Chapter 12 - “Senang Berjumpa Denganmu”
Dalam perjalanan pulang dari pesta karaoke, setelah kami menghajar tenggorokan kami.
Kasumi mengatakan kalau ada yang ingin dia lakukan, jadi
kami pergi ke taman di atas bukit, yang telah menjadi tempat yang biasa kami
kunjungi.
“Mmm~!! Pemandangan dari sini sangat bagus, bukan?”
“Itu benar. Dan akhirnya, aku merasakan kebebasan.”
“Yup benar sekali.”
Kami saling memandang satu sama lain dan menghela nafas lega, lalu mengeluarkan cider yang telah kami beli dari tas. [TN: Cider itu minuman sari buah apel, biasanya disajikan dengan soda di kemasan kaleng.]
Sejujurnya, aku sudah lama merasakan sakit di perutku. Ya, sakit yang amat perih.
Kemaren malam dan pagi ini, aku makan dengan porsi yang lebih sedikit sehingga orang tuaku sangat mengkhawatirkanku.
Yah, tapi kehidupanku sebagai anggota komite festival sekarang sudah berakhir.
“Kalau begitu, mari bersulang atas kerja keras kita!”
“Yap!”
Kami mendentingkan kaleng cider kami dan menyesapnya.
Sensasi sari buah apel yang menyeruak di mulut kami terasa menyenangkan.
“Ini terasa menyengat.”
“Iya, menyengat kan...”
“Kejutan festival telah membuat kita tua, bukan?”
“Hahaha. Ini adalah jenis ketegangan yang berbeda dari konser di tokyo dome.”
Kami pun membicarakan berbagai hal yang tidak penting, dan kami melihat pemandangan dari sana selama sekitar satu jam.
“Waktu berlalu begitu cepat. Di minggu-minggu terakhir sebelumnya, kau duduk di sini dan mengkhawatirkannya.”
“Jika kamu berkata begitu, oh iya...”
“Ah, jangan bicarakan itu. Aku berada di posisi yang kurang menguntungkan.”
Tidak banyak yang bisa dibicarakan selama perjalanan ini.
Hanya saja, kami merasa telah melalui banyak hal, dan mengatasinya bersama.
“Langitnya, indah sekali.”
Awal musim panas. Matahari terbenam dengan lambat akhir-akhir ini, dan bahkan pada jam 5 sore, langitnya masih seterang langit di musim panas.
Warna gradasi nila di langit terlalu indah untuk diungkapkan dengan kata-kata.
“...Daripada melihat ke langit, kenapa kamu tidak melihat ke arah Miru?”
“Tidak, lihatlah. Serius, itu sangat indah.”
“…Tidak mau!”
“Waa!?”
Langit yang awalnya aku lihat berubah menjadi warna bunga sakura yang cemerlang.
Sepertinya saat aku mengagumi langit, dia datang dari belakangku.
“Nah, sekarang kamu memiliki Miru-chan untuk dirimu sendiri!”
“Waaーー, bagus sekaliーー”
“Berhenti mendiktenya… Kamu terlalu kaku.”
Kasumi melepaskan tangannya dari bahuku dan terus berbicara.
“Hei, mari kita berfoto sebagai kenang-kenangan.”
Kemudian dia mengeluarkan kamera bulat kecil dari tas sekolahnya.
“Ini disebut ‘cheki’. Ini adalah kamera instan, jadi hasil fotonya akan langsung tercetak.” [TN: Cheki itu kamera instan yang mirip sama kamera jadul yang bisa langsung ngeluarin cetakan fotonya.]
“Aku tahu apa itu. Itu yang biasa digunakan oleh para idol untuk berfoto kan? Tapi, kenapa sekarang?”
Kalau untuk mengabadikan momen festival sekolah, seharusnya tidak masalah baginya untuk menggunakannya di dalam kelas.
“Karena di sini aku ingin menggunakannya. Karena di sinilah aku bertemu denganmu.”
“…Begitu ya.”
Ketika aku mengingat kembali saat pertama kali kita bertemu, Kasumi telah banyak berubah.
Aku rasa dia masih belum menghilangkan sifat Mirufy-nya ketika dia memiliki ide untuk mengambil foto dengan kamera ‘cheki’nya di sini, tapi aku tidak keberatan dengan sikap kikuknya itu.
Aku setuju dan mengatakan, ‘Baiklah, ayo kita berfoto.’, dan Kasumi, dengan senyum cerah di wajahnya, memegang lensa kamera ke arah kami, mungkin untuk berfoto selfie.
“Tiga.”
“Eh, tunggu, posenya...”
“Dua…”
“Apakah kau ingin membuat tanda hati yang sempurna itu sendiri!? Bagaimana kau melakukannya!?”
“Fufufu. Satu.”
Astaga, aku benci kurangnya kemampuan berposeku sehingga aku hanya bisa membuat pose ‘peace’ dalam situasi seperti itu!
“Yosh, sudah jadi!”
Kasumi dengan senang hati mengambil hasil cetakan fotonya dari atas kamera dan memegang pena ajaib di tangannya, yang juga dia ambil dari tas sekolahnya.
Dia menulis sesuatu di atasnya, lalu mengeringkan tintanya dengan menghembuskan udara dan mengulurkannya kepadaku.
Terlihat Kasumi, tersenyum bahagia, dan aku, yang terlihat agak gugup.
Lalu aku melihat kata-kata yang ditulis Kasumi──────.
“A-Apa...!?”
“Hahaha. Ren-kun, kamu ternyata lemah dengan hal-hal klise seperti ini.”
Dalam sekejap, aku tidak bisa bernapas, seolah-olah jantungku telah dicengkeram.
“…Kau mendapatkanku.”
Sekali lagi, aku melihat foto yang ada di tanganku.
“Aku mencintaimu! Maukah kamu terus bersamaku selamanya?”
Itu ditulis dengan huruf biru ceri. Dengan banyak tanda hati.
“...Ini.”
Menurutku dia berpikir jika itu aku, aku tidak akan salah paham dengannya, tidak peduli seberapa banyak dia mencoba untuk menggodaku.
Meskipun ini hampir identik dengan rasa berterima kasih!!!!
Tentu saja, aku juga sangat gelisah dengan situasi berduaan di taman dengan gadis yang menyebalkan tapi sangat imut ini!!
“Fufufu. Ren-kun, wajahmu memerah.”
“…Iya, sama sepertimu.”
“Eh!? Kamu bohong, kan. Wajahku tidak memerah!”
“Merah banget ya. Hee〜? Bukankah itu Kasumi yang selalu mengatakan dirinya sangat menyukaiku?”
“Uuu〜〜 Itu karena... ini pertama kalinya aku mengatakan, aku mencintaimu...”
“…Eh.”
“Selain itu, ini bukan kebiasaan idolku seperti biasanya, aku benar-benar serius!!”
Di sana, terlihat sosok idol nasional dengan wajah merah cerah dan mata berkaca-kaca.
““……”“
Apakah ini benar-benar ‘suka’ dari rasa berterima kasih.
Aku juga tidak bisa berbicara, dan kami saling menatap satu sama lain selama beberapa detik.
Ini membuatku frustasi dan menggelitikku karena jarak di antara kami begitu dekat, sehingga kami akan bersentuhan jika jaraknya hanya satu milimeter lebih dekat lagi.
“...Satu hal lagi, yang ingin aku katakan padamu.”
Kasumi dengan canggung mengatakannya dan bergerak sedikit lebih dekat ke pagar di tepi taman yang berguna untuk mencegah orang jatuh.
Rambutnya yang indah berterbangan dengan lembut tertiup hembusan angin musim panas.
“Terima kasih, sudah menemukanku.”
Itu tak terduga, sangat tak terduga hingga aku ingin menghentikannya.
Senyumnya yang cerah dan sekejap, seperti kelopak bunga sakura.
Catatan Penerjemah:
Wah, akhirnya selesai juga TL LN favoritku~ Aku suka banget sama roller coaster perasaannya waktu baca. Dan sebagai catatan saja, disini Miru benar-benar bilang “Aku mencintaimu” (r/JP: “Aishiteru”) makanya aku dari awal selalu nulis “aku sangat menyukaimu” untuk menerjemahkan “Daisuki”, walaupun sebenarnya bisa diartikan jadi “Aku mencintaimu” juga. Biar feelsnya di akhir kerasa berbeda dan sesuai dengan perkataan Miru kalau ini pertama kalinya dia mengatakan itu ke Ren. Sangat menantikan deh volume selanjutnya, terutama drama dengan Kotono dan Fuyu-nee nanti. Dan semoga pernyataan perasaan Miru ini benar-benar di lanjutin, ga yang direset tiba-tiba di volume selanjutnya. Terima kasih buat yang udah nyempetin baca dari awal sampai akhir ^^
|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment