PoV Nina
"Panas sekali..."
Aku mengeluh sebelum bangun dari tempat tidurku.
Saat itu awal bulan Juli, akhir musim hujan masih beberapa hari lagi. Tapi, sudah terasa sangat panas.
Aku bisa saja tidur lebih lama karena masih pagi, tetapi kelembapannya membuatku merasa tidak nyaman.
"Pada saat-saat seperti inilah aku berharap mereka memasang AC di kamarku... Sayang sekali kita tidak mampu membelinya..."
Dari tiga kamar di lantai dua rumah kami, hanya kamar Kakak perempuanku yang dipasang AC. Dia setahun lebih tua dariku dan musim dingin mendatang, dia akan mengikuti ujian masuk universitas.
Sementara itu, di kamarku, hanya ada kipas angin murahan. Yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah meniupkan udara suam-suam kuku. Berkat itu, pakaianku benar-benar basah kuyup oleh keringat.
Musim panas bukanlah musim favoritku. Jika aku tidak berhati-hati, riasanku akan mudah rusak dan kulitku akan menjadi kecokelatan. Aku harus selalu waspada setiap saat jika aku ingin bermain dengan teman-temanku. Yah, aku senang bermain dengan mereka dan itu membantuku melupakan semua hal buruk.
Aku turun ke ruang tamu dan menemukan Kakakku, Yuna, sedang menonton anime pagi sambil mengunyah sepotong roti panggang.
"Pagi, Kak. Btw, ke mana perginya Ayah dan Ibu?"
"Sedang bekerja... Astaga, bukankah aku sudah bilang padaku jangan berkeliaran dengan pakaian seperti itu.. Sopan dikit napa.."
"Apa? Bentar lagi juga aku akan ganti baju. Jika kau keberatan, bagaimana kalau kita bertukar kamar? Kamu bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk menangani panasnya.. Itu seperti neraka.."
"Oh, sepertinya menyebalkan. Yaudah, sabar aja. Lagian, kamarku juga ngga jauh beda denganmu. Ibu hanya mengizinkan menggunakan AC di malam hari saja. Jika tidak, mengapa aku meninggalkan kamarku? Setelah aku selesai sarapan, aku akan segera pergi. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga. Aku ingin menonton pertandingan baseball bersama teman-temanku.."
"Sejak kapan kamu tertarik pada baseball? Oh, mungkinkah kamu ingin menyemangati pacarmu?"
"Tentu saja tidak, dia hanya mantan teman sekelasku. Pertandingan hari ini adalah pertandingan pertamanya di turnamen. Jadi, kami ingin mendukungnya."
Sejujurnya, aku tidak ingin pergi. Aku bahkan tidak memiliki setitik pun ketertarikan terhadap baseball. Namun karena Yuuchin dan yang lainnya mengatakan mereka akan datang, aku memutuskan untuk ikut.
Memang merepotkan, tentu saja, tetapi itu masih lebih baik daripada tinggal di rumah tanpa melakukan apa-apa.
Setelah kembali ke kamar, aku berganti pakaian dengan seragam musim panas dan mengikat rambutku menjadi sanggul. Karena kami hanya akan mendukung tim baseball sekolah, aku tidak perlu terlalu khawatir tentang pakaianku.
Itu bukan berarti aku malas memakai baju sekolahku. Faktanya, aku harus lebih memperhatikan penampilanku daripada biasanya.
"Hmm... handuk, tabir surya dan air mineral.. Yup, semuanya sudah siap."
Setelah memastikan bahwa aku tidak melupakan apa pun, aku pergi bersama dengan Kakakku dan menuju ke rumah Yuuchin, di mana kami berjanji untuk bertemu. Ibunya, Bibi Eri, akan mengantar kami ke stadion tempat pertandingan akan diadakan.
Tempat itu tidak terlalu jauh. Kami bisa naik kereta dan berjalan ke sana jika kami mau. Tetapi dia menawarkan untuk membawa kami ke sana dan kami tidak punya alasan untuk menolak. Selain itu, akan lebih baik untuk pergi bersamanya. Aku tidak perlu berjalan di bawah terik matahari ini.
"Ah! Ninacchi! Di sini!"
Setelah berjalan sekitar 15 menit, aku menemukan Yuuchin berdiri di depan rumahnya. Begitu dia melihatku, dia melompat-lompat sambil melambaikan tangannya dengan liar ke arahku.
Dia tampak sama seperti biasanya. Rambut pirangnya, senyumnya yang secerah matahari... Melihatnya menyapaku dengan tatapan ceria seperti itu, membuatku merasa senang juga.
"Selamat pagi, Ninacchi! Cuacanya bagus hari ini! Cuaca yang sempurna untuk menyemangati seseorang!"
"Bersorak untuk seseorang ketika cuaca sepanas ini terdengar seperti neraka lebih dari apa pun... Eh? Apakah aku yang pertama tiba?"
"Tidak. Maki-kun sudah ada di sini."
"Bagaimana dengan Umi?"
"Bentar lagi nyampe."
Aku akan bersama dengan kelompok yang biasa, tidak termasuk Seki, yang pergi duluan.
Dengan kata lain, selain aku, akan ada Yuuchin, Umi dan Maki atau Rep, seperti yang biasanya aku memanggilnya.
Sejujurnya, aku tidak menyangka bahwa persahabatan kami akan bertahan selama ini. Selain kedua gadis cantik itu, aku tidak menyangka akan berteman dengan Maki.
Alasan untuk itu adalah karena Umi menjadi pacarnya.
Oleh karena itu, kemanapun Maki pergi, Umi akan tetap berada di dekatnya. Dengan kata lain, Yuuchin juga akan berada di sana. Jadi, jika aku ingin bergaul dengan kedua gadis itu, setidaknya aku harus berinteraksi dengan Maki juga.
Ah, aku tidak bermaksud memperlakukannya seperti penggagu atau apa pun. Sebaliknya, sangat menyenangkan bisa bergaul dengannya. Setiap kali dia ada di sekitar, Umi akan bertindak lemah lembut dan itu benar-benar menyenangkan untuk menggodanya ketika dia seperti itu.
Meskipun, mereka tampaknya datang secara terpisah hari ini untuk beberapa alasan. Juga, meski Yuuchin sudah memanggilnya untuk keluar, Maki tampaknya tidak ingin pergi keluar.
"Kenapa dia tidak mau keluar, Yuuchin?"
"Entahlah... Tadi dia sedang mengobrol dengan Mamaku..."
Kami memutuskan untuk pergi ke kebun untuk mencarinya.
Segera setelah itu, kami melihat dua bayangan besar di taman.
"W-Woah... A-Amami-san... T-Tolong..."
"Woof!"
Kedua bayangan itu adalah anjing golden retriever milik Yuuchin, Rocky, yang duduk di atas tubuh Maki. Yang terakhir sedang berjuang sambil meminta bantuan.
Benar, dia agak takut dengan anjing. Untuk beberapa alasan, Rocky sangat menyukainya. Anjing itu menjilati wajahnya dan mengibaskan ekornya saat kami berbicara. Sayangnya, perasaan itu bertepuk sebelah tangan.
"R-Rocky?! Aku tahu kamu sangat menyukainya. Tapi, kamu tidak bisa begitu saja melompat ke arahnya seperti itu! Muu!"
Seperti yang diharapkan dari seekor anjing keluarga, Rocky mendengarkan pemiliknya dengan baik. Setelah omelan ringan itu, ia segera meninggalkan sisi Maki dan masuk ke dalam rumah. Anjing yang malang, ia pasti sangat senang menyambut tamunya, sayang sekali tamu tersebut tidak bisa menghargai niat baiknya.
"Maaf, Maki-kun, seharusnya aku menolongmu lebih cepat... Apa kamu baik-baik saja? Bisakah kamu berdiri?"
"Terima kasih, aku baik-baik saja. Aku hanya terkejut, tidak ada salahnya dilakukan."
Dia berdiri dengan bantuan Yuuchin. Rocky tampaknya telah memberinya sambutan yang cukup baik. Rambutnya berantakan dan wajahnya ditutupi dengan air liur. Dia tampak kikuk seperti biasa.
"Lihatl ke arah sini, Maki-kun. Biarkan aku menyeka wajahmu."
"Eh? Aku bisa melakukannya sendiri, kau tidak perlu-"
"Nggak usah malu-malu~ Sini gunakan sapu tanganku saja. Lagipula, aku masih punya banyak lagi dan aku bisa langsung mencucinya setelahnya. Kalau kamu menggunakan sapu tanganmu, air liur Rocky masih membekas. Kamu tidak mau itu, kan?"
"Baiklah, kalau begitu, berikan aku handker- Uff."
"Jangan terlalu banyak bergerak!"
"Uh-huh..."
Jika dia adalah anak laki-laki pada umumnya, dia mungkin sangat senang bisa mendapat perhatian dari gadis cantik seperti Yuuchin. Bahkan, dia mungkin akan jatuh cinta padanya dengan cepat. Tapi, jangankan senang, dia tampaknya terganggu oleh hal itu.
Yah, dia punya pacar yang imut dan mereka telah berpacaran selama lebih dari setengah tahun sekarang. Dia benar-benar sangat mencintai pacarnya itu.
"Maaf, semuanya. Aku terlambat."
Ngomong-ngomong tentang iblis, gadis itu, Asanagi Umi, datang berlari masuk.
Berbeda dengan rambutku, dia tidak mengecat rambut hitamnya. Dia memiliki wajah yang imut juga, sebanding dengan gadis pirang di sini. Aku tidak ingin menyombongkan diri, tetapi aku benar-benar populer di SMP. Tapi sejak aku masuk SMA, aku tidak bisa bersaing dengan mereka berdua bahkan jika aku mau.
"Selamat pagi, Umi~! Cuacanya sangat cerah, bukan~!?"
"Pagi juga. Panas banget, kau tahu. Astaga, aku harap cucanya tidak sepanas ini. Oh, pagi, Nina.."
"Osu~ ... Btw, tumben sekali kamu tidak datang bersama Rep? Apa terjadi sesuatu?"
"Eh, tidak. Bukan apa-apa kok. Kan, Maki?"
"Y-Ya.."
"Hmm?"
Mereka bertingkah mencurigakan.
Biasanya, mereka akan mengabaikan keberadaan Yuuchin dan aku dan mulai menggoda satu sama lain. Tapi sekarang, mereka menjaga jarak.
Apa terjadi sesuatu pada mereka?
Jika aku ingat dengan benar, mereka berdua mengunjungi rumah orang tua ayah Umi baru-baru ini.
Sebelum perjalanan itu, mereka berdua terlihat baik-baik saja dan mereka masih bermesraan seperti pasangan idiot. Sejujurnya, aku tidak bisa membayangkan mereka berdua bertengkar selama perjalanan. Suasana di antara mereka memang aneh, tetapi tidak bergejolak atau apa pun.
Aku memutar otakku, mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua.
...Tunggu, mungkinkah itu?
"Um, Umi, Rep. Mungkinkah kalian habis- Aduh?!"
Tiba-tiba, Umi menyentil kepalaku.
Sakit tau! Seperti biasa, gadis ini tidak menahan diri. Astaga, aku berharap itu tidak akan meninggalkan benjolan.
"Umi! Apa yang kamu lakukan tiba-tiba?!"
"Apanya!? Ini masih pagi-pagi sekali dan dan kita berada di luar, kau tahu? Kamu pikir itu pantas untuk melakukan pembicaraan semacam itu di sini?"
"Aku hanya bertanya, aku tidak berencana untuk mengatakan hal lain! Perlakukan saja seperti aku sedang menyapamu atau semacamnya."
"Bodo amat!"
Aku sudah cukup banyak mengetahui semuanya setelah melihat reaksi mereka. Wajah Umi mulai memerah, sementara itu Rep di sampingnya tampak begitu malu.
Keduanya seperti buku yang terbuka.
"D-Daripada itu, kita harus pergi! Ayo, cepatlah! Kita akan melewatkan pertandingan pertama jika kita bertele-tele! Kemarilah, Maki."
"Hei, berhenti menarik lenganku..."
Setelah mengatakan itu, mereka berdua, yang telah berhasil memperdalam hubungan mereka, dengan cepat naik ke kursi belakang mobil. Kupikir mereka akan lebih terbuka dengan hal 'itu' karena kami sudah saling mengenal satu sama lain untuk. Tapi, kurasa mereka masih malu untuk membicarakannya.
"(Nee, Ninacchi. Bukankah sikap mereka agak mencurigakan? Apa yang terjadi?)"
"Eh, ah.. M-Mereka berdua habis... Um."
Sejujurnya, aku hanya berasumsi dan tidak ada cara untuk mengkonfirmasikannya, tetapi aku berbagi asumsiku padanya dengan berbisik.
"(Keduanya sudah melakukan itu..)"
"(Melakukan apa?)"
"(Ugh, apa kamu benar-benar tidak tahu? Itu loh..S-Sex..)"
Setelah mendengar kata-kataku, wajah Yuuchin mulai memerah.
Ah, benar juga. Gadis ini bahkan lebih polos dari mereka berdua.
"E-Eh, b-begitu? Y-Yah, aku senang mendengarnya? M-Mereka berdua sangat dekat, bukan? Ah-haha.. A-Aku tidak menyangka mereka sudah melakukannya..."
"Huh, kenapa kamu malah senang? Sejujurnya, aku lebih kesal dari apapun. Mereka jelas-jelas pamer, bukan?"
"Hehe, jangan katakan itu, Ninacchi. Kita seharusnya senang bahwa hal-hal baik terjadi pada keduanya. Selain itu, kita bisa menggoda mereka tentang hal itu, bukan?"
"Sekarang kamu berbicara dengan bahasaku, Yuuchin~"
"Hehe~ Umi selalu bertingkah sangat manis di dekat Maki-kun, aku tidak bisa mendapatkan cukup dari itu~"
"Benar. Gadis itu ternyata sangat lemah saat digoda."
Memang benar bahwa aku terganggu oleh skinship keduanya. Tapi sejujurnya, aku tidak bisa membenci mereka hanya karena itu. Melihat mereka berdua rukun membuatku merasa senang juga.
Yuuchin, Umi dan Maki... Meski aku mengenal mereka dalam waktu yang singkat. Tapi, mereka adalah temanku yang berharga. Seki di sisi lain... Yah, aku tidak tahu, aku tidak begitu dekat dengannya.
"Ayo kita pergi, Ninacchi! Kita punya seseorang untuk kita dukung hari ini!"
"Ya, iya... Astaga, aku malah menjadi tidak termotivasi..."
"Ayolah, jangan seperti itu! Dia melakukan yang terbaik di luar sana!"
Dengan begitu, kami mengikuti pasangan idiot sana dan masuk ke dalam bus juga.
Bagi kami para murid SMA, bulan Juli adalah awal musim panas. Untuk anak kelas 2 seperti kami, ini akan menjadi musim panas terakhir bagi kami untuk bersenang-senang tanpa mengkhawatirkan masa depan.
Secara pribadi, aku akan senang menghabiskan musim panasku bersama mereka.
Tapi...
"Nee, Yuuchin..."
"Mm? Ada apa, Ninacchi?"
"Ah, nggak jadi.. bukan apa-apa kok."
"Muu, kamu ini kenapa sih? Aneh sekali~"
Dia menunjukkan senyum khasnya padaku saat dia mengatakan itu.
Tapi, kenapa?
Kenapa kamu terlihat sedih saat kamu melihat mereka berdua?
Aku ingin menanyakan pertanyaan itu, tetapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya.
Aku berharap ini tidak akan menjadi awal dari sesuatu yang merepotkan...
Catatan Penerjemah:
Ini adalah akhir dari Arc 4 ini.. Yup, seperti yang kalian tahu dari monolog Nina "Aku berharap ini tidak akan menjadi awal dari sesuatu yang merepotkan..." menandakan bahwa akan ada drama (?) di Arc selanjutnya.
Post a Comment