-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 5 Chapter 1

Chapter 1 - Kedatangan Ojii-san

Hari itu, Naoya sedang dalam perjalanan pulang sendirian. Koyuki pergi dengan para gadis, dan Tatsumi serta Arthur memiliki urusan lain yang harus mereka lakukan. Dan hari ini dia sedang tidak ada shift di tempat Kirihiko, jadi sangat jarang baginya untuk bisa bebas seperti hari ini.

“Sudah lama kayaknya sejak terakhir kali aku sendirian begini.”

Naoya mampir ke sebuah taman dan menghela napasnya. Ia bisa saja langsung pulang ke rumah, tetapi ia memutuskan untuk mengambil jalan memutar. Sembari bersandar pada pagar, ia dengan iseng mengamati bebek yang mengapung di atas air.

Musim dingin hampir tiba. Udara dingin yang menusuk berhembus, menyambar daun-daun coklat kemerahan yang ada di pepohonan. Sebagian besar anak sekolah yang bermain di taman mengenakan baju lengan panjang, tetapi ada satu anak laki-laki yang mengenakan baju lengan pendek dan celana pendek.

Aroma manis dari taiyaki yang dijual di kios makanan sekitar tercium di udara. Tempat ini terasa damai dan tenang. Padahal, seolah baru beberapa hari yang lalu matahari bersinar dengan terang dan suara jangkrik terdengar begitu riuh.

Sembari mendengarkan suara angin, Naoya terjebak dalam pikirannya sendiri,

            Entah bagaimana mengungkapkannya…rasa sepi seperti ini, seolah aku benar-benar sudah melupakannya.

Setelah bertemu dengan Koyuki di awal musim semi lalu, kehidupan Naoya telah berubah total. Ia jatuh cinta pada Koyuki dan ingin selalu dekat dengan hatinya. Hal ini membuatnya terlibat dengan banyak orang, dan tanpa bisa dihindari ia menjalani kehidupan yang ramai. Dibandingkan dengan saat ia menjaga pergaulannya seminimal mungkin, hidupnya telah benar-benar berubah 180 derajat.

“Sungguh, banyak hal yang──”

“Kwekk

“Kwek

Saat Naoya hendak bernostalgia, bebek-bebek di kolam mengeluarkan teriakan yang sangat keras. Salah satu pejantan berputar-putar di sekitar bebek betina, memamerkan bulu-bulunya dan mengangkat kepalanya. Mudah untuk memahaminya kalau ini merupakan adegan PDKT (TN: pendekatan cowok ke cewek). Sang betina tampak tidak keberatan, dan dia pun menggosok-gosokkan tubuhnya ke pejantan yang mendekatinya, lalu mengeluarkan suara-suara yang manis.

“Kweeek

“Kweeek

Dengan demikian, lahirlah sebuah pasangan.

Naoya melihatnya, lalu bergumam.

“Seperti pengantin baru, ya...”

Segera, apa yang terlintas di benaknya adalah mimpi yang dialaminya pagi ini.

“Selamat datang di rumah, sayang.”

Wajah Koyuki dan sentuhan bibirnya pada waktu itu juga ikut kembali ke ingatannya. Naoya pun dengan lembut menutupi wajahnya dengan tangannya. Di tengah hembusan angin yang dingin, dahi dan pipinya benar-benar terasa panas.

“Memang benar kita baru saja mulai berpacaran...tapi apakah aku terlalu bersemangat hingga memiliki mimpi seperti itu?”

Tinggal di bawah satu atap dengan gadis yang ia sukai, hidup seperti pengantin baru, dan ciuman yang sederhana. Benar-benar mimpi yang dipenuhi dengan keinginan seorang pria.

Untungnya itu bukanlah mimpi yang erotis seperti melihatnya mengenakan apron sambil telanjang atau sejenisnya…tapi mimpi ini terasa begitu nyata sehingga membuat Naoya merasa begitu malu dan ingin berteriak.

Naoya pun menggelengkan kepalanya dan menampar pipinya.

“Tidak, aku harus bersikap tenang. Dengan pikiran jahat seperti itu, bagaimana bisa aku meyakinkan ojii-san nanti.”

Suatu hari, masalah perjodohan Koyuki datang secara tidak terduga. Dan orang yang dijodohkan dengannya, Arthur, akhirnya telah berhasil berpacaran dengan adik tirinya, Claire. Jadi, ini menyisakan masalahnya dengan kakek Koyuki, yang mengirim Arthur kepadanya.

Sepertinya dia akan segera datang ke Jepang, dan Naoya harus membuatnya menyetujui hubungannya dengan Koyuki.

Karena dia kakeknya Koyuki, aku yakin bisa mengatasinya juga…

Anehnya, Naoya cukup disukai oleh orang-orang di keluarga Shirogane. Seperti halnya dengan Howard, ada kemungkinan besar bahwa tingkat kesukaannya akan mencapai maksimum dalam beberapa menit setelah bertemu dengannya. Meski begitu, ia masih harus bersiap-siap.

Naoya pun mengepalkan tangannya untuk menyemangati dirinya.

“Yosh. Mari hentikan pikiran jahat ini dan kembali memikirkan rencananya...benar kan?”, ujar Naoya dan dirinya pun memulai kembali tekadnya.

Saat angin berubah arah, terdengar beberapa suara datang dari sisi lain taman. Naoya melihat sekelompok ibu-ibu yang tampak seperti sedang dalam perjalanan pulang dari berbelanja dan mengelilingi seorang pria.

“Araa, anda pria yang tampan ya. Apakah anda dari luar negeri? Dari mana asalmu?”

“Apa anda mau permen? Atau mungkin jeruk?”

“Media sosial apa yang anda gunakan? Aku punya semuanya, jadi bagaimana kalau kita berteman!”

“Tidak, tidak, maaf ya nona-nona. Aku hanyalah pria tua dan suami dari istriku yang sudah meninggal...”

“Ah, nona! Anda sangatlah sopan!”

“Benar-benar beda ya dengan ojii-san yang ada di rumahku!”

“Ugh, seseorang tolonglah...!”

Pria itu terlihat benar-benar kewalahan. Dan Naoya pun mengamatinya dari sisi lain taman.

Usianya mungkin sekitar 70 tahun. Ia mengenakan topi di kepalanya dan setelan abu-abu. Tongkat yang ia pegang di tangannya dan kacamatanya terlihat mewah. Perilakunya yang halus juga terlihat bahkan jika diamati dari jauh. Ada koper besar di sampingnya, dan jelas terlihat bahwa ia adalah seorang pelancong.

“Apakah dia…tidak mungkin...”

Entah mengapa Naoya memiliki keyakinan yang aneh dan diam-diam dia melangkah ke arah mereka.

Saat menuju ke sana, adegan-adegan saat dirinya menyelamatkan Koyuki, Sakuya dan Howard dari orang-orang yang menggoda mereka terulang kembali di kepalanya.

Lalu, satu jam kemudian──.

“Bagaimana bisa...?”

“Hah?”

Di kediaman keluarga Shirogane, kakak beradik itu pun saling memandang satu sama lain dengan raut heran di wajah mereka.

Mau bagaimana lagi, ketika mereka pulang ke rumah, kakek mereka telah ada di sana dan sedang menghadap Naoya.

“...Namaku James Noland.”

“Senang bertemu dengan Anda. Aku Naoya Sasahara.”

Naoya menundukkan kepalanya pada James, kakek dari Koyuki dan Sakuya.

Saat bertemu di taman, jarak di antara mereka cukup jauh sehingga wajahnya tidak terlalu jelas terlihat, tapi sekarang dia telah melepaskan topinya dan saling berhadapan langsung. Dengan rambut perak dan mata biru yang sama seperti Koyuki dan yang lainnya, serta tatapannya yang tajam menunjukkan ikatan darah yang kuat di antara mereka. Sosoknya sangat cocok dengan istilah “Gentleman tua dalam roman abu-abu”. Namun, ekspresinya saat ini sangat jauh dari sosok seorang gentleman.

Raut wajahnya yang murung dengan alis yang berkerut sangat dalam. Lengannya disilangkan dan kakinya terus bergoyang seolah gelisah, ia jelas sedang berada dalam suasana hati yang buruk. James pun akhirnya membuka mulutnya dengan berat.

“Naoya-kun…ya? Aku sudah melihat dengan baik anak seperti apa kau ini.”

Sambil berhitung dengan jari-jarinya, dia mengucapkan kata-kata tersebut.

“Kau tidak hanya membantuku keluar dari masalah dengan para wanita itu, tetapi juga mentraktirku taiyaki dan menunjukkan padaku jalan ke rumah ini. Dalam perjalanan, kau juga menunjukkanku café yang menyajikan kopi yang enak, membantu membawa barang bawaanku dan sangat baik padaku…”

Kemudian James mengepalkan tangannya, dan terlihat benar-benar menyesal.

“Sebagai tunangan untuk cucu perempuanku, kau adalah anak laki-laki yang sempurna! Aku sudah mencoba untuk mengalahkanmu berkali-kali, tapi kau begitu sempurna...!”

“Hahaha, terima kasih.”

“Naoya-kun, apakah kamu sudah berhasil menundukkan Ojii-chan?”

“Seperti yang diharapkan dari Nii-sama. Dia sangat kuat menghadapi keluarga kami.”

Para saudara perempuan itu pun tampak tertegun.

Setelah menolongnya di taman, Naoya dengan cepat mengungkapkan identitasnya kepada James, yang sedang berterima kasih dengan sungguh-sungguh.

“Senang bertemu denganmu, Ojii-san. Aku lah yang berpacaran dengan Koyuki-san.”

“Hah?”

James kehilangan kata-kata, jadi mereka pun membeli beberapa taiyaki dan berbicara sedikit, dan akhirnya memutuskan untuk langsung menuju ke kediaman Shirogane.

Awalnya James sangat berhati-hati, tetapi hal itu berubah secara dramatis setelah sekitar 30 menit dalam perjalanan.

Tingkat kesukaannya naik dari tiga menjadi sembilan puluh delapan dengan kecepatan yang stabil. Sepertinya itu yang paling cepat setelah aku melakukannya selama ini.

Naoya memang sedang berusaha untuk dapat disukai, tetapi hasilnya lebih dari yang ia harapkan.

Koyuki kemudian ikut duduk di sofa dan mencolek pipi Naoya serta memberinya tatapan tajam dari jarak dekat.

“Hei, Naoya-kun. Apakah kamu meninggalkanku, pacarmu, sendirian berkencan dengan Ojii-san? Aku ingin mendengar penjelasanmu, oke?”

“Itu bukan kencan tau. Kami kebetulan bertemu di taman.”

“Bagaimana bisa itu kebetulan...?”

“Oh, itu seperti saat kamu bertemu pertama kali dengan papa. Nii-sama benar-benar orang yang beruntung.”

Sakuya pun meletakkan tangannya di dagu dengan kagum. Kemudian dia bertepuk tangan seolah-olah dia baru saja mendapatkan suatu ide, lalu mengulurkan ponselnya.

“Dengan keberuntungan seperti itu, kamu seharusnya bisa mendapatkan limited SSR di gacha shadow gameku. Tolong cobalah Nii-sama.”

“Oke, oke. Tapi aku tidak tanggung jawab ya kalau malah menguras gem mu nanti.”

“Yay. Oke, oke.”

Setelah mengetuk layar ponselnya, tampilan di layar itu berubah menjadi berkilauan. Dan Sakuya benar-benar terpaku padanya. Tampaknya, ia menganggap kedatangan kakeknya dan masalah perjodohan kakaknya sudah benar-benar selesai. Namun, bagi Koyuki, tampaknya bukan itu masalahnya.

Ia pun berdiri di depan kakeknya dan mengacungkan jari telunjuknya ke arahnya.

“Maksudku, Ojii-chan! Kalau kamu datang, hubungi aku dan bilang kalau memang mau datang! Kami juga punya urusan masing-masing soalnya!“

“Ugh...maaf kalau soal itu.”

James memalingkan wajahnya dengan canggung dan berkata,

“Beberapa hari yang lalu, aku mengirimkan tunanganmu padamu...”

“Oh. Arthur-kun maksudnya?”

“Ya! Arthur!”

James duduk dengan kaku.

Arthur adalah seorang siswa pertukaran asing yang baru saja tiba di Jepang. Dia datang ke Jepang untuk menemui Koyuki.

“Ketika aku menghubungi Arthur, yang aku dapatkan hanyalah laporan singkat... jadi aku harus datang diam-diam dan memeriksanya. Apakah dia seorang tunangan yang baik?”

“Oh, kamu belum mendengarnya Ojii-chan? Arthur-kun ingin menghentikan pertunangannya.”

“Hah...? Apa maksudnya itu?”

“Fufufu. Sayangnya, dia sudah jatuh cinta dengan orang lain.”

Koyuki tersenyum kecut melihat kekecewaan kakeknya. Dia meletakkan tangannya di pundak Naoya dan berkata,

“Btw, Naoya-kun lah yang mempertemukan Arthur-kun dan gadis itu. Mereka benar-benar mesra sekarang.”

“Sial…! Kau tidak hanya melawannya, tapi juga menyelesaikannya dengan baik… Aku terkesan kau tidak hanya memiliki kepribadian yang baik, tapi juga kebijaksanaan!”

“Aku merasa terhormat dengan pujianmu, Ojii-san.”

James hanya bisa gigit jari mendengarnya, dan Naoya tersenyum begitu saja. Arthur, pria yang dimaksud, telah berhasil menjadi menjalin hubungan dengan adik tirinya, Claire. Hal ini membuatnya setengah bahagia dan setengah lelah akhir-akhir ini, tapi...mari kesampingkan hal itu untuk saat ini.

“Oh! Limited SSR, benar-benar ada sekarang.”

Sakuya dengan cepat mengusap layar ponselnya. Ekspresinya tidak berubah, tetapi dia tersenyum dengan caranya sendiri. Dia melirik kakeknya, dan kemudian berkomentar dengan datar.

“Ojii-chan, kamu sendiri juga sudah suka kan dengan Nii-sama. Kalau begitu, bagaimana kalau menjadikan Nii-sama sebagai tunangannya daripada Arthur-senpai?”

“Ugh...yah, kalau itu...!”

Wajah James semakin terlihat panik dan dia kehilangan kata-kata. Tingkat kesukaannya pada Naoya sudah hampir mencapai batas atas. Tetapi meskipun demikian, ia seolah tidak bisa mengakuinya. Karena hati manusia tidak bisa semudah itu untuk diubah-ubah.

“Sudah, sudah, Sakuya-chan. Tolong pertimbangkan sedikit perasaan Ojii-san.”

Naoya berusaha membela James.

“Beliau sudah datang jauh-jauh ke Jepang karena mengkhawatirkan Koyuki. Beliau sudah merencanakannya di sepanjang jalan untuk melawanku, jadi tentu saja beliau tidak akan bisa tiba-tiba mengatakan itu, bukan? Pasti butuh waktu untuk menerimanya.”

“Ah, mengerti, aku setuju. Ojii-chan memiliki kepribadian yang merepotkan sama seperti Onee-chan, jadi tidak bisa dihindari kalau ini butuh strategi jangka panjang.”

“Uuu, kesal sekali rasanya tidak bisa membantah itu karena memang butuh waktu yang lama juga bagiku…!”

“Apakah Sakuya berpikiran seperti itu tentang aku...?”

Koyuki gemetar karena marah, dan James terlihat terkejut. Mereka memang pasangan kakek-cucu yang cukup mirip.

Setelah itu, Koyuki menarik dan membuang napasnya seolah telah mendapatkan kembali ketenangannya.

“Yah, kita bisa kesampingkan perkara pertunangan itu. Kita masih berdua masih bersekolah, hal seperti pernikahan masih jauh buat kita. Nee, Naoya-kun?”

“Eh, ah, iya, itu benar. Huum...”

Naoya terlihat gugup, dan berusaha untuk menganggukkan kepalanya.

Disamping itu, Koyuki merasa malu dan khawatir di dalam hatinya, ‘Pembicaraan tentang pernikahan itu terlalu cepat…! Butuh waktu yang lama bagiku sebelum akhirnya memutuskan untuk berpacaran dengannya, bagaimana dengan persiapan hatiku untuk hal sejauh itu!?’.

Dan satu-satunya alasan kenapa Naoya tidak menunjukkan hal tersebut adalah karena ia sendiri juga sedang dalam penderitaan.

Tunangan...Pernikahan...

Mimpi yang ia alami pagi ini kembali lagi ke pikirannya. Tidak hanya itu, imajinasinya bahkan telah berkembang dari sebelumnya.

Bangun di pagi hari dengan ucapan “selamat pagi” dari Koyuki. Mendapatkan ciuman darinya sebelum pergi bekerja dan setelah pulang ke rumah. Tidur bersebelahan di kamar tidur, dengan Koyuki yang terkadang menggosok-gosokkan tubuhnya padanya dan memanjakannya──.

            “Nee…kalau hari ini, bolehkah?”

Naoya pun menggeleng-gelengkan kepalanya karena terkejut ketika imajinasinya berjalan sejauh itu.

            Astaga, tidak boleh! Bahkan dalam imajinasiku sendiri, aku tidak bisa melangkah sejauh itu! Bahkan aku sedang berada di depan Ojii-san, tahu!?

Imajinasi memanglah kebebasan individu, tapi tetap harus melihat waktu dan situasinya. Ketika Naoya menahan diri dengan memegang tangannya di lututnya, James menghembuskan napasnya.

“Tidak, hal seperti ini harus didiskusikan mulai dari sekarang. Tidak peduli betapa hebatnya Naoya-kun, dia hanyalah seorang remaja di usia tersebut…”

James kemudian menatap tajam Naoya dan berkata dengan penuh semangat,

“Aku tidak akan pernah tahu kapan dia akan melakukan hal yang tidak pantas pada cucu cantikku! Akan sangat terlambat nantinya untuk meminta pertanggung jawaban darinya!”

“Hah!? Apa yang baru saja Ojii-chan katakan!”

Wajah Koyuki pun seketika memerah mendengar ucapan kakeknya tersebut.

Ia pun menatap tajam kakeknya dan meluapkan amarahnya.

            “Pria ini adalah pacar sekaligus hewan peliharaanku. Aku tidak pernah melatihnya untuk melakukan hal terhina seperti itu. Atau apa? Apa Ojii-chan mempertanyakan selera cucumu?”

“T-Tapi, aku hanya khawatir dengan Koyuki──”

“Sudah kubilang itu bukan urusanmu!”

“Apa?! Beraninya kau bicara seperti itu pada kakekmu!”

Sebuah gertakan dibalas dengan gertakan lainnya, pertengkaran mereka pun memanas dengan cepat. Sakuya yang ikut mendengarnya pun berbicara pada Naoya,

            “Nii-sama, bukankah kamu harus menghentikan mereka? Pertengkaran mereka kan terjadi karena Nii-sama.”

“Yah...benar sih, tapi...”

Sulit bagi Naoya untuk melerai mereka karena dirinya sedang menahan imajinasi mesumnya. Selain itu, bukan itu satu-satunya alasan kenapa ia tidak segera bergerak. Naoya diam-diam memperhatikan mereka berdua sambil menutup mulutnya. Koyuki yang sedang marah besar karena mendengar hal buruk tentang Naoya kesayangannya. Dan di sisi lain, James juga sedang bingung untuk mundur. Naoya sudah tahu persis apa yang akan terjadi jika ia tetap membiarkan mereka berdua.

            “Jika pertengkaran ini terus berlanjut seperti ini, akan ada perkembangan yang membahagiakan untukku...”

“Hee, misalnya pergi berkencan dan membuat Ojii-chan setuju untuk mengakuimu? Seperti ketika aku mencobanya dulu.”

“Nah, iya, misalnya seperti itu.”

Pergi berkencan dengan Koyuki dan membiarkan Sakuya mengenal kepribadian Naoya. Ketika Sakuya memprovokasinya, dia menggunakan metode itu untuk mendapatkan kepercayaannya. Dan apa yang akan terjadi selanjutnya adalah perkembangan yang serupa, tetapi Naoya terlihat serius dan akhirnya bersuara.

            “Ini berbeda dari sekedar berkencan…dan masalahnya adalah apakah aku akan bisa bertahan atau tidak.”

“Nii-sama, kamu sudah siap untuk berperang?”

Sakuya menganggukkan kepalanya.

            “Kalau masih bersikeras, mari coba saja!”

Koyuki meninggikan suaranya dan memukul meja. Dan sambil menunjuk Naoya, ia mendeklarasikan kepada kakeknya sebuah pernyataan bahwa dirinya siap untuk membuktikannya.

“Bahkan jika Naoya-kun berduaan bersamaku selama 24 jam, dia tidak akan pernah menyentuhku! Aku akan membuktikan betapa tulusnya dia!”

“Baiklah! Kalau memang benar begitu, maka aku akan mengakui anak ini!”

James pun setuju dengan tantangan tersebut.

Sementara itu, Naoya diam-diam menghela napas dengan senyum tipis di wajahnya.

            “Jadi…acara menginap dengan sebuah pantangan ya.”

            “Wow. Akhirnya tiba juga hal yang akan menguji Nii-sama dan belum pernah terjadi sebelumnya.”

Dan Sakuya tetaplah Sakuya, matanya berbinar-binar melihat kejadian yang menggemparkan itu.

 

***

 

Hari Sabtu, tiga hari setelah kejadian itu.

Pada pukul 10 di pagi hari, bel kediaman Sasahara berbunyi dan Naoya pun membuka pintu depan. Koyuki sudah berdiri di sana membawa tas yang besar. Dia mengenakan cardigan dengan lengan tiga-perempat dan rok musim gugur yang sedikit dibawah lututnya. Alih-alih mengenakan pakaian jalan-jalan, ia mengenakan pakaian yang santai saat ini.

Koyuki menundukkan kepalanya dengan wajah merah.

            “Ma-Maaf sudah mengganggu…”

            “S-Selamat datang…”

Naoya pun menyapanya dengan canggung.

Kunjungan Koyuki ke kediaman Sasahara sebenarnya sudah menjadi rutinitas biasa akhir-akhir ini.

Namun, hari ini berbeda.

Keduanya pun tidak sempat melakukan percakapan yang baik, dan akhirnya mereka menuju ke ruang tamu. Naoya mempersilahkan Koyuki untuk duduk dan membuatkannya teh.

            “Yah, jadi…apa ya. Mohon kerjasamanya ya sampai besok pagi, oke?”

            “…Kenapa tidak ada yang menghentikanku!?”

Kemudian, karena mungkin tidak dapat menahannya lagi, Koyuki memukul mejanya. Air mata rasa malu sudah terkumpul di pojok matanya, dan dapat dilihat Koyuki sepertinya sudah benar-benar muak. Koyuki meninggikan suaranya dengan segala emosinya.

            “Saat gadis seusiaku mengatakan dia akan pergi menginap di rumah pacarnya, harusnya ada yang menghentikannya kan? Tapi nyatanya tidak ada seorangpun di rumah yang khawatir! Dan tidak hanya itu saja…!”

Dia kemudian mengacak-acak isi tasnya. Dan yang ia keluarkan adalah kotak jajanan yang telah dibungkus dengan sangat rapi. Jajanan tersebut berasal dari toko yang terkenal di sekitar sini, dan merupakan bingkisan yang sangat bagus. Koyuki kemudian melemparkannya ke Naoya dan menjatuhkan kepalanya ke meja sambil menggerutu,

            “Mama membawakanku souvenir, papa mengatakan padaku ‘Jangan ngerepotin Naoya-kun ya’…Sakuya menyemangatiku dan berkata ‘Kasih tahu aku ya nanti apa yang kamu rasakan’! Sungguh, kenapa ini semua terjadi!?”

            “Kenapa, huh. Ya karena Koyuki kan yang memulainya.”

            “Tidak usah berkomentar! Ini waktunya kamu untuk menenangkanku sekarang!”

Koyuki mendongak dan menatap tajam Naoya. Dia sebenarnya paham bahwa dia pantas mengalaminya.

Naoya menyeruput tehnya dan membuka bungkus jajanan yang baru saja diterimanya. Di dalamnya terdapat baumkuchen (TN: Semacam roti lapis, cek aja di indomaret ada) yang dibungkus satu-persatu, benar-benar snack yang sempurna untuk dimakan sembari meminum teh. Sambil mengangkat bahunya, ia memberikan satu bungkus baumkuchen ke Koyuki dan memakannya.

            “Yah, coba pikirkan lagi. Kalau memang ini acara menginap biasa, Otou-san pasti akan ragu untuk menerimanya, kan?”

Kepercayaan keluarga Shirogane pada Naoya sudah hampir mencapai batas tertinggi. Meskipun begitu, kemungkinan terjadinya kesalahan tidaklah nol. Akan sangat wajar bila ini terjadi acara jalan-jalan keluarga, tetapi acara menginap berdua seperti seharusnya tidak akan pernah diijinkan tanpa adanya kondisi yang benar-benar khusus. Dan ijin pun akhirnya diberikan karena prasyarat dari menginap ini sendiri yang sudah ditetapkan sejak awal.

Naoya tersenyum dan tertegun.

            “Ini acara menginap untuk membuktikan aku tidak akan menyentuh Koyuki…jadi jelas semuanya akan membiarkanmu pergi tanpa rasa khawatir. Mereka tahu tidak akan terjadi apapun.”

            “Umm…tapi bagaimana kalau Naoya-kun berbohong? Walaupun kamu akhirnya melakukan hal yang nakal padaku…kamu bisa saja kan menyuruhku untuk diam.”

            “Itu tidak mungkin. Karena ayah akan pulang dari perjalanan bisnisnya besok.”

Mereka akan mempersilahkan manusia pendeteksi kebohongan, dengan akurasi seratus persen, untuk menilai apakah Naoya benar-benar bisa menahan dirinya atau tidak. Dan kebetulan, Kakek Koyuki, James, mengetahui Housuke. Dia sudah pernah bertemu dengannya pada suatu pesta, dan tentu saja dia sudah mengerti kemampuan dan kepribadian Housuke dengan baik.

            “Iya, aku tahu betul kemampuan Housuke dan orang seperti apa dirinya. Jadi aku akan mempersilahkan dirinya untuk menilai, jadi bersiaplah!”

Dengan begitu, acara menginap pun dilaksanakan. Bahu Koyuki terkulai karena rasa kecewanya.

            “Oh iya, Oba-sama juga tidak dirumah hari ini…” [TN: Aku jujur lupa gimana Koyuki manggil ibunya Naoya]

            “Iya, dia sedang pulang ke rumah Ojii-chan yang ada di desa. Dia juga akan pulang bersama ayah besok.”

            “Btw, apakah mereka tahu kalau aku akan datang hari ini?”

            “Tentu saja mereka tahu. Aku menghubungi mereka dan mereka bilang, ‘Lakukan saja apa yang kalian mau’, begitu.”

            “Aku benci dengan kepercayaan itu…!”

            “Dalam kasus ini, aku jadi bingung apakah mereka sebenarnya percaya dengan kepribadianku atau dengan kemampuan ayahku…”

Naoya hanya bisa mengatakannya dan menyeruput kembali tehnya. Disamping itu, ada hal yang sedang ada yang ingin ia laporkan.

            “Oh iya, Ojii-san baru saja ke sini tadi…”

            “Eh!? Ku kira dia seharusnya akan bertemu dengan Arthur-kun dan yang lainnya.”

            “Iya katanya beliau mau mampir sebentar sebelum ke sana.”

Perkara pertunangan dan studi di luar negerinya, mereka akan membahasnya bersama Howard hari ini. Claire juga akan ada di sana, jadi sepertinya akan ada sedikit masalah nantinya.

Di samping itu, James menatap tajam Naoya saat dirinya keluar dari pintu rumahnya dan langsung mengatakan,

            “Dengar, aku akan langsung datang esok pagi untuk menjemput Koyuki. Awas saja sampai kau melakukan hal yang aneh-aneh padanya.”

            “Baiklah, aku akan membalas kebaikanmu.”

            “Entahlah, aku masih belum bisa mempercayaimu.”

James mengatakannya dengan dingin dan mengulurkan sebuah bingkisan putih polos.

            “Oh iya, ini bingkisan untuk kalian. Makanlah bersama Koyuki!”

            “Wah, kue ya. Makasi banyak ya sudah repot-repot jadinya. Aku suka yang ini karena tidak terlalu manis.”

            “Eh? Benarkah? Kalau begitu aku berikan satu lagi. Terimalah ini! Hmmp!”

Setelah itu, James pun pergi seraya dengan angin yang bertiup di pundaknya.

Koyuki pun hanya bisa menggerutu setelah mendengarnya, sambil menekan pelipisnya dengan kedua tangannya.

            “Ojii-chan…walaupun dia mengatakan semua itu, sebenarnya ia sangat menyukai Naoya-kun, kan.”

            “Menurutku dia masih setengah curiga dan setengah ingin mempercayaiku.”

Jadi sekarang, James benar-benar dalam keadaan tsundere.

            Koyuki sudah dere-dere sejak awal, jadi ini adalah pengalaman baru bagiku.

Naoya santai dalam menghadapi situasi ini, namun ekspresi di wajah Koyuki malah semakin mengeras. Dia menurunkan bahunya dan tampak merasa bersalah.

            “Maafkan aku, Naoya-kun. Aku jadi melibatkanmu dalam kekacauanku bersama Ojii-chan.”

            “Tidak apa-apa kok. Aku kan juga salah satu pihak yang terlibat dalam masalah ini.”

Satu-satunya alasan diadakannya acara menginap ini adalah untuk meyakinkan James. Jika dia akhirnya tahu kalau Naoya orang yang tulus, pasti rasa tidak percayanya akan mencair dengan sangat mudah.

            “Mari kita akhiri cobaan ini dengan cepat dan buat ia mengakui hubungan kita.”

            “Huum…”

Naoya hanya tersenyum saat mendengarnya, tapi dia masih melihat ekspresi wajah Koyuki yang tidak begitu jelas. Dia sepertinya sadar bahwa dia lah sumber masalah semua ini dan merasa bersalah karena melibatkan Naoya. Namun, hal ini juga sudah diantisipasi oleh Naoya.

            “Oh iya, sudah hampir waktunya makan siang.”

Dia sengaja melirik jam di tangannya saat melihat Koyuki merasa tertekan.

Sementara itu, setelah mereka terus saling berbicara, waktu sudah menunjukkan hampir setengah hari.

            “Kalau begitu, haruskah aku memasak untukmu? Setidaknya sebagai permintaan maafku.”

            “Tidak perlu kok. Aku sudah menyiapkan sesuatu.”

Naoya menolak tawaran Koyuki dan langsung menuju ke dapur. Lalu dia kembali dengan dua kotak bento di tangannya.

            “Bento…?”

            “Yap, tapi ini bukan sembarang bento. Karena kau akan tinggal di sini, jadi aku ingin menghiburmu.”

Dengan senyuman jahil, Naoya membuka tutup bentonya. Di dalamnya terdapat lauk pauk pada umumnya seperti telur goreng, steak hamburger, brokoli dan sebagainya. Tidak ada yang begitu baru di dalamnya, tetapi mata Koyuki tiba-tiba melebar. Dan seolah Naoya memberikan eksekusi final dengan mengatakan,

            “Bento karakter Nyanjiro. Apa kau menyukainya?”

            “Waaahhhh…!?”

Tampaknya manusia akan reflek menjerit begitu melihat sesuatu yang sangat ia sukai di hadapannya. Koyuki terlihat gemetar dan dengan lembut memegang bento yang ada di tangannya. Di dalam bento tersebut, di tengah-tengah lauk pauk dan yang lainnya terdapat onigiri yang dibungkus dengan telur yang digoreng tipis. Mata dan kumisnya terbuat dari rumput laut kering, membentuk wajah kucing linglung khas Nyanjiro. Detail lainnya seperti wortel yang dibentuk seperti binatang dan omelete yang dibentuk seperti hati juga tidak dapat diabaikan begitu saja.

Setelah menatapnya dengan hati-hati dari sudut ke sudut, Koyuki berdehem.

            “Uhum, kualitas pembuatannya luar biasa…! Kamu bisa ya membuatnya seperti ini!?”

            “Waktu itu kita pernah makan omelete dengan bentuk kucing kan di taman hiburan. Aku menggunakan itu sebagai referensi.”

            “Pasti lama ya membuatnya.”

            “Tidak kok. Aku sudah menyiapkannya sejak tadi malam dan kalau tidak salah hanya butuh waktu tiga jam.”

            “Ti-Tiga jam…”

Koyuki benar-benar tenggelam dalam pikirannya. Dia pun hanya terus menatapnya sementara waktu, lalu melihat kembali wajah Naoya.

            “Kamu sudah menaklukanku sekarang, kamu tidak ada rencana untuk menjatuhkanku lebih dalam lagi kan…? Aku takut melihat betapa seriusnya kamu.”

            “Hee, kau tidak senang ya? Begitu toh…padahal aku sudah melakukan yang terbaik lho untuk membuatnya.”

            “Ugh…! Kalau Naoya-kun, aku yakin kamu sendiri pasti sudah tahu betapa terkesannya aku!”

Sambil menggertakkan giginya karena frustrasi, Koyuki mengeluarkan ponselnya. Ia tampaknya berencana untuk memulai sesi foto dengan bento tersebut. Namun, dia kemudian membandingkan apa yang terlihat di bento itu dengan yang terlihat di layar ponselnya dan dia pun sedikit memiringkan kepalanya.

“Oho? Kalau dilihat lebih dekat lagi, ada yang sedikit berbeda ya di bagian wajahnya...?”

“Ugh...padahal itu sudah lebih baik dari sebelumnya.”

Dibandingkan dengan aslinya, wajah Nyanjiro yang ada di bento Naoya sedikit terlihat aneh. Bagian-bagian di wajahnya agak tidak seimbang, dan bentuk onigirinya itu sendiri agak tidak rata.

Naoya sendiri handal dalam hal memasak, tetapi pekerjaan detail semacam ini membutuhkan latihan yang banyak. Setelah berulang kali gagal, akhirnya ia berhasil membuatnya terlihat seperti ini.

Naoya pun menggaruk-garuk kepalanya dan tersenyum.

             “Aku akan meningkatkannya lagi kedepannya. Untuk sekarang, tutup saja matamu dan makanlah.”

 “…Sia-sia tahu kalau begitu.”

Koyuki terlihat sedikit jengkel, lalu mengambil foto bentonya. Sudut mulutnya secara alami terangkat saat dirinya melihat hasil fotonya. Suaranya pecah seraya dirinya tersenyum.

             “Lucu juga kok ini. Terlebih lagi, Naoya-kun yang sudah membuatkannya untukku. Jadi aku akan memakannya dengan hati-hati.”

 “Baiklah kalau begitu.”

Mendengar pendapat jujur tersebut, semua rasa lelah dari kerja kerasnya pun terasa sirna.

Pipi Naoya memerah dan dia terdiam.

Sementara itu, Koyuki melanjutkan sesi fotonya.

             “Ufufufu, lucu banget sih. Aku ingin menambahkannya ke dalam koleksiku, tapi aku juga harus memakannya…duh sulitnya.”

Koyuki mengambil sekumpulan gambar dari berbagai sudut yang berbeda dan dengan variasi kontras yang berbeda juga. Keadaan tertekan yang dialaminya beberapa waktu lalu tampaknya telah pulih sepenuhnya, seperti yang sudah Naoya harapkan.

Melihat sosoknya yang begitu polos, hati Naoya pun terasa hangat──.

              Aku benar-benar mencintainya…ya.

Tiba-tiba, situasi mereka yang hanya berduaan saja ini membuatnya merasa malu.

Naoya pun buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke dapur.

  “K-Kalau begitu, walaupun sedikit lebih awal tapi ayo kita makan siang.”

  “Oh, aku juga akan membantu.”

  “Tidak usah, kau kan seorang tamu di sini. Tapi nanti tolong ya bantu aku menyiapkan makan malamnya.”

  “Oke. Fufufu, bentonya lucu sekali. Aku akan memamerkannya pada Yui dan yang lainnya.”

Koyuki benar-benar puas dengan karakter bento-nya dan sepertinya tidak menyadari kegundahan Naoya.

Setelah lega dengan hal ini, Naoya kembali melirik jamnya.

Jarum panjangnya bergerak perlahan-lahan, dan langit musim gugur yang segar membentang di luar jendela. Hari terasa masih panjang.

Naoya memandang sekilas ke langit-langit dan hanya bisa bergumam pada dirinya sendiri.

               Strategi untuk mengalihkan pikiranku dengan bersikap ramah padanya…ini benar-benar jalan yang panjang kedepannya, bukan.

Ini adalah pertama kalinya mereka menginap berdua saja. 

Kalau dia tidak mengerahkan segalanya, dia yakin dirinya akan meledak nantinya.  

 

 

|| Previous || ToC || Next Chapter || 

Post a Comment

Post a Comment

close