Setelah itu, Umi dan aku menikmati waktu kami di penginapan semaksimal mungkin karena malam ini akan menjadi malam terakhir kami berada di sini.
Kami makan malam lengkap seperti kemarin, bermain pingpong dan setelah kami tenang dari semua kegembiraan, kami berjalan-jalan di sekitar penginapan.
Riku-san pergi ke suatu tempat sendirian setelah makan malam karena ada sesuatu yang ingin dibicarakannya dengan Shizuku-san. Saat kami kembali ke kamar kami, dia masih belum kembali.
Kedua teman masa kecil itu tampaknya memiliki banyak hal untuk dibicarakan.
"Haah..."
"Hm, ngantuk 'ya? Yah, ini sudah larut malam dan pasti kamu merasa lelah. Yup, kalau begitu. Ayo kita tidur. Besok kita akan berangkat pagi-pagi sekali.."
"Mm... Aku akan tidur... Bagaimana denganmu?"
"Tentu saja, aku mau tidur juga. Buat apa tetap terjaga kalau kamu tidur? Oh, ya. Jika kamu mengkhawatirkan Kakak bodohku, itu tidak perlu. Lagian, dia sudah dewasa. Dia bisa tidur kapanpun dia ingin.."
Tadinya aku mau menunggu Riku-san kembali, tetapi kelopak mataku terasa berat. Kelelahan dari kemarin dan hari ini akhirnya menghampiriku, kelihatannya. Aku ingin mendengar apa yang dikatakan Riku-san. Tapi, sepertinya aku harus menunggu itu besok.
Setelah membereskan beberapa barang, kami pergi ke futon masing-masing- Atau itu yang seharusnya terjadi, tetapi Umi merangkak masuk ke dalam futonku.
"Um, apa kau ingin tidur denganku?"
Umi hanya menganggukkan kepalanya. Aku menggeser posisi tubuhku sehingga dia bisa masuk ke dalam.
"Makasih...Ugh, pengap... dan panas juga..."
"Tentu saja, ini musim panas, kau tahu? Kau harus kembali ke futonmu sendiri."
"Hmm, yakin nih?"
Dia kemudian tersenyum dan menggerakkan tubuhnya lebih dekat lagi ke tubuhku.
Sangat tidak adil. Dia sudah tahu jawabanku, namun dia masih menanyakan pertanyaan itu kepadaku.
"Tidak, kau boleh tidur di futonku kapanpun kau mau.."
"Kalau begitu, peluk aku lebih erat."
"Ya, iya..."
Rasanya panas dan tidak nyaman. Tapi karena Umi menginginkannya, aku tidak apa-apa dengan itu.
Aku mematikan lampu dan memeluknya erat-erat di bawah selimut.
Kehangatan dan kelembutan tubuhnya menyelimutiku saat aroma sampo Umi masuk ke dalam hidungku. Baik kulit dan rambutnya sangat menyenangkan untuk disentuh.
Setiap kali aku melakukan ini, adik kecilku di bawah sana akan bereaksi dengan kuat, tetapi Umi selalu mengabaikannya. Jika aku mencoba untuk menjauh darinya. Dia akan semakin menempel padaku. Sejujurnya, rasanya agak memalukan, tapi rasa malu ini baik-baik saja jika itu membuatnya bahagia.
"Maki..."
"Mm?"
"Pada akhirnya, kita tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan 'itu' ya?"
"...Ah, benar juga."
Dia berbicara tentang kotak '0.01' yang belum dibuka yang berada di dalam tasku.
Kami berencana melakukannya di suatu tempat sebagai rencana cadangan jika orang tua Umi tidak menyetujui rencana kami untuk melakukan perjalanan. Tapi, Riku-san membuat perjalanan kami menjadi mungkin. Setelah itu, kami mencoba untuk melewati batas itu, tetapi Reiji-kun mengganggu kami.
Ada beberapa momen yang bagus untuk melakukannya. Tapi, semuanya adalah ketika kami sedang bermain-main di luar.
"Haruskah kita melakukannya sekarang. Jadi, uangmu tidak terbuang sia-sia.."
"Tidak, uangku tidak terbuang sia-sia.. sebut saja investasi masa depan... Tapi, haruskah kita benar-benar melakukannya sekarang? Meski saat ini hanya ada kita berdua. Kita tidak akan tahu kapan Riku-san datang, kau tahu.."
Untuk pertama kalinya selama perjalanan ini, kami sendirian di dalam kamar. Terlebih lagi, kami berbaring di atas futon yang sama... Tetap saja, kalau Riku-san masuk ketika kami sedang mantap-mantap, itu akan menjadi bencana besar.
Sekarang aku semakin cemas tanpa alasan.
"L-Lebih baik kita tidur, oke? Maaf, aku pengecut. Tapi, setidaknya kita mencapai tujuan utama kita, kan?"
"Yah, memang benar bahwa kita bersenang-senang kemarin dan hari ini."
Kami tidak berhasil melakukan beberapa hal, tetapi kami berhasil memenuhi tujuan kami untuk bersenang-senang dan menjadi lebih dekat.
Tidur bersama, bangun bersama, mandi bersama, bermain bersama... Dia selalu bersamaku sepanjang waktu dan itu sudah cukup untuk membuatku benar-benar bahagia.
Aku semakin mencintainya dan aku ingin menjadi lebih dekat dengannya di masa depan.
Aku senang bahwa aku berhasil mengumpulkan keberanianku dan meminta orangtuanya untuk mengizinkan kami melakukan perjalanan.
"Umi... Um... Terima kasih karena sudah mengikuti keegoisanku."
"Ehehe, sama-sama. Kamu harus berterima kasih. Seorang pacar sepertiku yang akan ikut bersamamu tanpa ada pertanyaan yang diajukan adalah langka, kau tahu? Makanya, jangan pernah melepaskanku, oke?"
"Iya, aku akan selalu bersamamu..."
"Ehehe, aku juga~"
Setelah sedikit lebih banyak berpelukan sambil bercanda di dalam futon, di bawah kehangatan tubuh satu sama lain, kami akhirnya tertidur.
Saat aku merasa nyaman dalam tidurku, hal itu terjadi.
"Maki... Oi, Maki."
"Mm?"
Aku merasakan sebuah suara memanggilku. Jadi, aku perlahan-lahan membuka kelopak mataku yang berat.
Pada awalnya, aku pikir itu Umi yang memanggilku. Tapi, dia masih tidur dengan nyaman dalam pelukanku. Wajahnya tampak bahagia saat air liurnya jatuh ke yukataku. Nah, bagian dari dirinya ini juga imut.
Karena bukan Umi yang memanggilku, maka seharusnya itu Riku-san.
"Maaf, Maki, karena membangunkanmu sebelum matahari terbit."
"Tidak apa-apa... Selamat datang kembali, Riku-san. Kau terlambat."
"Yah, setelah kami menidurkan Reiji-kun, Shizuku menyuruhku minum bersamanya. Gadis itu benar-benar buruk dengan alkohol. Jadi, aku mengalami kesulitan... Ah, jangan khawatir. Aku tidak benar-benar mabuk, karena aku harus menyetir hari ini.."
Jadi, itu sebabnya dia memiliki bau yang aneh. Mereka minum-minuman sepanjang malam. Karena itu, dia tampak begitu lelah dan mengantuk.
Biasanya, dia hanya akan tidur dalam situasi seperti ini, tetapi karena dia malah membangunkanku, itu berarti...
"Aku butuh bantuanmu, Maki..."
"Tentu? Kalau kau tidak keberatan aku membantumu, aku akan senang membantumu, Riku-san... Apa yang kau butuhkan dariku?"
"Um... Aku butuh nasehat cinta... Tidak ada orang lain yang bisa aku mintai tolong, tolong aku."
Dia memalingkan pandangannya saat dia mengatakan itu.
Sepertinya permintaanku membuatnya berubah pikiran, ya?
Post a Comment