[Bagian 4]
> (Maki): Bu, Umi akan menginap malam ini.
> (Emak): Oho~
> (Maki): Jangan salah paham. Kami hanya merayakan ulang tahunku.
> (Emak): Ya, iya, Ibu tidak akan pulang malam ini.
Karena tidak ada yang aku inginkan darinya untuk ulang tahunku, aku meminta bantuan sebagai gantinya.
"Sora-san juga sudah mengizinkannya. Jadi, tolong biarkan Umi menginap di rumah kita malam ini."
Aku tidak membutuhkan gim, sepatu atau pakaian baru, tetapi aku masih seorang anak SMA yang sehat. Jadi, aku bukannya tidak memiliki keinginan apapun.
Karena aku memiliki pacar yang suportif dan imut, wajar jika aku akan meminta sesuatu seperti itu.
Ketika Umi mengatakan bahwa Ibunya mengizinkan dia menginap, sangat sulit bagiku untuk menjaga ekspresiku. Ada terlalu banyak orang di sekitar dan aku tidak ingin membodohi diriku sendiri di depan umum.
...Kalau dipikir-pikir, Umi membawa lebih banyak barang daripada yang seharusnya dia bawa ke sekolah. Kami tidak memiliki kelas atau apa pun, tetapi tasnya penuh. Itu berarti apa yang dia bawa bukan buku pelajaran atau sejenisnya melainkan pakaian dan kebutuhan penting lainnya.
Pokoknya, aku harus menghubungi Sora-san terlebih dahulu...
'Ara, Maki-kun? Ada apa? Jarang sekali kamu menelponku..'
"Selamat siang, maaf karena mengganggumu, Sora-san... Um, tentang Umi yang menginap di rumahku..."
'Ah. Tentang itu, tidak apa-apa kok. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan izinku. Juga, karena dia tidak akan pulang malam ini, kurasa aku akan keluar minum bersama Masaki-san. Sudah lama sejak terakhir kali kami melakukannya~'
Sebelumnya aku berpikir bahwa jarang sekali Ibu mengatakan bahwa dia tidak akan pulang malam ini meskipun ini bukan akhir pekan, kurasa aku tahu alasannya sekarang.
Dia mungkin mengundang Sora-san keluar setelah menerima LINE-ku.
Aku sangat senang bahwa Ibuku dan Sora-san bisa berteman dengan baik. Tapi, kuharap mereka tidak minum terlalu banyak.
Aku mengatakan kepada Sora-san bahwa aku akan berkunjung besok dan menutup telepon.
"Udah? Gimana kata Ibuku?"
"Sora-san hanya mengatakan 'Tolong jaga Umi untukku'. Aku pikir Sora-san akan memarahiku atau menggodaku, tetapi dia tidak melakukan keduanya."
"Hmm, Ibu sudah mempercayai Maki seperti anak sendiri, ya. Tapi, ini tidak adil!"
"Eh, tidak adil?"
"Benar, kemarin pas aku minta izin buat nginap di rumahmu. Ibu menggodaku sepanjang hari. Sialnya, dia baru berhenti setelah aku pergi ke sekolah hari ini! Serius, ada apa dengan perlakuan istimewa ini?!"
"Jika itu membuatmu merasa lebih baik, Ibuku juga menggodaku tentang hal itu."
Meskipun begitu, mereka memberi kami izin. Jadi, itu berarti mereka mempercayai kami berdua.
Sampai sekarang, aku sudah menginap di kediaman Asanagi beberapa kali, tetapi hal sebaliknya hanya terjadi sekali. Itu terjadi saat kami masih berteman yang hampir tidak mengenal satu sama lain, tapi bahkan saat itu Ibu dan Sora-san memberinya izin untuk menginap. Mungkin Daichi-san menentangnya. Namun, Sora-san mungkin meyakinkannya bahwa itu tidak apa-apa.
"...Nah, sekarang kita sudah selesai berbicara dengan orang tua kita... Apa kau siap untuk beberapa pertandingan?"
"Y-Ya, tentu saja."
Setelah makan siang, kami berdua duduk di sofa untuk bermain gim. Riku-san, yang sudah pindah ke Shimizu Inn, meminjamkan koleksi game-nya, baik cartridge maupun PC-nya. Karena itu, ruang di bawah dudukan TV dipenuhi dengan banyak barang.
Kepalaku dipenuhi dengan kegembiraan atas apa yang akan kami lakukan di malam hari. Jadi sejujurnya, aku tidak dalam kondisi pikiran yang tepat untuk memainkan gim apa pun. Tapi masalahnya, jika kami langsung mengambil langkah dan mulai sekarang, kami tidak akan melakukan apa-apa sampai malam. Aku harus bersabar, setidaknya untuk saat ini.
"Ah, aku tertembak! Maki, sembuhkan! Sial, hanya karena aku buruk dalam gim ini... Orang ini membuatku kesal... Yosh, aku menggunakan ult-ku, Maki..."
"Tenang, Umi, kalau kau masuk ke sana, mereka hanya akan menembakmu lagi. Ini medkitnya."
"Ugh... Terima kasih..."
Kami merasakan hal yang sama tentang malam ini. Jadi, kami telah duduk sedikit lebih jauh dari satu sama lain. Bermain seperti ini adalah cara yang baik untuk mengalihkan perhatian kami, karena satu atau dua jam bisa berlalu sebelum kami menyadarinya.
Pertandingan demi pertandingan selesai dan kami bahkan mendapat peringkat di tengah-tengahnya. Hari itu berlangsung seperti itu. Rasanya seperti kami hanya membuang-buang waktu, tetapi itu tetap menyenangkan karena dia bersamaku.
"Ah, dia menangkapku! Sialan! Kita hampir saja mendapatkan posisi pertama juga!"
"Usaha yang bagus. Mau ikut ronde yang lain?"
"Tentu saja! Aku tidak akan pergi sampai aku mendapatkan tempat pertama!"
"Nah, sekarang, itu bukan alasan mengapa kau berada di sini hari ini, kan? ...Lagi pula, bahkan jika kau tidak mendapatkan tempat pertama, aku akan tetap mengantarmu pulang besok."
Hari ini adalah hari ulang tahunku, tetapi kami melakukan hal yang sama seperti biasanya. Sebelum aku menyadarinya, langit menjadi lebih gelap.
Biasanya, sekitar waktu ini kami akan berbaring di sofa, saling menggoda satu sama lain dan makan cemilan. Itu sekitar waktu ketika Umi akan pulang, tetapi karena Umi akan menginap malam ini, kami tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
.... Malam baru saja dimulai euy.
"Maki, aku lapar~ Oh, ya. Hari ini kita akan memesan makanan di tempat biasanya, kan!?"
"Yup. Aku sudah memesan beberapa waktu yang lalu. Jadi, seharusnya segera tiba- itu dia, pas sekali."
Kami menata pizza dan lauk pauk lainnya yang kubeli di atas meja. Sementara kami berada di sana, kami juga membawa keluar kue yang kami beli di minimarket tadi.
Rasanya aku memesan sedikit terlalu banyak, tetapi karena ini adalah hari ulang tahunku, tidak apa-apa untuk berbelanja sedikit. Jika kami tidak bisa menghabiskan semuanya, kami selalu bisa makan sisa makanan untuk esok hari.
"Sebelah sini Maki, aku akan mengambil foto. Cobalah untuk membuatnya terlihat seperti kamu sedang meniup lilin."
"U-Um... Seperti ini?"
"Fufu, nggak usah guguplah. Ah, tapi bagian itu membuatmu terlihat manis~ Yah, semua orang akan menyukainya ketika mereka melihatmu seperti ini, aku yakin~"
Kami mengambil foto untuk Amami-san dan yang lainnya yang tidak ada di sini hari ini. Juga, kami akan menambahkannya ke album keluarga Maehara.
"Selamat ulang tahun, Maki."
"Terima kasih, Umi."
Ketika aku meniup lilin, aku melihat wajah Umi yang tersenyum di baliknya.
Jika aku mengatakan pada diriku di masa lalu bahwa aku akan merayakan ulang tahun 17 dengan pacar yang cantik, aku yakin bahwa diriku di masa lalu akan berpikir bahwa aku sedang berkhayal.
"Juga, Maki. Apa kamu yakin ini semua yang kamu inginkan? Selain kuenya, ini hanya makan malam biasa, kamu tahu? Kita bisa membeli hidangan yang lebih mewah untukmu, aku bahkan akan membayarnya."
"Benar... Kita membeli banyak barang, tetapi kita tidak melebihi anggaran kita yang biasa..."
Ini tidak seperti aku melakukan ini tanpa berpikir, aku sudah memikirkannya dengan matang.
Aku berpikir untuk pergi ke restoran mahal seperti yang aku kunjungi bersama Ayahku. Maksudku, aku tidak bisa menikmati makanannya secara menyeluruh terakhir kali. Jadi, ini akan menjadi kesempatan yang sempurna. Aku juga mempertimbangkan untuk merapikan fashionku dan bersenang-senang di kota seperti anak laki-laki seusiaku.
Namun, pada akhirnya aku memutuskan bahwa melakukan hal yang sama seperti biasa akan lebih menyenangkan.
"Karena ini adalah hari yang spesial, aku ingin menghargai perasaan yang kumiliki bersamamu, Umi..."
"Mnm. Kalau dipikir-pikir, ketika kita pertama kali mengenal satu sama lain, kita melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan sekarang, ya?"
Benar. Beginilah awal mula hubungan kami. Kembali ketika kami masih berteman, kami berbicara tentang hal-hal yang kami sukai dan sebelum kami menyadarinya, kami saling jatuh cinta.
"Terima kasih untuk semuanya, Umi... Aku harap kita bisa terus bersama seperti ini... Itulah satu-satunya hal yang aku butuhkan untuk menjadi bahagia..."
"....Mm."
Aku bisa mengatakan hal-hal yang memalukan seperti itu karena cintaku pada Umi lebih besar daripada rasa malu yang dibawanya.
Gadis ini serius, pekerja keras, berani dan selalu memikirkan teman-temannya.
Tapi kadang-kadang, dia akan bertindak egois, pemalu, kesepian, menjengkelkan atau penakut. Namun, dari semua itu. Ekspresi nya yang terlihat malu-malu adalah yang paling imut.
"Maki..."
"Ya?"
"Bolehkah aku duduk di sampingmu?"
"Mm."
"Hehehe..."
Duduk dekat denganku, Umi memeluk lenganku dengan cara yang manis.
Kami tidak hanya berteman lagi, tetapi kami masih bisa menikmati hubungan kami saat ini. Sebagai sepasang kekasih, itu saja.
Mungkin, seiring berjalannya waktu, hubungan kami akan berubah, tetapi aku ragu bahwa akar hubungan kami akan berubah.
Bagiku, gadis ini, Asanagi Umi, adalah pasangan terbaik yang pernah kumiliki.
"Umi, bolehkah aku menyentuh wajahmu?"
"Fufu, kamu benar-benar suka menyentuh wajahku, bukan? Aku ingin tahu mengapa? Apa karena wajahku lembut saat disentuh?"
"Yah, itu adalah sebagian dari alasannya. Terutama karena kau selalu terlihat begitu bahagia setiap kali aku melakukannya. Aku ingin melihat senyummu, Umi..."
"Aku tahu itu... Tapi..."
'Kamu yakin tidak ingin menyentuh bagian lain?'
Umi membisik hal itu dengan seringai nakal.
Seperti yang diharapkan dari gadis ini. Tapi, aku juga menyukai sisi lain dari dirinya.
"Aku ingin sekali, tapi makanannya akan menjadi dingin."
"Kita selalu bisa memanaskannya nanti. Lagipula, ini semua salahmu, kamulah yang membuatku terbawa suasana dengan kata-kata manismu, kau tahu? Bertanggung jawablah."
"....Uh, baiklah... Mari kita lakukan kalau begitu..."
"....Mm."
Dia meringkuk lebih dekat padaku dan mengangguk. Aku meletakkan penutup di atas meja makan dan pergi ke kamarku bersamanya.
Aku merasa tidak enak untuk yang lain dalam kelompok kami, tetapi aku tidak menyesal memilih untuk merayakan ulang tahunku berdua dengan Umi. Saat aku memikirkan hal itu, aku melanjutkan 'hal itu' dengan Umi di bawah naungan selimut.
Post a Comment