NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mirai Kara Kita Hanayome no Himegi-san V2 Chapter 4

Chapter 4 - The Promise Between Me and Himegi's Old Sister

Beberapa pekan telah berlalu sejak Touka-san kembali ke masa depan. Meskipun aku mendengar bahwa dia sudah mengucapkan salam perpisahan melalui telepon dengan kedua orang tuaku, tetapi mereka tetap sedih melihatnya meninggalkan rumah kami. Sejujurnya, aku juga merindukan Touka.

 

Namun, aku tidak punya waktu untuk menyesalinya sekarang. Aku sudah berjanji pada Touka-san yang mempercayakan Natsumi-san dan keluarga Himegi kepadaku. Aku tidak punya waktu untuk meratapi situasi sekarang ini, jadi aku sering mengunjungi Natsumi-san di rumah sakit. Terkadang, bersama Kanako, terkadang juga dengan Harukawa Takashi, dan adakalanya bersama orang tuaku, aku pergi menjenguknya.

 

Menurutku, Natsumi-san sangat senang. Setidaknya, dia tidak menganggapnya sebagai gangguan. Namun, kenyataan sangat kejam, dan kondisinya semakin memburuk setiap kali aku pergi menemuinya. Pada akhirnya, dia bahkan tidak bisa berjalan dengan kedua kakinya sendiri. Kemudian, Natsumi-san pun dipulangkan dari rumah sakit. Tidak ada penjelasan, tetapi aku mengerti bahwa dia tidak dipulangkan karena sudah sembuh. Mungkin, itu hanya tindakan memulihkan diri di rumah, sehingga dia bisa menghabiskan sisa waktunya di tempat dia dilahirkan dan dibesarkan,  yang mana berarti bahwa dia tidak punya waktu lama lagi untuk hidup.

 

Beberapa hari setelah dia dipulangkan ke rumah, aku diundang ke rumah keluarga Himegi sebagai perayaan atas keluarnya Natsumi-san dari rumah sakit. Berbeda dengan pesta ulang tahun Harune, pesta hari ini merupakan pesta kecil-kecilan di dalam ruangan, bukan di luar ruangan. Juga, tidak sebesar pesta ulang tahun Harune sebelumnya, tetapi hanya ada puluhan orang saja yang diundang. Tentu saja, aku dan Kanako termasuk di antara mereka. Selain itu, ada juga teman-teman Natsumi-san dan orang-orang yang tampak seperti senseinya dahulu.

 

Natsumi-san memintaku untuk melakukan trik sulap di depan semua orang. Namun, pasanganku hari itu bukanlah Himegi-san, tetapi Natsumi-san yang berdasarkan posisinya adalah orang yang menjadi tuan rumah. Ini juga merupakan permintaannya, yang pasti dari lubuk hatinya, Himegi Natsumi ini ingin sekali menghibur orang lain.

 

    “Sekarang, aku akan membengkokkan sendok yang kamu pegang secara telekinesis.”

 

Aku memutar-mutar tongkat yang ada di tanganku secara acak. Kemudian, sendok yang dipegang Natsumi-san menjadi—

 

    “Hakuma-kun, ini tidak bengkok, lho.”

 

    “Ups, maaf. Kurasa aku kurang fokus.”

 

Aku memutar tongkat di tanganku sekali lagi.

 

    “Masih juga belum melengkung, Hakuma-kun ….”

 

    “Hah? Itu aneh, kan? Baiklah, ayo kita coba lagi.”

 

Aku berpura-pura tidak sabar. Tentu saja, aku hanya pura-pura.

 

    “Oh, sendok Harune bengkok! Sendok Harune bengkok!”

 

    “Apa? Ah! Takaki-kyun, lihat, sendokmu juga bengkok!”

 

    “Sepertinya aku membengkokkan sendok orang lain secara tidak sengaja. Apa boleh buat, kan? Natsumi-san, bisakah kamu menggoyangkan sendok itu sekuat mungkin?”

 

    “Ya. Hyaaah!”

 

Lalu sendok yang dia pegang itu ....

 

    “Oh, itu berubah menjadi garpu! Itu berubah menjadi garpu!”

 

Para penonton pun tertawa dan bertepuk tangan. Natsumi-san yang ada di sebelah aku juga cekikikan. Hal yang paling memuaskan dari melakukan trik sulap adalah melihat orang tersenyum. Aku tidak pernah merasa begitu senang setelah belajar trik sulap seperti saat ini.

 

Setelah itu, aku melakukan berbagai trik sulap, seperti trik menggunakan uang kertas, koin dan kartu remi, dan trik di mana botol plastik berisi air dibalik, tetapi airnya sendiri tidak jatuh. Setiap kali aku melakukan trik, para penonton tertawa. Trik sulap hari ini, aku fokuskan untuk membuat orang tertawa, bukan untuk mengejutkan mereka. Kupikir, itulah yang akan membuat Natsumi-san dan yang lainnya senang. Pada akhirnya, aku senang bahwa aku memilih cara ini. Aku merasa telah membuat keputusan yang tepat sekarang.

 

Kemudian, pesta yang menyenangkan itu selesai dan aku berada di taman bersama Natsumi. Aku duduk di bangku kayu dan dia duduk di kursi roda di sampingku, sambil memeluk boneka kodok putih yang sebelumnya pernah kulihat. Rupanya, Himegi-san telah memberikannya sebagai hadiah.

 

    “Terima kasih untuk hari ini. Rasanya sangat menyenangkan.”

 

    “Bukan apa-apa, kok. Aku juga senang kalian menikmatinya.”

 

Di lengan kirinya ada sebuah gelang perak. Himegi-san dan Harune-chan juga memakai gelang yang sama di lengan mereka. Tampaknya, mereka memutuskan untuk memakai gelang yang sama sebagai sesama saudara perempuan. Aku yakin gelang inilah bukti ikatan di antara mereka.

 

    “Serius, aku senang kalian bahagia. Jika saja aku terpeleset, wig ini pasti akan terlepas.”

 

    “Setidaknya kita sebut saja itu wig.”

 

    “Aku sudah berpura-pura tidak mengenalmu, tetapi jangan keluar tiba-tiba.”

 

    “Yah, aku senang itu berjalan lancar.”

 

Semilir angin yang nyaman bertiup. Rumput-rumbut nan bergoyang, terdengar juga suara serangga yang sedang bernyanyi.

 

    “Musim semi akan segera berakhir, ya ….”

 

    “Begitulah ….”

 

Natsumi-san memejamkan matanya dan merasakan angin musim semi tersebut. Aku yakin baginya, musim semi ini adalah musim yang tidak akan pernah dia temui lagi. Saat memikirkan hal itu, rasa sakit akan perpisahan kembali menghampiriku ….

 

    “—Lulus!”

 

    “Eh?!”

 

    “Aku katakan, kamu lulus. Aku bisa mempercayakan Touka dan keluargaku padamu.”

 

    “............”

 

    “Hakuma-kun, ini adalah saatnya untuk merayakannya, tahu?”

 

    “Benar juga, ya …,” jawabku lirih.

 

Sejujurnya aku senang mendapatkan pengakuan dari kakak iparku, Natsumi-san. Tiada yang lebih membanggakan dari hal itu. Sekarang, aku bisa memahami perasaan, kenapa Harune-chan mencoba melarikan diri dari pesta ulang tahunnya. Mungkin, aku baru saja mengalami tekanan untuk pertama kalinya dalam hidupku.

 

    “Kamu tertekan ya?” tanya dia.

 

    “Bohong, sih kalau aku bilang tidak. Tapi karena aku sudah berjanji pada Touka-san, maka aku akan menghadapi tanggung jawabku sampai akhir.”

 

Sejujurnya, aku tidak memiliki kepercayaan diri sedikit pun. Ada kalanya aku khawatir kalau-kalau aku akan melakukan hal yang mementingkan diriku sendiri lagi. Namun, meskipun begitu, aku tidak bisa mengabaikan perasaan Touka-san dan Natsumi-san. Selain itu, Touka-san juga sudah memberitahuku bahwa aku adalah orang yang menggunakan kekuatanku untuk membuat orang lain tersenyum. Aku tidak ingin kata-kata itu menjadi sebuah kebohongan belaka. Jadi aku memutuskan untuk menepati janjiku pada mereka berdua.

 

    “Baguslah, kamu sudah membuat keputusan. Namun, ada satu hal yang perlu kamu ingat, aku ingin kamu tetap menjadi dirimu sendiri. Kumohon, tetaplah jadi dirimu sendiri.”

 

    “Aku mengerti. Aku tidak akan pernah bisa menggantikanmu.”

 

    “Kamu boleh ragu. Tidak masalah jika kamu gagal. Dan kamu tidak perlu memenuhi harapanku. Namun, aku berharap kamu mau sedikit saja menderita bersama keluarga yang aku cintai. Aku mengerti bahwa aku mengatakan hal-hal yang kasar. Tapi pada akhirnya aku tetap ingin memilihmu. Jadi, bisakah kamu membuatku merasa, bahwa aku senang memilihmu dan bahwa pilihanku ini tidak salah?”

 

    “Ya.” Aku menganggukkan kepalaku.

 

Natsumi-san tampak puas dengan jawaban singkatku, dan tersenyum padaku.

Ah, dia memang kakak perempuannya Himegi-san, senyumnya manis sekali ….

 

    “Terima kasih. Bagaimanapun juga, harta karun itu ada di dalam gua yang menakutkan.

 

    “Apa maksudmu?”

 

    “Suatu hari nanti, Touka akan mengajarimu.”

 

    “Ehh???”

 

Apakah itu semacam mantra? Ataukah kutipan kata-kata dari seseorang?

 

    “Yah, bahkan dari sudut pandangku sebagai kakaknya, aku pikir laki-laki seperti Hakuma-kun adalah yang paling cocok untuk tipe gadis seperti Touka. Bagaimanapun juga, adikku itu memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada orang lain, sih.” Dia melanjutkan, “tetapi dia juga lebih sensitif. Memiliki seorang lelaki yang penuh perhatian sepertimu di sisinya, membuatku merasa tenang.”

 

    “Aku juga berpikir seperti itu.”

 

    “Fufu ... kamu benar. Ayo, mari kita kembali ke kamar. Angin malam terlalu berat untuk orang yang sedang sakit.”

 

    “Ya, benar.”

 

Meskipun terasa menyedihkan, tetapi hanya sebatas itu untuk hari ini.

 

Aku pun mengantarnya kembali ke kamarnya. Di sepanjang perjalanan, kami berbicara tentang banyak hal sembari tersnyum sampai tiba di sana. Natsumi-san bercerita tentang masa-masa sekolahnya, hingga bercerita tentang Himegi-san ketika kecil. Aku juga memberitahukan banyak hal kepadanya. Aku menceritakan tentang mengapa aku ingin melakukan trik sulap, apa yang biasa aku lakukan sebelum melakukan trik sulap, dan tentang adik-adikku yang akan lahir di kemudian hari.

 

Itu adalah saat-saat yang menyenangkan. Karena aku adalah anak tunggal, aku membayangkan apakah seperti ini rasanya ketika memiliki seorang kakak perempuan. Seandainya hubungan antara aku dan Natsumi-san dan terus berlanjut, aku bertanya-tanya hubungan kakak-adik ipar seperti apa kami nantinya. Apakah kami akan bisa saling tertawa, seperti yang kami lakukan sekarang?

 

Jika ya, maka itu akan sangat menyenangkan. Seandainya terjadi, maka aku akan sangat bahagia. Meskipun aku sangat menyadari, bahwa hari-hari yang kubayangkan itu tidak akan pernah terwujud, tetapi aku masih saja mendambakan masa depan yang seperti itu. Karena aku percaya bahwa masa depan seperti itu adalah yang terbaik.

 

Ada anak perempuan bungsu yang baik dan suka berterus-terang. Ada anak perempuan kedua yang merupakan kebalikannya, dengan sikapnya yang sedikit kikuk. Ada ayah yang pemarah dan ibu yang lemah lembut. Dan yang terakhir, ada anak perempuan sulung yang selalu tersenyum dan menjadi pusat perhatian semua orang. Itulah struktur keluarga yang sempurna. Sulit membayangkan cara lain untuk mendapatkan nilai yang sesempurna itu.

 

Kemudian, kami tiba di kamarnya. Lalu, kami saling tersenyum dan melambaikan tangan. Dia dan aku mengucapkan salam perpisahan, sambil berjanji untuk bertemu kembali.

 

Namun, kenyataannya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Tuhan tidak mengizinkan kami untuk melanjutkan kisah itu, dan perjalanan antara aku dan Natsumi-san berakhir sampai di sana. Itu adalah percakapan terakhir sekaligus perpisahan terakhir antara kami berdua. Kemudian, dia meninggalkan dunia ini, tidak lama setelah bulan Juni tiba. Dengan begitu, matahari yang menyinari keluarga Himegi, telah menghilang.

 

TL: Zho (YouthTL)


Prev Chapter || ToC || Next Chapter  
Post a Comment

Post a Comment

close