya.

Sesuatu yang dapat membuatku merasa putus asa.

Sesuatu yang sangat aku cintai sehingga aku rela mencurahkan segalanya untuk itu.

"Hee, ada Ren toh. Apa yang kau lakukan disini?"

Diakhir bulan Maret, di bawah sinar matahari musim semi yang hangat dan membuatku mengantuk, aku pergi ke minimarket di lingkungan sekitarku. Terlihat kelopak bunga sakura yang berjatuhan, dan aku didekati oleh seseorang yang wajahnya tak asing bagiku.

Warna rambutnya cukup terang dan bisa dibilang itu jelas bukan warna rambut alaminya. Orang itu adalah Tadokoro, yang berada di kelas yang sama denganku tahun lalu. Dia mengenakan kaus tim basket, jadi dugaanku dia sedang dalam perjalanan pulang dari kegiatan klub.

Ketika kau tinggal di lingkungan sekitar sekolahmu, hal semacam ini akan sering terjadi.

"Oh, aku hanya ingin membeli es krim. Bagaimana denganmu?"

Saat Tadokoro hendak membuka mulutnya, terdengar suara yang familiar menginterupsinya.

"Tadokoro~~! Kamu lama sekali...Ehh? Ada Ren-kun toh!"

"Nani-nani, apakah dia bintang tamu istimewa di pesta karaoke kita nanti? Aku bangga padamu bisa mengundang Ren!"

"Tidak, aku cuma kebetulan aja ketemu dengan Ren."

Aku mengenali satu anak laki-laki dan tiga perempuan yang mengikuti Tadokoro ke dalam minimarket. Atau lebih tepatnya, sepertinya mereka adalah sekelompok orang yang mencolok di kelas tahun lalu.

"Kalian mau ke karaoke sekarang?"

"Ya. Kami sedang ingin ke sana hari ini."

“Awalnya kami mau mengerjakan tugas liburan bersama, tapi aku tidak ingin melakukannya!”

"Katakan sesuatu pada para idiot ini, Ren-kun. Lagipula kamu mesti sudah selesai, kan~?"

"...Yah, sudah selesai sih."

"Apa!? Kau kan bermain basket denganku kemarin! Kapan kau mengerjakannya!?"

Tadakoro mengatakan itu seakan aliran waktu kita tidak sama. Dan Maina, yang tampaknya paling serius dibanding yang lain, memukul Tadokoro dengan botol pocarinya.

Ketika yang lainnya telah mewarnai rambut mereka secara terang-terangan, Maina masih memasukkan rambut berwarnanya ke dalam sanggul untuk menyembunyikannya dengan baik saat ke sekolah… Tidak, mau bagaimanapun juga, dia tetaplah seorang gyaru.

“Yah, top 10 siswa teladan di angkatan kita jelas beda kan~! Tidak seperti Tadakoro, padahal sama-sama ada di tim basket…”

"Tidak, aku ada di klub 'pulang-kerumah'."

"Iya benar, aku hanya memanggilnya untuk membantu. Ren, dia bisa melakukan hampir semua olahraga, jadi dia sangat berguna bagi semua klub olahraga di sekolah. Aku akan mengandalkanmu mulai sekarang!"

"Bisa-bisanya kamu tertawa seolah dia pasti mau membantumu. Yah, aku juga tidak peduli sih. Oh, ya! Nee, Ren-kun, apakah kamu senggang nanti?"

...Aku punya firasat buruk dengan pertanyaannya ini.

Jangan bilang, dia akan memintaku lagi untuk mengajarinya belajar dengan imbalan membayariku di karaoke.

Bukannya aku tidak mau, tapi aku sudah punya rencana hari ini untuk memakan es krim baru yang kubeli sambil berjemur di bawah sinar matahari.

"Tidak, aku sedang sangat sibuk... Aku sebenarnya ingin ikut, tapi ada yang harus kulakukan setelah ini."

"Meragukan. Oke, aku akan membawamu sekarang."

"Yoshh! Kamu harus ikut!"

"Terima kasih~. Ren-kun, kamu pasti pandai bernyanyi."

Ada apa dengan kekompakan mereka ini!

Aku menatap Maina, yang sepertinya masih bisa diajak berkompromi, untuk meminta bantuan. Tapi dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Oh tidak... Aku merasa seperti anak sapi di Dona Dona.

[TN: Oke, setelah penelusuran yang aku lakukan, aku menemukan bahwa Dona Dona adalah lagu yang menggambarkan anak sapi yang sedih dan pasrah karena dibawa pergi untuk dijual.]

"Oh, btw, aku mau membeli tiket konser favoritku dulu. Tungguin bentar, ya?"

"Oke. Kau sangat menyukai gadis itu, kan, Maina~?"

"Apa itu? Game, kah?"

"Bukan! Vtuber!! Aku sudah pernah menunjukkannya pada Ren, kan?"

Mata besar Maina pun menoleh ke arahku dengan tajam.

Ini buruk, aku tidak mengingatnya sama sekali. Ada terlalu banyak hal yang telah ditunjukkan dan dijejalkan oleh Maina kepadaku dan aku merasa kewalahan dengan semua itu.

"...Seseorang yang menayangkan ilustrasi bergerak?"

[TN: jujur aku sangat kesulitan dengan kalimat di rawnya ‘…絵描きしりとりする配信の子?’. Mungkin ada yang bisa bantu koreksi? Maaf, aku cuma modal MTL…hiks]

"Ahh, mouu! Bukan itu saja! Bagian terbaiknya adalah interaksinya dengan para pendengar! Mouu, Ren sangat membosankan. Apapun yang aku rekomendasikan, pasti kamu tidak akan tertarik!"

"Itu karena kau terus-menerus memaksakannya padaku."

"Bukan begitu. Itu karena kamu tidak menyukai apapun yang aku rekomendasikan."

"Benar sekali. Aku mencoba membuatnya bergabung dengan klub bola basket, tapi dia bahkan tidak minat sama sekali."

Perkataan santai keduanya ini membuat hatiku berdebar.

"Vtuber itu ya, bagus banget. Yapp. Terlebih lagi, sudah banyak Vtuber yang bisa kamu tonton...!"

"Basket juga bagus. Hanya kamp pelatihannya saja yang menyebalkan~. Tapi itu bisa membebaskan kita dari tugas sekolah..."

Maina tampak sangat senang ketika dia berbicara tentang poin-poin bagus dari Vtuber, sementara semua orang memandangnya seolah-olah mereka tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Disamping itu Tadokoro, walaupun dia mengeluh tentang kamp pelatihan klubnya, tampaknya dia bersenang-senang dan memposting foto-foto kegiatannya di media sosial.

"Yah selain itu, kami juga memiliki turnamen internal klub. Sehingga kami harus terus berlatih."

"Liburan musim semi terasa singkat, bukan? Yah, aku akan bermain snowboard mulai minggu depan, jadi tidak apa-apa."

"Eh, snowboard!? Kamu harus mengajak kami!"

"Itu benar! Aku masih belum pulih dari rasa patah hatiku sejak kelulusan Mirufy dari ci×ci! Maka dari itu, bersikap baiklah padaku!"

[TN: Di rawnya ‘sai×sai’, tapi berhubung kepanjangannya ‘cider×cider’, sepertinya lebih enak ditulis ‘ci×ci’. Sementara untuk nama panggung Miru, di rawnya ‘Mirufui’ tapi ‘Mirufy’ sepertinya lebih enak dan lebih idol kan kedengarannya? wkwkwkwk]

"Ah... Gadis center yang sangat imut itu, kan"

"Bentar, dia kan sudah lulus 6 bulan yang lalu. Entahlah, apakah aku mau bersikap baik padamu atau tidak."

"Maina, jahat~!"

Teman-temanku mulai membicarakan rencana liburan musim semi mereka.

Aku merasakan perasaan yang aneh seakan pikiranku telah diisi dengan hal negatif yang berbanding terbalik dengan kegembiraan rencana liburan itu.

Aku…, Aku juga─────.

"Ada apa, Ren? Kamu tiba-tiba terdiam."

"Tidak. Bukan apa-apa. Aku hanya berpikir ini cukup ramai."

Ya. Begitu lah. Aku hanya merasa seperti kehilangan sesuatu sepanjang waktu.

Dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari teman-temanku yang terasa penuh, kehidupan sehari-hariku akan selalu bernilai 80 poin.

Kurangnya gelombang dalam hidupku membuatku tidak memiliki rasa puas dan pencapaian.

Aku pun melihat ke arah ponselku untuk mengalihkan pikiranku dan menyadari adanya panggilan tidak terjawab dan notifikasi LIME dari ‘Fuyu-nee’.

Waktunya tepat lima menit yang lalu. Isi pesannya menanyakan apakah dia bisa meneleponku sekarang. Mungkin ini urusan yang mendesak, karena aku biasanya tidak menerima panggilan tiba-tiba seperti ini.

"Oh, maaf. Aku benar-benar ada urusan sekarang, jadi kurasa aku tidak bisa pergi ke karaoke."

"Ah, serius?"

"Jadi Ren, kau berbohong sebelumnya ketika kau mengatakan ada sesuatu yang harus kau lakukan!!"

"Haha... kalau begitu, lain kali ya!"

"Tidak mauuu. Ahh, aku tidak termotivasi lagi kalau tidak ada Ren!"

"Aku juga!"

"Iya maaf."

Tadokoro menempel padaku, dan ketika aku menyatukan kedua tanganku untuk meminta maaf, dia dengan enggan melepaskanku.

Aku sama sekali tidak senang dipeluk oleh seorang bajingan, jadi aku merasa lega ketika dia akhirnya melepaskanku.

“Ya mau gimana lagi. Aku akan mengajakmu lagi lain kali.”

"Ah iya, aku akan menantikannya!"

"Jika aku LIME, kamu harus membalasnya dalam lima detik."

"Itu hanya berlaku untuk orang yang berpacaran."

"Dan bukannya itu hanya untuk pasangan yang bucin?"

Aku melambaikan tanganku pada Tadokoro yang sibuk bergurau dengan teman-temannya, meninggalkan minimarket, dan menelepon balik Fuyu-nee sembari bergegas pulang.

"Halo?"

“Halo~. Lama tidak bertemu, Ren-tan!”

"Fuyu-nee...! Jangan panggil aku seperti itu, memalukan sekali!!"

“Eh? Dulu kamu sangat imut, tapi kamu sudah banyak berubah!”

Fuyuka Shirakaba alias Fuyu-nee, yang tertawa kecil di telepon, adalah teman masa kecilku yang umurnya dua tahun lebih tua dariku.

Fuyu-nee memiliki kepribadian yang cukup tenang dan apa adanya. Dia merawatku dengan baik dahulu. Kedua orang tuaku sama-sama bekerja, sehingga mereka jarang berada di rumah. Jadi, dia sudah ku anggap seperti kakak perempuanku.

Meskipun dia telah meninggalkan rumahnya dan tinggal di Tokyo, dia tetap kembali beberapa kali dalam setahun, dan kami masih cukup dekat untuk membicarakan hal-hal sepele melalui LIME.

“Saat ini, aku sedang dalam perjalanan kembali dari Tokyo karena aku tiba-tiba mendapatkan libur kerja sepanjang hari. Dan aku akan segera ke sana. Aku ingin bertemu denganmu sekarang, jika kamu tidak keberatan.”

"Aku baru saja senggang, jadi tidak apa-apa… Tapi, jarang-jarang kau meneleponku terlebih dahulu.”

Walaupun kota ini hanya memiliki satu pusat perbelanjaan, 'WAON', tetapi moda transportasi disini sangatlah nyaman, dan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke sini bahkan dari kota Tokyo.

Mungkin itu salah satu alasan mengapa Fuyu-nee yang selalu mendadak ketika kembali ke sini, jarang bersusah payah untuk meneleponku terlebih dahulu.

“Oh, apakah kamu mengetahuinya? Sebenarnya, aku ingin meminta bantuan dari Ren.”

"Tunggu, aku punya firasat buruk."

“Aku tidak akan menunggu. Sebenarnya, seorang temanku yang seumuran dengan Ren telah keluar dari grup idol dan akan pindah ke sekolahmu pada musim semi ini. Soalnya, sekolah Ren memiliki jurusan seni pertunjukan, jadi akan lebih mudah baginya untuk pindah ke sana, kan? Tapi karena dia sudah menjadi idol sejak kecil, dia jadi tidak begitu mengerti dengan kehidupan sehari-hari pada umumnya. Jadi, aku ingin kamu membantunya menyesuaikan diri dengan kelasnya.”

"Hah!?"

Jika itu Tadokoro di yang berada ujung telepon, aku akan mengatakan kepadanya untuk berhenti mempermainkanku.

Tapi, secara mengejutkan, Fuyu-nee adalah anggota dari grup idol nasional, cider×cider.

Kata-kata idol yang aktif sangatlah kredibel sehingga tidak ada ruang untukku meragukan perkataannya.

Meskipun cider×cider, atau biasa juga disebut dengan ci×ci, hanya dimulai dengan audisi kecil, empat tahun setelah debutnya, grup ini menjadi sangat populer sehingga tidak ada orang yang tidak mengetahuinya.

Lagu-lagu yang dibuat oleh para anggotanya, yang dipilih melalui pemungutan suara, sangatlah populer sehingga mereka terus memegang posisi teratas di tangga lagu Oricon karena lirik dan koreografinya yang menarik.

Apalagi Fuyu-nee adalah anggota populer yang telah terpilih sejak lama.

Sejujurnya, aku selalu berpikir dia adalah gadis yang sangat cantik. Dia menjadi idol setelah audisi di musim dingin tahun pertama sekolah menengahnya, dan dia masih aktif sebagai idol pada usia sembilan belas tahun.

Ketika dia memberi tahuku bahwa dia telah lulus audisi, aku sudah berpikir bahwa dia akan sangat sulit untuk dijangkau. Tetapi Fuyu-nee, yang sering kembali ke sini meskipun tidak sesering dulu, tidak berubah sama sekali.

Oleh karena itu, jarang bagi Fuyu-ne untuk meminta sesuatu padaku bahkan jika aku yang memintanya untuk melakukannya. Karena aku ingin membantunya sebanyak mungkin. Tetapi...

"Maaf, aku tidak bisa."

“Ehh!? Kenapa!?”

"Coba pikirkan lagi. Jika aku menerima permintaan yang menyusahkan seperti itu, kehidupan sekolah menengahku akan berakhir dalam hitungan detik!"

Aku telah menimbang mana yang lebih berat antara keinginanku untuk mendekati idolku dibandingkan dengan kerumitan dari permintaannya, dan hal tersebut dimenangkan oleh kerumitan itu dengan margin yang cukup jauh. Jadi, aku sudah puas dengan Fuyu-nee sebagai idolku saja.

Aku tidak tahu apakah temannya yang dimaksud itu adalah anggota yang populer atau hanya seorang trainee, tetapi jika aku menerima pekerjaan seperti itu, kehidupan sekolah menengahku yang damai jelas akan berakhir tidak peduli bagaimanapun aku memikirkannya.

Tidak akan ada yang namanya kebebasan, karena idol jelas akan menyita perhatian orang-orang.

“Jahat sekali. Aku tidak percaya telah meminta bantuan pada teman masa kecilku yang penting tapi malah dibilang merepotkan. Kamu akan membuat Onee-san menangis! Ahhh, aku tidak membesarkanmu untuk menjadi orang yang begitu dingin.”

"Aku ingat kok bagaimana aku dibesarkan, tetapi aku tidak ingin meninggalkan kehidupanku yang tenang dan damai di sekolah! Jika mereka mengetahui bahwa pria sepertiku mengenal seorang idol, mereka pasti akan memukuliku!"

“Mouu. Kenapa kamu malah merendahkan dirimu sendiri! Ren itu sangat keren lho!”

"Berhenti menggurui teman masa kecilmu!"

Inilah sebabnya mengapa teman masa kecil itu bodoh...

Yah, aku tidak masalah ketika dipuji, tapi itu perkara yang berbeda dengan masalah ini.

Ketika aku hendak membuat pernyataan yang benar-benar mengesampingkan perasaanku, dan memintanya untuk mengerti dengan kekecewaan teman masa kecilnya, Fuyu-nee malah terus berbicara, seolah ingin menginterupsiku.

“Apa kamu yakin? Kalu kamu menerima permintaanku, aku akan membelikan kamera yang katanya Ren inginkan tapi tidak bisa membelinya karena mahal.”

"Eh, beneran!?"

“Serius... Jangan remehkan gaji seorang idol populer.”

"Yah, aku sih yakin kau mampu membelinya. Tapi aku sekarang adalah senior di sekolah menengah. Jadi aku sudah tidak se naif dulu untuk mudah terpikat dengan hal-hal seperti itu…”

“Pokoknya temui saja dia dulu. Tolonglah. Aku pikir itu saja sudah cukup untuk membantuku.”

Kali ini, suaranya terdengar bersungguh-sungguh.

Fuyu-nee tampak mengandalkanku.

Fuyu-nee yang bisa melakukan apa saja sejak dia kecil.

Fuyu-nee yang selalu membantuku?

"Aku mengerti. Kalau begitu, jika kau hanya ingin aku bertemu dengannya ..."

Mau tidak mau aku pun menyutujui permintaannya, mungkin karena aku senang Fuyu-nee akhirnya mau mengandalkanku, bukan perkara janjinya untuk membelikanku kamera.

Aku merasa seperti telah membuat keputusan yang buruk, tetapi perasaan hangat yang samar muncul di hatiku.

“Terima kasih! Apakah kamu bisa sekarang? Aku sedang menuju ke sana sekarang dengan gadis itu, jadi tolong bersiap-siaplah.”

“Sejak awal kau pasti sudah berasumsi bahwa aku akan mau menemuinya, kan…”

“Itu karena aku mempercayaimu, Ren!”

Fuyu-nee berkata begitu dan akhirnya menutup teleponnya. Dia benar-benar egois kali ini.

"... Hah."

Aku menghela napas, lalu memastikan es krim di tas belanjaku masih dingin, dan menaiki tangga. Di puncak tangga ini, ada taman di atas bukit yang menghadap ke kota. Dan saat ini, bunga sakura akan segera bermekaran dengan penuh.

Aku tahu bahwa seharusnya aku kembali dan menunggu Fuyu-nee sesegera mungkin, tetapi aku membuat alasan di dalam pikiranku kalau es krimnya akan meleleh kalau aku langsung pulang ke rumah. Jadi sejak awal aku berencana untuk memakan es krimnya di sini, dan aku pun lanjut menaiki tangga itu.

"...Masih terlihat indah tahun ini."

Tidak hanya dengan warna merah mudanya, bunga sakura juga dilapisi dengan warna-warna lembut lainnya yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata sederhana.

Pohon sakura yang besar itu pasti sudah ada sejak lama, dan bunganya bermekaran lagi tahun ini, menutupi seluruh taman yang kecil itu.

Merah muda cerah dari bunga sakura, langit biru, dan awan putih. Aku membuat bentuk persegi panjang dengan jari telunjuk dan ibu jari di kedua tanganku untuk seolah mengabadikan pemandangan yang menakjubkan ini. Yosh, sudah selesai.

Bingkai jari sederhanaku telah selesai.

Dan kemudian, ketika aku berbalik──────.

"........."

Sejenak, aku kehilangan napasku.

Tubuhku tidak dapat bereaksi secepat biasanya, dan tas belanjaku terlepas dari tanganku.

Melalui bingkai jari yang ku buat, terlihat seorang gadis berdiri sendiri di depan pohon sakura yang besar.

Rambut merah cerinya tampak secerah matanya yang tampak indah bagaikan permata. Wajah kecil yang mempesona. Lengan dan kaki yang supel. Kulit seputih porselen. Sungguh penampilan luar biasa yang akan cocok dengan pakaian apapun.

Dia menatapku seolah-olah seperti adegan dalam sebuah film, dan rambut sebahunya berkibar dengan lembut saat dia menepis kelopak bunga sakura yang jatuh di kepalanya.

Aku sangat terpesona dengan pemandangan indah nan rapuh ini hingga tubuhku membeku.

"...Umm, ada apa?"

Dia pasti curiga melihat tindakanku yang membuat bingkai dengan jari-jariku sambil terus-menerus menatapnya.

Kemudian dia memiringkan bahunya yang ramping dan kepalanya.

"Ahh, tidak… maksudku… pemandangan dari sini sangat indah, kan. Ini adalah kebiasaanku. Ketika aku melihat pemandangan yang indah, aku akan melakukan ini."

Menyesal karena tidak bisa terus-menerus memandangi bunga sakura dan gadis cantik itu, aku pun menurunkan tanganku dan mengambil tas belanjaku yang sebelumnya terjatuh.

"Begitu ya. Miru juga yakin itu... Ah. Bukan apa-apa."

Dia lalu melihat ke bawah, ke arah kota, dan bergumam bahwa itu memang sangat indah.

Tidak tahu harus berkata apa untuk menanggapi kata-katanya, yang bisa dianggap sebagai soliloqui, aku pun melihat ke arah yang sama seperti yang dia lakukan untuk mengalihkan pandanganku dari mata hijau gioknya yang seolah terus-menerus menarikku.

[TN: Soliloqui (Senandika) itu sejenis karya sastra yang mengandung monolog.]

Angin musim semi yang berhembus dengan lembut ke rambutku terasa sangat nyaman.

"Apakah kamu menyukainya?"

"Eh"

"Pemandangan dari sini."

Jantungku!! Ini buruk sekali!! Itu memang hal yang sederhana, tetapi ketika seorang gadis cantik yang melakukannya, seolah terdapat kekuatan destruktifnya yang berbeda!!

Aah, ini menakutkan. Dia pasti tahu kalau aku terpesona dengannya.

"...Aku menyukainya. Ini menjernihkan pikiranku."

"Fufu. Aku juga menyukainya."

Gestur imut itu sangat licik!! HP ku pun berkurang secara drastis.

[TN: HP atau Hit Poin atau Life Point seperti dalam game~.]

"Rasanya menyenangkan di sini. Aku akan ke sini lagi nanti."

Seolah meniruku, dia membuat bingkai dengan jari-jarinya juga dan menikmati pemandangannya, sudut mulutnya juga tampak terangkat.

Dia mungkin tidak sengaja melakukannya, tetapi gerak tubuh, kata-kata dan tindakannya yang sempurna ini terlihat seperti gadis di anime.

Namun, sepertinya gadis ini terlihat tidak asing bagiku──────?

"...Apakah kamu tinggal di sekitar sini?"

"Eh"

"Orang yang memperkenalkanku dengan tempat ini mengatakan bahwa ini adalah tempat hits lokal dan hampir tidak ada orang di sekitar pada siang hari di hari kerja."

"Ahh, itu benar. Jika teman masa kecilku tidak memberitahuku tentang ini, aku tidak akan menyadari bahwa ada bunga sakura yang indah di puncak tangga yang begitu curam ini."

Ini adalah tempat di mana Fuyu-nee membawaku ketika aku masih kecil, sembari mengatakan bahwa dia telah membuat penemuan besar.

"...Kau, emm, apa kau pindah ke sini baru-baru ini?"

"Ya. Aku akan pindah ke sekolah menengah di sini mulai musim semi ini. Aku di sini hanya menunggu seseorang untuk mengajakku berkeliling."

"Sudah kuduga."

Bagaimana mungkin tidak ada desas-desus tentang gadis secantik ini jika dia sudah lama tinggal di sini.

Itulah yang ku maksud, tetapi kemudian mengerutkan keningnya seolah dia kebingungan dengan apa yang sudah aku katakan.

"Sudah kuduga?"

"Tidak. Aku hanya berpikir, kamu sangat mencolok karena kamu terlihat seperti selebriti."

"Fufu. Begitu, kah?"

Dia tertawa kecil saat mengatakan itu.

Aku yakin pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Aku mati-matian berusaha mengingatnya, mencari ke segala sudut memori yang ada di kepalaku, dan saat aku hampir bisa mengingatnya─────.

“Aku masih belum pulih dari rasa patah hatiku sejak kelulusan Mirufy dari 'ci×ci'!”

"Ahh"

Kata-kata yang diucapkan Tadokoro di minimarket itu pun terngiang di kepalaku.

Itu dia! Mirufy!!

Itulah mengapa aku terus merasakan deja vu saat melihatnya, mungkin karena Tadokoro telah menunjukkan foto-fotonya padaku setiap hari.

Bagaimana bisa aku melupakan wajah seorang gadis yang cantik dan sangat mencolok?

Aku sampai di kesimpulan bahwa satu-satunya kesan yang aku miliki tentang Mirufy dalam ingatanku adalah rambutnya yang panjang dan diikat rapi, sehingga aku tidak segera mengaitkan gadis itu dengannya.

"Hah? Apa aku sudah memberitahu Ren kalau aku memutuskan untuk mampir ke sini dulu untuk melihat bunga sakura?"

Seorang gadis lainnya datang. Dia memiliki rambut perak sepanjang pinggangnya dan mata biru tua yang besar.  Meskipun tubuhnya langsing dan ramping, proporsi tubuhnya sangat bagus di beberapa tempat yang tepat, membuatnya sangat cocok untuk menjadi model majalah gravure. Dia mengenakan gaun one-piece hitam ketat yang mempertegas penampilannya itu. Dia datang menaiki tangga dengan napas yang terengah-engah. Dia merupakan representasi dari sosok kakak perempuan yang sangat cantik.

"Fuyu-nee?"

Dia pun tersenyum dan melambaikan tangannya padaku.

"Ya~. Ren, lama tidak bertemu!"

Gadis cantik itu pun menatapku dengan mata berbinar yang terlihat seperti penuh dengan debu bintang, dan dia membuka mulutnya seolah dia akhirnya mengerti dengan situasinya.

"Ah, jadi itu kamu."

Kemudian, dia mengulurkan satu tangannya padaku.

"Senang bertemu denganmu, Ren Kashiwagi! Aku Miru Kasumi. Mungkin kamu lebih mengingatku sebagai Mirufy."

Aku merasakan sensasi mati rasa yang aneh seakan arus listrik mengalir melalui tanganku yang terhubung dengan tangannya.

"Tolong jaga aku, ya?"

Miru Kasumi. Dia adalah mantan center dari grup idol cider×cider, yang pensiun dari dunia hiburan setengah tahun yang lalu.

"Miru Kasumi, center tak tergoyahkan dari grup cider×cider. Lahir di Tokyo. Berusia 16 tahun dan golongan darahnya AB. Tingginya 153 cm. Memasuki industri hiburan pada usia 3 tahun. Membuat debut komersialnya pada usia 5 tahun, dan aktif sebagai aktris cilik. Pada usia 12 tahun, dia didatangi oleh tim audisi dalam perjalanan pulang sekolahnya, yang membawanya menjadi anggota musim kedua cider×cider. Pada usia 13 tahun, ia terpilih sebagai anggota cider×cider termuda dalam sejarah, dan pada usia 14 tahun, ia memainkan peran center untuk pertama kalinya. Ayahnya adalah presiden perusahaan pakaian, dan ibunya, Yuri Kasumi, adalah mantan aktris. Nama panggilannya adalah Mirufy. Ungkapan favoritnya adalah 'Aku sangat menyukainya' (TN: r/jp: Daisuki). Setiap lagu yang dia bawakan sebagai center selalu menjadi hits dan terjual hingga jutaan copy. Waktu tunggu rata-rata untuk sesi jabat tangannya melebihi tujuh jam. Namun, di puncak popularitasnya, setelah menggelar konser solo yang sukses di Tokyo Dome, dia menyatakan lulus dari cider×cider dan ingin kembali menjadi gadis normal..."

Aku merasa haus hanya dengan membaca seluruh kalimat yang aku temukan di Internet tentangnya. Sungguh luar biasa, Mirufy.

"Ooh, luar biasa. Aku tidak tahu Sukipedia bahkan menulis hal seperti itu akhir-akhir ini~. Seperti yang diharapkan dari kamus online yang diisi dengan ‘Suki’. Ah, apakah ada halaman untuk Fuyuka-san juga?"

"Hei, jangan dicari. Itu tidak menarik."

Fuyu-nee di sebelah kanan, Mirufy di sebelah kiri.

Halo, aku Ren Kashiwagi, dari situasi yang akan membunuhku jika aku ditemukan oleh penggemar ci×ci di seluruh penjuru negeri.

Ini bukan waktunya untuk bercanda.

Setelah itu, aku pergi ke rumah Fuyu-nee, dan mendengar detail dari Fuyu-nee dan Mirufy di ruang tamu.

"Mirufy, seperti yang kamu dengar dariku atau kamu baca di situs itu, telah menjadi idol sejak dia kecil, jadi dia tidak pernah bersekolah dengan normal. Tapi selama enam bulan terakhir setelah berhenti menjadi idol, dia berusaha dengan sangat keras. "

"Hah..."

"Dia pintar, jadi dia pasti bisa menangani pembelajaran di sekolah. Tapi untuk pengetahuan umumnya... kamu tahu, kan?"

"Mouu, Miru bisa melakukannya kok. Miru hampir bisa menjadi gadis yang normal. Kamu juga berpikir begitu, kan, Ren-kun?"

"Tidak, tidak sama sekali."

"Kamu bohong, kan!?"

Rambutnya yang berkibas dengan lembut setiap kali dia berbicara, reaksinya yang berlebihan, dan ekspresi wajahnya yang berubah-ubah seolah-olah dia sedang bermain dalam drama.

Ini mungkin keterampilan penting bagi seorang idol. Aku bisa mengerti itu, tapi sungguh menakjubkan bagaimana itu sangat mencolok ketika diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari biasa seperti ini.

Hanya dengan keberadaan Mirufy di ruang tamu rumah Fuyu-nee, yang seharusnya sudah tidak terasa asing bagiku sejak kecil, sudah memberikan perasaan tidak nyaman yang luar biasa bagiku. Seolah-olah kecantikannya menghalangiku untuk menjalani kehidupan sehari-hariku.

Seolah-olah lampu sorot hanya bersinar di sekitar Mirufy, seolah-olah bunga menari di udara disekitarnya.

Sebelumnya, aku pikir itu karena latar belakang bunga sakura di taman itu yang membuatnya terlihat begitu indah, tetapi ternyata tidak demikian.

Dia sendiri lah yang ‘bersinar’.

Tidak peduli di mana dia berada, apa yang dia lakukan, atau bahkan cara dia memiringkan kepalanya, dia sangat menarik perhatianku.

"Ya begitulah. Namun seperti pepatah ‘Jika kamu bercampur dengan merah, kamu akan menjadi merah’, manusia adalah makhluk yang mudah beradaptasi, kan? Jadi untuk saat ini, yang terpenting dia harus mengikuti ujian perpindahan dan diterima di SMA Shirotsuki. Kupikir Mirufy akan lebih cocok di sekolah yang memiliki jurusan seni. Lagipula, Ren juga ada di sana kan."

"Kau sudah akan mengandalkanku sejak awal..."

"Fufufu. Karena sejauh yang aku tahu, Ren adalah satu-satunya orang yang bisa menangani aura idol Mirufy dengan wajah datar. Bahkan, kamu bisa berbicara dengannya di taman sebelumnya tanpa merasa gugup, bukan? Biasanya, orang-orang akan terlalu gugup untuk dapat berbicara seperti itu."

Itu karena aku sudah sering berinteraksi dengan Fuyu-nee sejak kecil, sehingga aku telah mengembangkan suatu resistensi terhadap hal tersebut, tapi bukan berarti aku tidak merasa gugup.

Dengan kata lain, aku akan digunakan sebagai benteng terhadap teman-teman sekelasnya?

"Selain itu, aku akan merasa lebih aman jika Ren, yang sudah aku percaya, berada di dekat Mirufy. Aku ingin kamu membantunya menyesuaikan diri dengan kelasnya dan membantunya untuk menjadi sedekat mungkin dengan gadis normal."

Yosh, aku akan menolaknya.

Aku sudah memutuskan.

Aku sangat senang ketika Fuyu-nee meminta bantuanku sehingga aku menjadi bodoh membuat keputusan untuk bertemu dengannya.

Ini mustahil. Ini di luar jangkauan kemampuanku untuk membuat seorang gadis seperti ini, yang dilahirkan untuk menjadi idol, menjadi seorang gadis normal.

Ini di luar kendaliku, atau lebih tepatnya, ini bukan hal yang bisa aku tangani.

"Aku sangat menyesal, tetapi aku ingin menolak permintaanmu ini..."

Saat aku menolaknya dengan rasa takut, Fuyu-nee menunjukkan ponselnya sambil tersenyum.

"...Apa ini?"

"Ini adalah screen-shot dari kamera yang Ren inginkan, sudah dipesan."

"Kau bilang akan membelikannya hanya untuk bertemu dengannya, kan!?"

"Tidak ada kesepakatan yang sebagus itu di dunia ini, Ren-kun."

"Kau memang idol yang aktif, tapi bukankah kau sangat licik!?"

"Katakan saja sesukamu."

Aku tidak pernah berpikir bahwa Fuyu-nee akan melakukan cara ini...

“Lagipula sejak awal kau sudah curang ketika hanya memanggilnya teman idol namun akhirnya membawa seorang mantan center.”

"Jika aku memberitahumu dari awal kalau itu Mirufy, kamu pasti tidak akan mau bertemu dengannya, kan?"

"Tentu saja tidak!"

Aku bersyukur tidak menerima kesepakatan itu melalui telepon.

Tapi aku tidak bisa membayarnya kembali sekarang. Aku bisa meminjam uang dari orang tuaku, tetapi aku takut apa yang akan terjadi nanti.

Apa sebaiknya aku lari saja dari tempat ini.

Saat aku mati-matian mencari jalan keluar, Mirufy, yang diam-diam mendengarkan percakapan kami, dengan ragu membuka mulutnya.

"Fuyuka-san. Bolehkah aku berbicara dengan Ren-kun berduaan saja sebentar?"

"Boleh saja, tapi... kenapa?"

"Aku ingin membujuknya sendiri. Aku sudah lama berhutang budi pada Fuyuka-san, dan kurasa dia tidak akan yakin dengan ini."

Rupanya, dia lebih bijak dari yang aku bayangkan.

"Memang benar, lebih baik seperti itu. Apa kamu juga tidak apa-apa, Ren?"

Ketika aku mengangguk pada tatapannya, dia dengan cepat berdiri dan berjalan keluar menuju pintu.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kamar sebelah. Hubungi aku jika kalian sudah selesai berbicara."

"Oke."

Mirufy tampak khawatir sesaat ketika dia mendengar bahwa Fuyu-nee akan pindah ke ruangan lain, tetapi ketika aku mengatakan kepadanya bahwa dindingnya cukup tipis sehingga Fuyu-nee dapat dengan mudah datang jika dia berteriak tanpa perlu repot-repot meneleponnya, dia langsung tampak lega.

"Ah. Sekarang, kamu pasti mengira aku sudah terbiasa berduaan dengan orang asing, berjabat tangan dan sebagainya."

Bagaimana dia bisa tahu.

Budaya sesi jabat tangan ci×ci sudah dikenal luas.

Saat kau membeli CD albumnya, kau akan mendapatkan tiket jabat tangan yang memungkinkanmu untuk dapat berbicara langsung dengan idol pilihanmu selama beberapa detik.

Center paling populer akan berbicara dan berjabat tangan dengan ribuan orang asing setiap harinya.

Mirufy menatapku dengan senyum licik, seolah-olah menyadari kata-katanya tepat sasaran, dan melanjutkan.

"Sebenarnya, ini pertama kalinya dalam hidupku aku berduaan dengan laki-laki seperti ini."

"...Eh?"

"Biasanya akan ada penjaga keamanan di sesi jabat tangan, dan ada anggota lainnya di stan yang berada tepat di sebelahku. Aku sangat berhati-hati dalam kehidupan pribadiku untuk menghindari terjadinya skandal, jadi aku tidak pernah berduaan bersama di situasi apapun."

"Itu luar biasa."

"Fufu. Itu sebabnya aku sangat gugup sekarang."

Mirufy kemudian menutupi pipinya yang sudah agak berwarna dengan kedua tangannya.

Ehh... makhluk imut nan licik apa ini?

Jantungku mulai berdegup kencang.

Jika aku tidak memiliki resistensi terhadap idol, aku pasti akan kehilangan semua akal sehatku.

"..............Baiklah."

"Ah. Kamu mungkin orang pertama yang tidak berubah menjadi merah padam dengan situasi ini."

"Hah?"

"Ahaha. Aku tidak berbohong tentang itu. Aku sudah berbicara dengan orang-orang di sesi jabat tangan dan semacamnya, dan tidak ada yang setenang dirimu. Oh, ini pertama kalinya aku berbicara seperti ini! Aku sangat senang karena semuanya adalah hal baru bagiku untuk hari ini."

Mirufy mengatakan itu sembari tersenyum seperti bunga yang telah mekar, terlihat sangat bahagia.

Pada saat yang sama, aku juga menyadari.

Orang ini sangat berbahaya, kan.

Dia pasti memiliki semacam pekerjaan yang membuat orang menjadi gila di kehidupan sebelumnya.

"Oh ya..."

Seperti yang sudah ku katakan berkali-kali sebelumnya, bukannya aku tidak mengingat kebaikan Fuyu-nee yang sudah selalu memperhatikanku dulu sehingga aku menolak permintaannya. Melainkan karena rumitnya permintaannya tersebut.

Namun, fakta bahwa dia mengatakan itu dan tetap ingin berbicara berdua denganku pasti menunjukkan bahwa dia sepenuhnya menyadari situasinya.

"...Yah. Mengapa kau ingin menjadi gadis normal ketika kau tahu bahwa kau memang tidak normal?"

"Karena aku ingin menjadi normal. Aku ingin bersekolah dengan normal. Apa ada alasan lain?"

Mirufy tersenyum dengan senyum idol sempurnanya yang berbeda dari sebelumnya.

Senyumnya terlihat sangat menarik dan indah sehingga bisa dikatakan hampir tidak manusiawi, namun itu terlihat sedikit dingin karena aku sudah pernah melihat senyumnya yang lain sebelumnya.

"Di sisi lain, apakah kau punya alasan bagus kenapa kau benar-benar menginginkannya?"

"Tidak. Sejak awal, aku tidak punya alasan bagus untuk itu."

Ketika dia mengungkapkannya dengan kata-kata tersebut, seketika aku merasa kosong.

Karena meskipun gadis di depanku ini seumuran denganku, dia sudah mencapai apa yang ingin dia lakukan, dan terlebih lagi, dia sudah memiliki sesuatu yang dia inginkan mulai sekarang.

Dia sangat berbeda dariku, yang mencoba banyak hal tetapi tidak pernah bisa mendalami apapun, tidak pernah bisa menguasai apapun, dan tidak pernah bisa merasakan passion terhadap apapun seperti Tadokoro atau Maina.

Aku bukannya tidak suka belajar. Aku juga tidak buruk dalam berolahraga. Tetapi ketika ditanya apakah aku ingin terus melakukannya, aku akan menggelengkan kepalaku. Tidak ada hal yang terasa nyata bagiku.

Aku mencoba melakukan apa yang direkomendasikan teman-temanku, tetapi pada akhirnya aku akan tertinggal. Tidak peduli apa yang aku lakukan, tidak ada yang dapat memenuhi hatiku. Aku, Ren Kashiwagi, telah lama mencari potongan terakhir dari puzzle itu.

"Itulah mengapa aku mencarinya. Sesuatu yang nyata yang tidak akan membuatku merasa bosan."

Mendengar kata-kataku, Mirufy membuka mulutnya dengan senyum sempurna di wajahnya, seperti yang dia lakukan sebelumnya.

"Hee. Kamu terlihat seperti mencoba melakukan sesuatu yang tepat."

".............Ha."

Sebelum aku bisa sepenuhnya memahami arti kata-katanya, Mirufy membuka mulutnya.

"Maaf karena telah meminta sesuatu yang tidak masuk akal. Tidak apa-apa jika kamu tidak ingin menerimanya."

"...Eh?"

"Oh, apakah itu mengejutkan? Fuyuka-san yang menyarankanku untuk meminta tolong padamu. Aku setuju untuk melakukannya karena aku telah berhutang budi padanya, tapi sebenarnya aku tidak berharap banyak untuk mendapatkan bantuan darimu. Lihat, kamu sendiri juga merasa kebingungan, kan?"

Mirufy mengatakan itu dan menjulurkan lidahnya.

Apakah dia ingin berduaan denganku dengan maksud untuk membawa semuanya mencapai ke kesimpulan ini sejak awal. Satu-satunya alasan dia tidak menunjukkan sandiwara seperti ini sebelumnya adalah demi Fuyu-nee yang telah berusaha keras untuk mencoba membantunya.

[TN: Sandiwara disini maksudnya Mirufy mengubah sikapnya dari yang awalnya natural saat ada Fuyu-nee, menjadi sangat idol (memperkuat aura idolnya dengan gestur-gestur atau senyum idolnya).]

Alasan mengapa dia memperkuat sikap idolnya dibanding sebelumnya mungkin karena dia menyadari kalau aku gugup dengan persona Mirufy-nya. Dan dia pun menggunakan itu untuk berusaha menyingkirkanku dengan mengatakan bahwa aku bukan rekan yang pantas untuk membantunya.

"Aku akan memberitahu Fuyuka-san dengan benar. Yah, jika kamu mau, aku akan senang jika kamu bisa berteman denganku di sekolah!"

Setelah mengatakan itu, dia pun tersenyum padaku dengan gestur imutnya yang disengaja.

Mau tak mau aku merasakan memar di hatiku. Tapi…

Entah kenapa sepertinya aku tidak bisa meninggalkannya sendirian?

"Jadi, aku pun ditolak. Kudengar Ren-kun akan sibuk dengan berbagai hal~."

Apa-apaan itu! Kau membuatnya terdengar seperti itu 100% salahku!

"...Ren?"

"Tidak, umm, itu..."

Aku tidak dapat menemukan alasan yang bagus, jadi aku menutup mulutku, dan kemudian Mirufy dengan riang membuka mulutnya.

"Moo! Fuyuka-san, kamu terlalu khawatir! Tidak mungkin Miru-chan, yang sudah membuat jutaan orang terpikat padanya sampai sekarang, tidak dapat memikat 40 teman sekelasnya juga!"

"......Mou. Aku mengerti. Mungkin aku memang sedikit terlalu khawatir."

"Itu benar~. Miru juga sudah berumur 17 tahun sekarang!"

"Ya, itu benar!"

"Ren, diamlah."

"Ah, iya."

Ketika aku menyutujui perkataannya, aku malah ditegur. Bukankah dia hanya kasar padaku?

"Yaudah, Miru, aku akan pulang dan mengambil barang bawaanku!"

Setelah itu, kami pun bubar. Kemudian kami bangkit dari tempat duduk kami, dan menuju pintu depan.

Mirufy bilang dia sudah pindah ke sekitar sini, jadi Fuyu-nee akan mengantarnya pulang. Ngomong-ngomong, rumahku hanya berselat 2 rumah dari sini.

"Maaf atas gangguannya!"

Mirufy keluar lebih dulu, dan aku akan memakai sepatuku. Namun kemudian Fuyu-ne mendekatiku dari belakang.

"Ren, kamu melupakan sesuatu."

"? Terima kasih."

Aku melihat ke dalam kantong plastik yang diberikannya dan bertanya-tanya apakah aku membawa sesuatu.

"Ah! Es krimnya mencair!"

Benar sekali. Aku telah bertemu Mirufy dan Fuyu-nee dalam perjalanan pulang dari minimarket dan langsung datang ke sini. Aku masih memperhatikannya sampai setengah jalan, tapi sepertinya aku benar-benar kehilangan ingatanku karena kejutan dari Mirufy.

Aku rela meninggalkan rumah hanya untuk ini, tapi apa yang aku lakukan sekarang?

Ketika aku menghela nafas karena kesialan yang ku alami, Fuyu-nee bergumam, 'Es krim itu'.

"Es krim mille-feuille itu sangat langka, bukan?"

"Benar, kan? Itu produk baru dari Six Eleven. Setiap lapisannya memiliki rasa yang berbeda, dan itu sangat populer di media sosial sekarang."

"Oh, benarkah? Apakah kamu tahu dari mana nama panggilan 'Mirufy' berasal?"

“Mengapa pembicaraan tentang produk es krim baru ini bisa beralih menjadi pembahasan tentang nama panggilannya?”

"Entahlah. Bukankah para idol punya nama panggilan mereka masing-masing? Fuyu-chan dulu berusaha keras untuk memikirkannya juga, kan?"

Aku masih ingat ketika Fuyu-nee sangat bingung untuk menentukan nama panggilannya pada saat debutnya. Ngomong-ngomong, dia sepertinya sudah nyaman dengan nama panggilan 'Fuyu-chan' sekarang.

"Waa, jangan membicarakan aku! Oh ya, nama panggilan Mirufy berasal dari nama depannya, 'Miru' dan dari hasil survei majalah di mana dia bilang kalau dia suka mille-feuille. Namun ku pikir bukan hanya karena itu saja."

[TN: Jadi sebenarnya cocok juga sih kalau dari rawnya namanya jadi Mirufui (Miru dan Mille-Feuille), tapi Mirufy tetap lebih enak aja sih di dengernya~.]

Fuyu-nee menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan.

"Dia, kau tahu, benar-benar gadis yang seperti mille-feuille. Aku sudah cukup lama bersamanya sekarang, tapi dia selalu memiliki aura idol yang kuat, seolah dirinya itu berlapis-lapis, dan kamu tidak bisa melihat warna aslinya."

[TN: Maksudnya, seakan kita tidak akan bisa tahu sifat asli dari Mirufy karena terlapisi dengan persona idolnya.]

"............"

"Itulah sebabnya aku selalu mengkhawatirkannya. Aku ingin tahu apakah dia bisa menyesuaikan diri dengan "normal" dan apakah dia akan terluka tanpa dia sadari."

Jadi dia mengatakan bahwa dirinya selalu khawatir karena seolah sudah melihat tanda-tanda darinya.

“Hei, Ren. Aku tidak akan memintamu lagi untuk membantu Mirufy secara langsung, tapi jika memang terjadi sesuatu, bisakah kamu memberitahuku lewat LIME? Tolong, aku tidak ingin menyesalinya lagi...!"

Dia tidak ingin menyesalinya ‘lagi’?

Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun dan tidak dapat bertanya balik padanya, meskipun aku penasaran dengan apa yang baru saja dia katakan.

“Baiklah. Akan ku lakukan untuk kamera yang sudah kau belikan untukku.”

Setelah aku mengatakan itu, Fuyu-nee terlihat sangat lega dan tersenyum lalu mengucapkan terima kasih.

 

"Mille-feuille, ya?"

Setelah sampai di rumah, aku segera mencarinya di Internet, dan menemukan bahwa kata 'mille' berarti 'seribu' dan kata 'feuille' berarti 'daun' dan nama 'mille-feuille' menunjukkan jumlah lapisan yang diwakilinya.

Terlebih lagi, disana tertulis bahwa normalnya ada 2.187 lapisan pada mille-feuille.

Setelah mandi. Ketika aku memasukkan garpu ke dalam es krim mille-feuille yang sudah meleleh, tapi sudah dibekukan kembali, terasa kekuatan garpu memecahkan lapisan-lapisannya.

Setelah dipikir-pikir lagi, mungkin memang lebih tepat untuk memakannya di rumah.

"...Sulit juga untuk memakannya."

──────Jika aku mengupas lapisan mille-feuille satu per satu, keseimbangan antara rasa pai dan custardnya tidak akan tepat.

Kemudian sebuah kalimat terlintas di pikiranku, kalimat yang biasanya tidak ku pedulikan, namun kali ini membekas dalam ingatanku.

 

Semester baru pun tiba. Entah bagaimana caranya, aku berhasil melihat pengumuman penempatan kelasku di tengah kerumunan orang yang berada di depan papan pengumuman. Dan ketika aku dengan terseok berjalan ke kelasku, tiba-tiba aku ditampar dari belakang di pintu masuk.

"Pagi! Eh~~! Mungkinkah kamu berada di kelas yang sama denganku lagi tahun ini, Ren!?"

"Oh~! Maina juga ditempatkan di kelas #3 ya!"

Apa yang kulihat adalah seseorang dengan kemeja yang dua kancing teratasnya terbuka dan kardigan ungu muda yang dililitkan pinggangnya.

Rambut pandanya, yang nyaris tidak menyembunyikan warna rambut di dalamnya, terlihat sangat mencolok.

"Aku belum mengenal siapapun di sini, jadi lega rasanya karena ternyata ada Maina juga."

"Yah...Kalau aku sih punya banyak kenalan di sini. Tapi aku senang kamu ada di sini juga, Ren. Aku merindukan grup berlimaku sebelumnya."

Anggota kelompok itu adalah orang-orang yang kutemui di minimarket pada liburan musim semi.

Setelah mengatakan itu, Maina tersenyum dan meraih lenganku. Kemudian menarikku ke arahnya.

"Wah!"

Itu membuatku kehilangan keseimbangan dan bersandar di dada Maina, aku pun memiringkan kepalaku.

"Selain itu, pasti akan menyenangkan dengan Ren di sini, kan?"

"...Aku sangat senang kau mengatakan itu."

"Hihi. Itu hanya lip service."

"Jangan seenaknya menyebutnya lip service."

Aku telah belajar selama setahun terakhir ini bahwa pihak yang merasa malu lah yang akan kalah dalam situasi seperti ini.

Saat aku mengipasi kepalaku untuk mendinginkannya, dan Maina mengepakkan tangannya seolah menirukanku.

"Tidaaaak...Ini bukan hal yang biasa aku lakukan seperti gadis itu."

"......Eh"

"Bukan apa-apa. Kamu tahu..."

"Kalian berdua di sana, cepatlah duduk. Bel sekolah akan segera berbunyi."

"Ohh, maaf."

"Oke, oke ~."

Sebuah suara yang dingin menegur kita dari belakang, jadi aku pun berkata 'Sampai jumpa' ke Maina dan duduk.

Orang yang menegur kita adalah Kotono Kuon, yang terkenal sebagai siswi teladan. Tahun lalu, kelas kita berbeda sehingga aku bahkan tidak pernah melihatnya, tetapi tampaknya kita berada di kelas yang sama tahun ini.

Melihat ponselku, ternyata masih ada waktu selama lima menit sebelum kelas dimulai. Siswa teladan memang selalu bertindak lima menit lebih awal.

Kemudian Maina bergumam, "Aku sendirian disini di antara kita berlima! Aku sangat kesepian!" sambil membalas pesan LIME dari Tadokoro yang berisik. Aku pun menghabiskan waktu dengan melihat ponselku dengan linglung ketika akhirnya guru datang dan kelas dimulai.

Aku harus melakukan perkenalan diri tahunan seperti biasanya, tetapi aku masih tidak terbiasa dengan ini.

"Namaku Maina Asamiya! Aku ada di klub atletik, dan hobiku adalah nail art, karaoke, dan video game. Aku sangat suka ngobrol, jadi tolong jangan sungkan berbicara denganku."

Sederhananya, aku memang tidak pandai dalam hal ini. Ya, perkenalan diri.

Maina sering menyebutku sebagai orang yang serba bisa, tetapi bagiku, aku tetap tidak akan terbiasa dengan hal ini, dan aku juga tidak tahu harus berkata apa.

Saat aku memikirkan hal ini, giliranku datang begitu saja dengan cepat.

"Hmm, aku Ren Kashiwagi. Aku anggota klub ‘pulang-kerumah’, tapi aku sering membantu klub olahraga. Umm...ya, aku berharap bisa bekerja sama dengan kalian tahun ini!"

Aku pun kembali duduk setelah ragu dengan pemilihan kata-kataku.

Pada saat-saat seperti ini, hal samar yang ada dipikiranku menjadi lebih kuat dan aku menginginkan sesuatu yang dapat aku lakukan lebih dari biasanya.

Aku pikir akan sangat lebih mudah bagiku untuk memperkenalkan diri jika satu bagian terakhir dari puzzle di hidupku ini bisa ku temukan.

"Namaku Kotono Kuon. Salam kenal."

Yah, beberapa di antaranya sesederhana ini, jadi mungkin aku terlalu banyak berpikir.

Namun, aku sedikit menantikan perkenalan diri tahun ini.

Karena hari ini adalah hari dimana Miru Kasumi pindah untuk bersekolah disini.

Aku sudah mendengar dari Fuyu-nee bahwa Mirufy ditempatkan di kelas #3.

Jadi, ketika aku melihat namaku berada di kelas #3 di papan pengumuman, detak jantungku rasanya seperti berhenti sejenak.

Karena ada delapan kelas dalam satu angkatan, aku jelas tidak berharap bisa berada di kelas yang sama dengannya, kan?

Segera, Mirufy akan datang ke kelas ini.

Namanya tidak tertulis di papan pengumuman, seolah-olah untuk menghindari kericuhan, tetapi kursi kosong di belakang kelas adalah bukti bahwa dia akan ada disini.

Bahkan, teman sekelasku juga melihat ke arah kursi yang kosong itu.

Setelah mendengarkan perkenalan diri yang tidak menarik untuk beberapa saat, guru akhirnya mulai berbicara tentang fakta bahwa seorang siswa baru akan bergabung ke kelas ini.

Kemudian, kelas menjadi gempar ketika mereka mendengar bahwa murid pindahan itu adalah mantan selebriti, dan guru itu terlihat sangat khawatir saat dia melihat ke arah di mana Kasumi seharusnya berada.

"Kalau begitu, ayo masuk."

"...Eh, itu Mirufy, kan!?"

"Kyaaaaaaaaaaa!?"

"Luar biasa!! Bagaimana bisa!?"

Melihat Miru Kasumi dengan cemerlang memasuki ruang kelas, suara sorakan dan jeritan para siswa bergema di seluruh ruangan.

Bahkan ditengah situasi seperti ini, dia tersenyum seolah ini adalah hal yang biasa dia hadapi sehari-hari. Ketika aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu, persona idolnya tampak belum hilang sama sekali. Sehingga aku bertanya-tanya perkenalan diri seperti apa yang akan dia lakukan.

Aku menatap mata hijau gioknya dan berdoa, berharap semuanya berjalan baik-baik saja sehingga Fuyu-nee dapat merasa lega dan juga untuk keselamatan diriku sendiri.

"Kalau begitu, Kasumi-san, tolong perkenalkan dirimu."

"Ya!"

Dia mulai berbicara dengan senyum lebar di wajahnya saat dia mengibaskan rambutnya yang halus dan berwarna merah ceri.

"Semuanya! Bisakah kalian melihat Miru──────?"

“””Aku bisa melihatmu!!"””

Pada saat itu, aku tahu ini sudah berakhir.

Ini tidak baik. Ini sama sekali tidak ‘normal’.

"Salam kenal semuanya. Aku Miru Kasumi, alias Mirufy, yang baru saja pindah ke sekolah ini tahun ini!"

“Mouu! Kamu terlalu khawatir Fuyuka-san!”, bukankah itu yang kau katakan padanya?

Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?

Tidak, mungkin saja ini salahku yang tidak menyadari bahwa ‘perkenalan diri normal’ bagi Mirufy dan ‘pengenalan diri normal’ bagiku berbeda!?

...Tidak, tentu saja tidak. Karena aku tidak akan menyangka bahwa perbedaannya akan sejauh ini.

"Hobiku adalah menyanyi dan menari. Aku baru saja lulus dari grup idol, jadi ada banyak hal yang tidak aku ketahui, tetapi aku sudah menantikan untuk dapat bekerja sama dengan kalian mulai sekarang!"

Setelah diakhiri kedipan mata yang sempurna, ruang kelas seketika berubah menjadi tempat pertemuan para fans.

Siswa dari kelas lain yang melihat keributan di kelas kami mengintip melalui jendela, dan aku bisa melihat orang-orang yang bergegas lari dari arah koridor.

"Aku harap kita bisa banyak berbicara kedepannya!"

Bahkan di tengah kegaduhan ini, Mirufy tetap melihat kami dengan tersenyum dan tertawa.

Oke. Selesai sudah. Terima kasih atas kerja kerasmu.

Aku tidak pernah begitu bersyukur atas keputusanku untuk menolak permintaannya setelah apa yang terjadi hari ini.

Ini lebih dari sekedar rumit. Jika aku terlibat, ini akan menjadi kecelakaan besar bagiku.

Jika kebetulan terungkap bahwa aku mengenal Fuyu-nee melalui dirinya, itu pasti akan menjadi akhir bagiku. Jika itu terjadi, aku tidak akan punya waktu untuk membicarakan apa yang dapat aku lakukan setelahnya.

>(Ren): Fuyu-nee. Mirufy baru saja selesai memperkenalkan dirinya sekarang.

Dalam arti ganda.

Aku mengirim pesan itu ke Fuyu-nee dan menghela napas panjang.

Jelas bahwa dia akan mendapatkan banyak masalah kedepannya. Tetapi karena dia adalah orang yang sangat populer, bahkan jika dia berbeda dari kata "normal", dia pasti akan tetap dapat menyesuaikan dirinya dengan kelas ini.

Jadi, aku memutuskan untuk tidak ikut campur──────setidaknya sampai kekacauan ini mereda.

 

Seminggu telah berlalu sejak perkenalan dirinya.

Miru Kasumi perlahan mulai mengasingkan diri.

 

Yang pertama terjadi setelah perkenalan dirinya sebelumnya, karena rumor yang beredar, penonton dari kelas sebelah pun datang memadati kelas kami, dan akhirnya jam pelajaran pun dibatalkan untuk menenangkan keributan.

Sekolah ini memiliki jurusan seni pertunjukan, jadi mereka memiliki sistem manajemen jejaring sosial yang baik. Meskipun begitu, bahkan ada pengumuman di seluruh sekolah bahwa siswa lainnya tidak boleh memposting nama Mirufy di situs jejaring sosial, dan menyebabkan kekacauan di sekolah.

Dan sekali lagi, itulah yang bisa kita harapkan dari mantan top idol,

"Aku sangat senang kamu datang menemui Miru, tapi aku tidak ingin kamu membuat masalah di kelas."

Namun, begitu dia mendekatinya, perilaku lawan bicaranya menjadi aneh, dan banyak siswa lainnya yang pingsan karena gugup.

Ketika teman sekelasnya yang duduk di dekatnya mulai mengalami tanda-tanda masalah yang jelas, seperti tidak dapat berkonsentrasi di kelas karena tatapan matanya, mereka terpaksa memindahkan tempat duduk mereka.

Akhirnya mereka memutuskan untuk memaksa Mirufy duduk di kursi paling belakang dekat jendela yang mengarah keluar karena siswa dari kelas lain akan mengintipnya jika dia duduk kursi yang dekat dengan koridor. Selain itu, pertemuan kelas diadakan untuk membahas tindakan pencegahan terhadap para fans yang akan mengintip atau mengambil fotonya secara diam-diam. Dan Mirufy secara sukarela memutuskan untuk memakai kacamata hitam jadul. …Tidak mudah memang memiliki wajah yang begitu cantik.

[TN: Nih buat kalian yang penasaran dengan bentuk kacamatanya wkwkwkwk]

 

Terlebih lagi,

"Mirufy benar-benar hidup."

"Bukankah dia seratus kali lebih cantik jika dilihat secara langsung?"

Kata-kata seperti, 'Aku sangat iri karena kau berada di kelas yang sama dengannya' berterbangan, dan Tadokoro pun bahkan mengutukku juga karena hal itu...tapi hanya itu saja. Tidak ada yang benar-benar mau berbicara dengannya. Mereka hanya mengaguminya dari jauh dan bergosip tentangnya.

Pada awalnya, aku bertanya-tanya tentang keadaan ini, tetapi aku segera menyadarinya.

Dia berada di dunia yang berbeda dengan kita.

 

Mirufy tampaknya telah mencoba yang terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka, tetapi orang-orang yang dia ajak bicara begitu terpesona oleh setiap gerakannya sehingga sulit baginya untuk melanjutkan percakapannya.

Bahkan ketika seseorang sudah bisa berbicara dengan lancar dengannya, seringkali mantan fansnya akan menginterupsinya, mengatakan pada orang tersebut bahwa itu pasti akan mengganggunya. Selain itu, kehadiran Mirufy di kelas membuat pembelajaran menjadi sulit karena siswa dari kelas lain yang datang untuk melihatnya mengganggu jalannya pembelajaran.

Tidak peduli berapa banyak orang di sekitarnya yang mencoba untuk memperingatkannya, tetap saja tidak ada yang bisa mereka lakukan karena Mirufy terus menarik perhatian semua orang di sekitarnya dari satu sisi ke sisi lain.

Mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membersihkan kekacauan ini. Bahkan saat upacara sekolah di mana para siswa seharusnya diam, orang-orang yang berada di sebelah Idol akan mencoba berbicara dengannya secara terbuka dan situasinya akan menjadi tidak terkendali.

Tingkah lakunya yang sangat unik pada awalnya hanya dianggap sebagai "imut" tidak peduli apa yang dia lakukan, namun masalah yang ditimbulkan dari orang-orang disekitarnya pun berangsur menumpuk.

Dalam situasi ini, Mirufy terlihat mulai kewalahan, sedikit demi sedikit tapi pasti.

Aku merasa ini adalah situasi yang buruk, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara melindunginya. Akhirnya sepulang sekolah, saat sedang membersihkan kelas bersama, aku bertanya dengan santai ke Maina tentang pendapatnya terhadap Mirufy.

"Ah, Kasumi-chan? Aku yakin dia bukan gadis yang jahat. Tapi entah kenapa, sepertinya dia tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari pada umumnya?"

"Memang benar. Aku ingat tempo hari, anggota kelompokmu kesal padanya. Kalian bertanya mengapa dia tidak memperhatikan penggemarnya sendiri yang mengganggu kelas kan."

"Mm... Tapi ketika aku menanyakannya, dia bilang itu normal untuknya, dan bahkan dia tidak merasa itu berisik. Dia memang bukan anak yang nakal, tapi aku tidak tahu. Kami mencoba untuk berbicara dengannya sebanyak mungkin agar dia bisa terbiasa dengan kami, tetapi aku masih tidak begitu mengerti jarak di antara kami."

Tampaknya persepsi mereka memang sudah berbeda sejak awal.

Aku bertanya-tanya bagaimana caranya merespon pertanyaan ‘Bagaimana keaadan Mirufy?’ dari Fuyu-nee, aku benar-benar berjuang mencari cara untuk menjawabnya, dan kemudian Maina melanjutkan.

"Tapi bukankah anak laki-laki sering membicarakannya? Mereka bilang lebih baik jika dia tetap menjadi idol."

"Tadokoro dan yang lainnya sepertinya setuju dengan itu. Mereka tidak ingin tahu cerita di baliknya."

"Dasar egois. Yah walaupun apa yang aku suka juga semuanya berada dibalik layar."

Maina berkata dengan jijik dan kembali membersihkan kelas.

Aku mengambil sapuku dan pergi ke koridor untuk mengambil pengki (TN: serok temennya sapu itu) karena sudah waktunya untuk mengumpulkan sampah yang sudah kita bersihkan, lalu aku berpapasan dengan Mirufy yang memiliki ekspresi bermasalah di wajahnya.

"............"

Namun, dia tidak berbicara denganku dan langsung pergi ke area cuci tangan.

Aku ingin tahu bagaimana keadaannya, jadi aku mengikutinya dan menemukannya sedang dalam kesulitan dan memutar kain basah di tangannya.

Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, aku berpura-pura mencuci tangan dan berdiri di sampingnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Hee? Bukankah itu Ren-kun yang menolak untuk menjadi pendamping Miru? …Maaf, bercanda."

Mirufy menatapku dengan ekspresi bingung, lalu tertawa kecil dan mengangkat kain di tangannya.

"Apa ya, aku sedang memerasnya. Aku baru tahu kalau aku harus memeras airnya hingga kering agar dapat membawanya ke kelas."

Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel-nya dan menunjukkan layarnya dengan binar di matanya.

"Lihat, lihat. Aku sudah bisa membersihkannya dengan kain lap, dan selanjutnya aku harus bisa memeras kain lap ini sampai kering! Bukankah itu luar biasa? Ada begitu banyak ruang bagiku untuk tumbuh, kau pasti akan terkejut nanti."

"Kain lap itu tidak terperas sama sekali."

"Aku akan menguasainya, segera!"

Dasar mantan top idol, sudah berapa lama kau terputus dengan kehidupan sehari-hari yang normal.

"...Mau aku gantikan?"

Aku harus menawarkannya. Kombinasi antara idol dan kain lap ini terlalu untuk dilihat.

Selain itu, aku juga berpikir kalau dia akan lelah karena melakukan sesuatu yang tidak biasa dia lakukan.

"Kenapa? Meskipun ini sangat menyenangkan?"

Mirufy berkata dengan polos dan memiringkan kepalanya.

"Ini sangat menyenangkan, aku telah belajar banyak hal. Bahkan 'buku catatan normal' Miru-chan sudah setengah penuh."

Dia meletakkan kain lap itu di tepi, mencuci tangannya, lalu meletakkan tangannya di sakunya dan mengulurkan buku catatan kecil.

"Apa ini"

"Ini buku catatan normal. Aku telah menuliskan banyak hal yang telah aku pelajari! Kamu dapat melihatnya jika mau."

Aku menuruti kata-katanya itu dan membuka buku itu, dan dari halaman pertama, ada beberapa hal gila yang tertulis.

o   Pelankan suaramu! Sekolah itu bukan aula pelatihan bela diri!

o   Kamu bukan idol lagi, jadi jangan menanggapi semua penggemarmu!

o   Jangan terlalu cepat memberi nama panggilan kepada orang lain! Kamu dapat melakukannya saat kamu sudah mengenalnya!

Isinya hampir membuatku kaget, tapi tanda penghapusnya, yang sepertinya catatan itu sudah dikoreksi berkali-kali, dan saran yang ditambahkan di daftar itu terlihat sangat serius hingga aku tidak bisa berkata-kata.

Inilah yang dia tulis di kelas selama ini, yang terkadang dia lakukan dengan ekspresi serius di wajahnya.

Kemudian aku membolak-balik buku itu dan menemukan halaman terakhir,

o   Tidak semuanya biasa dipanggil dengan nama depan! Perhatikan baik-baik penggemarmu!

Ditambahkan dengan pena merah.

"Ini, Maina-chan... maksudku Asamiya-san dan yang lainnya mengajariku ini. Aku sudah mengikuti pembelajaran khusus yang setara dengan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, jadi aku dapat lulus lewat jalur itu. Tapi ini pertama kalinya bagiku untuk melakukan pembelajaran di kelas dengan normal, jadi mereka sangat membantu."

"...Jadi begitu."

"Mm. Miru perlahan-lahan mulai terbiasa, tahu? Baru-baru ini, Asamiya-san bahkan meminta saran tentang cinta padaku. Dia memintaku untuk mengajarinya cara menurunkan berat badan saat aku masih menjadi idol untuk memenangkan hati seseorang, jadi aku sedang bekerja keras untuk itu sekarang."

"Itu terdengar baik."

"Hehe~. Karena biasanya aku merepotkannya, aku jadi sangat ingin membantunya. Aku akan melakukan yang terbaik!"

Tampaknya ketakutanku bahwa Mirufy mungkin akan menyerah tidak terbukti benar.

Dengan caranya sendiri, dia tampak selalu melihat ke depan dan berusaha selangkah demi selangkah.

Bagaimana dia bisa begitu serius?

Bagaimana dia bisa begitu bersemangat dengan tujuannya dan fokus dalam bekerja keras?

Bagaimana dia bisa tetap tersenyum meskipun dalam situasi seperti itu?

Aku sangat iri padanya.

Aku terpesona, dan seolah-olah aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku tidak akan pernah bisa seperti itu.

"...Bagus. Semoga berhasil"

"Mn! Terima kasih!"

Setelah aku kembali ke kelas, aku mengirim LIME ke Fuyu-ne, mengatakan 'Mirufy, dia sedang melakukan usaha yang terbaik'.

 

Empat hari kemudian peristiwa itu terjadi.

"Yah, mentang-mentang kamu mantan idol, terus kamu bisa mengatakan apapun yang kamu mau!?"

Ketika aku memasuki ruang kelas setelah jam pelajaran, aku mendengar hal tersebut, jadi aku buru-buru menoleh ke arah suara itu.

Disana terdapat Maina, yang tampak sangat marah, dan Mirufy, yang menunduk dan seolah tak bisa kabur setelah dihadang oleh Maina.

"... Ada apa ini?"

Aku mendekati beberapa teman sekelas yang telah aku kenal selama beberapa hari terakhir dan menanyakan apa yang sedang terjadi, lalu mereka membuat wajah canggung dan bergumam, 'Ahhh...'.

"Jadi Maina, dia sepertinya menembak orang yang dia suka tapi ditolak karena menurutnya Maina bukan tipenya. Jadi dia meminta saran dari Mirufy, yang dikenal populer di kalangan anak laki-laki."

Teman sekelas yang menjelaskan situasinya kepadaku berhenti berbicara dan melirik Mirufy.

"...Kudengar Mirufy terlalu bersemangat memberikan nasihat tentang latihan otot, diet, dan segala macam hal."

"Itu benar. Dan Maina kesal karena dia tidak meminta saran sebanyak itu, tapi aku pikir cara Mirufy mengatakannya juga salah. Maina telah melakukan upaya yang besar dengan caranya sendiri, tapi jika dia diberitahu kalau usahanya tidak cukup dan seharusnya dia berusaha lebih keras lagi, yah…kau tahu, kan?”

"Mirufy memang bukan orang jahat, tapi dia tidak peka. Orang-orang di sekitar Maina selalu mengatakan kalau dia sudah imut, jadi dia sepertinya tidak membutuhkan saran yang terlalu serius.”

"Ahh, begitu. Terima kasih, aku mengerti sekarang."

Dengan kata lain, dia hanya meminta untuk dihibur secara tidak langsung, tetapi Mirufy menangkap kata-katanya begitu saja dan berusaha untuk memberikan saran yang terbaik dengan standar idolnya.

Tidak ada siswa sekolah menengah biasa yang melakukan latihan otot atau pembatasan gula yang serius hanya karena mereka sedang diet. Jika ada, itu hanya segelintir orang yang sangat sadar akan hal itu.

Sewaktu menjadi idol, usaha seperti itu pasti akan mendapat pujian seperti "wow, itu luar biasa", karena memang itu yang diharapkan dari seorang idol. Tetapi ceritanya berbeda jika “Miru Kasumi” mengharapkan usaha yang sama pada teman sekelasnya.

Namun, aku tahu pasti bahwa Mirufy jelas tidak bermaksud untuk menyinggung perasaannya.

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia tersenyum bahagia ketika seseorang meminta bantuan padanya untuk pertama kalinya, dan betapa seriusnya dia memikirkan rencananya untuk itu.

Karena Maina tidak tahu itu, tidak mengherankan jika dia menganggapnya sebagai sarkasme.

Mirufy mendongak dan membuka mulutnya dengan bingung.

"Umm, maaf aku tidak mengerti. Tapi aku benar-benar hanya ingin membantumu, aku tidak bermaksud..."

"Kalau begitu kamu bisa lebih menghiburku. Tapi kamu selalu mengatakan seolah itu semua salahku, kan!?"

"Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya tahu kalau kamu bisa berusaha untuk lebih cantik lagi."

"Aku sudah bilang kalau kamu seolah mengejekku! Tidakkah itu jahat! Maksudku, aku tidak ingin seseorang yang sangat cantik sepertimu mengatakan hal seperti itu padaku!"

"Tapi, aku hanya ingin memberikan saran yang serius..."

"Makanya aku bilang, itu yang salah darimu...!"

Maina berteriak, dan gadis-gadis dalam kelompoknya pun menegurnya dan melindunginya.

"Berhenti, Maina! Tenanglah."

"Kamu tahu, itu bukan hanya kesalahan Mirufy. Maina sudah mencoba yang terbaik dengan caranya sendiri, jadi kuharap Mirufy bisa lebih memperhatikan itu."

Maina kemudian memelototi Mirufy yang merasa bingung dan tertekan karena dia tidak tahu apa yang salah dengan semua ini.

“Jika kamu hanya bisa menjadi idol, kembalilah ke dunia hiburan.”

Dia tidak tahu bahwa Mirufy sudah sangat menderita. Dia tidak punya hak sama sekali untuk marah.

"Mirufy tidak akan mengerti. Aku yakin kamu tidak akan pernah mengerti perasaanku. Jika memang begitu, aku harap kamu tidak perlu datang jauh-jauh ke dunia ini."

Tetap saja, apakah ini memang hal yang benar untuk dilakukan.

Aku tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Dan aku menolak untuk bekerja sama karena jelas akan merepotkan.

"Itu benar. Kamu seharusnya tetap menjadi idol saja!!"

Dia sangat bersemangat tentang apa yang ingin dia lakukan, dia sangat serius tentang itu, dia mengerahkan semuanya, dia bekerja sangat keras untuk menjadi apa yang dia inginkan, dan ini adalah hasil dari semua itu.

Tindakan Mirufy mungkin tampak sedikit tidak peka, tetapi bukan itu kenyataannya.

Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa ini adalah hasil dari usaha seriusnya dengan caranya sendiri?

Aku mengepalkan tinjuku. Itu lucu, kan.

Aku yakin, hanya aku yang dapat melihat keadaan Mirufy yang sebenarnya sekarang.

"Maafkan aku."

Aku tahu dia benar-benar ingin menjadi normal. Aku tahu bahwa dia sudah berusaha sangat keras untuk menjadi gadis yang normal.

"Aku tidak tahu, maafkan aku..."

Aku melihatnya tertawa saat dia merasa sudah mulai mendekati normal, seolah-olah dia sedang bersenang-senang, meskipun itu pasti sangat sulit baginya.

Aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata yang tepat, tetapi aku tahu.

Jika ini semua adalah hasil dari usahanya yang bersungguh-sungguh, meskipun caranya salah.

"Itu, tidak benar."

".........Eh?"

Aku pun mendapati diriku tealah meraih tangan Mirufy, menariknya bersamaku, dan berlari keluar kelas.

"..............."

Lalu, dalam sekejap, aku berlari menaiki tangga menuju atap. Atapnya ditutup, jadi tidak ada siswa yang berpikir untuk datang ke sini.

"Aku yakin tidak akan ada yang datang ke sini."

Setelah melepaskan tangannya dan duduk di anak tangga teratas, Mirufy akhirnya membuka mulutnya sambil berdiri.

"...A-Apa yang kamu lakukan."

"Apa,...Entah apa ini."

Jika aku harus mengatakannya, aku hanya tidak ingin Mirufy berada di sana lagi.

Itu saja.

"Kenapa kamu membantuku?"

...Apakah aku, mencoba membantunya.

──────Aku pikir bukan begitu. Sulit untuk mengatakannya, tapi itu demi diriku sendiri.

Aku tidak bisa melihatnya terus seperti itu. Aku tidak tahu mengapa.

Melihat diriku yang terdiam, Mirufy duduk di sebelahku dan perlahan membuka mulutnya.

"...Aku sangat payah. Kupikir aku bisa melakukan banyak hal dengan lebih cekatan. Kurasa menjadi gadis normal lebih sulit dari yang kubayangkan."

"............"

"Aku sudah menjadi idol dalam waktu yang lama, dan aku tidak pernah benar-benar membuat kesalahan. Dan...pada akhirnya aku juga akan merepotkanmu, aku memang payah."

Mirufy menutupi wajahnya dengan tangannya dan menghentakkan kakinya ke tangga dengan keras.

Kemudian, tidak dapat menahan dirinya lagi, dia mengeluarkan suara dengan nada yang frustasi dari tenggorokannya, dan berusaha mengambil nafas setelahnya.

"Ahh, mouu, kenapa..."

Hancur berkeping-keping. Dan akhirnya rusak.

‘Mirufy’ yang telah dilapisi dengan hati-hati.

"...Aku tidak tahu! Aku tidak tahu harus berbuat apa..."

Mirufy mengatakan ini dengan suara pelan sehingga tidak ada yang bisa mendengarnya, dan kemudian dia mengerang seolah-olah dia mencoba memuntahkan sesuatu.

Kata-katanya yang terbata-bata menunjukkan kebingungannya, dan aku menatap dirinya dalam waktu yang lama, tidak tahu harus berbuat apa.

"...Aah! Yosh!"

Kemudian Mirufy, setelah menghembuskan napas sepenuhnya, mendongak dengan penuh semangat.

Aku tidak bisa memalingkan wajahku, dan mataku bertemu matanya, yang bahkan tidak terlihat sembab.

"...Kamu pikir aku akan menangis, kan? Aku tidak akan menangis seperti ini. Aku tidak berhak untuk menangis."

Dia menjulurkan lidahnya seperti sedang bercanda.

Aku yakin dia melapisi dirinya lagi sekarang.

Lapisan untuk melindunginya.

"Apa maksudnya, kau tidak pantas menangis? Kalian baru saja bertengkar karena terlalu serius dengan hal itu, jadi kalian berdua adalah korban."

"Tidak, tidak. Kali ini, aku yang kurang berusaha. Pada akhirnya, ini semua tentang hasil."

Dia merangkai kata-katanya dengan frustrasi, dan kemudian.

Dia menampar pipinya dengan keras dan berdiri.

"Aku tidak akan gagal lagi selanjutnya!!"

Mirufy mengatakan ini sebagai peringatan bagi dirinya sendiri, lalu dia tersenyum dan mulai menuruni tangga.

"Aku akan meminta maaf dengan benar di kelas besok, jadi aku akan pulang hari ini. Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus memikirkan apa yang akan aku katakan besok. Aku ingin berteman dengan semua orang di kelas."

Mirufy kembali menatapku dan mengucapkan kata-kata ini dengan senyum lebar di wajahnya.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak meraih lengannya.

"............"

"Apa?"

"Tidak ada lagi selanjutnya. Ini sudah berakhir, ya ampun."

Suaraku keluar begitu saja. Aku tidak bisa menghentikannya.

Aku tidak tahu apa yang benar atau salah atau siapa yang harus disalahkan, tapi aku ingin menyalahkannya karena dia begitu keras kepala.

Kenangan masa lalu masuk dan keluar dari ingatanku.

Ya, aku akan menyerah. Jika itu aku, aku pasti akan menyerah di sini.

"...Kenapa kau berusaha begitu keras? Itu tidak normal untuk tersenyum dan mengatakan kamu ingin berteman dengan seseorang yang mengatakan semua hal itu padamu."

Itu benar-benar kacau. Aku ingin tahu apakah kata-kata yang kugumamkan di mulutku sampai padanya

"Benar, kan? Aku memang tidak normal."

Dia berbalik dan kembali menatapku.

Mirufy terus berbicara dengan senyum masam yang tidak bisa kubayangkan dari penampilannya sebelumnya.

"Tapi karena itu aku harus menjadi normal. Aku telah menyebabkan banyak masalah bagi orang lain, dan aku yakin akan terus melakukannya jika aku tidak berubah."

"...Tapi, bukankah itu sangat menyakitkan buatmu."

"Ini bukan dunia di mana orang yang terluka akan selalu diselamatkan, kan? Hanya karena aku terluka bukan berarti aku dimaafkan. Aku akan berubah. Aku benar-benar harus berubah."

Kemudian, dia menghela nafas.

"Jika aku tidak terluka, aku tidak akan pernah mendapatkan apapun."

Dia mengupas lapisannya, seolah-olah dalam mode pertempuran.

Kata-kata yang dia ucapkan terdengar seperti pukulan terhadap sesuatu di dalam diriku.

Aku pun melepaskan lengannya tanpa sadar. Seluruh tubuhku merasakan sakit yang tidak dapat ku mengerti, seolah-olah aku telah ditikam dengan pisau dari dalam.

"............"

Mirufy tercengang, tetapi terus berbicara padaku.

"Aku akan pulang, tetapi kamu harus kembali ke kelas dan memberi tahu mereka bahwa kamu hanya tidak tahan menontonnya. Kalau tidak, aku yakin mereka akan berpikir kamu memihakku...maaf sudah merepotkanmu ya. Terima kasih."

Dia mengangkat salah satu sudut mulutnya dengan sinis padaku.

"...Haha, jadi begitu."

Ya, aku adalah tipe orang yang akan mengkhawatirkan hal seperti itu, pikirku dalam hati.

Orang tidak bisa berubah dengan mudah, terlebih lagi ketika mereka ingin mengejar tujuan mereka tanpa mengetahui alasannya.

Lagipula, dia tidak membutuhkan sekutu yang setengah hati sepertiku.

Aku lah orang yang tidak bisa berdiri sendiri.

 

Setelah Mirufy pergi. Aku menggerakkan kakiku dan menuruni tangga.

Tapi tidak peduli seberapa keras dia mencoba, aku yakin dia sudah mencapai batasnya.

Aku tidak bisa tinggal diam pada Fuyu-nee lebih lama lagi.

Aku berhenti dan membuka LIME.

>(Ren): Fuyu-nee, kau tahu? Mirufy…

"...itu tidak benar."

>(Ren): Apa yang terjadi pada Mirufy di masa lalu?

Aku mengetik pesan, menghapus dan menulis ulang lagi dan lagi.

>(Ren): Jika terus begini, untuk menjadi normal…

Tackticktacktick untuk tetap berada di zona aman.

Apa yang sebenarnya aku lakukan.

"...Aku sangat payah."

Payah sekali. Sungguh. Itu sebabnya aku tidak akan pernah menyukai diriku sendiri.

Aku memasukkan ponselku ke dalam saku dan berlari secepatnya.

Aku membuka pintu kelas dengan cepat dan menuju ke teman sekelasku, yang masih mendiskusikan apakah mereka bisa mengerti situasi yang telah terjadi atau tidak.

"Ahh, Ren, selamat datang kembali!"

"Hei, apa maksudmu tadi!?"

"Bagaimana Mirufyy? Aku kasihan padanya, tapi itu hanya..."

Aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang kau pikirkan.

"Kenapa kau membuatnya seolah-olah hanya Mirufy yang bersalah? Kaulah yang meminta nasihat dan bahkan tidak berterima kasih padanya."

".......Haa!?"

Aku tidak akan berhenti sekarang. Itulah yang telah aku putuskan.

"Ren-kun, apa kamu memihaknya!?"

"Tidak, tidak, tidak. Itu mungkin salah kita, kita yang mendesaknya..."

"Apa yang kita perdebatkan di sini! Ren tidak bermaksud seperti itu, kan?"

Maina berkata seperti itu untuk mencoba membelaku, tapi aku perlahan menggelengkan kepalaku.

"Itulah yang aku maksud. Menurutku aneh jika hanya mengkritiknya dan bahkan tidak mencoba untuk mengetahui yang sebenarnya."

Benar sekali. Meskipun dia adalah mantan idol, dia tetaplah seorang gadis yang seumuran dengan kita.

Dia bukan makhluk yang berbeda, dia hanya memiliki motivasi yang lebih besar untuk bekerja keras dibanding kita.

"Yah, aku pun juga sama."

Aku ingin menganggapnya sebagai makhluk yang berbeda. Dengan begitu aku tidak perlu terluka.

“Jika aku tidak terluka, aku tidak akan pernah mendapatkan apapun.”

Aku rasa telah mendengar suara Mirufu di telingaku.

Benar sekali. Jika aku tidak terluka, aku akan tetap payah selama sisa hidupku.

"Aku akan membantu Kasumi menjadi normal."

Untuk membuat teman sekelasku 'Miru Kasumi' menjadi normal, dan bukan lagi seorang mantan idol Mirufy.

Aku tertarik pada mata yang sepertinya melihat semua orang tetapi tidak mencerminkan siapa pun.

Aku ingin tercermin di mata itu.

Dia pasti memiliki sesuatu yang tidak aku miliki.

"Apakah kamu yakin!? Jika kamu melakukan itu, Ren akan dijauhi oleh yang lain..."

Maina menatapku dengan khawatir.

Teman itu penting. Tentu saja mereka penting, tetapi ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

Aku tersenyum dan mengucapkan beberapa patah kata.

"Bagaimana jika aku menyukainya?"

Aku berhenti bermain olahraga dan segala sesuatu yang lain ketika aku tidak bisa melakukannya dengan baik.

Aku berhenti sebelum aku gagal, dan sebelum aku terluka.

Aku menyadari itu sebabnya aku selalu berada di tengah jalan.

Dengan kata lain, aku telah melarikan diri dari pemikiran bahwa aku dapat melakukan segala hal dengan baik.

Aku ingin berubah, tetapi mungkin di suatu tempat di sepanjang jalan aku berpikir kalau aku tidak bisa.

Aku mungkin sudah menyerah, berpikir bahwa aku lebih baik tetap seperti ini dibanding harus terluka dan merasa kehilangan.

Tetapi ketika aku melihat Kasumi, aku tidak bisa mengatakan itu lagi.

──────Mulai sekarang, aku ingin berubah!

"Kalau begitu, sampai jumpa besok."

Aku mengambil tasku dan meninggalkan kelas. Meskipun dadaku berdebar kencang, anehnya langkahku terasa ringan.

Aku langsung berlari ke kotak sepatu, memeriksanya untuk memastikan sepatu Kasumi sudah tidak ada di sana lagi, lalu berlari keluar.

Aku punya beberapa ide tentang kemungkinan di mana dia berada saat ini.

 

"Um, kau tahu!!"

Di bawah pohon sakura yang telah mekar dengan penuh, di puncak tangga itu.

"Ya, aku akan melakukannya!"

Dia berdiri di sana, dan bersamaan dengan bunga sakura yang berjatuhan, dia tampak bingung, sama seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya.

"...Apa maksudmu?"

"Jadi, aku akan membantu Kasumi untuk menjadi gadis yang normal mulai besok. Hubunganku dengan orang-orang benar-benar berakhir!"

"Haa!?"

Mata Kasumi membesar dan mulutnya menganga.

"Mengapa kamu melakukan itu? Kamu tidak ada hubungannya dengan ini semua!"

"Itulah mengapa aku mencoba untuk terlibat."

Karena jika tidak, aku mungkin akan kabur lagi.

"Aku sudah memberitahumu sebelumnya, aku tidak pernah menemukan sesuatu yang aku sukai. Kupikir aku akan bosan karena aku tidak bisa bergairah dengan apa pun, tapi pada akhirnya aku menyerah."

Sebenarnya tidak ada batas untuk menyerah, tetapi sebelum aku menyadarinya, aku sudah menarik garis batas itu sendiri, dan jika aku tidak dapat mencapainya, aku akan berhenti menginginkannya. Aku menertawakan diriku yang membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa aku sudah puas hari ini.

"Aku menarik garis pada titik di mana aku akan terluka jika aku melangkah lebih jauh. Mungkin aku tidak mengikuti kegiatan klub hanya karena aku takut berlatih terlalu keras dan mengetahui batas bawah dari kemampuanku."

Aku telah bermain-main di sepanjang hidupku, dengan terus meraih 80 poin.

Aku tidak merasa kurang, tetapi aku merasa kehilangan bagian terakhir dari puzzle di hidupku.

Aku membencinya. Hanya melihat dari luar saat Kasumi berjuang untuk tetap berdiri.

Aku frustrasi dan muak dengan itu. Aku lah yang mencoba berpura-pura itu tidak terjadi.

"Jadi, aku hanya ingin menjadi seperti Kasumi sebelumnya."

Aku mengaguminya. Aku tertarik padanya. Sampai-sampai aku tidak bisa menahannya.

"...Jangan membuat keputusan aneh sendiri. Kamu hanya memaksakan diri, kan?"

"Ahh, memang! Karena aku ingin berteman denganmu."

Aku mengatakannya dengan lantang, dan aku yakin.

Benar sekali. Aku ingin berteman dengan Kasumi.

Kasumi yang keren, berkilau, dan memiliki kekuatan untuk tidak pernah menyerah begitu dia mengambil keputusan.

"...Apa maksudmu? Apakah Fuyuka-san memintamu melakukannya lagi?"

"Ini 100% keinginanku sendiri."

"Bohong! Ahh, mouu. Aku tidak ingin merepotkanmu. Apakah kamu mengerti?"

"Aku tahu tetapi..."

"Bohong. Kamu sama sekali tidak tahu apa-apa tentang perasaan Miru!"

"Itu sebabnya aku memintamu untuk memberi tahuku!!"

"Tidak apa-apa jika kamu tidak mengerti! Toh tidak ada yang bisa mengerti rasa sakitku! Aku tidak ingin kamu mengerti!! Aku tidak ingin kamu merasa kasihan padaku!"

Ini sangat kacau.

Wajah Kasumi yang sebelumnya memiliki ekspresi yang baik berubah hancur menjadi ekspresi frustrasi, kemudian dia menuruni tangga dan mulai berlari.

"Ah, hei! Jangan lari!"

"Tidak!! Jangan ikuti aku!!"

"Tunggu, jalan itu..."

Kasumi berlari ke seberang sekolah.

Namun, ada perlintasan kereta api yang rusak di sisi itu.

Alarm perlintasan kereta pun berbunyi.

Sepertinya dia mencoba melewati perlintasan kereta itu untuk melarikan diri dariku, tapi tidak seperti di kota, jalur ini berbahaya karena kereta akan langsung lewat begitu alarm berbunyi.

Sebagian besar penduduk setempat mengetahui hal ini, tetapi Kasumi tidak mungkin mengetahuinya.

"Awas!"

"Lepaskan aku!!"

"Itu berbahaya!"

Aku menangkapnya tepat pada waktunya dan menarik lengannya, lalu dia kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk di atasku.

Dua detik kemudian, sebuah kereta bergemuruh melewati kami.

"..........!"

Kereta api di pedesaan memiliki waktu penyeberangan yang lama karena kecepatannya yang lambat.

Kasumi dengan cepat bangkit sendiri, tetapi dia tidak bisa melarikan diri dan harus berdiri di antara aku dan perlintasan kereta api itu.

Tapi ini adalah kesempatan yang tidak akan pernah aku lewatkan lagi.

Aku mengerahkan semua kekuatanku ke perutku dan menarik napas secepat mungkin. Lalu...

"AKU SUDAH BILANG, AKU TIDAK MENGERTI!!" 

"...Eh?"

"TIDAK MUNGKIN AKU, ORANG BIASA, BISA MENGERTI PERASAAN MANTAN TOP IDOL!!! JANGAN KONYOL!!!"

".......Apa kamu sudah gila?"

"KAU BILANG KAU TIDAK AKAN MENDAPATKANNYA KECUALI KAU TERLUKA! JANGAN MENCOBA LARI DARIKU! KAU BILANG KAU TIDAK AKAN GAGAL, TAPI KAU SUDAH GAGAL!"

"……..D-DIAM!"

Mungkin karena terkejut dengan suara kerasku, Kasumi pun berteriak dan menatapku dengan tajam.

Sebuah lapisan terkelupas. Ya, aku ingin melihat ekspresi ini.

"Aku suka perlintasan kereta api. Ketika sebising ini, tidak peduli seberapa banyak aku berteriak, teriakanku akan teredam, kan? Ini sangat melegakan."

Masih ada waktu sebelum kereta lewat sepenuhnya.

"Jadi, jika kau memiliki sesuatu untuk dicurahkan, mengapa kau tidak mencobanya juga?"

Ini cara lamaku menghilangkan stres karena diriku yang selalu melarikan diri.

Kasumi tampak seperti mencoba menahan sesuatu, lalu membuka mulutnya dengan perlahan.

"...KAMU PASTI BERCANDA!! KAMU MEMINTA SARAN PADAKU TAPI KAMU MENGANGGAPNYA TERLALU KERAS! JIKA KAMU BENAR-BENAR MENYUKAINYA, SETIDAKNYA KAMU BISA MELAKUKAN ITU!! ATAU LEBIH BAIK LAGI, LAKUKANLAH!!!"

Oh, dia berantakan.

"Hahaha!"

"KEMBALIKAN WAKTU YANG SUDAH AKU HABISKAN UNTUK MEMIKIRKAN RENCANA DIET ITUUUUUU!!!" 

"Yosh, itu bagus! Pertahankan!"

"KAMU BILANG AKU POPULER KARENA AKU IMUT, USAHAKU SENDIRI LAH YANG MEMBUATKU SANGAT IMUT! JIKA KAMU TIDAK MELAKUKAN APAPUN, KAMU TIDAK AKAN MUDAH UNTUK DICINTAI!!" 

"Wow, itu yang terbaik...!"

Benar sekali. Fakta bahwa Kasumi sangat imut adalah karena usahanya sendiri, dan kenapa dia bisa begitu tabah adalah hasil dari sikapnya yang telah serius menghadapi penggemarnya sebagai idol.

Bukannya itu buruk. Hanya saja mereka memang memiliki jalan yang berbeda.

"............Itu melegakan."

Setelah kereta lewat sepenuhnya.

Kasumi berkata begitu, dan jatuh ke tanah dengan senyum penuh air mata di wajahnya.

"Aku tidak punya pilihan, jadi tidak apa-apa."

Dan. Dia bergumam seolah-olah ada sesuatu yang jatuh.

"Miru benar-benar ingin menjadi gadis yang normal. Aku tidak bisa menjelaskannya secara detail sekarang, tapi jika tidak, aku akan menyakiti orang lain."

Mengapa kau berusaha begitu keras untuk menghadapi semuanya sendiri.

Bohong jika aku mengatakan aku tidak peduli, tetapi untuk saat ini, apakah itu berarti aku dapat mengharapkannya memberi tahuku suatu hari nanti.

"Itulah sebabnya aku menahan diri untuk tidak merepotkanmu, tetapi sekarang, setelah aku menunjukkannya sebanyak ini padamu, kamu harus siap untuk itu. Ini salahmu sendiri, kan?"

"Aku sudah mengambil keputusan itu ketika mengejarmu!"

"...Jadi begitu. Kamu orang pertama yang mencoba mendekat sejauh ini dengan Miru, jadi aku percaya padamu. Tapi...Aku tidak ingin dibantu secara sepihak."

Kasumi mengambil napas, dan kemudian.

"Akan kuberikan padamu, apa yang tersisa dalam hidup Miru Kasumi. Jika itu aku, yang begitu dibutakan oleh dunia di sekitarku sehingga aku menjadi tidak normal, aku mungkin dapat membantumu menemukan sesuatu yang membuatmu tergila-gila, bahkan meskipun seluruh hidupmu tampak sangat membosankan."

Dengan ekspresi serius di wajahnya, dia mengatakan ini dan mengulurkan tangannya kepadaku.

"Sebagai gantinya, jadikan aku gadis yang normal."

"............"

Aku pun menerima uluran tangannya.

Dia menatapku tajam, dan tentu saja, matanya tidak sembab sama sekali.

"Yosh, tidak akan ada pengkhianatan diantara kita."

"Tentu saja! Itu sebabnya kita membuat aliansi bersama. Aku tidak akan membiarkanmu kabur bahkan jika kamu terluka, oke? Aku akan memastikan kamu dapat mencapai tujuanmu sampai akhir."

"Itulah yang ingin aku katakan."

Aku mencari sesuatu yang nyata.

Sesuatu yang bisa membuatku tersesat.

Kasumi mencari hal normal yang sudah dia tinggalkan.

"Senang bekerja denganmu, Ren-kun!"

Akhirnya mata kami saling bertemu.

Pencarian kami untuk hal yang nyata telah dimulai.


 

 || Previous || ToC || Next Chapter ||

Post a Comment

Post a Comment

close