Penerjemah: Tensa
Proffreader: Tensa
Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.
Bab 9
Isolte dan Doga: Bagian Akhir
“Dengan ini, sudah berapa orang?”
Tempat ini adalah kediaman Isolte, jauh dari dojo aliran Gaya Dewa Air. Di ruang tamunya, ia berhadapan dengan kakak laki-lakinya.
“... Dua puluh enam orang,” jawab Isolte sambil menundukkan kepala.
Tantris mencoba menatap mata adiknya, tapi Isolte terus memalingkan pandangan.
“Kabar angin mengatakan bahwa kamu yang menolak mereka.”
“... Ya.”
“Mengapa?”
Isolte mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
“Yah, itu... Mereka semua orang baik. Kepribadian mereka bagus, sikap mereka juga santun... Hanya saja...”
“Hanya saja?”
“Mungkin karena terlalu baik, justru kekurangan mereka yang lebih menonjol.”
Isolte teringat akan para pria yang ia temui dalam perjodohan. Mereka adalah para bangsawan yang diperkenalkan oleh Ariel.
Mereka semua masih muda, bersemangat, dan mampu menghibur Isolte selama pertemuan perjodohan. Namun... mereka terlalu jujur. Entah karena diperintahkan Ariel atau tidak, mereka bahkan menceritakan preferensi seksual mereka.
Kelima pria itu benar-benar berterus terang.
Atre Orpheus Asura, yang berwajah tampan, lembut, dan berjanji akan mendukung Isolte sepenuh hati jika menikah.
Basil Venti Asura, yang berwajah tampan, kekar, dan memiliki pemahaman mendalam tentang aliran Gaya Dewa Air.
Carlos Siodos Asura, yang berwajah tampan, anggun, dan menawarkan bantuan finansial untuk aliran Gaya Dewa Air.
Daniel Lips Asura, yang berwajah tampan, lucu, dan berhasil membuat Isolte tertawa berkali-kali selama percakapan mereka.
Elliot Skiron Asura, yang berwajah tampan, manis, dan memunculkan keinginan untuk melindunginya.
Mereka semua mengungkapkan segalanya. Hal-hal yang ingin mereka lakukan dengan Isolte di ranjang, atau di luar ranjang, pakaian yang mereka inginkan Isolte kenakan, dan bagaimana mereka ingin Isolte pada akhirnya...
Isolte yang minim pengalaman sama sekali tidak bisa mengimbangi.
Tanpa sadar, ia telah menolak mereka semua.
Ia bahkan sempat berpikir bahwa mereka tidak waras.
Isolte merasa jijik mengetahui bahwa pria-pria rupawan itu memiliki hasrat semacam itu.
Sejujurnya, saat ini Isolte sedikit kehilangan kepercayaan terhadap pria.
Ia tahu tidak semua pria seburuk itu, tapi tetap saja, sebagian besar pria di dunia pasti memiliki pikiran seperti itu.
Memikirkan hal itu membuatnya sedikit merasa bahwa mungkin ia tidak perlu menikah sama sekali.
“Kekurangan seperti apa?”
“Aku tidak bisa mengatakannya, hal-hal yang tidak pantas diucapkan.”
“Ah, begitu... Yah, mereka bangsawan Asura, sih.”
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak bangsawan Asura memiliki selera yang tidak biasa. Karena kelas atas sudah terpenuhi segala kebutuhannya, mereka tidak bisa puas hanya dengan hal-hal biasa seperti rakyat jelata.
“Tapi ini masalah, ya, kamu menolak semuanya.”
“Tidak, bukan semuanya. Masih ada beberapa orang lagi.”
“Meski begitu, kalau terus begini tidak akan ada yang terpilih...”
Tantris teringat masa lalu dan berkata demikian. Sejak dulu, ketika Isolte berada dalam posisi untuk memilih sesuatu, ia selalu terlalu selektif, mengatakan tidak suka ini dan itu. Selama ia melakukan itu, pilihan-pilihan bagus diambil orang lain, dan ia terpaksa mengambil sisa-sisa yang tersedia.
Ia melewatkan usia nikah karena alasan yang sama.
“...Baiklah, kalau begitu mari kita lakukan ini.”
Tantris mempertimbangkan sifat adiknya dan mengambil sebuah keputusan.
“Menikahlah dengan orang berikutnya.”
“Tapi, itu...”
“Orang berikutnya mungkin bukan orang yang ideal untukmu. Karena kamu berada dalam posisi memilih, kamu jadi terlalu memerhatikan kekurangan mereka yang menonjol. Namun, kekurangan itu mungkin akan terlihat sepele setelah kalian menikah dan tinggal bersama. Mungkin kamu akan melihat kelebihan yang lebih besar yang tidak terlihat saat pertama kali bertemu.”
Tantris sendiri tidak menyukai argumen yang terlalu memaksa seperti ini. Ia percaya bahwa waktu untuk memilih itu penting, terutama untuk mengenal sifat dasar seseorang.
Namun, fakta bahwa ini adalah “rekomendasi dari Ariel” membuatnya berpikir bahwa cara yang agak memaksa seperti ini mungkin bisa berhasil. Jika rekomendasi dari Ariel, pasti tidak akan berakhir dengan kegagalan besar.
Ia terlalu menaruh harapan tinggi.
“...Baiklah, aku mengerti.”
Setelah hening sejenak, Isolte akhirnya membulatkan tekad. Memang benar, ia terlalu pemilih. Sejak dulu selalu begitu. Pasti tidak akan berubah dalam waktu dekat.
Sifat itu memang cocok dengan aliran Gaya Dewa Air, dan ia akan segera menjadi Dewa Air, tapi tidak cocok untuk pernikahan.
Jika terus begini, ia mungkin akan menghabiskan seluruh hidupnya sendiri.
Menjadi Dewa Air memang sesuatu yang bisa dibanggakan. Orang-orang akan memuji, menyanjung, dan mengaguminya.
Ia akan membalas dengan senyuman, berbincang, merasa senang, lalu pulang ke rumah. Kemudian, ia akan makan sendirian di ruangan kosong, berganti pakaian tidur, dan tidur sendirian.
Betapa menyedihkan.
Ia tidak menjadi Dewa Air hanya untuk mendapat pujian.
Ada sisi lain dari Isolte selain sebagai ahli pedang. Sisi itu selalu sendirian. Itulah mengapa ia merasa hampa.
Ia tidak tahu apakah suami atau anak yang didapat dari pernikahan akan bisa menyembuhkan sisi lain dirinya itu.
Namun, setidaknya lebih baik ada seseorang untuk berbagi cerita ketika ia pulang setelah mendapat pujian.
Mungkin saja, orang itu akan meminta hal-hal yang sangat aneh setelah mendengar cerita kebanggaan Isolte, tapi...
... Tidak, ia sudah siap.
“Jadi, kapan dan di mana pertemuan dengan orang berikutnya?”
“Ya. Katanya hari ini mereka akan menjemputku dengan kereta kuda sampai ke sini.”
“Seorang anggota keluarga kerajaan yang menjemput...?”
“Benar.”
Tersisa tiga kandidat.
Tanpa sepengetahuan Isolte, mereka mulai serius setelah lima orang sebelumnya ditolak begitu saja.
Mereka menentukan urutan melalui undian ketat, dan berencana untuk menyerang satu per satu dengan serius.
“...Hm?”
Saat itulah Isolte menyadari sesuatu.
“Dojo terdengar lebih ramai, ya.”
Dojo berdekatan dengan kediaman keluarga Cruel.
Meskipun begitu, tempat ini bisa dibilang markas utama aliran Gaya Dewa Air, dengan luas area yang cukup besar.
Biasanya suara tidak akan terdengar sampai sini, tapi Isolte adalah Kaisar Air.
Jika ada keributan, apalagi yang mengandung amarah dan niat membunuh, tentu saja dia menyadarinya.
“Mungkinkah mereka sudah datang?”
“Seharusnya masih terlalu awal dari waktu yang aku dengar... Ah, tapi mungkin saja saya yang aku ingat. Bagaimanapun juga, aku akan ke sana. Kita tidak boleh berlaku tidak sopan kepada anggota keluarga kerajaan.”
“Benar. Ayo bergegas.”
Isolte dan Tantris saling mengangguk, lalu bergegas menuju dojo.
Dojo dalam keadaan kacau.
Para murid berpakaian latihan mengelilingi seorang pria, melontarkan teriakan marah dan provokasi.
“Ah, Guru, ada penantang dojo! Seorang pria tiba-tiba datang dan menuntut untuk bertemu Guru!”
Mendengar itu, wajah Isolte dan Tantris memucat.
Jika para murid memperlakukan anggota keluarga kerajaan seperti ini, bisa-bisa dojo mereka dibubarkan.
Apakah pria itu tidak menyebutkan namanya? Bahwa dia adalah anggota keluarga kerajaan Asura yang datang untuk menjemput Isolte?
“Hentikan!”
Dengan satu bentakan dari Isolte, suasana langsung lengang.
“Minggir! Orang ini adalah tamuku!”
“...Tapi, pria ini...”
“Semuanya, duduk bersimpuh di samping dojo!”
Dengan perintah Isolte, para murid bergerak seperti laba-laba yang menyebar, pindah ke samping dojo dan duduk berbaris rapi. Sejak zaman pendahulu, gerakan ini selalu cepat dilakukan oleh semua orang.
Yah, itu bisa diurus nanti. Sekarang yang terpenting adalah segera meminta maaf.
Dengan pemikiran itu, Isolte melihat ke arah para murid yang minggir.
“...?”
Yang berdiri di sana adalah seorang pria besar yang tingginya lebih dari dua meter. Lebar bahunya saja hampir mencapai satu meter. Tubuhnya seperti batu raksasa.
Namun, bagi Isolte, sosok raksasa itu terasa familier.
“Doga?”
“...Ya.”
Wajah yang berbalik saat dipanggil memang benar dia.
Tak lain dan tak bukan, itu adalah Doga, salah satu dari Tujuh Kesatria Asura yang dijuluki “Penjaga Pintu Raja”. Dia berdiri dengan canggung, seolah-olah ketakutan dan menyusutkan tubuhnya, tapi ketika melihat Isolte, dia berbalik dengan wajah lega.
“Kamu beruntung selamat. Pria ini adalah Kaisar Utara Doga. Jika dia serius, kalian semua bisa dikalahkan hanya dengan satu tangan...”
Isolte baru saja akan mengatakan itu ketika dia menyadari pakaian Doga.
Itu adalah seragam resmi kesatria.
Isolte belum pernah melihat Doga mengenakan seragam resmi. Biasanya dia selalu mengenakan baju zirah emas atau baju zirah berwarna kusam. Seolah-olah itu adalah pakaian resminya, dan Ariel pun tidak pernah mengatakan apa-apa.
Selain penampilannya yang tidak biasa dan terlihat tidak nyaman, di tangannya terdapat sebuket bunga.
Meskipun terlihat kecil karena ukuran Doga yang besar, itu adalah buket bunga yang cukup besar.
“Kenapa kamu di sini? Apa terjadi sesuatu pada Yang Mulia? Atau ada panggilan darurat?”
Isolte mengerutkan dahi dengan bingung.
Menanggapi hal itu, Doga perlahan mendekatinya dan menyodorkan buket bunga yang dipegangnya.
Pada titik ini, Isolte mulai memiliki firasat “jangan-jangan”.
Pakaian resmi dan buket bunga.
Tentu saja, pikiran “tidak mungkin” juga sama kuatnya.
Namun, dengan kata-kata berikutnya, “jangan-jangan” menjadi kenyataan.
“I-Isolte Cruel-san... A-aku menyukaimu! Ma-maukah kau menikah denganku?”
Siapa sangka Doga ternyata anggota keluarga kerajaan Asura.
Ada beberapa hal yang mengarah ke sana.
Dia adalah satu-satunya pria yang dipercaya untuk menjaga ruang pribadi Ariel.
Kecuali Luke yang merupakan pengecualian, bahkan Sándor pun tidak diizinkan mendekati ruangan itu dengan membawa senjata.
Bahkan di tengah malam, Doga berdiri di depan ruang pribadi Ariel.
Meski begitu, tidak pernah ada cerita bahwa dia dikebiri atau semacamnya.
Doga memang dikenal sebagai pria yang aman dan tidak berbahaya, tapi tetap saja dia laki-laki.
Dengan tubuh raksasa ini dan kekuatan tempur sebagai Kaisar Utara, seharusnya mudah baginya untuk menyerang kamar tidur Ariel.
Isolte selalu bertanya-tanya mengapa pria seperti ini dipercaya.
Tapi, ya, jika dia adalah kerabat Ariel?
Jika mereka saling mengenal sejak kecil...
Ada cerita bahwa Doga berasal dari sebuah desa di perbatasan Kerajaan Asura, tapi keluarga kerajaan memiliki berbagai macam latar belakang.
Seperti Ariel yang pernah melarikan diri ke negeri asing yang jauh, mungkin Doga juga menyembunyikan identitasnya sejak kecil.
“Isolte.”
Panggilan Tantris mengembalikan Isolte dari lautan pikirannya.
Mungkin itu nyaris berbahaya. Kemungkinan besar, Doga adalah bagian dari sisi gelap Kerajaan Asura. Jika tidak berhati-hati, bahkan Isolte pun bisa disingkirkan.
“Ada apa?”
Yang harus dihadapi adalah kenyataan.
“...Tidak apa-apa.”
Isolte kembali memandang Doga.
Tadi dia berkata seperti ini:
“Maukah kau menikah denganku?”
Dia pasti mengatakannya.
Karena itu adalah kata-kata yang sangat ingin Isolte dengar pada suatu waktu, tidak mungkin dia salah dengar.
Sikap Doga sangat percaya diri. Dengan penuh keyakinan dia datang, menyerahkan buket bunga, dan menyatakan keinginannya untuk menikah.
Sebenarnya, Isolte lebih menyukai cara yang lebih romantis.
Namun, jika dipikir-pikir, ini juga bisa dianggap romantis.
Menerima buket bunga dan pernyataan cinta dengan penuh percaya diri di depan umum sebenarnya termasuk dalam daftar pernyataan cinta romantis dalam bayangan Isolte.
Tentu saja, bukan di dojo yang berbau keringat, melainkan di depan air mancur yang indah atau di tempat pesta yang mewah...
Mari tutup mata untuk itu.
Mari tutup mata untuk banyak hal lainnya juga.
“...Bukankah ini waktu yang tepat? Seorang anggota terhormat dari Tujuh Kesatria Asura pasti cocok untukmu.”
“Ya... tapi...”
Saat itulah Isolte menyadari tatapan orang-orang di sekitarnya.
Tatapan para murid.
“Pokoknya, mari kita pindah tempat. Doga, ikuti aku.”
“Ya.”
Isolte berbalik.
Doga terlihat sedih sejenak karena buket bunganya tidak diterima, tapi segera mengikuti Isolte.
Begitulah, Doga diundang ke kediaman Isolte.
Saat ini, dia duduk kaku di sofa, berusaha membuat dirinya terlihat sekecil mungkin. Di pangkuannya masih ada buket bunga.
Dan di hadapannya, Isolte duduk.
Postur duduknya anggun. Kehadirannya nyaris tak terasa, dan wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
Atau mungkin, dia memberi kesan seolah-olah tidak memikirkan apa-apa.
Tantris tidak ada di sana.
Dia meninggalkan mereka berdua di ruang tamu untuk menyiapkan teh.
“...”
Selama itu, Isolte terus menatap wajah Doga.
Menerima tatapan itu, Doga berusaha memasang ekspresi serius. Dari pipinya yang bergetar, terlihat jelas bahwa dia gugup.
Namun, bukan itu yang Isolte perhatikan. Dia memerhatikan wajahnya.
Wajah yang polos. Bukan tipe Isolte. Meskipun dia menutup mata untuk banyak hal, sesuatu yang bukan seleranya tetaplah bukan seleranya.
“......”
Jujur saja, ada bagian dari dirinya yang berpikir bahwa lima orang sebelumnya mungkin lebih baik dari ini.
Jika spesifikasinya hampir sama, mereka lebih menarik karena wajah mereka lebih tampan.
Tapi, wajah anggota keluarga kerajaan yang akan datang berikutnya mungkin lebih buruk dari Doga.
Namun, ada juga percakapan dengan kakaknya tadi.
Dia harus memutuskan sekarang.
“Omong-omong, aku terkejut ternyata kamu anggota keluarga kerajaan.”
Ketika Isolte berkata sambil menghela napas, Doga memasang wajah bingung.
“Aku... bukan anggota keluarga kerajaan.”
“...Eh? Jadi, anak angkat atau semacamnya?”
Itu adalah pertanyaan untuk menyelidiki apakah dia menyembunyikan statusnya sebagai anggota keluarga kerajaan.
“Aku lahir di desa kecil di wilayah Donati, dan selalu bekerja sebagai penjaga pintu. Ayahku adalah prajurit desa—”
Namun, yang keluar dari mulut Doga adalah cerita kenaikan pangkat prajurit yang sangat biasa.
Yah, mungkin tidak terlalu biasa.
Isolte, yang tadinya berusaha mencari tahu sesuatu dari cerita itu, tanpa sadar mulai terbawa emosi saat Doga menceritakan tentang pernikahan adiknya dan menangis, hampir ikut menangis.
“Lalu, aku... ketika mendengar Isolte-san akan menikah, aku berpikir untuk setidaknya menyampaikan perasaanku sebelum itu terjadi.”
“...”
Namun, artinya dia sama sekali bukan orang yang ada hubungannya dengan ini. Dia bukan anggota keluarga kerajaan yang diperkenalkan oleh Ariel atau siapa pun.
Karena itu, Isolte memutuskan untuk menolaknya.
Meski disayangkan, dia harus menjaga nama baik Ariel yang telah memperkenalkan anggota keluarga kerajaan.
(Hm? Disayangkan? Kenapa?)
Namun, tiba-tiba dia mempertanyakan pikirannya sendiri.
Tapi segera sampai pada kesimpulan.
Dia jujur, rajin, dan setia. Dari yang baru saja didengarnya, sepertinya dia tidak memiliki preferensi seksual yang mengejutkan.
Dia memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi Kaisar Utara, dan sebagai salah satu dari Tujuh Kesatria, gajinya pasti stabil. Dia memang suka minum, tapi tidak sampai mabuk-mabukan, dan jauh dari kesenangan yang berlebihan.
Satu-satunya kekurangannya adalah wajahnya. Itu pun tidak terlalu buruk. Hanya saja sedikit tidak sesuai dengan selera Isolte.
“A-ano...!”
Melihat wajah Isolte yang serius, Doga mengumpulkan keberaniannya dan bersuara.
“A-aku, sejak pertama kali melihat Isolte-san, kupikir kamu secantik bunga ini, dan... aku selalu menyukaimu!”
Sambil berkata demikian, Doga kembali menyodorkan buket bunga kepada Isolte.
“Begitu, ya, sejak pertama kali melihatku.”
Pandangan Isolte dipenuhi bunga.
Bunga berwarna biru tua. Isolte tidak tahu nama bunga ini. Tapi, itu bunga yang indah.
Ketika dikatakan bahwa dia seperti bunga ini, hatinya sedikit berdebar.
“...Ya.”
Jika ingatan Isolte benar, pertemuan pertama mereka adalah dalam pertarungan.
Saat dia bertarung dengan Doga dalam masalah pengawalan Ariel.
Katanya, sejak saat itu.
Kalau dipikir-pikir lagi, dia memang sedikit lebih lembut terhadap Isolte. Selalu memercayainya. Bahkan tidak mengambil senjatanya saat memasuki kamar Ariel.
Tentu saja, itu mungkin karena mereka sama-sama anggota Tujuh Kesatria, tapi mungkin bukan hanya itu.
Saat memikirkan hal itu, wajah Doga yang menatap Isolte dengan serius terlihat sekitar 20% lebih baik.
Mungkin wajah ini tidak terlalu buruk.
Dari sudut tertentu, ada kesan menggemaskan. Lagipula, biasanya wajahnya tertutup helm.
Dia bahkan mulai berpikir seperti itu.
“Tidak, tidak...!”
Isolte menggelengkan kepalanya.
“Maaf, tapi saat ini aku akan menikah dengan anggota keluarga kerajaan yang diperkenalkan oleh Ariel-sama.”
Benar, jika dia memutuskan untuk berhubungan dengannya sekarang, itu bisa mencoreng nama Ariel.
Isolte juga seorang kesatria. Meskipun dia tidak bersumpah kesetiaan mutlak, dia tetap bersumpah setia.
Mencoreng nama tuannya demi kepentingan pribadi adalah hal yang tidak boleh terjadi.
“Kamu juga kesatria Yang Mulia, bukankah kamu tidak bisa menentang keinginan Yang Mulia?”
“...Ya.”
Doga terlihat sedikit bingung.
Seperti Isolte, Doga juga seorang kesatria.
Dan Doga rajin. Meskipun bukan anggota keluarga kerajaan, justru karena itulah dia mendapatkan kepercayaan Ariel untuk menjadi penjaga pintu tempat itu. Dia pun tidak mungkin mengkhianati Ariel.
“...Kalau begitu, silakan pulang.”
“Ya.”
Isolte sempat berpikir dia akan memaksa sedikit, tapi Doga langsung berdiri dan membalikkan badan.
Begitu saja.
Dia bahkan terlihat bersemangat. Seolah-olah dia tahu sejak awal akan ditolak, dan merasa lega setelah mengungkapkan perasaannya.
Karena sempat berpikir dia mungkin tidak buruk, sikap itu terasa sedikit mengecewakan.
“...Hah.”
Isolte menghela napas dan melihat ke meja.
Di sana, ada sehelai kelopak bunga biru yang jatuh.
Tidak ada buket bunga. Mungkin dia membawanya pulang.
“Setidaknya, seharusnya aku menerima buket bunganya...”
Isolte bergumam sambil mengambil kelopak bunga biru dengan jarinya.
Pada akhirnya, hari itu Isolte juga menolak anggota keluarga kerajaan berikutnya.
★ ★ ★
Keesokan harinya.
Isolte berada di lapangan latihan istana. Dia di sana untuk bekerja sebagai instruktur pedang.
Sambil mengajari pedang kepada prajurit dan calon kesatria, dia merenungkan kejadian kemarin.
Anggota keluarga kerajaan kemarin.
Fraser Caecius Asura. Preferensi seksualnya masih sama buruknya, tapi dia bukan orang yang jahat.
Namun, dibandingkan dengan Doga, dia terasa lebih tidak tulus.
Tapi, setidaknya alih-alih menolak, seharusnya dia bisa mengatakan akan mempertimbangkannya agar tidak menyinggung perasaan...
Bagaimanapun, tersisa dua orang. Hanya dua orang yang tersisa.
Dia harus mengamati kedua orang ini dengan baik dan memilih salah satunya.
Saat sedang berpikir begitu, seorang prajurit pembawa pesan mendekatinya.
“Isolte-dono! Yang Mulia memanggil Anda dengan segera!”
Mendengar kata-kata itu, Isolte mengerti.
Mungkin dia akan dimarahi oleh Ariel karena terus menolak para kandidat.
Dia harus menerimanya dengan lapang dada. Isolte sendiri merasa perlu meminta maaf kepada Ariel.
“Baik, aku mengerti.”
Setelah menjawab demikian, Isolte meninggalkan lapangan latihan dan segera membersihkan debu di ruang ganti kesatria di dekat pintu keluar. Seharusnya dia mandi terlebih dahulu, tapi karena ini mendesak, mungkin bisa dimaafkan.
Setelah itu, dia berjalan cepat menuju Ruang Raja.
“Hm?”
Saat mendekati bagian terdalam, dia merasakan sesuatu yang aneh.
Entah mengapa lebih ramai dari biasanya. Biasanya koridor itu kosong tanpa prajurit atau kesatria, tapi kini terlihat prajurit bergerak dengan tergesa-gesa.
Apa yang terjadi?
Meski berpikir begitu, prioritasnya saat ini adalah panggilan Yang Mulia.
Tanpa bertanya kepada siapa pun di sekitarnya, Isolte terus melangkah menuju Ruang Raja.
Dan akhirnya dia tiba di Ruang Raja.
Di depan pintu megah di pintu masuk, Isolte mengerutkan dahi.
Di sana, orang yang seharusnya ada tidak ada.
Seorang pria dengan tubuh besar seperti batu yang dibalut baju zirah emas.
Penjaga pintu terkuat Kerajaan Asura yang tidak pernah bergerak selama Ariel berada di ruangan ini.
Doga. Sosoknya tidak terlihat di mana pun.
Sebagai gantinya, di sekitar Ruang Raja, para kesatria yang bertugas di istana berbaris rapi.
Mereka semua membawa senjata di pinggang.
Suasananya sangat tegang.
Selain itu, mereka semua adalah ahli. Bahkan ada kesatria dari keluarga bangsawan rendah dan menengah yang biasanya tidak diizinkan masuk sejauh ini. Mungkin ini perintah Sylvester. Dalam situasi seperti ini, dia akan mengambil tindakan yang paling tepat tanpa takut akan masalah di kemudian hari.
“Tuan Ifrit!”
Saat itulah Isolte melihat sosok seseorang.
Penanggung jawab keamanan istana kerajaan, “Tembok Raja” Sylvester Ifrit.
“Oh, Isolte-dono, Anda datang cepat sekali.”
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Mendengar pertanyaan itu, Sylvester membuat ekspresi sulit. Wajahnya seperti sedang bingung bagaimana menjelaskannya.
Beberapa detik kemudian, dia mengangkat bahu dan berkata:
“Yang Mulia memanggil Anda.”
Seolah-olah mengatakan bahwa semua penjelasan akan diberikan di dalam ruangan.
Isolte menyerah untuk mendapatkan penjelasan dari Sylvester dan mengetuk pintu.
“...Isolte Cruel. Saya datang menghadap!”
“Silakan masuk.”
Suara Ariel seperti biasa.
Berbeda dengan suasana tegang di luar, suaranya terdengar sangat normal.
“Permisi.”
Isolte membuka pintu dan masuk ke dalam.
Di sana, terpampang pemandangan yang aneh.
Ariel duduk di meja kerjanya. Di sampingnya, Luke berdiri dengan tangan terlipat dan wajah lelah. Para pelayan pribadi berdiri dengan wajah tegang, senjata terhunus.
Dan ada Doga.
Doga yang jarang masuk ke ruangan ini, ada di sana. Dia memegang helm emasnya di satu tangan, dan sebuket bunga yang agak layu di tangan lainnya.
“Isolte, terima kasih atas kerja kerasmu. Kamu datang cepat sekali.”
“Saya sedang di lapangan latihan... Jadi, ada apa ini sebenarnya?”
Mendengar pertanyaan itu, Ariel menjawab seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Doga bilang dia akan berhenti menjadi kesatriaku.”
“Eh!?”
Isolte menatap Doga.
Wajah Doga sangat serius. Sepertinya ini bukan lelucon.
“Maksudnya, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Nah, tanyakan saja langsung pada Doga... Doga, tolong jelaskan sekali lagi.”
Ariel berkata demikian, lalu mengalihkan pandangannya ke Doga.
Doga mengangguk dan mulai berbicara.
“Isolte bilang. Kesatria Ariel-sama tidak bisa menikah dengannya.”
“...!”
Hanya dengan satu kalimat itu.
Isolte menyadari alasan mengapa dia dipanggil ke sini.
“Bukan begitu! Aku hanya berkata, ‘Bukankah sebagai kesatria Yang Mulia, kamu tidak bisa menentang keinginan Yang Mulia?’ untuk tidak mencoreng nama Yang Mulia—”
“Tenanglah, dengarkan sampai selesai.”
Mendengar suara tenang Ariel, Isolte terdiam.
Namun, hati Isolte tidak tenang sama sekali.
Tergantung bagaimana percakapan ini berlanjut, dia bisa dituduh menghasut Doga untuk berkhianat.
Tidak, melihat suasana tegang di luar ruangan, mungkin dia sudah dianggap begitu.
Padahal bukan itu maksudnya...
“Doga.”
Entah Doga mengetahui perasaan Isolte atau tidak, dia mulai berbicara dengan terbata-bata atas dorongan Ariel.
“Saya sudah memikirkannya baik-baik. Saya berjanji pada ayah untuk melindungi adik saya. Ariel-sama berkata bahwa melindungi negara berarti melindungi adik saya. Karena Ariel-sama adalah raja, melindungi Ariel-sama berarti melindungi negara.”
“Tapi adik saya bilang, dia sudah cukup dilindungi. Dia bilang saya tidak perlu khawatir, dan sekarang saatnya melindungi orang yang saya cintai.”
“Saya menyukai Ariel-sama. Saya juga menyukai negara ini. Ingin melindunginya. Tapi, saya lebih menyukai Isolte secara khusus. Karena itu, saya berhenti menjadi kesatria Ariel-sama. Setelah berhenti, saya ingin melindungi Isolte.”
Setelah berkata demikian, Doga meletakkan helm emasnya di atas meja kerja dengan suara berdebum.
Kemudian dia berbalik dan menyodorkan buket bunga kepada Isolte.
“...”
Bunga berwarna biru tua yang disodorkan di hadapan Isolte sedikit layu.
Ini buket bunga yang sama dengan kemarin.
“Begitulah... bagaimana menurutmu, Isolte?”
“Eh?”
Isolte mengerjapkan mata karena pernyataan cinta yang tiba-tiba ini.
“Aku tidak tahu syarat apa yang kamu berikan, tapi dia memilihmu daripada posisinya sebagai salah satu dari Tujuh Kesatria Asura. Sungguh keberuntungan bagi seorang wanita. Bagaimana?”
Kata-kata itu.
Sepertinya Ariel tidak bermaksud menyalahkannya atas hasutan untuk berkhianat.
Dia bertanya bagaimana Isolte akan menanggapi pernyataan Doga.
“Ta-tapi, orang-orang yang diperkenalkan Ariel-sama...”
“Lupakan saja orang-orang seperti itu.”
Jantung Isolte berdebar kencang sejak tadi. Lebih kencang daripada saat dia berhadapan dengan Dewa Perang di Kerajaan Biheiril. Rasanya dia bisa pingsan kapan saja.
Wajah Isolte benar-benar merah.
“Sa-saya...”
Saat itu, dia teringat akan kisah Dewa Air pertama.
Tentang putri yang meninggalkan segalanya untuk menikah dengan Dewa Air.
Dari cerita yang dia dengar kemarin, Doga adalah pria yang hampir tidak memiliki apa-apa.
Tubuh besar dan kekuatan, beberapa anggota keluarga. Dan posisinya sebagai salah satu dari Tujuh Kesatria Asura.
Hanya itu yang dia miliki.
Pria seperti itu rela melepaskan keluarganya dan posisinya sebagai salah satu dari Tujuh Kesatria demi Isolte.
Dan itu terjadi hanya dalam sehari. Dia bilang sudah memikirkannya baik-baik, tapi ini praktis keputusan yang diambil seketika.
Doga mengatakan bahwa Isolte lebih berharga dari apapun baginya.
Berbeda dengan para bangsawan dan anggota keluarga kerajaan yang diperkenalkan Ariel sebelumnya. Mereka tidak akan rela melepaskan hal terpenting yang mereka miliki demi Isolte.
Ya, seperti putri yang menikah dengan Dewa Air pertama...
Mungkin di dunia ini, hanya Doga yang mencintai Isolte sedalam ini.
Apa lagi yang kurang?
Wajahnya? Ah, itu sudah tidak penting lagi.
“...”
Tanpa sadar, Isolte telah menerima buket bunga itu.
Buket besar dengan bunga biru. Bunga yang sedikit layu itu seolah-olah melambangkan Isolte sendiri.
Pasti Doga akan tetap mencintainya bahkan jika bunga itu layu sepenuhnya.
Pada akhirnya, keindahan bunga hanyalah sementara.
“Meskipun aku tidak layak, mohon bimbingannya.”
“...Ya!”
Melihat senyum lebar Doga, secara spontan tepuk tangan bergemuruh dari sekeliling mereka.
★ ★ ★
Setelah itu, lamaran di Ruang Raja menjadi cerita yang terkenal dan tersebar hingga ke prajurit berpangkat rendah.
Mantan rekan-rekan Doga menangis bahagia, sementara mereka yang mengagumi Isolte membasahi bantal dengan air mata.
Doga meninggalkan posisinya sebagai salah satu dari Tujuh Kesatria dan menjadi suami Isolte. Bukan lagi Doga si kesatria, tapi Doga si suami... atau begitulah yang terlihat.
“Kamu bilang akan berhenti menjadi kesatriaku, tapi Isolte juga kesatria negara ini. Dia memang sangat kuat, tapi jika aku mati dan negara menjadi tidak stabil, ada kemungkinan dia akan dibunuh. Tentu saja, kamu akan melindunginya... tapi jika aku tidak mati, hal itu tidak akan terjadi. Bagaimana kalau kamu melindungiku juga sambil melindungi Isolte?”
Terbujuk oleh kata-kata Ariel, Doga akhirnya mempertahankan posisinya sebagai kesatria.
Tidak mungkin Ariel yang serakah akan melepaskan Kaisar Utara Doga begitu saja.
Tentu saja, Ariel memberi sedikit hukuman kerja sebagai teguran atas kekacauan yang ditimbulkan di Ruang Raja, tapi itu bukan masalah besar.
Dengan ini, bukan hanya Isolte, tapi Doga juga semakin terikat padanya.
Tujuh Kesatria Asura menjadi lebih solid, dan bagi Ariel, ini adalah hasil yang sangat memuaskan.
Dia memang berhutang budi pada anggota keluarga kerajaan lain yang telah dia hubungi, tapi itu hal sepele.
Yang terpenting, waktu Doga menjaga Ruang Raja berkurang drastis setelah pernikahan.
Dia pulang tepat waktu di malam hari, dan selalu menemani Isolte saat dia bepergian jauh.
Hasilnya, Isolte beralih ke posisi seperti pengawal pribadi Ariel, tapi itu cerita lain.
Isolte yang canggung akhirnya menyetujui pernikahan dengan Doga.
Dia menetapkan masa pacaran sebelum menikah, dan pernikahan sebenarnya terjadi setahun kemudian.
Karena adanya masa ini, bahkan setelah menikah, tersebar rumor bahwa sebenarnya hanya Doga yang mencintai secara sepihak, sementara Isolte tidak terlalu menyukainya.
Sikap Isolte terhadap Doga di istana kerajaan terlihat lebih dingin daripada sebelumnya.
Namun, rumor itu segera lenyap setelah insiden di mana Isolte tanpa sengaja memanggil Doga “Darling” di depan para prajurit, lalu wajahnya memerah saat mencoba mengoreksinya.
Orang-orang berpikir, pasti mereka sangat akrab seperti sepasang burung mandarin saat berduaan.
Demikianlah, mereka berdua akhirnya menjadi suami istri.
Post a Comment