NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Hitoribocchi no Isekai Kouryaku V1 Chapter 20

Penerjemah: Sena

Proffreader: Sena


HARI KE-20

PAGI

Apakah Ini Termasuk Krisis Likuiditas? Seperti Apa Aturan Modal Keuangan Di Sini, Sih?

ARMORY


AKU kehabisan uang tunai. Guild berutang banyak padaku, tapi aku tidak punya uang sama sekali sekarang. Apakah ini termasuk krisis likuiditas? Seperti apa aturan modal keuangan di sini, sih? Sebagai NEET pekerja keras, pengurung diri yang aktif secara sosial, dan penyendiri yang beruntung, aku ingin uangku.


Apakah aku punya barang lain yang bisa dijual? Guild membayarku secara bertahap, tapi kemarin mereka baru saja memberikan semua uang tunai mereka kepadaku. Kurasa mereka belum bisa memberikan pembayaran selanjutnya. Aku memeriksa tas untuk melihat kalau-kalau ada barang lebih.


Aku pergi ke armory biasa, meskipun aku tidak mampu atau memenuhi syarat untuk menggunakan barang-barang di sana. Aku bicara dengan penjaga toko yang sudah agak botak.


“Heh, Paman, mau beli gada goblin?”


Aku punya banyak gada yang memakan tempat. Meski harganya tidak seberapa, setidaknya aku bisa dapat sesuatu.


“Aku akan beli, tapi harganya tidak tinggi. Yang bisa kubayar Cuma 500 ele per gada.”


Wah, keterlaluan! Dia menjualnya seharga 1000 hingga 2000 ele, tapi beli Cuma dengan 500. Itu markup setidaknya 100 persen! Aku tahu ada biaya toko dan gaji si botak, tapi tetap saja. Tapi, kalau di dunia lama, menjual buku bekas juga tidak pernah lebih dari 100 yen per buku. Kesepakatan ini terdengar cukup bagus.

(TLN: Markup adalah selisih antara harga jual suatu barang atau jasa dengan biaya pokok atau harga belinya. Ini adalah jumlah tambahan yang ditambahkan oleh penjual untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya, jika sebuah toko membeli barang dengan harga 500 ele dan menjualnya seharga 1000 ele, maka markup-nya adalah 500 ele, atau 100% dari harga beli.)


“Berapa banyak yang bisa kamu beli?”


Kalau aku bisa menjual sepuluh, itu berarti aku dapat 5000 ele, cukup buat kebutuhan hidup.


“Kami toko persenjataan. Jual semua yang kamu punya. Tidak lihat tulisan ‘beli dan jual’ di depan toko?”


Seperti yang diharapkan dari bisnis yang sah, mereka tidak menolak pelanggan jujur yang mencoba menjual. Si botak ini pemilik toko yang bisa dipercaya.


“Oke, ini dia.”


Aku mengeluarkan semua isi tas ke meja, dan gada-gada berjatuhan serta berguling di lantai. Si botak terdiam, wajahnya memucat seperti bola biliar.


“Ada masalah?” tanyaku.

“Maafkan aku!” teriaknya. “Aku terlalu cepat bicara! Aku Cuma bisa beli lima puluh gada!”


Ternyata tidak setulus yang kukira, si pemilik toko botak yang jujur. Setidaknya dia tetap membeli lima puluh gada. Aku butuh uang tunai. Aku tidak mau Ketua Kelas menceramahiku lagi soal pengelolaan uang.


“Itu batas maksimal yang bisa kubeli sekarang,” kata si botak. “Bahkan lima puluh pun lebih dari biasanya, tapi aku tidak mau kamu bikin pelanggan lain kaget.”

“Kenapa tidak kamu jual satu gada ke setiap orang di Omui?” tanyaku. “Itu pasti cukup.”

“Kota macam apa yang punya setiap orang berjalan bawa gada goblin?!” si botak berteriak. “Itu bakal bikin semua turis kabur! Setiap pertengkaran suami istri bakal menghancurkan kota!”


Kurasa aku juga tidak mau ke kota seperti itu. Akhirnya, aku berhasil membuatnya beli lima puluh satu gada tidak dan satu tongkat kayu, termasuk senjata tambahan dari goblin bos dan kepala kobold.


Dia tidak perlu dibujuk untuk membeli senjata bos—ternyata mereka lebih berharga. Bagianku terlihat sama saja. Mungkin gada goblin bos ini cocok buat dekorasi. Dia tidak bisa memutuskan berapa banyak gada langka dari goblin level tinggi yang akan dia beli. Orang ini pasti paling buruk buat diajak belanja—tidak ada rasa menghargai waktu orang lain. Serius, tidak bisa cepat sedikit, ya?


Akhirnya dia bilang, “Setelah ini, aku tidak punya uang lagi. Aku tidak bisa beli lagi dari kamu dalam waktu dekat, tapi dengan kumpulan gada ini, kami bakal punya koleksi terbaik di negara ini!”


Kenapa si botak ini begitu terobsesi dengan gada kayu? Bukannya dia pandai besi?

Kurasa lain kali saat aku mampir, tokonya sudah berubah jadi toko spesialis gada. Dia benar-benar terobsesi.


HARI KE-20

PAGI

THE LADY FINGER BOUDOIR


DENGAN uang yang baru kudapatkan, aku kembali ke penginapan untuk membayar kamarku.


"Ini, Gadis penginapan," kataku, sambil menyerahkan uangnya.

"Ooh, terima kasih, tamu terhormat!"


Aku kaya—seorang jutawan! Kukira aku akan mendapatkan sekitar 25.000 ele, tapi ternyata aku keluar dengan membawa 1,6 juta ele di tas.


Malam pertama plus satu kali makan seharga 4500 ele, dan malam-malam berikutnya ada diskon 300 ele. Sebagian besar makanan harganya antara 500 hingga 1500 ele, sementara menggunakan pemandian umum butuh tambahan 1000 ele.


Haruskah aku jadi langganan tetap di sini? Aku merasa bisa tinggal di tempat ini, walau sebenarnya aku enggan dikaitkan dengan tempat bernama "The Lady Finger Boudoir." Aku tersenyum kecil membayangkannya.


"Haruka-kun?" tanya Ketua Kelas. "Uh…dari mana kamu dapat uang sebanyak itu? Kemarin kamu benar-benar bangkrut. Aku sampai harus meminjamkanmu uang, tapi kenapa hari ini kamu terlihat bangga?! Kenapa keuanganmu selalu naik turun begitu cepat?!"

"Apa? Bagaimana mungkin kamu bisa punya 8 juta ele lalu kehabisan uang, lalu kembali punya 1,6 juta ele dalam semalam?!" teriak yang lain.


Ketua Kelas menyita semua uangku. Pengkhianatan keji! Ini tirani ibu yang bijaksana! Ketua Kelas bilang dia tidak akan membiarkanku membawa lebih dari 50.000 ele sekaligus.


Memang benar aku tidak butuh senjata. Tapi aku butuh obat-obatan, makanan, dan kebutuhan harian! Mungkin ada barang bagus di toko serba ada? Aku tahu lokasi toko yang bagus berkat guild. 50.000 ele jelas tidak cukup untuk belanja besar-besaran. Aku tidak boros, kok!


Wakil Ketua Kelas B datang dan mendengar kejadian itu.


"Uangmu disita?" Dia menggelengkan kepala, meski bukan kepalanya yang menarik perhatianku. "Sayang sekali. Kamu sedang berencana belanja lagi, kan?"


Goyangan dan getaran itu sangat mengganggu sampai aku khawatir ‘aset’ itu akan dianggap barang selundupan dan ikut disita juga... Mustahil, terlalu banyak untuk disita!


"Haruka-kun, terima kasih sudah memikirkan kami semua, tapi sebaiknya kamu fokus mengurus uangmu sendiri," kata Wakil Ketua Kelas A. "Kami semua khawatir padamu."

Untungnya, sebagai A, tidak ada cukup yang perlu disita.

"Aku juga disita, Haruka-kun!" sahut Wakil Ketua Kelas C. "Dia bilang aku tidak butuh baju baru…padahal aku cuma muat pakai baju dari bagian anak-anak."


Wakil Ketua Kelas C benar-benar tidak punya apa pun untuk disita. Haruskah aku mulai memanggil mereka berdasarkan ukuran? Wakil Ketua Kelas A, AA, dan E…atau mungkin F…bahkan G? Uh, lupakan saja.


Kemampuan Pelacakan Musuh tiba-tiba membuatku sadar dan memberitahu ada dua…tidak, tiga musuh! Apakah pembunuh sedang mengincarku? Dunia ini penuh ancaman.


HARI KE-20

PAGI

TOKO SERBA ADA


TOKO TANPA NAMA—sebenarnya dulu ada namanya, tapi papan namanya sudah pudar dan tidak terbaca lagi. Resepsionis guild bilang toko ini punya pilihan barang terbaik.


“Ada bumbu dan makanan yang tidak mudah basi?” tanyaku pada pemilik toko. 

“Dan kebutuhan sehari-hari?”

Wanita itu cukup cantik dengan cara yang pasti membuatnya populer lima tahun lalu. Aku bisa membayangkan diriku mampir setiap hari untuk melihat versi dirinya yang lebih muda.


“Kamu seorang pelancong?” tanyanya. “Kami punya garam, merica, dan empat jenis rempah. Kami juga punya gula, tapi harganya agak mahal.”


Saus mungkin terlalu modern, kupikir, dan kecap lebih khas Asia. Meski begitu, akan berguna jika punya beberapa rempah.


“Ada makanan yang diawetkan selain daging kering?” tanyaku.

“Kami punya tepung gandum dan barley, kentang kering, dan kesemek kering. Kami juga punya jamur kering, tapi harganya juga lumayan mahal. Kentang dan roti kami bisa bertahan lebih lama. Kami juga punya berbagai macam sayuran.”


Aku terlalu lama berada di hutan sampai terkejut melihat makanan normal seperti kentang. Jamur memang mahal, tapi aku sudah punya terlalu banyak.


Aku melihat-lihat barang lain yang dijual.

“Topi Hitam: Bonus siluman. Pertahanan +30. Penyembunyian Kehadiran.” Bukankah ini seharusnya ada di Gudang Senjata? Aku tidak menyangka toko serba ada menyediakan perlengkapan petualangan sebagus ini.


“Apa ini?” tanyaku.

“Oh, aku dapat itu dari pencuri yang mencoba merampok toko ini. Aku menyita semua barang miliknya. Ini satu-satunya yang belum terjual. Kamu bisa mendapatkannya dengan harga murah 1000 ele!”


Oh ya! Ini harga murah banget! Harus kubeli, pikirku. Itu terlihat seperti topi rajut, tapi tetap memberikan tambahan pertahanan yang besar. Dengan Kemampuan Appraisal, aku menyadari bahwa wanita tua—yah, wanita ini saja—punya kekuatan yang cukup hebat.


Sabun mahal tapi perlu. Aku juga membeli handuk dan lap tangan. Aku masih punya sikat gigi dari dunia nyata, tapi aku ragu bisa percaya dengan bubuk pembersih gigi di sini. Aku tidak melihat yang lebih baik. Sikat gigi di sini pada dasarnya Cuma kayu, jadi aku harus memastikan punyaku tidak rusak.


Dengan melihat-lihat toko, aku tahu peradaban ini lebih maju daripada abad pertengahan yang sebenarnya. Mereka bahkan punya sendok dan peralatan makan lainnya, meskipun semuanya diukir dari kayu. Dari yang kutahu tentang sejarah abad pertengahan, orang-orang hanya makan dengan tangan dan pisau.


Mereka juga punya barang pecah belah, tapi buram, cokelat, bergelombang, dan sangat mahal. Aku mengambil botol ramuan sebagai cadangan. Mereka punya kertas, tapi mahal dan kasar serta berat seperti papirus. Ada juga perbedaan besar dalam kualitas barang-barang logam di sini. Aku belum pernah terpikir bahwa toko serba ada bisa menunjukkan semua pencapaian teknologi suatu peradaban, meskipun kami masih jauh dari abad ke-20.


Ketua Kelas masuk ke toko.

“Waktunya pas banget,” aku memanggilnya. “Uang sakuku baru saja habis!”

“Baru beberapa jam lalu kuberi uang saku! Bagaimana kamu bisa menghabiskannya secepat itu? Aku memberimu ele yang setara hampir seratus ribu yen! Apa aku terlihat seperti Doraemon bagimu? Apa kamu pikir aku bisa begitu saja mengeluarkan barang dari kantongku untuk membantumu?”


Dia menatapku dengan tajam seakan memiliki kekuatan seribu matahari. Wahai Penguasa Tatapan yang Agung dan Menggetarkan, ampunilah dosa-dosaku! Jika satu ele setara satu yen, kenapa dia hanya memberiku 50.000 ele? Itu setengah dari yang barusan dia sebut!


Bagaimanapun, aku menyerahkan barang belanjaanku ke pemilik toko.


“Dan ini buah kering untuk oleh-oleh,” katanya, membungkus barang-barang belanjaanku. “Nikmati!”


Sekarang aku tahu aku belum benar-benar bangkrut! Aku punya oleh-oleh! Penguasa Tatapan yang Mahakuasa mengarahkan pandangannya ke buah kering itu.

Semua orang kemarin marah padaku hanya karena aku lupa membawa oleh-oleh! Aku harus lebih peduli pada orang lain, pikirku.


“Kamu tidak bisa marah padaku kali ini,” kataku pada Ketua Kelas. “Kali ini aku ingat untuk membawa oleh-oleh.”

Dia tetap memarahiku, tapi tidak seburuk sebelumnya. Buah kering itu punya efek sedikit.


“Kamu memang tidak bisa diharapkan,” ujarnya kesal sebelum menyerahkan lima koin perak lagi, 50.000 ele lagi. Kami berpisah di luar; dia bilang harus kembali ke penginapan untuk rapat perempuan lagi. Kali berikutnya, aku bertekad membawa cukup oleh-oleh agar mereka tidak kesal lagi.


HARI KE-20

SIANG

Sungguh Menyedihkan Bahwa Gadis-gadis SMA, Di Masa Sensitif Dalam Hidup Mereka, Diberi Julukan Yang Aneh.

GUILD OMUI


AKU MENELUSURI DAFTAR pekerjaan guild sekali lagi. Kupikir, Kita kan di dunia fantasi, ya? Dan aku di guild fantasi di mana orang-orang mempertaruhkan nyawa, ya? Jadi, kenapa semua pekerjaannya begitu… biasa saja? Ini semua pekerjaan yang bisa diandalkan tapi membosankan! Tidak adakah yang ingin hidup lebih berani? Mana semangat dan fantasinya?! Ini sama saja dengan kantor tenaga kerja umum! Musuh terbesar bagi setiap NEET!


Pekerjaan konstruksi: aku tidak keberatan, tapi bayarannya sedikit.

Masalah yang sama dengan pekerjaan pengiriman.

Tugas keamanan punya jam kerja panjang, tapi tetap bayarannya kecil.

Berburu monster: goblin dan serigala punya nilai yang paling rendah. Haruskah aku membunuh sebanyak mungkin?


Semua tugasnya terasa… terlalu normal. Tidak ada naga legendaris, monster iblis, atau misi cepat kaya sama sekali. Ini sangat membosankan. Mereka bahkan mencantumkan jam kerja untuk setiap pekerjaan.


“Haruka-san, kenapa kau lama menatap iklan pekerjaan itu?”


Resepsionis benar-benar tahu cara menjalankan tugasnya. Seseorang yang dimarahi bukannya menyampaikan teguran! Resepsionis, kamu beda banget dari Ketua Kelas!


“Aku tidak punya uang, jadi kupikir… bisa tidak aku bunuh beberapa monster diam-diam buat cari uang?”


Tidak! Bagaimana bisa? Bahkan resepsionisnya menatapku tajam! Dia berevolusi menjadi Ketua Kelas-cepsionis!


Aku dapat tatapan pagi dari Ketua Kelas, tatapan siang dari resepsionis. Apa yang menungguku malam ini? Bisa tidak aku menemukan kehidupan malam yang sedikit mencurigakan? Mungkin aku akan dapat tatapan orang dewasa yang benar-benar bikin semangat? Si pria tombak tua itu masih harus menepati janjinya.


“Jangan bicara begitu keras! Kami lebih suka kalau kamu bertindak dengan sedikit lebih hati-hati,” kata resepsionis itu dengan nada kering. “Kamu terus-terusan menatap papan pekerjaan tanpa peduli siapa yang melihatmu.”

“Hah? Tidak ada yang melihatku sejak awal, jadi kupikir tidak ada yang bakal memperhatikan?”


Aku memindai aula, dan seperti yang kuduga, tidak ada yang menatapku. Jelas tidak ada masalah!


“Bukankah kami baru saja memberimu 8 juta ele kemarin? Apa kamu dirampok?”

“Oh, itu? Si pria tombak membawaku ke toko yang aneh, tapi aku sangat bersenang-senang sampai akhirnya aku keasyikan dan bertahan di sana sampai larut malam. Tempat itu tidak seperti yang kuharapkan, tapi aku belajar banyak hal baru di sana. Dari luar terlihat sangat mencurigakan, tapi itu tempat yang bikin aku tidak bisa berhenti menghabiskan semua uang yang kumiliki, kamu tahu?”


Anehnya, saat aku selesai bercerita tentang toko mencurigakan itu pada resepsionis, pria tombak itu masuk, wajahnya merah padam, dan segera menyeretnya untuk menjelaskan sesuatu. Apa ada sesuatu di antara mereka?


Jika aku keluar kota, aku hanya bisa masuk kembali dengan kartu identifikasi. Aku bukan petualang atau pemilik usaha, jadi aku tidak bisa dapat kartu guild, dan aku bukan penduduk, jadi aku tidak punya kartu identitas. Apa yang bisa dilakukan seorang NEET?


Tanpa identitas, aku harus membayar biaya masuk, tapi aku benar-benar bokek untuk alasan tertentu. Aku ingin pergi berburu untuk cari uang, tapi aku tidak bisa dapat bayaran tanpa bayar biaya masuk yang tidak kumiliki! Jadi NEET itu benar-benar rumit! Harusnya aku tahu betapa sulitnya hidup di kota.


Satu-satunya pilihanku adalah menyelinap keluar dan masuk kota. Seluruh kota ini dikelilingi tembok setinggi dua meter, yang bisa kulompati dengan mudah menggunakan Airwalk. Namun, kalau ketahuan, semua orang akan menguliahi aku. Ketua Kelas akan mengambil alih setelah penjaga gerbang kelelahan; mereka akan bergantian menguliahi aku. Aku tidak akan bisa meluluhkan hati mereka hanya dengan oleh-oleh buah kering.


Aku memakai Jubah? (Tujuh Slot) dengan efek tersimpan berupa Jubah Tak Terlihat: Orang lain jadi lebih sulit menyadari keberadaanku. Masih ada lima slot lagi yang bisa diisi.


Aku tidak yakin cara kerjanya. Tubuhku tidak menghilang atau semacamnya, tapi sepertinya orang-orang lebih sulit memperhatikanku. Mungkin bayanganku jadi lebih pudar? Asalkan aku hati-hati, tidak akan ada yang melihatku. Pikirkan dengan cara licik. Tidak ada yang tahu aku pernah pergi kalau aku kembali langsung. Ini seperti versi perpanjangan dari aturan lima detik. Aku mengaktifkan Penyembunyian Kehadiran dan Siluman, memakai “Topi Hitam: Bonus siluman. Pertahanan +30. Penyembunyian Kehadiran” dan menutupinya dengan tudung. Tinggal satu langkah lagi—


Sebuah tangan meraih kerahku. Seorang gadis lain muncul dari balik sudut dan berkata, “Kamu semacam kriminal? Kenapa kamu mencoba menyelinap keluar kota? Laporkan saja kalau kamu mau pergi.”

Aku hampir terlompat dari jubahku. “Ah! Penari Febreze! Tidak ada apa-apa! Jangan kagetkan aku seperti itu!”


Itu gadis atletik A dan B. Si Gadis Naturalis dari tim renang tidak ada di sini, meskipun dia salah satu dari Empat Ratu Olahraga. Karena dia anggota terlemah, apakah dia juga yang pertama kali kalah?


“Itu bukan namanya! Dan jangan berpikir untuk memanggil kami Tiang Telepon Kembar.”


Mereka menatap tajam dengan kilatan kemarahan di mata mereka. Apa mereka masih menyimpan dendam soal julukan yang diberikan sekolah pada mereka, Tiang Telepon Kembar? Memang sih, cukup menyedihkan bahwa gadis-gadis SMA, di masa sensitif dalam hidup mereka, diberi julukan yang aneh.


Tunggu sebentar. Apa mereka menatap tajam padaku?

“Di mana si Gadis Nudis?” tanyaku. “Apa dia akhirnya ditangkap karena pelanggaran ketertiban umum?”

“Tidak, kami juga sedang mencarinya. Lagipula, dia nggak bakal telanjang di tengah kota, jadi jelas dia belum ditangkap.”


Pendeteksi Kehadiran sudah cukup meningkat sehingga aku bisa mendeteksi semua gadis di kota, tapi aku tidak bisa membedakan satu sama lain. Seseorang ada di dekat…siapa itu lagi?


“Ketemu,” kataku. “Dia belum telanjang, tapi sepertinya dia siap untuk melepas pakaiannya.”


Kami melacaknya ke sebuah toko pakaian terdekat di mana dia sedang berlari-lari di lorong, meraih semua yang bisa diambil. Apa ada obral besar atau semacamnya? Sejauh ini, dia cukup waras untuk tidak berganti pakaian di tengah-tengah toko. Lalu kenapa dia tidak punya cukup akal untuk tidak melepas pakaiannya di depan seorang pemuda sensitif?


Kami memasuki toko.

“Gadis Nudis,” panggilku. “Kenapa kamu perlu membeli pakaian? Toh kamu akan melepaskannya lagi.”

“Jangan hancurkan reputasiku yang bersih! Aku bukan… nudis,” jawabnya, tampaknya mengingat kembali trauma masa lalu. “Aku sedang mengenakan… pakaian… Aku sedang mengenakan…”

Mungkin dia adalah pelanggar yang sudah berulang kali. Apa dia sudah pernah ditangkap karena ketidaksenonohan di tempat umum sebelumnya?


“Tapi pakaian itu terlihat lucu,” kataku. “Cocok untukmu.”


Aku ingin membantunya keluar dari suasana hatinya yang muram, tapi aku juga jujur—pakaian di dunia ini memang imut-imut. Dia memegang dua pakaian, dan keduanya sangat menggemaskan.


“K-kamu b-benar-benar serius? Benarkah? Aku tidak tahu…”


Sekarang aku mengerti apa yang terjadi. Kami datang tepat waktu! Dia sudah menemukan pakaian yang ingin dia coba, tapi ruang ganti mungkin semuanya penuh. Dia panik, dan dia hampir saja menyerah dan berganti pakaian di depan semua orang!


“Aku rasa dua-duanya bagus,” kataku. “Apa kamu kesulitan memilih?”

“Aku tidak bisa membeli kedua pakaian ini, tapi aku sangat suka dan ukurannya pas banget. Aku mau mencobanya, tapi ruang gantinya tidak ada yang kosong!”


Dia tahu ukurannya pas, tapi masih ingin mencobanya? Aku benar-benar tidak paham sama cewek-cewek.


“Mengapa kamu tidak membeli keduanya saja?” kataku. “Aku bisa meminjamkan uangnya padamu. Tapi setuju ya, bunga harian 1000 persen?” 

“Tidak ada yang bisa melunasi itu! Siapa yang mau pinjam uang darimu?!” Dia bergidik. 

“J-jangan bilang kamu mau aku bayar dengan tubuhku kalau tidak bisa mengumpulkan cukup uang! Aku tahu kamu menginginkan tubuhku!” 

“Aku bercanda. Aku akan meminjamkannya tanpa bunga.” 

“J-jelas saja. K-kenapa…ada yang tertarik…dengan tubuhku…” 


Kenapa dia terlihat seperti baru dikhianati secara tragis?! Aku memberinya koin perak supaya dia bisa membayar. Para gadis atletik lainnya langsung menuju rak-rak, dan aku akhirnya juga meminjamkan uang pada mereka.Aku menoleh pada mereka setelah mereka selesai membayar. 


“Sekarang, kalian akan membayar hutang dengan tenaga!” 

“Kami sudah menduganya!” seru mereka sambil meratap. 

“Kamu menginginkan tubuh kami! Kamu tidak bisa membuat kami bekerja di rumah bordil!” 

“Itu sama sekali bukan rencanaku,” kataku. “Lagipula, dengan Nudist Girl di antara kalian, kalian sudah cukup mencurigakan tanpa perlu mendekati rumah bordil.” 

“Setiap kali kamu bilang untuk tidak khawatir soal sesuatu, aku malah tambah khawatir!” protes Nudist Girl. “Dan aku bukan nudist! Lihat, aku membeli pakaian sekarang, kan?” 


Itu terdengar seolah-olah dia datang ke toko pakaian dalam keadaan telanjang. Sungguh luar biasa tidak ada yang mencoba menangkapnya saat itu.


Aku membuat keempatnya meninggalkan kota, tidak ada masalah karena mereka punya kartu guild. Aku menyelinap keluar di belakang mereka, tanpa masalah karena aku benar-benar berusaha sepelan mungkin.


“Bagaimana mungkin mereka tidak menyadari keberadaanmu?” teriak para gadis saat kami sudah menjauh dari gerbang. 

“Uh, kalian tidak bisa lihat aku berusaha menyelinap?” 

“Kamu berjalan seperti biasa!”


Aku perlu mencari sedikit uang receh, atau bahkan beberapa kantong penuh receh. Cara terbaik adalah melakukan pembantaian goblin secara cepat. Aku melihat goblin level dua—yeah!—dan memulai pembantaian. Mangsa pertamaku tumbang dengan suara ‘kerplunk’. Pukulannya hanya seharga 500 ele. 


Aku harus mencari target yang lebih menguntungkan; mangsa yang satu ini bahkan tidak layak untuk mengetes senjata baruku. Dimana kalian, pundi-pundi uang? Kerplunk, kerplunk. Aku ingin melihat apa yang bisa dilakukan senjata baru ini, tapi para goblin terlalu lemah untuk menguji kemampuan tersebut. (Kerplunk, shaboom, gyaaah!) Aku melintasi hutan dengan jalur berdarah, hampir tidak meninggalkan apa pun untuk Four Sports Queens bertarung. Pada kecepatan ini, mereka tidak akan pernah bisa membayar utang mereka. Meski begitu, dibagi lima, hasilnya bahkan tidak bisa disebut recehan.


Gyaaaargle! Selain goblin yang lemah, kami hanya menemukan serigala-serigala level rendah yang melolong. Mereka melolong dan jatuh secara berkelompok saat aku terus melakukan pembantaian. Awoo—grrch! Bau goblin dan serigala begitu menyengat dan tak tertahankan. Ew, blech.


Staf Sylvan-ku masih memiliki beberapa slot kosong, jadi aku menyimpan Staf Void di dalamnya. Pemotong Mana juga menyatu dengan stafku meskipun levelku jauh di bawah level minimum yang diperlukan untuk menggunakannya. Kenapa begitu berisik di sini, kenapa serigala dan goblin harus membuat keributan saat mereka mati? Para goblin yang mati menumpuk setinggi tiang listrik.


Aku bertanya-tanya apakah aku bisa mengaktifkan efek Pemotong Mana dengan stafku. Sebagai percobaan, aku mengalirkan sedikit sihir dan mengayunkan stafku secara percobaan di udara. Gelombang energi melengkung menyerupai bilah di sepanjang stafku—sekarang benar-benar seperti pedang!


Aku berlari melewati sekelompok goblin, mencincang mereka berkeping-keping. Rupanya, aku bisa menggunakan efek Pemotong Mana saat berada di Staf Sylvan karena staf itu sendiri tidak memiliki persyaratan level. 


Efek Staf Void tampaknya tidak melakukan apa-apa, meskipun… “Goblin-goblin ini terlalu lemah,” gumamku pada diriku sendiri. 

“Apakah ada monster yang lebih kuat yang ingin menjadi relawan untuk percobaan ini?” 

“Hentikan berbicara sendiri! Kami sedang mencoba membunuh monster di sini! Lagi pula, batu sihir itu tidak akan mengumpulkan dirinya sendiri!” 


Apa lagi yang kulakukan kali ini? Aku tahu aku seharusnya membeli Cincin Feromon itu. Jangan pernah meremehkan pentingnya daya tarik. 2,6 juta ele memang banyak, tapi mungkin aku bisa menawarnya lebih rendah?


Kami akhirnya mengumpulkan jarahan seharga sekitar 20.000 ele per orang. Mungkinkah aku menawarnya sampai 20.000? Para monster terlalu lemah untuk meningkatkan level apa pun. Four Sports Queens bisa membayar hutang mereka pada hari yang sama, jadi mereka tidak perlu menjual tubuh di rumah bordil. Bukan berarti aku tertarik pada tempat seperti itu. Ada yang tahu di mana aku bisa menemukan satu?


HARI KE-20

MALAM

Jika Mereka Mencoba Mengusirnya Dari Perpustakaan, Dia Mungkin Akan Mengambil Alih Kota Demi Bisa Tetap Tinggal.

THE LADY FINGER BOUDOIR

INTERLUDE:

PERTEMUAN PARA GADIS


(POV: Ketua Kelas)

“HARUKA-KUN SEDANG MENCOBA pergi sendirian,” kataku.

“Ya, sepertinya dia bersiap untuk pergi.”

“Padahal sejak kita datang ke sini semua masalah kita menghilang!”

“Justru sebaliknya,” kataku. “Semua orang kelihatan benar-benar kesal dengan tingkah Haruka-kun, terutama guild.”

“Aku pikir Haruka-kun menunggu Oda-kun dan teman-temannya datang agar Shimazaki-san dan aku bisa berterima kasih pada mereka!”

“Tapi kenapa?! Dia adalah bos kita, kan?! Kenapa dia ingin meninggalkan kita?! Kita bahkan belum benar-benar berterima kasih padanya! Kita bahkan belum…membayar kembali…”


Wakil Ketua B mengangguk. “Apa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membujuknya tetap tinggal?”

“Aku tahu tubuhku tidak akan cukup,” bisik Fukunuki-san. “Tidak ada yang menginginkanku…”

“Permisi.” Itu adalah ketua klub buku. “Aku tahu satu cara untuk mengubah pikirannya…tapi kita tidak memilikinya di sini.”

“Katakan pada kami!” teriak semua orang serempak.

“Sebuah perpustakaan.”

“Perpustakaan?” Ruangan pun langsung ramai dengan obrolan. “Di sini tidak ada perpustakaan, kan?”


Tentu saja, aku seharusnya tahu. Kita harus membangun perpustakaan sungguhan untuk membuatnya tetap tinggal… Tidak, dia bisa membangunnya sendiri. Dia mungkin akan membuatnya dengan gaya modern yang absurd juga.


Jika dia menemukan sekumpulan besar buku, dia mungkin akan membangun perpustakaan dalam semalam. Bukan mungkin, tapi pasti. Dia akan membangun Basilika Santo Petrus dalam semalam hanya untuk menyimpan buku-buku itu.

(TLN: Basilika Santo Petrus adalah gereja besar yang berada di Kota Vatikan, dekat Roma, Italia, dan menjadi salah satu gereja terbesar serta paling terkenal di dunia)


Ketua klub buku benar—tidak akan ada jalan baginya untuk pergi jika ada perpustakaan di kota ini. Mereka bahkan tidak akan bisa mengusirnya kalau mereka mau. Dia akan menaklukkan kota ini asalkan dia bisa bersembunyi dengan buku-buku itu.


Dia sudah terobsesi dengan buku selama aku mengenalnya—sebelas tahun. Itu saja yang pernah dia inginkan.

Dia telah menyelamatkan kami berkali-kali. Semua yang kami miliki di dunia ini adalah berkat dia, termasuk nyawa kami. Tapi kami belum melakukan apa pun untuknya sebagai balasan. Tidak ada cara untuk benar-benar membalasnya.


Kami mungkin akan terus membicarakannya sepanjang malam, berusaha mencari tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin seseorang akan menangis karena tidak bisa lagi menahannya. Diskusi tidak akan berhenti, kami akan terus berbicara.


Ke mana pun arah pembicaraan, itu selalu kembali ke topik yang sama.


“Jika Haruka-kun kembali ke gua, mungkin itu untuk menghentikan orang-orang lain agar tidak sampai ke kota,” kataku. 

“Karena dia khawatir pada kita semua, Oda-kun, dan teman-temannya, mungkin dia akan memilih untuk bertahan di sana. Dia tidak ingin ada yang terbunuh, atau harus membunuh siapa pun, jadi dia mungkin akan mencoba melakukan semuanya sendiri…” Aku terdiam. 

“Tapi sekuat apa pun dia, dia tidak bisa mengabaikan batas level. Meski dia lebih kuat dari mereka semua, dia masih bisa dikalahkan. Dia bahkan mungkin mati. Meskipun menyadari itu, dia tetap ingin melakukan semuanya sendiri. Dia hanya terlihat lebih kuat dari yang lain. Dia sebenarnya lebih lemah, lebih rentan. Dialah yang benar-benar berada dalam bahaya di sini.”


Karena aku telah menyita uangnya, dia tidak akan bisa pergi untuk saat ini.

Sampai hari itu tiba…


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close