-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 4 Epilog

Epilog
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Dengan demikian, festival berakhir dengan sukses besar.

Para siswa sibuk berbenah, memakan sisa makanan dan bernostalgia di saat senja. Di tengah suara tawa di mana-mana, empat orang diam-diam saling berhadapan di belakang gimnasium.

“Sungguh, terima kasih untuk semuanya. Naoya.”

“Sudah, jangan dipikirkan lagi.”

Naoya tersenyum pada Arthur, yang menundukkan kepalanya.

“Kau lah yang menemukan jawabannya dan melakukan segalanya. Aku hanya menciptakan peluang. Jadi, aku tidak pantas untuk menerima rasa terima kasihmu itu.”

“Hahaha...tapi aku yakin sudah merasa lebih baik setelah kau mendengarkanku sebelumnya.”

Arthur tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya ke Naoya.

“Itu memberiku dorongan untuk mengambil langkah pertama. Aku senang bertemu denganmu.”

“Jika kau berkata begitu, aku juga senang.”

Naoya meraih tangannya dan menjabatnya dengan kuat.

Jabat tangan yang tidak terjadi pada hari pertama kali mereka bertemu sebelumnya akhirnya tercapai.

“Wahhh...Nyanjiro yang sangat langka... lucu sekali...!”

Jalinan pertemanan pun menghubungkan mereka, dan di samping mereka, Koyuki memegang boneka mainan yang sudah lama diinginkannya dan terpesona.

Itu adalah hadiah untuk pemenang kompetisi pasangan mesra tertangguh.

Dia mabuk dengan wajahnya yang konyol, tapi kemudian melihat ke belakang dan sadar kembali.

“Ta-tapi, apa kamu yakin ingin memberikannya padaku? Kalian berdua kan pemenangnya.”

“Tentu saja kami tidak keberatan.”

Claire menggelengkan kepalanya dengan santai.

Dia meringkuk ke dalam pelukan Arthur dan tersenyum licik.

“Aku sekarang punya sesuatu yang lebih baik dari hadiah itu. Benar kan, nii-sama?"

“Ugh...iya tidak apa-apa.”

Arthur berseru dan mengalihkan pandangannya, sementara pipinya sedikit merona.

“Sejujurnya aku masih tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada ibu dan ayahku. Mereka pasti akan terkejut ketika mereka mengetahui putra mereka jadian dengan adiknya saat mereka belajar di luar negeri...”

“Oh, ibumu tidak akan mempermasalahkannya. Dia tahu bagaimana perasaanmu dan dia mendukungmu.”

“Kalau begitu, masalahnya sudah berkurang setengah…”

Arthur menghela napas dengan wajah serius.

Meskipun mereka akhirnya telah jadian dengan bahagia, masalah dibaliknya tidak akan begitu saja terselesaikan. Dan seluruh sekolah sekarang sudah tahu tentang pernyataan perasaan publik Arthur kepada Claire, jadi mereka akan menjadi pusat perhatian.

Itu sebabnya mereka harus bertemu diam-diam di tempat yang sepi.

Arthur kecewa, tapi kemudian ia berbalik ke Koyuki dengan ekspresi cemas di wajahnya.

“Oh iya... Maafkan aku, Koyuki.”

“Hee? Apa maksudmu?”

“Aku datang ke Jepang untuk memendam perasaanku pada Claire dan menerima tawaran untuk bertunangan denganmu.” tutur Arthur sembari membungkuk dalam-dalam.

Dia terganggu oleh perasaannya terhadap adik perempuannya itu. Dia merasa sakit hati dan ingin melarikan diri.

Dia mengeluarkan perasaan yang sudah lama ia pendam itu tanpa ragu-ragu.

“Aku sudah lama ingin meminta maaf karena datang kepadamu untuk kepentinganku sendiri. Aku benar-benar...meminta maaf.”

“Ja-jadi begitu, nii-sama.”

Claire belum pernah mendengar itu sebelumnya dan memutar matanya.

Suasana serius memenuhi bagian belakang gedung gimnasium.

“Tidak, tidak. Tolong jangan khawatirkan hal itu lagi.”

Di tengah semua ini, Koyuki membuka mulutnya sambil memegangi bonekanya.

Setelah melirik Naoya, dia menangkup pipinya dan melanjutkan.

“Aku sudah mendengarnya dari Naoya sejak hari pertama kita bertemu. Jadi sudah terlambat bagimu untuk meminta maaf sekarang...”

“Ugh...!”

Bahu Arthur gemetar.

Dia perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Naoya.

“Aku tidak menyangka kau bisa menyadari semua itu...siapa kau sebenarnya?”

“Apa sih maksudmu, aku hanya setengah bagian dari bacouple ini.” [TN: Bacouple ini udah dijelasin di chapter sebelumnya ya.]

“Aku benar-benar tidak ingin membuat masalah denganmu…”

Sangat kontras dengan jabat tangan antusias mereka sebelumnya, Arthur memberinya tatapan penuh kewaspadaan.

Meskipun mereka akhirnya menjalin pertemanan, Naoya dapat dengan jelas melihat bahwa Arthur ingin menjaga jarak darinya.

Naoya menepuk bahu teman sekelasnya dan menyemangatinya.

“Yah, itu sebabnya aku berharap kau bisa bahagia mulai sekarang. Aku yakin kau akan menghadapi banyak kesulitan kedepannya.”

“Kesulitan...? Yah, aku belum pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis sebelumnya, jadi aku yakin akan mengalami beberapa kesulitan...”

“Bukan itu sebenarnya yang aku maksud.”

Naoya dengan lembut mendekatkan wajahnya ke telinga Arthur yang terlihat bertanya-tanya dan menjelaskannya dengan bisikan.

“Kalian akan kembali ke rumah yang sama, bukan? Kalian akan berduaan di bawah atap yang sama sebagai pasangan baru. Tentu saja itu suasana yang menegangkan, bukan.”

“Ugh~~!?”

Wajah Arthur langsung berubah pucat.

Sepertinya dia benar-benar lupa tentang hal itu.

Dia lalu mengubah ekspresinya dan mencengkeram Naoya.

“Astaga, ini berbahaya...! Apa yang harus aku lakukan!?”

“Kendalikanlah dirimu sekuat mungkin, hanya itu yang bisa aku katakan.”

“Tentu saja aku tidak akan bisa! Sejauh ini saja sudah sangat sulit bagiku untuk mengalihkan pemikiran itu…”

Sejauh ini, mereka bisa bertahan hanya karena mereka terbelenggu sebagai sepasang saudara.

Sekarang setelah belenggu itu terhapus, entah apa yang akan terjadi.

Naoya mengelus dagunya dengan serius.

“Yah, aku juga gugup ketika aku berduaan dengan Koyuki untuk pertama kalinya. Tolong beritahu aku bagaimana perasaanmu nanti.”

“Tentu saja tidak! Maksudku, bahkan jika kau tidak menanyakannya padaku, kau bisa tahu hanya dengan melihat ekspresiku, bukan?”

“Iya. Jadi walaupun kau tidak mau memberitahuku, aku hanya akan tersenyum padamu.”

“Dasar iblis... Lupakan itu, katakan padaku apa yang harus aku lakukan terkait hal ini...”

Tidak ada cara apapun untuk mengatasi hal ini, jadi Naoya hanya diguncang tanpa perlawanan.

Meskipun Arthur panik dengan situasi ini, di sisi lain Claire mengambil tangan Koyuki dan memberinya senyuman yang cerah.

“Aku juga berterima kasih, Koyuki-sama. Tolong terus berikan aku saran kedepannya!”

“Eh!? Kamu masih mau meminta saran meskipun kalian sudah berhasil jadian!?”

“Ah, bukankah itu sudah jelas?”

Claire menatap Arthur dengan tatapan nakal dan menjilat bibirnya.

Ekspresinya adalah gambaran sempurna dari seekor ular yang telah menemukan katak mangsanya.

“Jadi aku sudah berhasil menangkap nii-sama dengan aman, tapi aku harus memastikan dia tidak akan kabur nantinya. Tolong ajari aku teknik menggodamu!"

“Apa yang akan kau lakukan padaku? Hei! Kemana kau akan membawaku!?”

“Ke mana, ya pulang ke rumah lah. Kamu harus membantuku membeli makan malam nanti.”

“Ugh...! Jangan ke rumah, berbahaya! Tolong aku, Naoya!”

“Semoga beruntung~.”

Naoya melambaikan tangan pada Arthur saat dia diseret pergi oleh Claire.

Dia mungkin terlalu gugup untuk tidur malam ini, dan mungkin akan menunjukkan kegelapan wajahnya besok pagi.

Koyuki sendiri masih memegang kepalanya dengan tangannya.

“Uuu...Kupikir ini akan menjadi akhir dari segalanya, tapi dia masih ingin meminta bantuanku...apa yang harus aku lakukan.”

“Yah, kau kan seniornya dalam hal percintaan.”

“Kita sendiri baru pacaran selama sebulan, kan!?”

“Koyuki sendiri yang memulainya dengan bersikap seperti senior sejak awal.”

“…Aku bahkan tidak bisa berkomentar apapun saat kau mengingatkan hal itu.”

Koyuki pun tertunduk. Dia tampaknya telah menyadari bahwa sikapnya lah yang merupakan akar dari segala permasalahan ini.

Kemudian Naoya memeluk bahu Koyuki, dan tersenyum padanya.

“Yah, baiklah. Sudah terbukti bahwa kita bisa memainkan peran pendukung dalam menjodohkan mereka dengan sikap alami kita. Mari kita terus mencari pengalaman dengan cara kita sendiri.”

“Pengalaman...Apa yang kamu maksud dengan hal itu──”

“Yap, tentu saja itu.”

“Hah…?”

Ketika Naoya memotong pembicaraannya dan mengangguk dengan penuh semangat, Koyuki memutar matanya dengan heran.

Naoya kemudian membisikan padanya dengan sepenuh hati.

“Sekarang, apa yang baru saja muncul di pikiran Koyuki adalah jawaban yang tepat! Memang menyenangkan ketika dadamu menekanku, tapi...akan jauh lebih menyenangkan jika kau dapat menciumku!”

“Aku bahkan belum mengatakan apapun!”

Koyuki meneriakkan hal itu saat dia melepaskan dirinya dari pelukan Naoya.

Wajahnya memerah dan berbalik, meninggalkan Naoya di belakang saat dia melangkah pergi.

“Pfft, siapa yang akan melakukannya ketika dipancing seperti itu? Jangan seenaknya ya.”

“Dan 5 detik kemudian, kau akan memaksaku untuk melakukannya. Aku tahu kok, sudah menjadi sifat manusia untuk ingin memanjakan pasangannya ketika mereka saling mencintai──"

“Tutup mulutmu!”

Sebagai hasil dari upaya Naoya untuk mendekatinya, Koyuki mencengkeram dadanya dan secara fisik membungkamnya, seperti yang sudah Naoya harapkan sebelumnya.

Bibir yang sudah lama tidak Naoya sentuh terasa seperti permen kapas yang ia makan beberapa waktu lalu. [TN: Yah sayang banget illustrasinya kenapa tidak yang bagian ini…]


|| Previous || ToC || Next Chapter || 

Post a Comment

Post a Comment

close