-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 5 Epilog

Epilog

Pada suatu hari di tengah musim dingin yang pekat, di dapur keluarga Sasahara, Koyuki sedang mengaduk-ngaduk panci sambil mengenakan apron.

    “Hum hum hum ♪”

Panci tersebut berisi sup dengan kuah jernih keemasan. Dia menambahkan sedikit garam dan lada, kemudian mencicipinya dan mengangguk puas.

    “Baiklah, sepertinya sudah cukup. Saladnya juga sudah selesai...”

Dia memeriksa lagi piring-piring yang tersusun di atas meja. Ada salad, ayam goreng, udang goreng, dan sebuah ember berisi es dan sampanye...semua hidangan hidangan tersebut tersusun rapi dan sempurna.

Dan di tengah-tengah hidangan tersebut, ada sebuah bingkai foto. Koyuki mengambilnya dan tersenyum senang.

    “Ya ampun...siapa lagi coba yang bisa punya dua hari peringatan pernikahan?”

Foto itu menampilkan diri mereka lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Koyuki, yang mengenakan gaun pengantin, sedang memukuli Naoya, dan Naoya yang sedang tersenyum konyol. Meskipun ada beberapa foto lain yang diambil saat itu, foto tersebut lah yang paling merefleksikan diri mereka.

Koyuki terus menatap foto itu──dan tiba-tiba mengangkat wajahnya.

    “Oh iya, Koharu. Sudah waktunya makan, tolong beres-beres ya.”

    “Iya!”

Suara riang dari ruangan sebelah menjawab. Ketika Koyuki melihat ke dalam, dia melihat putri semata wayang mereka, Koharu, sedang merapikan mainannya dengan semangat. Dia menata pensil warna yang tercecer dengan rapi ke dalam kotak dan dalam sekejap kamarnya sudah rapi.

Melihat putrinya yang telah menyelesaikan tugasnya, Koyuki tersenyum dengan bangga.

    “Pinter ya, Koharu. Oh ya, jadi gimana hari ini di TK? Seru?”

    “Nn. Tahu ndak Ma, aku tadi dikerjain sama Ryota-kun. Dia menyembunyikan origami-ku dan mengambil buku bacaanku.”

    “Astaga...anak nakal itu ya.”

    “Iya, anak nakal.”

Menirukan ibunya, Koharu memasang wajah serius.

    “Ryota-kun itu sebenarnya suka sama Koharu, tapi dia selalu ngerjain aku. Kok gitu ya?”

    “...Terus kamu bilang begitu ke Ryota-kun?”

    “Mn. Terus, Ryota-kun mukanya memerah! Lucu banget!”

    “Kamu itu mirip ngeselinnya kayak dia ya...”

Koyuki menekan pelipisnya dengan wajah serius.

Kemudian, saat ia sedang memikirkan bagaimana dirinya akan meminta maaf kepada ibu Ryota, Koharu tiba-tiba mengangkat kepalanya.

    “Oh, suara langkah kaki ini, pasti Papa! Dan dia bawa oleh-oleh! Kalau dari beratnya...pasti kue!”

    “Kamu ini benar-benar mirip ya sama dia, bahkan untuk hal-hal yang tidak penting...Ya sudah, ayo kita sambut.”

Koyuki bersama Koharu menuju ke pintu depan. Dan pada saat yang bersamaan, pintu itu terbuka.

Di tengah hujan salju yang sedang turun, Naoya dengan setelan jasnya berdiri di sana. Koharu langsung melompat ke arah Naoya dan memandang kotak yang dia bawa dengan mata berbinar.

    “Selamat pulang, Papa! Sini kuenya!”

    “Hebatnya, Koharu. Kau pasti sudah tahu ya.”

    “Oh, sini sini. Kuenya buat nanti saja.”

Setelah menerima kotak kue tersebut, Koyuki tiba-tiba seperti teringat akan sesuatu dan berkata.

    “Oh ya, kabarnya Ojii-chan dari Inggris akan datang berkunjung lagi nanti. Sepertinya dia masih sehat-sehat saja.”

    “Hee. Kalau gitu kita harus mengumpulkan semuanya. Aku bisa menangkap ayahku tidak ya.”

    “Kalau kamu bisa menangkap paman Housuke, maka Papa juga akan terbebas. Mereka masih saja terbang bersama ke seluruh dunia, entah karena urusan apa.”

    “Housuke Ojii-chan mau datang? Koharu ingin bermain dengannya lagi!”

    “Iya, iya. Kamu suka ya bermain sama Ojii-chan?”

    “Mn! Cuma Koharu dan Papa yang bisa bermain 'shinke-sui-jaku' tanpa membalik kartunya, termasuk Housuke Ojii-chan.” [TN: 'shinke-sui-jaku', permainan kartu dengan tujuan mencari pasangan-pasangan kartu yang terbalik di atas meja]

    “Ya, aku ingat permainan aneh itu...”

    “Yay! Saatnya berlatih sekarang!”

Koharu dengan semangat berlari menuju ruang makan.

Koyuki menatap putrinya dan menghela napas kecil.

    “Anak itu semakin mirip dengan Naoya-kun akhir-akhir ini. Aku benar-benar dalam masalah.”

    “Hahaha, gennya memang kuat ya.”

    “Astaga...beban pikiranku jadi dua kali lipat ya sekarang, mouu.”

Koyuki mencoba mengejar putrinya, sambil mencolek Naoya yang sudah melepas sepatunya.

Namun, dia segera berbalik badan.

    “Oh iya, lupa.”

Koyuki menempatkan tangannya di bahu Naoya, lalu merentangkan tubuhnya dan──,

    Chup.

Suara kecupan lembut bergema dalam kehangatan rumah.

Koyuki dengan perlahan melepaskan bibirnya, dan pipinya sedikit memerah. Lalu dia mengatakan,

    “Selamat datang kembali, Sayang.”

    “Aku pulang, istriku.”

Jawab Naoya, sambil tersenyum.

   

|| Previous || ToC || Next Chapter ||

Post a Comment

Post a Comment

close