NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mirai Kara Kita Hanayome no Himegi-san V2 Chapter 1

Chapter 1 - Me, Himegi's Onee-chan, and Bunny Suits

Pelajaran pagi telah selesai. Biasanya, segera setelah sensei meninggalkan ruang kelas, para siswa akan langsung mengobrol dengan gembira, tetapi selama beberapa hari terakhir, ada suasana aneh yang meliputi ruang kelasku, kelas 2-3. Itu bukanlah situasi yang tegang ataupun canggung. Hanya saja, ada suasana yang jelas-jelas tidak ada pada saat awal kami naik kelas sebelumnya.

 

Mungkin itu adalah sesuatu yang wajar. Apalagi sekarang, ada topik tertentu yang sedang menjadi bahan perbincangan di sekolah ini. Topik itu adalah—

 

──Pangeran yang Malang itu menjalin kasih dengan gadis tercantik di sekolah, Himegi Touka.

 

Informasi itu menyebar ke seluruh sekolah dalam sekejap mata. Sekarang, fakta bahwa Ouji Hakuma berpacaran dengan Himegi Touka tidak hanya diketahui oleh para siswa, tetapi juga di kalangan orang dewasa yang berkaitan dengan sekolah. Beberapa siswa laki-laki menyayangkan kenyataan itu, dan beberapa siswi lainnya merasa bingung karenanya.

 

Yah, bahkan aku sendiri yakin juga akan terkejut jika mendengar rumor bahwa Himegi-san yang serius berpacaran dengan seseorang dari sekolah ini, terutama jika orang itu adalah Ouji Hakuma. Bagi para siswa, itu adalah topik yang sangat tidak terduga.

 

Meskipun aku yang menjadi pusat di tengah-tengah semua ini, tetapi yang mengejutkan adalah aku tetap menjalankan gaya hidupku sendiri dengan tenang, seperti biasa. Aku masih berusaha untuk menjadi pesulap profesional. Lagi pula, sudah menjadi makanan sehari-hariku, mendapat tatapan penasaran orang-orang. Namun, aku tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada perubahan sama sekali. Tentu saja, aku mendapatkan tatapan cemburu dan gangguan kecil dari orang-orang yang juga jatuh cinta kepada Himegi-san. Fakta bahwa aku, seorang lelaki yang biasa-biasa saja, berpacaran dengan gadis tercantik di sekolah, jelas sangat tidak menyenangkan bagi para laki-laki. Yah, aku sudah ikhlas menganggap ini sebagai pajak kebahagiaan, dan untuk sementara waktu aku akan membiarkannya.

 

Namun, kenapa ya Himegi-san tertarik untuk berpacaran denganku? Bagian mananya dari diriku yang membuatnya jatuh cinta? Um, aku tidak bisa menemukan jawaban yang tepat meskipun aku memikirkannya. Ketika aku melaporkan hal ini kepada calon istriku di masa depan, Touka-san, dia hanya berkata, 'Hmm, begitu, ya,’ seolah-olah tidak tertarik sama sekali. Dari sikapnya itu, seakan semua ini sudah terduga. Pokoknya, sudahlah. Sekarang, aku hanya perlu menikmati romansa dengan pacarku, Himegi-san.

 

Mengenai Himegi-san, sepertinya dia lupa membawa kotak makan siangnya dari rumah, dan segera setelah kelas selesai, dia pergi ke pintu masuk sekolah untuk mengambil kotak makan siangnya yang diantarkan oleh pelayannya. Sementara menunggu dia kembali, aku dengan tenang duduk di kursiku. Kebetulan, tempat dudukku berada di bagian paling belakang dekat dengan jendela, dan tempat duduk yang ada di depanku, ditempati oleh Kanako.

 

Teman masa kecilku, Kanako, menyiapkan makan siangnya dengan mengeluarkan kotak makan siang berwarna merah muda dari dalam tasnya. Saat itulah, aku memutuskan menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama Kanako hingga Himegi-san kembali.

 

    “Kanako,” panggilku. “Kemarin, aku menginjak kotoran anjing di depan rumahku.”

 

    “Haa? Tidakkah kamu lihat apa yang ada di tanganku??? Aku mau memakan makan siangku sekarang!”

 

Pernyataanku itu sangat membuat Kanako marah, dan wajar jika dia bereaksi seperti itu. Bagaimanapun juga, itu bukanlah topik yang ingin dibicarakan oleh  siapa pun sebelum makan siang.

 

    “Dan itu adalah sepatu yang baru saja kubeli. Biasanya, jika aku merasa tidak senang, aku akan mencari pemilik anjing itu dan menggosokkan sepatu yang terkena kotoran itu ke seluruh wajahnya.”

 

    “Oh, oaah … kamu tidak mendengar apa yang aku katakan, dan terus berbicara sendiri?!”

 

Pasti, itu adalah tindakan seseorang yang cemburu padaku.

 

    “Kanako, apa kamu mengerti apa yang ingin kukatakan?”

 

    “Kamu sengaja menggangguku, kan?”

 

    “Bukaaaaaaan!”

 

Aku berdiri penuh semangat dan dengan lantang mengatakan padanya bahwa dia keliru.

 

    “T-Tunggu, jangan tiba-tiba berteriak!”

 

    “Kanako, apa yang ingin kukatakan padamu adalah cinta!”

 

    “Baru pertama kali ini aku melihat orang yang memulai pembicaraan tentang cinta dengan membicarakan kotoran!”

 

    “Tadi saat pelajaran, Nakayama-sensei memberikanmu omelan,” kataku.

 

    “Maksudmu apa, hah?” dia bereaksi.

 

    “Tentu saja, itu salah Kanako yang tertidur pulas sambil mendengkur saat penjelasannya berlangsung.”

 

    “Yah, meskipun membuatku kesal karena itu mempermalukanku ….”

 

    “Tapi, bagi kita yang sedang mengalami masa-masa sensitif, diomel seperti itu di depan teman-teman sekelas pasti membuat kita merasa tidak enak, kan?”

 

    “Yah, tentu saja, penghinaan itu tidak menyenangkan ….”

 

Mungkin teringat akan kejadian sebelumnya, Kanako memasang wajah yang muram. Demi menghibur teman masa kecilku yang sedang jengkel ini, aku memutuskan untuk memberikannya kata-kata yang bijak.

 

    “Maafkanlah dengan cinta.”

 

    “Nah, apa maksudnya itu?”

 

    “Aku juga sangat jengkel saat menginjak kotoran anjing. Rasanya menjengkelkan, tapi kemudian aku sadar. Betapa konyolnya jika kita marah pada hal-hal sepele seperti itu.”

 

    “Benar, sih.”

 

    “Sekarang aku sudah menjalin cinta dengan Himegi Touka-san. Dengan kata lain, tidaklah berlebihan jika aku mengatakan, bahwa aku adalah orang yang paling bahagia di dunia.”

 

    “Maksudmu, dengan cintamu kepada Himegi-san, kamu berhasil mengalahkan kebencian dan kemarahanmu?” Kanako memastikan.

 

    “Sekarang, aku sudah benar-benar menjadi seorang pengkhotbah cinta, tanpa emosi negatif.”

 

Memang benar, aku merasa dipenuhi dengan cinta hari ini, sedemikian rupa sehingga aku dapat dengan jujur mengatakan, 'Terima kasih karena telah melahirkanku’ kepada orang tuaku sejak pagi ini.

 

    “Oh, oaah! Meski cuma ada tembok di belakangmu, tapi kenapa bisa ada lingkaran cahaya yang bersinar, Hakuma! Apakah itu trik sulap?”

 

    “Lingkaran cahaya itu muncul karena ditenagai oleh cinta. Daripada itu, lihatlah Kanako, lihatlah Takaki-kyun yang kamu cintai itu. Ketika kamu melihatnya, rasa frustrasi kamu akan hilang, kan? Di hadapan cinta, bukankah menurutmu apa yang terjadi sebelumnya itu adalah hal sepele?”

 

Aku menunjuk ke arah Takaki-kyun, yang menatap kami dengan tatapan menyedihkan. Adapun, Kanako yang menatapnya seperti itu berkata, “Memang benar …. Saat aku melihat wajah Takaki-kyun yang kucintai, rasa frustasiku seketika hilang.”

 

    “Pasti begitu. Kemarahan tidak akan berdaya di hadapan cinta, kan? Ketika kamu bahagia, pasti kamu ingin berbagi cinta dengan orang lain.”

 

    “Hakuma, terkadang apa yang kamu katakan itu hebat, ya.”

 

    “Ya, dong.”

 

    “Hei, bolehkah aku tahu apa kamu benar-benar sudah mengatasi perasaan negatifmu?”

 

    “Saat ini, aku adalah seorang lelaki yang melampaui kebencian itu sendiri. Dalam ujian yang kecil atau besar sekalipun, emosiku tidak akan goyah.”

 

    “Oh, begitu. Hakuma, aku harus mengakui bahwa akulah orang yang membuang kotoran anjing itu.”

 

    “Apa!?”

 

    “Jadi, kotoran yang kamu injak kemarin itu adalah kotoran Tsubuan.”

 

Ngomong-ngomong, “Tsubuan” adalah nama anjing yang dipelihara Kanako. Namun, itu tidak penting. Sekarang, orang ini baru saja mengatakan sesuatu yang sulit dipercaya, kan?

 

    “Kanako-san, Kanako-san. Kamu tahu kalau hewan peliharaan buang air besar, pemiliknya harus membuangnya dengan benar, kan?”

 

    “Tsubuan bukanlah hewan peliharaan, dia adalah keluarga.”

 

    “Itu tidak penting. Apa? Apakah kamu tipe orang yang membiarkan anjingmu buang air besar sembarangan?”

 

Jika itu benar, maka dia tidak memenuhi syarat untuk memelihara hewan peliharaan.

 

    “Jangan meremehkanku. Biasanya, ketika dia buang air besar, aku menaruh kotorannya di dalam kantong plastik dan membawanya pulang. Tapi kemarin, aku lupa membawa kantong dan sekopnya.”

 

    “Lupa?!”

 

    “Jadi, ketika aku sedang kebingungan, ibumu datang dan menawarkan diri untuk membantuku membuangnya, dan aku pun menerima tawarannya. Tehee!” Kanako berkata sambil menjulurkan lidah dan menepuk kepalanya sendiri.

 

Dia masih saja terlihat begitu mengesalkan.

 

    “Pasti, Oba-san kelupaan untuk membersihkannya, kan? Dan sayangnya, Hakuma-lah orang yang menginjaknya. Kamu sungguh sial, dah!”

 

    “Sepatu sneaker itu harganya 10.000 yen, tahu?”

 

    “Kamu sudah bisa mengatasi kemarahanmu, kan?” tanya dia balik.

 

    “Grrrrrr.”

 

Tidak kusangka, akan tiba harinya dia menghancurkan argumenku. Fiuuh! Yah, sudahlah. Lagi pula, aku adalah lelaki yang paling bahagia sekarang. Aku akan menggunakan kekuatan cinta untuk memaafkan si Idiot ini karena tidak membuang kotoran itu.

 

    “Apakah pembicaraan konyolmu ini sudah selesai? Aku ingin menyantap makan siangku sekarang?”

 

    “Kanako. Aku belum pernah mengatakan ini padamu, tapi sekarang aku merasa bisa mengatakannya dengan jujur. Selamat karena telah menjadi pacarnya Takaki-kyun.”

 

    “T-Terima kasih.”

 

    “Bukan apa-apa, kok.”

 

    “Baiklah, aku pergi dulu.”

 

Dengan mengatakan itu, Kanako pergi untuk menemui Takaki-kyun, tetapi aku dengan kuat meraih pergelangan tangannya.

 

    “Aaaadududuh! T-Tunggu! Apa yang kamu lakukan?”

 

    “Kanako, selamat.”

 

    “Te-ri-ma ka-sih! Bisakah kamu lepaskan tanganmu dariku?”

 

    “Kanako, selamat. Aku rasa kamu dan Takaki-kyun adalah pasangan yang paling sempurna kedua di dunia.”

 

    “S-Selamat untukmu juga. Yah, bukankah kamu dan Himegi-san adalah pasangan yang sempurna?”

 

    “Ya, terima kasih. Aku senang mendengar ucapan selamat dari teman masa kecilku.”

 

Setelah mendengar ucapan selamat dari Kanako, aku membebaskan tangan teman masa kecilku itu pergi sembari memasang senyum lebar di wajahku. Sementara itu, dia menghampiri pacarnya, Harukawa Takashi, sambil merintih dan menggerutu. Sebagai informasi tambahan, mereka berdua kupaksa untuk mengucapkan selamat setiap hari. Karena, hanya mereka berdualah yang mengakui hubungan cintaku di sekolah ini.

 

Himegi-san dan aku sekarang sudah menjadi sepasang kekasih. Tidak ada yang lebih indah dari hal itu. Jika memungkinkan, aku ingin semua orang mengucapkan selamat kepada kami, bukan hanya teman masa kecilku. Dengan pemikiran tersebut, aku berbicara kepada anak laki-laki berkacamata yang akan menikmati bekal makan siangnya di sebelahku.

 

    “Hei, Nakajima-kun. Bagaimana kabarmu hari ini?” sapaku.

 

Namanya Nakajima-kun. Dia adalah seorang pemain bisbol dari tim bisbol sekolah ini. Namun, dia terang-terangan menunjukkan ekspresi jijik di wajahnya, sepertinya dia tidak menyukaiku.

 

    “Apa, sih?”

 

    “Kamu suka bisbol?”

 

    “Yah, latihannya memang sulit, tapi … menurutku itu menyenangkan.”

 

    “Jadi, begitu …. Aku harap kamu bisa bermain melawan Isono di Koshien.”

 

    “Oi, jangan mengolok-olokku seperti itu hanya karena namaku Nakajima.”

 

    “Heeee! Kamu akan menang melawan Isono dan melamar adik perempuannya, Wakame-chan, kan?”

 

    “—Sudah kubilang!”

 

Dengan dia yang berkata seperti itu, aku menyadari bahwa Nakajima ini bukanlah Nakajima yang aku kenal.

 

    “Ngomong-ngomong, wajahmu pucat, tahu? Apa kamu demam? Bahkan, kamu hampir tidak lanjut menyentuh sumpit makan siangmu ….”

 

    “Karena aku duduk di samping seseorang yang terus membicarakan tentang kotoran.”

 

    “Maaf ….”

 

    “Tidak, aku hanya bercanda. Aku hanya kurang tidur dan tidak nafsu makan.”

 

    “Kurang tidur?”

 

    “Ya, karena kami  harus mengadakan sparing di sekolah hari ini, tapi lawan kami berasal dari sekolah yang merupakan langganan di Koshien. Ini mungkin terdengar memalukan, tapi aku merasa sedikit tertekan.”

 

    “Oh, begitu. Kamu tidak bisa tidur karena memikirkan pertandingan itu, ya?”

 

    “Ya, begitulah kenyataannya. Aku tidak pernah menyangka akan berada di atas mound dalam keadaan seperti ini ....”

 

(TLN: Mound, semacam area gundukan atau pijakan pitcher saat mengumpan bola.)

 

    “Ah ...! Himegi-san!”

 

    “Dengarkan aku!”

 

Aku mengabaikan Nakajima-kun yang marah dan melambaikan tangan pada Honey-ku yang baru kembali ke dalam kelas. Dia yang menatapku, segera bergegas ke arahku.

 

    “Maaf. Maaf  telah membuatmu menunggu,” katanya.

 

Gadis cantik berambut hitam nan berkilau ini adalah Himegi Touka. Ya, dia adalah salah satu gadis paling cantik di sekolah, dan merupakan pacarku. Di tangannya, dia membawa dua kotak makan siang. Salah satu dari kotak makan siang itu pasti untukku. Sebenarnya, saat sepulang sekolah kemarin, dia menawarkan seperti ini, ‘Aku akan membuatkan bento untuk Ouji-kun besok’  sampai-sampai aku tidak bisa mempercayai apa yang kudengar. Tentu saja, aku setuju dengan tawarannya itu.

 

Aku akan memakan kotak makan siang buatan sendiri, yang penuh cinta darinya. Itulah saat-saat  penuh cinta yang aku dambakan. Mungkin saja, Himegi-san akan memberiku suapan sambil berkata 'aahn'.

 

    “Hmm, di mana kita harus makan?”

 

    “Kurasa ini tempat yang bagus.”

 

Aku menggeser meja dan kursi Kanako supaya bisa berdekatan denganku.

 

    “Silakan, silakan.”

 

    “Baiklah, aku duduk.”

 

Setelah mengatakan hal itu, Himegi-san duduk di kursi Kanako. Aku juga duduk di kursiku sendiri, menunggu dengan penuh harapan akan makan siang yang telah dibuatkan oleh Himegi-san. Kebetulan, di saat itu juga kami terus diperhatikan oleh para siswa lain di kelas. Sepertinya, kami masih menjadi pusat perhatian.

 

    “Jangan terburu-buru, bentonya tidak akan kemana-mana, kok.”

 

    “Hehehe … aku begitu menantikannya, sampai-sampai aku cuma tidur selama tujuh jam semalam.”

 

Perlu kalian ketahui, aku biasanya hanya tidur selama delapan jam.

 

    “Begitu, ya …. Tapi … kuharap ini sesuai dengan seleramu.”

 

Eh? Rasanya ada sedikit jeda saat dia mengatakannya?

 

Yah, tidak perlu dipikirkan, pikirku sambil menerima kotak bekal makan siang yang berwarna hitam dari Himegi-san.

 

    “Bolehkah aku membukanya?” tanyaku.

 

    “Silakan.”

 

Karena Himegi-san telah mengizinkannya, aku pun membuka tutup kotak makan siang itu.

 

    “Uwaaa! Sepertinya … enak sekali , ya?”

 

Isi bekal makan siang itu semuanya menggugah selera, kecuali satu aspek. Di sana ada dua nasi kepal yang dibungkus dengan rumput laut, sosis yang berwarna merah cerah, ayam goreng, tomat kecil dan brokoli. Sampai sejauh ini, makanannya terlihat normal dan semuanya kelihatan sangat lezat. Hanya saja, masalahnya adalah warna makanannya yang biru-kehijauan. Tidak, tunggu dulu, apakah ini bisa disebut makanan?

 

    “Oh, um ... Himegi-san, makanan apa yang terlihat seperti warna rambut Hatsune Miku … ini?”

 

Dengan takut-takut, aku menunjuk ke arah benda misterius yang sangat mencolok, dan menanyakan identitas sebenarnya kepada sang pembuatnya.

 

    “Hm? Oh, itu adalah tamagoyaki, tahu?”

 

    “Tamagoyaki?” balasku bingung.

 

Ternyata, benda yang mengerikan ini disebut tamagoyaki. Jika ini adalah tamagoyaki, lalu apa nama makanan kuning dan lezat yang aku makan tadi pagi?

 

    “Bukannya macaron?”

 

    “Kamu melihatnya sebagai macaron? Ouji-kun, mengatakan hal yang lucu, ya.”

 

Begitulah jawabannya. Yah, terserahlah, tetapi pasti ada kandungan matcha, atau mungkin menggunakan pewarna hijau makanan di dalamnya. Ya, begitulah, anggap saja seperti itu.

 

    “Himegi-san, bolehkah aku mencobanya?”

 

    “Silakan.”

 

Setelah mendapat izin, aku menyatukan kedua tanganku, mengucapkan “Itadakimasu” lalu mengambil sumpit. Terus terang saja, saat ini aku meragukan kemampuan memasak Himegi-san. Alasannya adalah karena tamagoyaki-nya bisa berwarna biru-kehijauan seperti itu. Bagaimana bisa dia membuatnya sampai berwarna seperti itu? Namun, dalam enam tahun mendatang, setiap hari, aku akan menyantap masakan Himegi Touka-san, gadis yang ada di depanku sekarang.

 

Ya, setiap masakan yang dibuat oleh Touka-san memiliki kualitas terbaik dan selalu membuat lidahku dan keluarga Ouji merasa puas. Gadis yang ada di depanku ini adalah orang yang sama dengan Touka-san. Meskipun waktu hanya berlalu enam tahun, tetapi aku tidak membayangkan akan ada perbedaan besar dalam hal keterampilan memasaknya. Jadi, makan siang ini pastilah terasa lezat. Aku meyakinkan itu pada diriku sendiri, dan mengambil dengan sumpit sebuah sosis merah yang kelihatannya lumayan.

 

Lalu, dengan tekad yang bulat, aku memasukkan sosis merah itu ke dalam mulutku. Kriuk, kriuk, kriuk … gluk.

 

    “Bagaimana, enak?”

 

    “Y-ya. Sangat, … enak. Sangat, sangat … enak.”

 

Aku berbohong. Meskipun orang tuaku selalu menasihatiku untuk tidak pernah menjadi pembohong, tetapi untuk kali ini, aku melanggarnya dan mengatakan sebuah kebohongan besar. Aku melakukannya karena menyimpulkan bahwa hal itu akan membuat semua orang bahagia, kecuali aku. Jujur saja, makan siang ini lebih dari sekedar makanan yang buruk. Untuk menjelaskan seberapa berbahayanya ini, bahkan ketika aku menyantap surströmming yang dibeli Kanako hanya karena iseng saat masa-masa SMP, yang katanya sebagai makanan paling bau di dunia, rasanya tidaklah seburuk makanan ini. Begitulah aku menggambarkan betapa buruknya makan siang ini.

 

Tidak, apakah kita bisa mendefinisikan setan merah ini sebagai makanan? Di penjuru dunia manakah, aku bisa menemukan sosis dengan tekstur yang terlalu kering seperti ini? Eh? Apakah ini pengalaman pertama dalam hidupku, aku mencicipi makanan dengan tekstur yang begitu buruk? Ngomong-ngomong, yang membuatku jengkel, rasa benda ini tidak bisa dibilang enak ataupun tidak enak. Benar, tidak ada yang salah dengan kualitas rasanya, tetapi rasanya itu tidak seperti sosis, entah kenapa melenceng, mirip seperti pisang.

 

    “Ya, aku senang makanan ini cocok dengan lidahnya Ouji-kun.”

 

    “............”

 

Untuk kali ini, aku benar-benar ingin memuji diriku sendiri karena telah menjaga wajah pokerku. Entahlah, aku tidak ingin memasukkan isi kotak makan siang ini ke dalam mulutku lagi. Aku lebih suka memasukkan kain lap yang dilumuri susu ke dalam mulutku daripada menyantap ini.

 

    “Kalau begitu, aku juga akan makan.”

 

Himegi-san berkata dan membuka tutup kotak makan siang yang lain.

 

    “Himegi-san, ini ….”

 

Dengan tangan gemetar, aku menunjuk ke kotak makan siangnya.

 

    “Hm? Oh, ini bento yang selalu dibuatkan oleh pelayan.”

 

Dasar licik! Itu tidak adil! Aku juga ingin kotak makan siang itu. Namun, aku tidak mengatakannya. Aku tidak bisa mengatakan pada wajahnya yang tersenyum bahagia itu bahwa aku ingin bertukar makan siang. Meski makanan ini sendiri akan membunuhku. Selain itu, semua orang di kelas juga memperhatikan kami. Jika aku menolak makan siang ini, sama saja dengan mempermalukan Himegi-san. Sebagai pacarnya, aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Ya, aku adalah pacar Himegi-san. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk menangani benda ini. Bahkan jika aku hancur berkeping-keping di sini, aku akan tetap menghancurkan yang satu ini dengan sekuat tenaga!

 

    “Kenapa kamu mengambil gaya bertarung?”

 

    “Ini adalah pose penghormatan kepada lawan yang harus dikalahkan.”

 

Pertarungan tanpa akhir antara cahaya dan kegelapan pun dimulai! Sekarang aku adalah Pangeran Malang dan Pangeran Kemurkaan. Dengan tekad bulat, aku menyuapkan makanan dari kotak makan siang ke dalam mulut dengan lahap. Ya, bola-bola nasi dengan tekstur seperti warabi-mochi, ayam goreng rasa semangka, brokoli yang berderak dan meletup-letup di mulut, lalu tomat kecil yang keras seperti batu dan berbau seperti kacang ginkgo, aku hadapi semuanya dengan penuh cinta dan keberanian.

 

Demi menghindari mengunyah terlalu lama, aku dengan berani menambah jumlah makanan dalam setiap suapan dan meneguk semua makanan dengan air teh. Tentu saja, dengan setiap suapan, keringat mengalir deras dari setiap pori-pori, dan tubuhku menggigil karena kedinginan.

 

Oh, itu aneh! Meskipun aku berkeringat seperti ini, tubuhku mulai terasa menggigil kedinginan. Ini masih bulan April, kan? Bukankah ini bulan April? Mengapa hari ini dinginnya begitu menusuk? Mengapa aku menggigilnya begitu parah? Setelah melalui perjuangan yang berat dan panjang, aku menghabiskan semua makanannya. Ya, aku menang. Aku telah berhasil memusnahkan kejahatan dari dunia ini. Sebagai pacarnya, aku telah melewati satu ujian dengan sempurna!

 

    “Gluk, gluk! Gobo-gobo … Goho …. “

 

Ah, bahaya, bahaya. Hampir saja iblis yang telah kusegel terlepaskan ke dunia ini.

 

    “Ouji-kun, aku tidak suka dari caramu yang makan begitu terburu-buru.”

 

    “M-Maafkan aku. Rasanya sangat lezat sampai aku tidak bisa berhenti.” Saat aku mengatakannya, tanganku tidak bisa berhenti bergetar.

 

    “Enak sekali? Sampai kamu tidak bisa berhenti gemetar?” balasnya.

 

    “Ya,” jawabku, “Aku sangat terharu, dan tidak bisa berhenti gemetaran. Himegi-san, terima kasih atas makanannya ....”

 

    “—Tapi, masih ada sisa tamagoyaki, lho?”

 

Himegi-san tersenyum lebar dan menunjuk ke arah tamagoyaki yang berwarna biru-kehijauan itu.

 

    “............”

 

Sial! Kupikir, aku bisa mengabaikannya dengan momentum pengalihan ini. Sepertinya, mustahil untuk melarikan diri dari bos terakhir yang kejam ini.

 

    “...... Apakah ini mengandung matcha?”

 

    “Matcha?” jawab Himegi-san bingung, “Bagian tengahanya itu diisi hanya dengan mentaiko (telur ikan kod).”

 

    “Mentaiko, ya?”

 

Tidak peduli bagaimana kamu menafsirkannya, warna itu bukan disebabkan oleh mentaiko.

 

    “Ini juga yang disukai Takashi, tahu? Benarkan, Takashi?”

 

Himegi-san meminta Takaki-kyun, yang duduk di seberang meja, untuk menyetujuinya.

 

    “Ya. Aku suka tamagoyaki Touka …. Aku sangat menyukainya ….”

 

Kamu bohong! Matamu saja melihat ke mana-mana! Wajahmu itu pucat karena ketakutan, menandakan bahwa kamu benar-benar trauma!

 

    “Oh, begitu, ya .... Jika kamu sangat menyukainya, Takaki-kyun makanlah tamagoyaki ini?”

 

    “────! M-Maaf! Aku ada kencan makan dengan Kanako sekarang.”

 

Takaki-kyun menggelengkan kepalanya dan menolak keras ajakanku dengan sekuat tenaga. Rupanya, makan tamagoyaki ini sangat berbahaya sehingga aku tidak akan bisa melakukan apa-apa setelah pulang sekolah. Sejujurnya, naluriku mengatakan demikian. Tamagoyaki ini bencana. Sekarang, apa yang harus aku lakukan dengan benda ini ….

 

Aku menatap dua potong tamagoyaki di dalam kotak makan siangku. Dua potong …. Bahkan, sepotong saja aku sudah tidak sanggup.

 

    “Hhmm?”

 

Pada saat itu, pandangan seorang siswa laki-laki berpapasan denganku.

 

    “Nakajima-kun. Apakah kamu ingin sepotong?”

 

    “────?”

 

Nakajima-kun sangat terkejut dan bingung dengan ideku. Mungkin, dia tidak pernah menyangka akan terlibat dalam hal ini.

 

    “Tidak, tidak, tidak! Oh, aku tidak nafsu makan sekarang ….”

 

    “Oh, benarkah? Kalau kamu tidak nafsu makan, maka seharusnya kamu makan tamagoyaki ini saja,” sahut Himegi-san.

 

Aku tidak pernah menyangka Himegi-san sendirilah yang akan merekomendasikannya padanya. Adapun Nakajima-kun, dia tertegun dengan saran dari seorang gadis cantik tanpa niat jahat ini. Kebetulan, makan tamagoyaki ini, menurut Himegi-san dapat meningkatkan nafsu makan. Aku pun kebingungan, sebenarnya prinsip kerja meningkatkan nafsu makannya dari mana, sih?

 

    “A-ah, ah .… Tidak, aku merasa tidak enak dengan Ouji.”

 

    “Dia sendiri saja tidak keberatan. Silakan, makanlah.”

 

Himegi-san mengambil tamagoyaki yang berwarna biru-kehijauan itu dengan sumpit biru muda dan meletakkannya dengan lembut di kotak makan siang Nakajima-kun.

 

    “Rasanya enak, kok.”

 

Himegi-san tersenyum pada Nakajima-kun dengan senyum lebar.

 

    “Terima kasih ….”

 

Ketika gadis tercantik di sekolah memberikan senyuman terbaiknya, lelaki mana yang bisa menolaknya. Bahkan, Nakajima-kun pun tidak berdaya untuk menolaknya, dia menyerah dan menerima Object A yang misterius itu. Yah, kurasa dia juga tidak menduga ada senyum malaikat dalam situasi ini.

 

    “Itadakimasu ….”

 

Nakajima-kun, mungkin telah membulatkan tekad. Dia melemparkan tamagoyaki berwarna biru-kehijauan itu ke dalam mulutnya dengan sumpit yang gemetar, merasa ketakutan dan juga bingung. Di sisi lain, aku bisa mendengar suara mulut Nakajima-kun yang sedang mengunyah. Kemudian, dia menelan dengan satu tegukan dan menjatuhkan sumpitnya ke lantai. Selanjutnya, dia berhenti bergerak layaknya mainan yang mati karena kehabisan baterai.

 

    “Nakajima-kun???”

 

Ada jeda selama beberapa detik, sebelum dia membuka mulutnya.

 

    “Oh, ini enak.”

 

Dengan dia yang mengatakan seperti itu, dapat dikatakan bahwa meski penampilannya tidak menarik, tetapi rasanya tetaplah enak.

 

    “Oh? Enak, ya?”

 

    “Ya. Sangat enak.”

 

Serius? Dengan warna yang aneh seperti itu, apakah benar-benar enak?

 

    “Isono, makanlah juga ….”

 

Dia menatapku dan berkata seperti itu.

 

    “Hmm? I-Isono?

 

    “Ya, Isono, cobalah juga.”

 

    “Aku ini Ouji, tahu?”

 

    “Isono, tamagoyaki ini enak sekali!”

 

    “Y-Ya ….”

 

Mental lelaki yang telah bersungguh-sungguh menekuni bisbol itu telah hancur lebur. Alasan aku berpikir demikian adalah karena matanya terlihat begitu aneh. A-Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan berakhir seperti dia?

 

    “Ouji-kun, kalau kamu tidak segera makan, istirahat makan siang akan segera berakhir, tahu?”

 

Himegi-san benar, waktu istirahat makan siang tinggal beberapa menit lagi.

 

    “Ayo, buka mulutmu.”

 

Sambil berkata begitu, Himegi-san mengambil tamagoyaki dengan sumpitnya dan menyodorkannya ke mulutku. Biasanya, ini adalah momen yang sangat romantis, tetapi sekarang aku sama sekali tidak merasa senang.

 

    “............”

 

Namun, siapa yang cukup bodoh menolak permintaan pacar yang tersenyum manis kepadamu dan mengatakan “ahhhn”? Aku, adalah salah satunya lelaki yang akan membuka mulutnya ketika pacarku melakukan hal itu.

 

    “Tidak mau?”

 

Melihatku ragu-ragu, Himegi-san menjadi terlihat sedih.

 

Kumohon, jangan buat wajah sedih seperti itu, My Honey. Aku adalah orang yang mencintai senyummu lebih dari siapapun di dunia ini. Aku akan melakukan apa saja demi membuatmu tersenyum.

 

    “Terima kasih untuk makan siang hari ini, Himegi-san.”

 

Ketika kata-kataku terucap, senyuman kembali hadir di wajahnya. Oh, aku suka senyuman itu. Hanya melihatnya saja telah menghadirkan kebahagiaan yang tidak terkira. Aku sangat senang bisa menyaksikan senyumannya di saat-saat terakhirku. Huh! Takdirku ... di sinilah aku. Ibu, Ayah, aku minta maaf karena belum cukup berbakti kepada kalian. Tolong maafkan Hakuma, karena pergi mendahului kalian! Karena cinta, Hakuma menderita. Karena cinta pula, Hakuma merana. Begitulah, tetapi Hakuma tidak akan mundur! Pantang menyerah! Tidak akan goyah! Tidak akan mengalah!

 

    “Oh Tuhan!”

 

Dengan tekad baja, aku memasukkan tamagoyaki berwarna biru-kehijauan itu ke dalam mulutku. Pada saat itu juga, sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhku!

 

 

    “Hah? Hmm? Di mana ini? Aku adalah Ouji Hakuma, pemilik nama yang berkilauan.”

 

Seingatku, seharusnya aku sedang makan siang bersama Himegi-san sekarang. Kapan aku kehilangan kesadaran? Kemudian, aku melihat ke sekeliling dalam kebingungan. Sepertinya, aku sedang berada di ruang kelas 2-3, dan entah kenapa, aku berdiri di depan papan tulis. Di sebelahku ada sensei kelas matematika, Doi-sensei, dengan wajahnya yang tersenyum saat melihatku sambil bertepuk tangan. Kenapa Pak tua ini terlihat begitu puas?

 

    “Bravo, bravo, dah! Aku tidak pernah menyangka seorang murid dari sekolah ini bisa menyelesaikan soal yang rumit dengan mudah.”

 

    “Hah? Soal?” balasku terkejut.

 

Doi-sensei menunjuk ke arah papan tulis. Di sana, ada sederetan angka yang terlihat begitu rumit tertulis. Apa ini? Aku tidak bisa memahami soalnya, tetapi ada satu hal yang aku mengerti. Ini adalah soal matematika yang tidak akan pernah bisa aku selesaikan.

 

    “Bahkan, mahasiswa Universitas Tokyo saja akan kesulitan memecahkan soal yang membingungkan ini dalam beberapa detik. Ouji, kupikir kamu adalah siswa yang idiot, tapi ternyata kamu adalah seorang jenius, ya ….”

 

    “Heee? Aku jenius???”

 

Aku baru sadar sekarang, kalau aku sedang memegang sepotong kapur putih di tanganku. Mustahil, aku menyelesaikan soal ini dengan tanganku sendiri. Ya, memang, huruf-huruf yang dilingkari di papan tulis itu adalah tulisanku.

 

    “Kalian semua harus mengikuti teladan Ouji dan belajarlah dengan sungguh-sungguh,” ucap sensei.

 

Kemudian, aku dengan bingung kembali ke tempat dudukku. Tidak bisa dipercaya, aku telah memecahkan soal matematika yang begitu rumit itu. Apakah ini efek samping lain dari tamagoyaki sebelumnya? Sekali lagi, aku berbalik dan menatap soal di papan tulis …. Ya, itu amatlah rumit dan aneh, sampai-sampai kepalaku mulai terasa sakit. Aku pun duduk di kursiku dan memanggil teman masa kecilku, yang duduk di depanku dalam keadaan tertegun.

 

    “Hei, benarkah aku yang membabat habis soal itu?” tanyaku.

 

    “Tadinya, kamu berbicara sendiri dengan sapu, lalu Doi-sensei marah dan memberimu soal matematika yang rumit padamu, Hakuma ….” Jelasnya.

 

    “Hee? Aku berbicara dengan sapu?”

 

    “Uh, ya. Kamu berbicara dengan sapu itu seperti orang gila sambil berteriak, 'Aku adalah Kaisar Suci!'.”

 

    “Oh, begitu ….”

 

    “Kamu sehat?”

 

    “M-Mungkin ….”

 

Aku membayangkan diriku yang aneh sedang berbicara dengan sapu. Pemandangan itu saja sudah membuatku merinding. Jika aku adalah seorang polisi, itu adalah kasus yang pasti harus kuperiksa. Apa yang aku lakukan ketika aku tidak sadarkan diri?

 

Aku takut untuk bertanya lagi. Pokoknya, aku hanya bisa bersyukur bahwa aku masih berdiri di bumi ini sekarang. Ya, dengan kesimpulan itu, aku akan tetap diam sampai pulang sekolah. Sebagai informasi tambahan, Nakajima-kun berhasil melempar bola dengan cepat sejauh 160 kilometer dan meraih kemenangan yang sempurna melawan sekolah yang kuat pada hari itu.

 

***

 

Kemudian, tibalah saat sepulang sekolah. Aku datang ke tempat yang tidak biasa, seperti yang diminta oleh Himegi-san. Awalnya, aku menduga bahwa itu adalah undangan untuk kencan, tetapi sayangnya, ternyata bukan. Menurut Himegi-san, ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Maka, di sinilah aku yang sedang berada di lift rumah sakit.

 

    “Maaf, karena telah membuatmu absen dari kegiatan klub hari ini,” kata Himegi-san.

 

    “Aku membuat ketua klub yang pemalas itu datang hari ini, jadi jangan khawatir.”

 

Mungkin ide yang bagus untuk membuatnya menunjukkan wajahnya di ruang klub sesekali. Yah, aku juga tidak peduli dengan si Pemalas itu sekarang. Namun, aku tidak menyangka akan dibawa ke rumah sakit oleh Himegi-san. Tentu saja, jika melihat tempatnya, orang yang ingin bertemu denganku mungkin saja petugas rumah sakit atau pasien yang sedang dirawat. Akan tetapi, dari ekspresi serius di wajahnya, aku rasa asumsi yang terakhirlah orang yang ingin bertemu denganku.

 

    “Ngomong-ngomong, siapa orang yang ingin bertemu denganku?” tanyaku.

 

    “Nee-san-ku.”

 

    “Eh? Onee-san-mu?”

 

    “Ya, Nee-san-ku ….”

 

    “Begitu ….”

 

    “Kamu melakukan trik sulap di pesta ulang tahunnya Harune, kan?”

 

    “Ya, benar.”

 

    “Dia bilang, dia ingin mengatakan sesuatu pada Ouji-kun tentang trik sulap itu.”

 

    “Baiklah.”

 

Setelah mendengar kata-kata itu, kepalaku menjadi pusing. Mungkin yang ingin ditanyakan oleh kakak perempuan Himegi-san adalah tentang trik sulap yang kulakukan sebelumnya. Ya, dia pasti ingin bertanya tentang trik yang menampilkan dua orang Himegi Touka saat berada di atas panggung. Aku yakin, dari sudut pandang keluarga Himegi, itu merupakan trik yang sangat menakjubkan. Lagi pula, mereka berdua bukanlah orang yang kembar, melainkan sosok dengan wajah yang sama persis, berdiri berdampingan. Andaikata aku berada di posisi yang berbeda, jelas saja aku akan sangat terkejut, sampai-sampai mataku terbelalak keluar.

 

Namun sayangnya, itu bukanlah apa yang disebut sebagai trik sulap. Tiada trik ataupun tipu muslihat, hanya orang yang sama, yang berdiri berdampingan. Terus terang, jika aku diminta untuk menjelaskan trik tersebut, sebagai pesulap, aku akan terlalu malu dan enggan mengatakannya. Di sisi lain, aku juga tidak berniat untuk menipu orang-orang. Bahkan, seandainya aku mengatakan yang sebenarnya, mungkin tidak ada orang yang akan mempercayainya ….

 

    “Aku juga penasaran, sih.”

 

    “Yah, pastinya kamu juga ….”

 

    “Aku tidak akan bertanya padamu sekarang, tapi suatu hari nanti kamu harus menjelaskannya padaku.”

 

    “Oke. Kamu mungkin tidak mempercayainya, tapi jika tiba waktunya nanti akan kujelaskan.”

 

Kemudian, pintu lift pun terbuka dan kami tiba di lantai tujuan.

 

    “Lewat sini.”

 

Aku mengikuti Himegi-san dari belakangnya. Sejujurnya, aku merasa sedikit tidak nyaman. Akhirnya, kami tiba di depan pintu ruang perawatan. Tentu saja, pintu itu bertipe pintu geser, dan ukurannya sedikit lebih besar daripada pintu UKS di sekolah. Di bawah nomor kamar, ada sebuah plat bertuliskan “Himegi Natsumi-sama”. Rupanya, itu adalah kamar pribadi, dan nama kakak Himegi-san adalah 'Natsumi'.

 

Pada saat seperti ini, aku teringat kakekku yang meninggal dunia ketika aku masih di sekolah dasar. Kalau diingat-ingat lagi, aku belum pernah mengunjungi kamar rumah sakit sejak saat itu. Ruangan tempat kakekku meninggal bukanlah kamar pribadi, melainkan hanya bangsal bersama.

 

    “Natsumi Nee-san, aku masuk, ya?” Himegi-san mengetuk pintunya.

 

Kemudian, dari balik pintu, suara nan lembut seorang wanita menjawab, “Masuklah”. Setelah mendapat izin dari pemilik kamar, kami pun masuk ke dalamnya. Di dalam kamar pribadi itu, jauh lebih besar dari yang aku bayangkan, dan sangat mewah. Bayanganku tentang kamar rumah sakit yang sebelumnya hanyalah berisi tempat tidur, TV kecil dan tirai tipis, tetapi kamar ini jauh berbeda.

 

Pertama-tama, setiap perabot di ruangan itu bukanlah barang murahan, melainkan perabotan berkualitas tinggi, yang sudah jelas hanya dengan melihatnya sekilas. Tidak hanya perabotannya, tetapi juga peralatan rumah tangganya yang begitu menakjubkan, sehingga sulit dipercaya bahwa ini adalah kamar rumah sakit. Ada komputer gaming, lemari es dua pintu, oven microwave, dan ketel listrik. Bahkan, ada TV yang berukuran sekitar dua kali lebih besar dari yang ada di kamarku. Rasanya seperti berada di kamar hotel mewah bintang lima. Meski begitu, beberapa peralatan medis yang terletak di dekat tempat tidur, penyangga irrigator dan kursi roda, membuatku menyadari bahwa ruangan ini tidak dapat disangkal adalah ruang perawatan.

 

Kemudian, pandanganku berpapasan dengan mata seorang gadis kurus berambut abu-abu yang sedang duduk di tempat tidur. Aku pernah melihat orang berkacamata ini. Dialah orang yang diproyeksikan di dalam message later saat pesta ulang tahun Harune-chan. Aku tahu dia adalah kakak perempuannya Harune-chan dan Himegi-san. Namun, dia menatapku dengan tatapan tajam yang membuatku sulit percaya bahwa dia adalah orang yang sedang sakit. Tampaknya, dia memiliki banyak keluhan padaku.

 

Apakah tentang waktu itu? Apakah dia mau memintaku untuk mengajarinya trik dari waktu itu? Ataukah dia ingin menyangkal bahwa aku bukanlah orang yang cocok untuk adik perempuannya. Apa pun yang dia katakan, aku harus bersiap untuk menerima dampaknya.

 

    “Apakah kamu … Ouji Hakuma-kun?” tanya dia.

 

    “Ya. Aku Ouji Hakuma.”

 

    “Aku punya keluhan padamu.”

 

    “K-Keluhan?”

 

    “Ya. Aku sangat tidak puas denganmu, jadi aku meminta Touka-chan membawamu kemari hari ini.”

 

Mendengar dia mengatakan itu, membuatku kesulitan menelan ludah. Dia adalah kakak perempuan dari pacarku yang berharga. Bahkan jika dia memfitnah dan melecehkanku, aku hanya akan pasrah menerimanya. Setelah mengambil keputusan, aku balas menatapnya. Kemudian, dia melipat tangannya dan berkata,”───Kenapa kamu memintanya memakai tights?”

(TLN: Tights, semacam celana dalaman perempuan yang ketat, menutupi dari pinggang hingga ujung kaki. Dikenal juga dengan sebutan pantyhose.)

 

    “Iya? Tights?”

 

Apa yang dia bicarakan? Ketika dia mengatakan “Tights”, apakah yang dia maksud itu pantyhose?

 

    “Kenapa kamu membuat Bunny Girl mengenakan Tights?” tanya dia lagi.

 

Tights untuk gadis kelinci? Oh, apakah ini tentang aku yang meminta Double Touka berpakaian seperti gadis kelinci saat pesta ulang tahun sebelumnya?

 

    “Umm karena …. Bunny Girl memang mengenakan itu,” jawabku apa adanya.

 

Kakak perempuan Himegi-san jelas terlihat kecewa dengan perkataanku. Sebenarnya, apa yang ingin dia katakan?

 

    “Um, itu semacam filosofis? Sama seperti orang yang makan saat mereka lapar, maka para Bunny Girl, harus mengenakan Tights?”

 

    “──── Bodoh!!!!!!!!”

 

    “──── Apa!”

 

Dia mengagetkanku. Jangan mendadak berteriak lantang. Maksudku, berlawanan dengan penampilannya yang rapuh, dia orang yang cukup aneh! Ya, aku tahu karena aku telah menghadapi semua jenis orang aneh dan eksentrik. Tidak diragukan lagi, dia adalah orang aneh kelas S.

 

    “Kamu membuatku muak dengan pemikiran bodohmu itu. Hakuma-kun, gunakan matamu dan tatap sekali lagi paha adikku itu,” katanya.

 

Dengan persetujuan dari kakak perempuannya, aku menatap dua harta karun Himegi-san yang montok, meskipun pahanya itu terhalang oleh kedua tangannya. Seperti biasa, dia memiliki paha yang bagus dan sehat. Lalu, andaikata ada seseorang yang menamai area di antara kaus kaki selutut dan rok mininya sebagai 'wilayah absolut', maka dia orang jenius setelah aku.

 

    “Hal-hal yang luar biasa tidak membutuhkan banyak kata. Sederhana dan sangat menakjubkan.”

 

    “Fufufu …. Benar, paha bidadariku adalah permata yang bahkan lebih baik dari Aphrodite.”

 

    “Lalu, apa hubungan Tights Bunny Girl dengan itu?”

 

    “Oh .... Kamu masih belum juga mengerti, dasar idiot? Kenapa pula kamu membuatnya mengenakan Tights yang menutupi kaki telanjangnya yang indah? Kenapa kamu tidak berpikir bahwa pesona Himegi Touka lebih cocok ditampilkan saat mengenakan kostum Bunny tanpa penutup kaki?”

 

    “────!”

 

Kata-katanya menghantamku bak sambaran petir. Itulah yang disebut sebagai mendapat pencerahan secara tidak terduga. Tentu saja, kostum kelinci tanpa penutup kaki sangatlah cocok untuk kaki-kaki yang indah ini! Kemudian, aku yang bodoh ini, tersungkur kaget. Betapa besar dosa yang telah aku lakukan.

 

    “Bunny yang bertelanjang kaki! Bagaimana aku bisa begitu ceroboh tentang hal itu? Dengan ini, tidak heran kalau Onee-san kecewa denganku.”

 

    “Sepertinya kamu telah menemukan kembali keindahan Bunny yang bertelanjang kaki.”

 

    “Ini sangat mengecewakan, tapi harus aku akui. Seperti yang Onee-san katakan, Tights itu hal yang jahat. Aku telah membuat kesalahan terbesar dalam sejarah umat manusia!”

 

Aku tidak percaya bahwa aku telah melewatkan kesempatan sekali seumur hidup. Oh, jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku akan kembali ke saat-saat pesta ulang tahun dan dengan senang hati merobek-robek Tights kostum Bunny itu.

 

    “Aku hanya berharap kamu mengerti. Aku kagum melihat bagaimana kamu bisa membuat adikku yang keras kepala ini berpakaian seperti Bunny Girl. Kuharap kamu akan menggunakan keterampilan itu di lain kesempatan.”

 

    “Onee-san mau memaafkan dosa besarku ini?”

 

    “Semua orang pernah melakukan kesalahan. Lain kali jika kamu ingin meminta Touka-chan mengenakan kostum Bunny Girl, pastikan dia mengenakan kostum Bunny Girl bertelanjang kaki atau Reverse Bunny Girl, oke?”

 

(TLN: Reverse Bunny Girl, bisa dikatakan kostum bunny yang tidak menutupi bagian-bagian yang tertutup dari kostum Bunny Girl.)

 

    “Ya, aku mengerti! Saat pulang hari ini, aku akan merobek-robek Tights-nya dan membuangnya ke tempat sampah. Dan mulai saat ini, dia akan tampil di atas panggung dengan kostum Bunny Girl bertelanjang kaki.”

 

    “Ya! Tapi tidak untuk kostum Reverse Bunny Girl!” Himegi-san menyela.

 

    “Ini adalah masalah yang cukup sensitif, jadi tidak boleh membicarakannya di depan umum.”

 

    “Oh, aku mengerti. Kalau begitu, jika hanya kita berdua, tidak masalah, kan?”

 

    “Ya, tidak masalah.”

 

    “Ya, ya. Itulah sebabnya kamu pacarnya Touka-chan.”

 

    “—Oi, dasar mesum, sudah cukup! Tidak ada kesempatan berikutnya, oke! Dan apa itu Reverse Bunny?”

 

Himegi-san memprotes keras kepada kami yang sedang asyik mengobrol.

 

    “Nee-san, apakah hal yang kamu ingin bicarakan dengan Ouji-kun itu tentang Tights Bunny Girl?”

 

    “Itu salah satunya. Tapi, yang lebih penting lagi adalah ini.”

 

Ekspresi wajahnya berubah dari yang sebelumnya menjadi serius. Tampaknya, bagian penting dari cerita ini dimulai dari sini.

 

    “Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu,” lanjutnya.

 

    “Padaku?”

 

    “Ya, jika kamu adalah pacarnya Touka-chan, aku ingin kamu melihat ini.”

 

    “──── Hei!”

 

Dari dalam selimut, dia mengeluarkan sesuatu yang menakjubkan dan menunjukkannya padaku. Oi, oi, kakak ini sungguh orang yang luar biasa. Sesuatu yang dia keluarkan itu adalah sebuah bantal. Namun, bukan hanya sebagai bantal peluk biasa, tetapi sampul bantalnya berbentuk Himegi Touka. Selain itu, alih-alih mengenakan seragam atau pakaian kasual, sarung bantal Himegi-san mengenakan pakaian ksatria wanita yang sangat terbuka. Di sisi lain, Himegi-san sendiri begitu kewalahan saat melihat sarung bantal peluk itu.

 

    “Bagaimana menurutmu? Pasti kamu iri, kan? Inilah satu-satunya bantal peluk unik di dunia ini, yang dibuat oleh para pelayan!”

 

Dengan ekspresi bangga di wajahnya, Kakak itu memamerkan bantal peluknya.

 

    “Kualitasnya juga luar biasa! Payudaranya diperbesar dengan ukuran yang sama dengan aslinya, dan di dalam lemari itu tersimpan sarung bantal Touka-chan dan Harune-tan dengan berbagai macam pakaian, termasuk Maid Touka, Bloomer Touka, Nurse Touka, Touka yang telanjang, dan seterusnya, dan seterusnya ….”

 

    “L-Luar biasa, ya. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan bagian belakang bantal peluk itu?”

 

    “Itu adalah Harune-tan yang berpakaian seperti pesulap!”

 

Dia membalikkan bantal itu dan memperlihatkan Harune-chan yang sedang berpakaian seperti pesulap.

 

    “Oh, oh ….”

 

    “Tidak peduli seberapa keras kamu berusaha menjadi pacarnya Touka-chan, orang yang paling mengerti dan mencintai adik-adik perempuannya adalah Himegi Natsumi ini! Muuuachh ...! Chuchu, chuchu, chuchu!”

Dia menyatakan dirinya sebagai sainganku, mencium wajah ksatria wanita yang ada di dalam pelukannya berulang kali, dan menggosok-gosok payudaranya. Uwaa, ini adalah adegan yang luar biasa. Masih bisa ditoleransi karena dia adalah kakak perempuannya, tetapi jika itu kakak laki-laki, maka itu harus menjadi masalah yang dibahas dalam pertemuan keluarga. Tidak, meskipun itu kakak perempuan, sikapnya itu berada di luar batas kewajaran.

 

Di sisi lain, aku senang bahwa keluhannya bukanlah tentang trik sulap yang aku lakukan saat itu. Akan tetapi, tetap saja, itu adalah bantal peluk yang berkualitas tinggi dan kupikir itu akan terjual laris jika dijual secara umum.

 

    “Apa? Kamu ingin meremas payudara ksatria wanita Touka-chan ini?” dia berkata, sembari meremas payudara yang besar itu dengan tangannya yang terlatih dengan lebih kencang dan semakin kencang.

 

Tentu saja, aku menggelengkan kepala lagi dan lagi.

 

    “Tidak! Touka-chan ini hanya milikku! Chu, Chu!”

 

    “T-Tunggu! Nee-san, hentikan! Dan Ouji-kun, jangan terbawa suasana!”

 

    “Tidak mau!” bantahnya kepada Himegi-san, “Aku ingin Touka-chan selalu menjadi Touka-chan-nya Natsumi—Uhuk uhuk.”

 

Seketika dia terbatuk dengan sangat menyakitkan. Dengan raut wajah khawatir, Himegi-san berlari ke arah kakaknya dan mengusap punggungnya dengan gerakan yang familiar.

 

    “Mouu, kamu terlalu bersemangat …,” kata Himegi-san.

 

    “Uhuk, uhuk …. Ha, ha, ha, ha. Oh, aku sedikit terbawa suasana.”

 

    “K-Kamu baik-baik saja?”

 

    “Ya. Ya. Ini sering terjadi, jadi aku sudah terbiasa.”

 

Sudah sering terjadi, ya …. Pada rak buku yang berada di sudut ruangan terdapat banyak buku cerita bergambar dan novel, dan di dinding di atasnya terdapat gambar-gambar, yang mungkin dilukis dengan cat.

 

Di dalam gambar itu, ada seorang gadis kecil berambut hitam, lalu seorang gadis dewasa berambut hitam panjang dengan gaun one-piece di sebelahnya, seorang pria yang terlihat seperti ayahnya, seorang wanita yang terlihat seperti ibunya, dan seorang gadis berkacamata yang mengenakan topi medis bergandengan tangan di ladang bunga matahari. Semua orang di dalam foto itu tersenyum dan tertawa. Pada gambar itu tercantum tanggal yang menunjukkan 7 Mei tahun lalu.

 

Mungkin, orang yang melukis gambar itu adalah gadis kecil yang ada pada gambar tersebut. Setidaknya, dari sentuhan gambarnya, bisa dipastikan bahwa itu digambar oleh seorang anak yang masih duduk di sekolah dasar. Kemudian lagi, dari tanggal gambarnya, kemungkinan kakak Himegi-san sudah dirawat di rumah sakit jauh sebelum musim panas tahun lalu. Rawat inap jangka panjang … itu berarti ….

 

    “Nama pelukisnya adalah Himegi Harune.”

 

    “Eh?”

 

    “Karena kamu menatap lukisan itu dengan wajah serius, kupikir kamu sedang memikirkan hal itu.”

 

Aku sedikit malu karena dia bisa mengetahui isi pikiranku. Oh, begitu, jadi gambar ini digambar oleh Harune-chan. Meski aku tidak layak menilai orang lain, tetapi sepertinya Harune-chan juga tidak memiliki bakat dalam seni lukis.

 

    “Itu tidak terlalu bagus, kan? Tapi itu adalah harta karunku yang sangat berharga.”

 

    “Suasananya nostalgia, ya.”

 

    “Begitulah. Saat itu, aku diberi izin untuk keluar dari rumah sakit, dan aku cukup egois untuk pergi ke ladang bunga matahari yang bahkan belum mekar ….”

 

Dari ceritanya, tampaknya keluarga yang beranggotakan lima orang itu pergi ke ladang bunga matahari tahun lalu selama liburan Golden Week. Memang, bunga matahari tidak mekar ketika masih di bulan Mei.

 

    “Tapi dalam gambar itu, ladang bunga mataharinya sedang mekar penuh.”

 

    “Jadi, apa yang ada di dalam gambar itu adalah ide yang keren dari Harune.”

 

    “Oh, seperti itu.”

 

Aku yakin dia bekerja keras untuk melukis gambar yang sebenarnya bukan keahliannya, karena memikirkan kakak perempuannya. Seandainya, aku menerima lukisan seperti itu sebagai hadiah, mungkin aku akan membingkainya dan menggantungnya juga.

 

    “Suka bunga matahari?” tanyaku kembali.

 

    “Itu bunga favoritku, tahu?”

 

    “Begitu ya….”

 

    “Daripada membahas hal itu, sudah berapa lama kalian berdua berpacaran?” tanya dia.

 

    “Segera setelah kami naik kelas, aku mengungkapkan perasaanku.”

 

Kalau tidak salah, akulah yang menyatakan cintaku padanya pekan lalu dan pengakuan pertamaku itu ditolak oleh Himegi-san.

 

    “Kukukuku! B-Begitu. Jadi, kalian adalah pasangan yang baru saja berpacaran.”

 

Entah kenapa, Natsumi-san memasang wajah menyeringai dan tersenyum.

 

    “Bisa dibilang begitu.”

 

    “Nah, Touka-chan. Apa yang kamu sukai dari Hakuma-kun?”

 

    “Dia ahli dalam melakukan trik sulap dan sangat bisa diandalkan.”

 

    “Kuhkuhkuh! Jadi, apa yang kalian berdua mau lakukan saat Golden Week nanti?”

 

    “Eh?” Himegi-san terkejut mendnegar kata-kata yang tidak terduga itu.

 

    “Karena kalian sepasang kekasih, tentunya kalian akan pergi berkencan, kan?”

 

Memang benar bahwa sepasang kekasih setidaknya akan pergi berkencan selama liburan Golden Week. Namun, setelah mengunjungi ruang perawatan ini ... atau lebih tepatnya, melihat kondisi Natsumi-san, kurasa aku mengerti apa yang selama ini menjadi bahan pikiranku. Mungkin, alasan Himegi-san mengajakku berpacaran karena ada hubungannya dengan kakak perempuannya.

 

    “Kita akan pergi kencan. Benarkan, Ouji-kun?”

 

    “Benar. Kita akan pergi kencan selama Golden Week.”

 

Meskipun aku sendiri belum punya rencana, tetapi aku akan menyetujui apa yang dikatakan Himegi-san.

 

    “Kalian mau pergi kemana?”

 

    “............”

 

Himegi-san terdiam mendengar pertanyaan kakaknya. Sepertinya, dia bukanlah tipe orang yang bisa berpikir secara spontan.

 

    “Kami akan pergi ke Crown World.”

 

Aku memutuskan untuk menawarkan bantuan. Crown World adalah nama sebuah kompleks hiburan dengan fasilitas pemandian air panas dan kolam renang. Menurut slogan iklannya adalah ‘Merasa seperti raja selama 24 jam’.

 

    “Ayahku memberiku kupon diskon, jadi secara spontan aku memikirkan untuk pergi ke sana.”

 

Aku berbohong. Setiap kali aku berbohong, wajah orang tuaku selalu terlintas di benakku, tetapi prioritasku sekarang adalah membantu pacarku yang terdiam di sampingku ini. Itulah yang menjadi alasanku. Memang benar ayahku memberiku kupon diskon, tetapi aku tidak ingat pernah mengajak Himegi-san untuk pergi berkencan. Akan tetapi, Natsumi-san akan curiga jika aku tidak menjelaskan ke mana kami akan pergi bersenang-senang, karena itulah aku langsung berbohong apapun yang terjadi. Lalu, aku melihat Himegi-san dengan raut wajah yang meminta maaf.

 

    “Rasanya sudah lama, ya. Aku pernah ke sana sekali dengan keluarga Harukawa saat pertama kali dibuka, sih.”

 

    “Serius?”

 

    “Ya, serius dong. Aku ingin ke sana lagi, tapi karena kondisi tubuhku yang seperti ini, aku tidak bisa.”

 

    “............”

 

    “Selamat bersenang-senang, kalian berdua.”

 

    “Ya, kami akan bersenang-senang.”

 

    “Oke, oke. Dengan begini, satu lagi rasa penyesalan Onee-san-mu ini berkurang, dah. Ya, bersenang-senang, bersenang-senang!”

 

Kata-katanya itu membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Meskipun aku bukan ahli dalam bidang medis, aku dapat mengatakan bahwa gadis yang ada di depanku ini sedang dalam kondisi yang buruk. Melihatnya yang telah kehilangan banyak berat badan, mengingatkanku pada kakekku yang meninggal karena kanker ketika aku masih di sekolah dasar.

 

Tatkala memikirkan hal ini, pintu kamar rumah sakit itu pun terbuka dan seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun memasuki ruangan. Dia mengenakan piyama merah muda dan memeluk sebuah buku bergambar di dadanya. Sepertinya, dia datang ke ruangan ini karena ingin meminta si Kakak membacakan buku bergambar untuknya. Akan tetapi, gadis berpiyama itu terlihat sangat waspada saat melihatku.

 

    “Natsumi Onee-chan. Bacakan aku buku cerita bergambar, dong ….”

 

    “Benar juga, ya. Aku sudah berjanji untuk membacakannya.”

 

Mendengar kata-kata itu, gadis itu tersenyum lebar, menjatuhkan diri ke tempat tidur dan mengambil tempat di sampingnya.

 

    “Tapi kamu tahu apa yang lebih menyenangkan daripada membacakan cerita untukmu hari ini?”

 

    “Lebih menyenangkan daripada membaca buku cerita bergambar?”

 

    “Ya. Onii-chan yang lucu di sana akan menunjukkan sebuah trik sulap kepada Anna-chan,” kata Natsumi-san.

 

Aku tidak menyangka dia akan mengatakannya begitu saja. Namun, harga diriku tidak mengizinkanku untuk menolak tawaran itu. Kemudian, aku menunjukkan trik sulap kepada gadis itu dengan menggunakan koin dan kartu yang aku miliki.

 

***

 

Setelah meninggalkan rumah sakit, kami duduk di sebuah bangku taman di dekat rumah sakit, merasakan sejuknya udara malam musim semi. Kami tidak bisa hanya langsung pulang begitu saja. Kami harus menjawab pertanyaan dan keraguan yang selama ini kami hadapi.

 

    “Terima kasih atas trik sulapnya.”

 

    “Aku senang Anna-chan senang.”

 

    “Kamu sungguh luar biasa. Meskipun awalnya orang-orang mencurigaimu, tapi pada akhirnya kamu bisa membuka diri. Aku sedikit iri padamu.”

 

Himegi-san benar, pada saat aku datang ke rumahnya lagi, orang-orang di sana sudah cukup terbuka dan menerima aku. Bahkan, mereka memintaku untuk kembali menunjukkan trik sulapku.

 

    “Himegi-san, maafkan aku.” Aku membungkuk pada Himegi-san.

 

    “Eh? Kenapa kamu minta maaf?”

 

    “Hari ini, setelah bertemu dengan Onee-san-mu, aku mengerti satu hal. Aku mengerti mengapa Himegi-san tidak mau berpacaran dengan siapa pun.”

 

Seandainya ada anggota keluargamu yang sedang berjuang melawan penyakit parah yang dideritanya, mana mungkin kamu bisa sempat terbuai dengan hal-hal romantis. Jika aku punya seseorang di keluargaku yang sedang sakit, aku pasti melakukan hal yang sama dengan Himegi-san. Lalu, pada saat-saat yang seperti itu, aku malah membuat pengakuan yang egois kepadanya. Semakin aku memikirkannya, semakin aku ingin kembali ke hari itu dan menghantam wajahku sendiri karena begitu sembrono.

 

    “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan tentang pengakuan itu. Karena kamu juga tidak tahu apa-apa tentang hal itu,” balasnya.

 

    “Terima kasih. Perasaanku jadi sedikit lebih lega setelah mendengarmu mengatakan seperti itu.”

 

    “Aku juga berhutang permintaan maaf padamu.”

 

    “Itu tentang hubungan kita saat ini, kan?” aku menerkanya.

 

Dia pun mengangguk. Lagi pula, pengakuan Himegi-san saat itu untuk ….

 

    “Seperti yang kamu bayangkan, Ouji-kun, sampai Nee-san sembuh, aku tidak berniat untuk pacaran dengan siapapun. Tapi, sekarang aku akan berpacaran denganmu.”

 

    “Alasan kita berpacaran pasti ada hubungannya dengan Onee-san-mu, kan?”

 

    “Hari ini, ketika melihat Nee-san, kamu pasti tahu bahwa dia tidak punya waktu lama untuk hidup.” Dengan suara bergetar, dia menceritakan gejala-gejala yang dialami oleh kakaknya.

 

    “............”

 

Aku sudah tahu, tetapi aku tidak dapat menerima kenyataan ini dengan mudah. Meskipun dia terlihat banyak tertawa, tetapi dia hanya memiliki sedikit waktu untuk hidup. Bagi keluarga Himegi, kenyataan itu sangatlah menyakitkan.

 

    “Kami sudah mencoba berbagai metode pengobatan, tetapi semuanya gagal. Dokter mengatakan bahwa dia tidak akan bisa bertahan sampai musim gugur.”

 

Air mata mengalir di mata Himegi-san. Melihat ekspresinya yang sedih, hatiku menjadi terenyuh. Sang Kakak yang sangat dicintainya tidak lagi memiliki waktu yang lama untuk hidup. Tidak terbayangkan betapa sedihnya dia. Kemudian, aku mengeluarkan sapu tangan dari saku dan dengan lembut memberikan padanya.

 

    “Maaf ….”

 

    “Jika itu terlalu menyakitkan, kamu tidak perlu membicarakannya, lho.”

 

Himegi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, kok.”

 

Kemudian dia menghela napas dan menatapku.

 

    “Nee-san ingin bertemu dengan pacarku sebelum dia meninggal.”

 

    “Maksudmu dia tertarik padaku?”

 

    “Melihat video pesta ulang tahun Harune, dia menjadi tertarik padamu..”

 

Itu artinya, dia mengatakan bahwa dia mau menjadi pacarku demi memenuhi keinginan Himegi Natsumi? Namun anehnya, aku tidak merasa marah dengan kenyataan itu. Bagi sebagian orang, itu mungkin situasi di mana mereka harus marah dan berkata, 'Jangan bercanda! ', tetapi aku justru merasa lebih lega. Yah, meski  akan berbohong jika mengatakan bahwa aku tidak sedih.

 

    “Apakah itu alasan kamu memilihku?”

 

Aku senang bahwa kamu menyukaiku karena video pesta ulang tahun itu, tetapi jika itu satu-satunya alasan, sepertinya itu tidaklah cukup.

 

    “Aku memilihmu karena tiga alasan. Yang pertama adalah karena kakakku menyukaimu, yang kedua adalah karena kupikir kamu tidak akan menolak, dan yang ketiga adalah ….”

 

    “Dan yang ketiga?”

 

    “Maaf, hanya dua alasan itu.”

 

    “Begitu.”

 

Jadi, bisa dibilang Himegi-san tidak jatuh cinta padaku dan tidak tertarik menjalin hubungan denganku. Yah, aku tahu itu, tetapi itu sedikit menyedihkan. Tidak, kekecewaan itu akan kusimpan untuk nanti, yang terpenting sekarang adalah apa yang akan kami lakukan. Apakah kami akan terus bersikap seperti sepasang kekasih di depan kakaknya, ataukah kami akan mengakhiri hubungan itu di sini?

 

Aku mengerti perasaan Himegi-san yang ingin mengurangi penyesalan demi kakak perempuannya yang hidupnya sudah tidak lama lagi. Meskipun, menurutku cara yang digunakannya itu sangatlah klasik, tetapi hatinya penuh dengan cinta untuk kakaknya. Sejujurnya, ada bagian dari diriku yang ingin membantunya, meskipun tiada rasa cinta di antara kami. Namun di sisi lain, batinku mempertanyakan apakah ini hal yang etis untuk dilakukan. Apakah benar-benar solusi yang tepat untuk terus berbohong kepada orang yang hidupnya pun tidak akan bertahan lama.

 

Apapun jalan yang dipilih, hasilnya kemungkinan besar akan buruk. Haruskah aku meminta pendapat Touka-san, yang mengetahui masa depan, demi memilih jawaban terbaik? Tidak, itu tidak tepat. Ini adalah hidupku. Keputusan dan tanggung jawab atas jalan yang dipilih hanya aku sendiri yang memikulnya.

 

    “Sejujurnya, aku berharap kamu membicarakan hal ini lebih awal.”

 

    “Maaf, aku tidak bisa memberitahumu, sedangkan aku sendiri ragu bahwa aku akan ditolak.”

 

    “Aku tidak akan menolakmu. Karena jika aku menolak, kamu akan mencoba mendapatkan lelaki lain untuk berpura-pura menjadi pacarmu, kan? Jika itu yang akan terjadi, lebih baik aku yang menjadi pasangan palsumu.”

 

Kendatipum palsu, aku tidak rela ada lelaki lain yang berdiri di samping Himegi-san.

 

    “Tapi aku ingin kamu jujur padaku …,” aku melanjutkan.

 

    “Maafkan aku.” Sembari mengatakan itu, dia membungkuk dengan tulus dan kembali meminta maaf.

 

    “Oke. Selama Onee-san masih hidup, kita adalah sepasang kekasih … dan kita akan tetap seperti itu.”

 

Aku memilih untuk melangkah bersamanya, memilih berperan sebagai pasangan palsunya. Walaupum aku sendiri mengerti bahwa tidak ada kebenaran di balik itu.

 

    “Kamu yakin? Aku meminta permintaan yang sangat berat, lho?”

 

    “Kamu sudah memilihku sebagai pasangan yang akan menempuh jalan yang sulit itu. Hanya itu yang terpenting.”

 

    “Terima kasih.”

 

    “Bukan apa-apa.”

 

Kemudian kami memutuskan untuk pulang saat itu juga. Himegi-san masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya.

 

    “Maukah kamu ku berikan tumpangan?”

 

Aku yakin Himegi Touka-san ada di rumah sekarang dan bukan ide yang bagus bagi mereka berdua untuk kembali saling bertemu.

 

    “Tidak, rasanya aku akan pulang sendiri hari ini.”

 

Dengan itu, aku memutuskan menolak tawaran baiknya. Dia tampak sedikit sedih mendengar kata-kataku, mengira bahwa aku marah dan menolak perhatiannya.

 

    “Baiklah. Ouji-kun, terima kasih banyak.”

 

    “Jangan khawatir, aku tidak marah, kok. Aku hanya ingin berjalan sendirian sebentar.”

 

    “Oke. Ouji-kun, sampai jumpa besok.”

 

Dari jendela mobil, dia mengangkat tangannya pelan dan mengucapkan salam perpisahan. Biasanya aku akan sangat senang dengan sikapnya, tetapi untuk sekarang tidak ada perasaan seperti itu. Kemudian, Himegi-san pun meninggalkan tempat itu.

 

    “Sudah waktunya aku pulang, ya …?” gumamku.

 

Terus terang, aku merasa sangat terbebani. Kalaupun aku pulang, masih ada Himegi Touka yang lainnya. Sekarang, setelah aku tahu apa yang terjadi di dalam keluarga Himegi, wajah seperti apa yang harus aku tunjukkan untuk menghadapinya?

 

***

 

Setibanya aku di rumah, aku tidak bisa mempercayai apa yang sedang kulihat. Ayah dan ibuku dengan tergesa-gesa memasukkan banyak barang ke dalam mobil mini kami yang sudah usang. Apa? Mungkinkah mereka mau melarikan diri di malam hari? Apa ini yang disebut kabur malam hari? Jadi, hari ini akhirnya tiba. Aku sudah tahu, menjual sepeda motor bekas bukanlah bisnis yang menguntungkan di zaman sekarang. Itulah kenapa aku mengatakan, akan lebih menguntungkan untuk menjalankan bisnis toko PC gaming daripada menjual sepeda motor!

 

Aku pun menghampiri kedua orang tuaku, yang sedang sibuk mengangkut barang-barang mereka, dan bertanya kepada mereka, “Berapa banyak utangnya?”

 

    “Hah? Apa-apaan yang kamu katakan?”

 

    “Kalian kabur di malam hari, kan?”

 

    “Kabur di malam hari? Oi kamu, ini bahkan belum jam 19:00.”

 

    “Aku mendengar bahwa zaman sekarang ini, orang tidak lagi melarikan diri saat tengah malam.”

 

    “Ha-chan, meski tiba-tiba, kami akan pulang ke rumah orang tua Ayahmu.”

 

    “Apa? Maksudnya ke rumah nenek?”

 

    “Ibu mertua sepertinya menderita sakit pinggang. Aku akan merawatnya sambil melaporkan bahwa dia akan memiliki cucu.”

 

Nenekku adalah satu-satunya yang tersisa dari pihak ayahku. Kakekku meninggal karena kanker beberapa tahun yang lalu. Memang, ayahku selalu bercanda, tetapi jauh di lubuk hatinya dia pasti khawatir dengan nenek yang tinggal sendirian.

 

    “Jadi, itu koper untuk pulang ke sana.”

 

    “Kami mungkin akan berada di sana sampai setelah Golden Week.”

 

    “Aku ingin sekali mengajakmu ikut denganku, tapi kamu harus tinggal bersama Touka-chan.”

 

Karena Touka-san punya tanggung jawabnya sendiri, jadi tidak mungkin mereka mengajaknya pergi bersamaku, dan aku juga tidak bisa meninggalkannya sendirian di rumah ini. Maka pilihan yang terbaik adalah aku tinggal di sini. Saat memikirkan hal itu, aku mendapat tepukan di punggung.

 

    “Ayah mertua, apakah tas ini adalah barang bawaanmu yang terakhir?” Aku berbalik dan melihat seorang wanita cantik berambut hitam berdiri di sana.

 

    “Terima kasih, Touka-san. Maafkan aku, tapi tolong jaga si Bodoh ini.”

 

    “Serahkan saja padaku.”

 

    “Jaga diri kalian baik-baik, ya.”

 

Kemudian ayah dan ibuku pergi ke rumah nenekku yang tinggal di prefektur tetangga.

 

    “Kita berduaan saja sekarang.”

 

    “Ya, benar.”

 

Ini adalah momen yang seharusnya membuatku sangat senang, tetapi sejujurnya, aku tidak ingin berduaan dengannya sekarang.

 

    “Touka-san. Aku pergi menemui Natsumi-san hari ini.”

 

Dia sama sekali tidak bereaksi terhadap kata-kataku. Seolah-olah dia sudah mengetahui semuanya dari awal.

 

    “Touka-san, mungkinkah kamu menemui Natsumi-san hari ini?”

 

    “Apa yang membuatmu berpikir begitu?”

 

    “Touka-san, kamu bilang kamu mau pergi keluar pagi ini, jadi mungkin saja itu alasannya.”

 

Meskipun dia orang yang berjiwa bebas dan tidak terikat, tetapi pasti hanya ada beberapa orang yang ingin dia temui di masa ini.

 

    “Benar. Kami menonton film bersama hari ini.”

 

    “Apakah itu film yang kita tonton sebelumnya?”

 

    “Ya, aku mengambil film yang harusnya aku dan Nee-san tonton pada masa ini.”

 

Mungkin alasan Touka-san menangis di dalam bioskop hari itu bukan karena isi filmnya, tetapi karena dia mengingat masa lalu. Apa pun itu, tampaknya sejarah telah diubah lagi.

 

    “Apa mungkin, apakah Natsumi-san tahu identitas asli Touka-san?”

 

    “Ya. Dia senang bertemu dengan seseorang dari masa depan.”

 

    “Oh, begitu.”

 

Dengan kata lain, sama seperti aku, Natsumi-san adalah orang yang tahu tentang masa depan. Namun, kenapa Touka-san mengambil alih apa yang seharusnya dirinya di masa lalu lakukan?

 

    “Jadi, bagaimana perasaanmu saat bertemu dengan Natsumi Nee-san?”

 

    “Aku ingin bertemu dengannya saat dia dalam keadaan sehat.”

 

Aku dengan jujur mengatakan apa yang kupikirkan.

 

    “Oh, ya. Ha-kun, di duniaku, kamu dan Natsumi Nee-san tidak pernah bertemu,” ungkapnya.

 

Kata-kata itu berarti bahwa sekali lagi sejarah telah berubah. Aku tahu, di dunia aslinya, aku dan Natsumi-san tidak pernah bertemu.

 

    “Apakah tujuanmu adalah membuat aku dan Natsumi-san bertemu?”

 

    “Itu salah satunya, tapi semuanya adalah ... ra-ha-si-a!”

 

Dengan mengatakan hal itu, Touka-san mengedipkan matanya dengan manis dan menghindari pertanyaanku. Sepertinya dia tidak ingin memberitahuku sampai akhir.

 

    “Ha-kun, aku ingin kamu melakukan apa yang menurutmu pantas kamu lakukan.”

 

    “Apa yang pantas kulakukan?”

 

Apa maksudnya? Sayangnya, aku tidak bisa bersikap keren karena tidak bisa langsung menjawabnya. Namun, aku benar-benar tidak ingin menyesalinya.

 

    “Apakah kamu sudah memberitahunya tentang pernikahanmu?”

 

    “Sudah. Dia banyak memberikanku ucapan selamat.”

 

    “Oh, begitu.”

 

    “Ngomong-ngomong, kamilah yang menyusun rencana agar kalian menjadi pasangan palsu!”

 

    “Sudah kuduga, memang seperti itu, ya?”

 

    “Bagaimana perasaanmu tentang strategi aku dan Natsumi Nee-san?”

 

Dari sudut pandang Natsumi-san, adiknya dari enam tahun di masa depan, muncul dan memberitahukan tentang pernikahannya. Seandainya diberitahukan berita seperti itu, sudah wajar jika dia ingin bertemu denganku sejak sekarang. Karena dia sangat mencintai adik perempuannya, tentu saja dia penasaran seperti apa pasangannya.

 

    “Ah! Begitu, maksudnya!”

 

Dengan kata lain, ini adalah tantangan dari Himegi Natsumi. Dia ingin menguji apakah Ouji Hakuma benar-benar pasangan yang cocok untuk Himegi Touka.

Karena itulah dia membuatku dan Himegi-san menjadi sepasang kekasih. Aku mengerti, semuanya masuk akal sekarang. Walaupun sedikit menyakitkan karena merasa seperti sedang bermain di telapak tangannya, aku harus menerima tantangan Natsumi-san.

 

    “Tapi strategi itu termasuk cara yang cukup merepotkan …,” gumamku.

 

Namun begitu, setidaknya aku merasa lega bahwa ada satu beban yang telah dilepaskan dari hatiku. Lagi pula, Natsumi-san sendirilah yang mengatur situasi ini. Sekarang, aku tidak akan merasa berat lagi meskipun harus berperan sebagai pasangan palsu di depannya. Pokoknya, aku akan mengusahakan yang terbaik. Terlebih lagi, aku akan senang jika dia mengakui usahaku.

 

    “Touka-san, aku lapar ….”

 

Setelah merasa lega, tibalah rasa laparku. Sekarang aku ingin sekali menyantap makanan hangat buatannya.

 

    “Aku akan memasak makanan, ayo kita makan bersama.”

 

Dengan begitu, kehidupan kami bersama pun dimulai.

 

TL: Zho (YouthTL)


Prev Chapter || ToC || Next Chapter
Post a Comment

Post a Comment

close