NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu de Nibanme ni Kawaii Onna no Ko to Tomodachi ni Natta [WN] Chapter 184

Chapter 184 - Masa Lalu Keduanya


Setelah sarapan, Riku-san dan Umi pergi untuk membantu di rumah Mizore-san. Aku memutuskan untuk kembali ke kamar kami.

Aku kembali ke kamar yang sudah dibersihkan sepenuhnya oleh Shizuku-san. Kasur-kasurnya sudah diambil, sehingga kamarnya terlihat bersih dan rapi seperti ketika kami pertama kali datang.

Umi mengatakan bahwa dia akan kembali pada siang hari. Jadi, aku akan memiliki seluruh ruangan untuk diriku sendiri.
 
Karena tidak ada yang harus kulakukan, aku duduk di sofa dan menghela napas panjang.

"Haah, boring sekali.."

Jika ini kamarku, aku akan mengeluarkan konsolku dan sudah mulai bermain. Tapi, aku tidak membawa konsol apapun bersamaku.

Lanjut turu brutal apa ya?

Aku memang berencana untuk bermain di sungai dengan Umi setelah ini. Jadi, tidak ada salahnya untuk beristirahat sebelum itu.

Tapi, bisakah aku tertidur? Aku sudah cukup tidur. Semalam juga sangat nyenyak dan aku sama sekali tidak merasa lelah ...

Di dalam ruangan yang tenang, aku menatap kosong ke langit-langit sambil memikirkan tentang Umi.

"Sejak kita sampai di sini, Umi telah menunjukkan lebih banyak sisi imutnya ..."

Aku tidak mengatakan bahwa dia tidak imut secara normal. Hanya saja, dia telah bertingkah 30% lebih manis dari biasanya. Selain menunjukkan berbagai ekspresi dalam rentang waktu satu hari, dia juga menunjukkan berbagai penampilan. Dari pakaian musim panasnya, yukata, pakaian santai yang biasa dia kenakan...

Dan yang terakhir, penampilannya ketika dia mandi di pemandian air panas...

"....Tidak, tunggu, aku seharusnya tidak mencoba mengingat hal semacam itu pagi-pagi begini."

Meskipun aku berhasil mengendalikan diriku tadi malam, penampilannya masih merusak bagiku. Air keruh berhasil menyembunyikan tubuhnya dari dada ke bawah, tetapi aku masih bisa melihatnya sekilas.

Dia menyadari hal ini, tentu saja. Maksudku, aku menatap dadanya dari waktu ke waktu, dia pasti akan menyadarinya bahkan jika dia tidak menginginkannya.

Aku masih bisa mengingat dengan jelas pemandangan itu.

Kulitnya yang telanjang, dua gundukan lembutnya menekan lenganku-

"Astaga, berhentilah memikirkan hal ini! Jika aku terus memikirkannya..."

Mataku mengembara ke meja. Tepat di samping nampan berisi teh dan makanan ringan, ada sekotak tisu. Aku yakin bahwa aku sudah menangani doronganku dengan baik sebelum perjalanan, tetapi karena apa yang terjadi di gunung kemarin dan di mata air panas tadi malam, dorongan itu mulai menghantuiku lagi.

Sejujurnya, aku bahkan belum genap 17 tahun. Jadi, memiliki 'gairah' sebanyak ini adalah normal... Benar?

"Aku harus pergi keluar... Jika terus begini, bisa berbahaya.."

Aku memutuskan untuk menggerakkan tubuhku untuk mengalihkan perhatianku dari dorongan yang mendidih ini. Sebelum itu, aku meneguk secangkir teh terlebih dahulu.

Berjalan-jalan di sekitar penginapan akan menenangkanku...

Setelah turun ke bawah, aku menuju ke arah sumber air panas, meskipun aku tidak mencoba untuk pergi ke sana. Sebaliknya, aku pergi ke tempat Vending Machine karena ada banyak hal untuk kumainkan di sana seperti kursi pijat dan meja ping-pong.

Beberapa di antaranya adalah permainan tradisional kuno, memberikanku suasana penginapan tradisional Jepang yang sempurna.

"Ayahku menyimpannya sebagai hobi. Ah, kamu bebas kalau mau memainkannya.."

"Shizuku-san?"

Tiba-tiba, Shizuku-san keluar dari pintu masuk pemandian terbuka dan menghampiriku.

Dia tampaknya baru saja selesai membersihkan tempat itu. Alih-alih gaun pelayannya, dia saat ini mengenakan pakaian yang sama yang dia kenakan ketika kami bertemu di rumah Mizore-san. Sebuah kemeja, celana jeans hitam dan handuk dengan kata 'Shimizu' bersulam di lehernya.

"Selamat pagi. Kudengar kamu mengalami hari yang berat kemarin. Tapi, semalam kamu bisa tidur nyenyak, kan?

"....Kurasa kau bisa menganggapnya seperti itu?"

"Aku melihat apa yang terjadi saat sarapan. Umi-chan ada di sekelilingmu. Apa yang kamu lakukan untuk membuatnya sangat mencintaimu, Maki-kun?"

"Tidak ada yang khusus... Dia hanya dalam mood yang bagus.."

Tentu saja, itu karena ciuman yang kuberikan di pagi hari yang membuatnya bertindak seperti itu, tetapi tidak mungkin aku mengatakannya dengan lantang...

"Um, ngomong-ngomong, apa yang kau bicarakan dengan Riku-san kemarin, Shizuku-san?"

"Hm? Yah... Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami bertemu. Jadi, kami hanya membicarakan hal-hal sepele... Kenapa kamu bertanya?"

"Tidak ada alasan khusus... Yah, hanya saja, kalian berdua terlihat begitu dekat. Jadi, aku agak penasaran..."

"Apa kamu berpikir ada sesuatu yang terjadi di antara kita?"

"...Yah, begitulah."

Setelah melihat cara mereka memandang satu sama lain, aku tahu bahwa mereka tidak memperlakukan satu sama lain sebagai 'teman masa kecil', tetapi seseorang dari lawan jenis.

Perasaan itu sangat kuat dengan Shizuku-san.

Jika Umi mendengar hal ini, aku yakin bahwa dia akan setuju denganku.

'Dia memiliki wajah seseorang dengan cinta yang tak terbalas'. Umi mungkin akan mengatakan sesuatu seperti itu.

"Huh... Padahal aku mencoba untuk menyembunyikannya sebanyak yang aku bisa. Tapi, kurasa aku terbawa suasana saat hanya aku dan Rikkun, ya?"

"Apa kau menyukainya, Shizuku-san?"

"Hmm~ Bisakah aku menyebutnya 'suka'? Aku tidak yakin..."

"Eh?"

"Yah, aku mengaku padanya sekali tahun yang lalu dan dia menolakku..."

"Apa?"

Itu tak terduga.

Kupikir Riku-san yang akan mengaku padanya.

Kata-katanya membuatku ingin mendengar lebih banyak tentang hal ini. Sayangnya, saat ini dia sedang bekerja. Jadi, aku ragu kalau dia punya waktu untuk menceritakan kisahnya padaku.

"Kamu pasti penasaran 'bukan, Maki-kun?"

"Um... Ya, aku penasaran... Maaf tentang itu, Shizuku-san."

"Fufu, tidak apa-apa, akulah yang memulainya ... Selama kamu bisa merahasiakan percakapan kita dari Rikkun, aku bisa menceritakan semuanya."

"Bolehkah aku memberitahu Umi tentang hal ini?"

"Boleh saja. Lagipula, kamu aka tetap memberitahunya meski aku menyuruhmu tutup mulut, bukan? Kalian berdua benar-benar pasangan bo- tidak, kalian benar-benar pasangan yang serasi."

"Tidak apa-apa, Shizuku-san. Kau bisa menyebut kami seperti itu. Lagian, teman-teman kami memanggilku dan Umi seperti itu sepanjang waktu."

Yah, kami saling menyuapi satu sama lain sepanjang waktu saat istirahat makan siang. Jadi tidak bisa dihindari bahwa semua orang akan memanggil kami seperti itu.

Kalau dipikir-pikir, sekarang Umi lagi ngapain ya?
 
"Baiklah, aku akan menceritakan sedikit tentang situasi kami. Aku ingin sekali menceritakan semuanya, tetapi aku memiliki pekerjaan yang harus dilakukan. Ini adalah cerita dari saat kami baru saja lulus dari SMA."

Dia duduk di sebelahku dan hendak menceritakan kisahnya, tapi...

"Ah, Mama!"

"Reiji?"

Tepat saat itu, Reiji-kun muncul.

Dia mengenakan kemeja dan celana pendek yang tidak dikancingkan dengan benar. Ada sebuah konsol game di tangannya.

Shizuku-san tampak terkejut melihatnya di sini.

"Ada apa, Reiji? Kenapa kamu berjalan-jalan sendiri lagi?"

"Maaf, Mama. Aku pergi ke toilet, lalu aku melihat Onii-chan..."

Dia tampak meminta maaf saat dia mengalihkan pandangannya kepadaku.

Ah, begitu. Saat dia keluar dari toilet, dia melihatku. Jadi, dia mengejarku dan berakhir di sini.

"Reiji, Onii-chan ini adalah tamu. Jadi, kamu tidak boleh mengganggunya, mengerti? Kembalilah ke kamarmu, oke?"

"Mn, Mama... Maafkan aku..."

Meskipun terlihat kecewa, dia masih mematuhi kata-kata Shizuku-san.

Dia membawa konsol. Jadi, dia mungkin ingin bermain denganku.

Setelah kami turun gunung bersama kemarin, dia cepat akrab denganku. Ini mungkin caranya berterima kasih padaku.

Jika itu masalahnya, maka akan lebih baik baginya untuk tidak kembali ke kamarnya sendiri.

"Shizuku-san, aku bisa menemaninya, kalau kau tidak keberatan."

"....!"

Kata-kataku membuat mata Reiji-kun berbinar-binar.

Dia sangat ingin bermain denganku, ya?

Sejujurnya, aku merasa cukup senang bahwa dia begitu dekat denganku meskipun kami baru saja bertemu kemarin.

"Apa kamu yakin? Dia akan baik-baik saja sendiri..."

"Ya. Lagipula, aku tidak punya sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan. Selain itu, lebih menyenangkan bermain game bersama daripada sendirian."

Sayang sekali aku akan melewatkan cerita yang akan dia ceritakan padaku. Tapi, itu tidak seperti ini akan menjadi satu-satunya kesempatan.

"Reiji, Onii-chan bilang dia akan bermain denganmu. Tapi, dengarkan apa yang dikatakan Onii-chan dan jangan nakal, oke?"

"Mm!"

"Benarkah? Janji?"

"Janji!"

Mereka membuat janji kelingking sebelum Shizuku-san menempatkan Reiji-kun di pangkuannya.

"Terima kasih, Maki-kun. Kamu seharusnya menjadi tamu kami, tetapi kamu malah harus membantu kami dengan hal seperti ini. Aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat, oke?"

"Tidak apa-apa... Kalau begitu, Reiji-kun. Ayo kita pergi bermain game bersama, oke?"

"Mm!"

Dan diputuskan bahwa kami berdua akan bermain game bersama.

Meskipun, daripada mengasuh anak, rasanya lebih seperti aku bermain dengan seorang teman yang jauh lebih muda dariku.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close