NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mirai Kara Kita Hanayome no Himegi-san V2 Epilog

Epilog

Tatkala, aku membuka mata, aku berada di dalam sebuah bilik toilet. Sepertinya, aku telah kembali ke eraku sendiri. Aku mengeluarkan smartphone-ku dari kantong kertas.

 

    “15 April … sepertinya aku berhasil kembali dengan selamat ….”

 

Layar smartphone-ku menunjukkan tanggal 15 April, enam tahun kemudian.

 

    “Yah, smartphone yang rusak ini berfungsi dengan baik.”

 

Selain itu, ukiran angka yang berada di dadaku juga telah hilang. Bagus, itu bagus karena angka-angkanya telah hilang. Seandainya masih ada, aku tidak akan bisa pergi ke kolam renang atau spa.

 

    “Untuk sekarang, ayo kembali ke kapel.”

 

Bagiku, sebulan sudah berlalu, tetapi bagi mereka, baru saja satu menit berlalu. Jadi, aku yakin Ha-kun dan yang lainnya masih menunggu aku di dalam kapel. Mari kita bicara, menceritakan kenanganku selama sebulan terakhir kepada Harune, Ha-kun dan yang lainnya.

 

Sebelum melakukan perjalanan waktu, hatiku hanya dipenuhi dengan sedikit harapan dan kecemasan, tetapi sekarang hati ini dipenuhi dengan banyak kenangan indah, harapan dan impian. Dengan itu saja, sudah cukup untuk menganggap perjalanan kembali ke masa lalu itu berharga. Sembari memikirkan hal itu, aku meninggalkan bilik toilet.

 

Kemudian, aku membuka pintu kapel dan seperti yang aku bayangkan, di sana ada Danna-sama, adik perempuanku dan nenekku. Aku merasa lega melihat wajah mereka. Melihat wajah-wajah yang kukenal, aku jadi yakin bahwa aku telah kembali dengan selamat.

 

    “Oh! Kamu kembali sangat cepat.”

 

    “Dia benar-benar kembali dalam satu menit.”

 

Mereka menyambutku dengan senyuman. Aku merasa senang dan memang dunia ini adalah tempat seharusnya aku berada. Namun, ada satu hal yang menggangguku.

 

    “Eh? Kenapa kalian berdua duduk di lantai?”

 

    “Jahatnya!” “Mengerikan, dah!” jawab mereka serentak.

 

Entah kenapa, mereka menunggu dengan duduk seiza. Apa yang mereka lakukan?

 

    “T-Touka Nee yang memerintahkannya!”

 

    “Benar, dah. Kamu lupa?”

 

    “Mungkin, sih? Lagian, sudah berlalu sebulan bagiku.”

 

    “Ada sesuatu yang aneh di kepalamu, Touka.”

 

    “Apa? Kepalaku? Oh, topi sutra!”

 

Ada topi sutra di kepalaku. Ini pasti barangnya Ha-kun dari masa SMA-kan? Kapan dia memakaikannya di kepalaku? Topi ini tidak ada di kepalaku sampai sebelum aku menghilang, kan? Namun, yah … seperti yang dibayangkan dari pesulap, gerakan tangannya tidak bisa dilihat.

 

Aku mengambil topi sutra itu dan menyadari bahwa di dalamnya ada selembar kertas.

 

    “Fufufu .... Ini, Ha-kun, itu adalah pesan dari dirimu di masa lalu.”

 

Aku memakaikan topi sutra itu ke kepalanya dan memberikan pesan tersebut kepadanya. Kemudian, dia melihat pesan itu dan tersenyum.

 

    “Aku tidak pernah menyangka akan diberi ucapan selamat oleh diriku yang ada di masa lalu,” katanya.

 

Pesan itu ditulis dengan karakter, 'Selamat atas pernikahanmu! Jangan buat istrimu menangis!’.

 

    “Touka-Nee, apa kamu sudah bertemu dengan Natsumi-Nee?”

 

Harune berdiri dan bergegas menghampiriku, mungkin khawatir dengan hasilnya.

 

    “Ya. Aku bertemu dengannya dan menuntaskan beberapa penyesalan Nee-san.”

 

Aku mengeluarkan sebuah foto dari kantong kertas dan menyerahkannya kepada Harune. Ketika dia melihatnya, dia meneteskan air mata.

 

    “Ah, ini Natsumi-Nee … Natsumi-Nee dikelilingi oleh bunga matahari.”

 

    “Hah? Bukankah itu aneh? Bunga matahari mulai mekar pada akhir bulan Juni, kan? Sekarang baru pertengahan April, jadi andaikata sudah dua bulan berlalu sejak saat itu, bukankah secara matematis hal itu tidak masuk akal?”

 

    “Jadi, di dunia lain itu, terjadi perjalanan waktu lagi, bukan aku tapi Natsumi Nee-san, ke tanggal 7 Mei selama Golden Week.”

 

    “Tetap saja, bukankah itu aneh? Kalaupun dia melakukan perjalanan waktu ke tanggal 7 Mei, umur Natsumi-san seharusnya tidak lebih dari sebulan. Bagaimana dia bisa memperpanjang umurnya di sana?”

 

    “Yah, mungkin begini, ketika seseorang melakukan perjalanan waktu, waktu fisik tubuhnya hanya berjalan selama satu menit? Benarkan, Obaa-san?”

 

Yah, aku sudah berada di masa lalu selama sebulan, tetapi kuku dan rambutku belum bertambah panjang sama sekali. Jadi aku mengambil taruhan. Aku sempat merasa khawatir, tetapi tetap percaya diri. Ternyata, taruhanku terbayar. Natsumi-san menghabiskan 60 hari di tempat tujuan perjalanan waktu, dan di hari terakhirnya, dia berhasil melihat bunga matahari yang mekar sepenuhnya di matanya.

 

    “Hm? Bukankah aku sudah memberitahumu? Kamu benar, waktu fisik penjelajah waktu hanya berlangsung satu menit.”

 

    “Oh, begitu. Kalau begitu, penyakitnya hampir tidak berkembang.”

 

Aku yakin, Ha-kun di masa lalu mungkin terkejut dengan kejutan Natsumi-san.

 

    “Harune, kamu memainkan biola dengan baik di pesta ulang tahunmu,” sambungku.

 

    “Oh, iya. Itu bagus.”

 

    “Dan juga, Nee-san memberikan hadiah pernikahan untuk kita.”

 

    “Hadiah? Untuk kita?”

 

    “Ya. Dia telah mengerjakan sebuah buku bergambar sejak dia melakukan perjalanan waktu ….”

 

Aku mengeluarkan sebuah buku bergambar bersampul tebal dari dalam kantong kertas.

 

    “Touka, ayo kita lihat.”

 

    “Ya.”

 

Kami pun duduk di bangku.

 

Sepertinya, Harune dan nenekku membaca suasana dan diam-diam meninggalkan ruangan. Kemudian, kami membuka buku bergambar ciptaan Natsumi Nee-san.

 

Alkisah, di sebuah negara, ada tiga orang putri yang sangat cantik. Negara itu terkenal karena raja, ratu, ketiga putri dan semua orangnya selalu tersenyum. Namun sayangnya, suatu hari, anak sulung dari tiga saudari itu meninggal dunia. Dengan meninggalnya seorang putri, orang-orang dikutuk dengan kehilangan senyum mereka. Ya, negara itu kehilangan senyumannya.

 

Lalu suatu hari, munculah seorang pangeran dari negara tetangga yang pandai bermain sulap. Sang pangeran membuat orang-orang tersenyum dengan trik sulapnya dan mematahkan kutukan tersebut. Berkat keajaibannya, raja, ratu, dan putri bungsu mendapatkan kembali senyum mereka dan terbebas dari kutukan.

 

Namun, putri kedua masih tidak pernah tersenyum. Sang Pangeran pun memulai perjalanan panjang bersamanya untuk mencari cara demi mengembalikan senyum si putri kedua. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Cinderella yang dikutuk dan mereka pun mematahkan kutukannya. Kemudian, dalam perjalanan lainnya, mereka juga bertemu dengan Putri Salju yang dikutuk, dan mereka juga berhasil mematahkan 'kutukan' itu. Mereka terus bertemu dengan penghuni negeri dongeng lainnya yang terkena kutukan dan berhasil mematahkan kutukan mereka.

 

Di akhir perjalanan panjang, pangeran dan putri menemukan keajaiban yang dapat menyembuhkan kutukan tersebut. Ternyata, keajaiban yang mampu mengembalikan senyum itu, adalah cinta. Ya, dalam perjalanan panjang itu, cinta tumbuh di antara mereka. Dengan demikian, sang putri kedua berhasil mendapatkan kembali senyumnya dan menikah dengan pangeran. Lalu, mereka berdansa sambil tersenyum dan bersumpah untuk saling mencintai selamanya.

 

Itulah kisah terakhir yang ditinggalkan oleh Nee-san.

 

    “Kisah yang bagus. ......”

 

    “Ya. Itu kisah yang terbaik.”

 

    “Ngomong-ngomong, apa judul buku ini?” Aku menutup buku itu dan memeriksa sampulnya.

 

    “…. Ouji Quest ….”

 

Buku bergambar ini berjudul Ouji Quest. Judul yang sangat cocok untuk buku ini.

 

    “Touka, akankah kita berdansa, seperti akhir dari buku ini?”

 

    “Ya, ayo kita berdansa.”

 

Kemudian, kami berdiri dan berjalan perlahan sambil bergandengan tangan menuju ke tengah kapel.

 

    “Tunggu sebentar, Touka ….”

 

    “Ada apa?”

 

    “Tidak, hanya saja, sejak tadi ada yang aneh dari topi sutra ini.”

 

Ha-kun mengambil topi sutra di kepalanya. Seketika, sebuah foto muncul dari dalam topinya. Aku pun menangkapnya ketika beterbangan di udara. Foto itu menunjukkan aku yang berpakaian seperti aku sekarang, lalu kakak perempuanku yang mengenakan pakaian rumah sakit. Kami membuat tanda perdamaian dan saling tersenyum.

 

    “Terima kasih, Ouji-kun. ......”

 

    “Itu adalah trik yang bagus. Kamu memang hebat wahai diriku.”

 

Setelah itu, sebuah kotak musik mulai dimainkan dari dalam topi sutranya. Hingga akhir pun, dia terus memberkati kami. Lalu, kami meletakkan apa yang ada di tangan kami di lantai.

 

Kamu mengajarkan aku kebencian, tetapi tidak lupa menghadirkan betapa indahnya impian. Kamu turut mengajarkanku cinta, meski tidak menghindarkanku dari rasa takut. Kamu memberiku ikatan sekaligus menciptakan rasa sakit yang tidak akan pernah terputuskan. Kamu memberiku berkat, meski meninggalkankanku dengan dosa-dosa. Kamu pergi dengan senyuman yang penuh kasih—dan pada akhirnya kamu kembali ke dalam hatiku.

 

(TLN: Kalimat yang bercetak tebal, sedikit berbeda dengan apa yang dinarasikan pada chapter 3 sebelumnya.)

 

Terima kasih …. Terima kasih banyak, Natsumi Nee-san ….

 

Terima kasih …. Terima kasih banyak, Ouji-kun ….

 

Begitulah, kami berdansa sambil tersenyum, mengikrarkan cinta abadi seperti yang ada di buku cerita kakakku.

 

Sudah tiada lagi kutukan di duniaku .... 


 

TL: Zho (YouthTL)


Prev Chapter || ToC || Next Chapter
Post a Comment

Post a Comment

close