NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Hitoribocchi no Isekai Kouryaku V1 Chapter 16

 


Penerjemah: Sena

Proffreader: Sena


HARI KE-16

Berbicara Dan Saling Memahami Adalah Hal Yang Sungguh Luar Biasa.


DI DEPAN GUA

KAMI SARAPAN PAGI lebih awal, memeriksa kembali tas setiap orang, dan menutup gua. Aku membuat pintu batu menggunakan Sihir Tanah. Pintu itu terlihat seperti pintu yang mungkin digunakan Raja Gua jika ada pesta besar atau semacamnya.


“Baiklah,” kataku. “Haruskah kita berangkat menyusuri sungai? Apakah kita menuju kota? Atau memburu para kutu buku?”


“Kita tidak memburu mereka!”


Dengan itu, kami mulai berjalan di sepanjang tepi sungai. Seperti yang diduga, tidak ada monster di dekat sungai.


Ketua Kelas menarik bajuku. “Haruka-kun, bolehkah aku berbicara denganmu?”

“Tentu. Apakah kamu ingin berbicara sambil aku mengintai di depan?”


Kami maju ke depan, siap menghadapi monster yang mungkin mendekat. Aku tidak menusuk siapa pun kali ini, jadi kurasa tak ada yang akan marah padaku kali ini.


Ketua Kelas berhenti. “Jadi…”

“Ini tentang para otak otot?”

“Um, ya. Jadi, kamu bertemu mereka, kan?”

“Oh benar, aku lupa bilang. Mereka meminta maaf.”


“Hah? Mereka minta maaf?” Wajahnya terlihat bingung. “Lihat, um, aku... sangat menyesal.” Dia membungkuk dengan begitu kuatnya. Jika dia lebih dekat, mungkin aku akan terjatuh tertabrak kepalanya.


“Aku sudah lama ingin mengatakannya padamu…tapi aku tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk melakukannya. Karena kemampuanku adalah…”

“Hei, jangan khawatir!” aku menyela. “Aku tahu apa itu.”


Mulutnya terbuka lebar. Eh, bukannya ini sudah jelas? Kenapa dia terkejut?


“T-tunggu sebentar. Sejak kapan? Bagaimana kamu tahu?”

“Bukannya semua orang sudah tahu? Yah, mungkin tidak para otak otot atau goblin. Mereka terlalu bodoh untuk mengetahuinya.”


Sebenarnya, para goblin mungkin tahu, tetapi tak ada yang pernah bertanya. Mungkin akan kujadikan rahasia untuk saat ini.


“Jika itu rahasia, seharusnya kamu memberitahu kami,” kataku. “Kami semua akan dalam masalah kalau aku tidak sengaja membicarakan sesuatu yang seharusnya dirahasiakan! Oh, tapi aku janji tidak memberitahu para otak otot—”

“Tapi bagaimana kamu tahu?! Kutu buku A berjanji tidak akan memberi tahu siapa pun!”


(Hijack)—kemampuan yang memungkinkan seseorang mencuri kemampuan dari orang lain. Kemungkinan besar ini adalah kemampuan terkuat dan paling berbahaya di dunia. Jika kamu memilikinya, itu seperti kode curang yang tak terkalahkan—dan jika tidak, itu menjadi ancaman yang tak bisa dihentikan. 

Seseorang dengan Hijack bisa mencuri kemampuan apa pun hanya dengan berada di dekat targetnya. Pencuri kemampuan itu akan menjadi lebih berbahaya seiring setiap kemampuan yang dicurinya. Dan dalam novel atau gim pada umumnya, kemampuan seperti Hijack hanya bekerja jika targetnya dibunuh.


Orang yang menjadi target Hijack tidak hanya berisiko kehilangan kemampuannya, tetapi juga nyawanya. Keberadaan kemampuan itu dapat mengubah setiap interaksi menjadi permainan bertahan hidup antara membunuh atau dibunuh.


Ini adalah kemampuan terlarang. Kamu tak boleh memberi tahu siapa pun bahwa kamu memilikinya, dan jika kamu melakukannya, mereka akan menghindarimu seperti wabah. Atau mungkin malah mencoba membunuhmu.


“Jika kamu tahu aku memiliki kemampuan ini, kenapa kamu menyelamatkanku? Tidakkah kamu khawatir? Kamu seharusnya ingin menghindariku, membenciku, atau meninggalkanku. Maksudku…aku mencuri kemampuan orang lain…”

“Hah? Kenapa? Apakah para kutu buku takut padamu? Kenapa aku harus takut?”

“T-tapi, aku bisa saja mencuri kemampuanmu kapan saja.”

“Kenapa aku harus khawatir tentang itu?”

“Hah? Oh, maaf.” Ketua Kelas melihat ke bawah, menundukkan pandangannya.


Di dunia mana pun, siapa yang akan mencoba mencuri kemampuan (Loner), (NEET(, (Pengurung Diri), (Bodoh), (Tak Berbakat), atau (Inisiatif Perusahaan)? Kalau kamu mau, ambillah semuanya!


Jika dia menggunakan Hijack padaku, dia hanya akan merugikan dirinya sendiri.


Ketua Kelas menggigit bibirnya. “Dengar, aku merasa sangat bersalah memiliki kemampuan ini. Tapi…bagaimana jika orang lain mengetahuinya?”


“Para kutu buku tidak takut padamu, kan? Itu maksudku!”

Kenapa dia sangat cemas? Pikirku. Apa masalahnya?


“Apa yang kamu bicarakan?”

“Kamu tidak mengerti? Semua orang lega bahwa kamulah yang memiliki kemampuan itu!”

“Hah?!”

“Semua orang panik tentang siapa yang punya kemampuan (Puppetry), (Mesmerize), dan (Hijack)! Setelah (Puppetry) dan (Mesmerize) disegel, semua orang merasa lega. Tapi tak ada yang khawatir tentang menyegel (Hijack), bukan?”

“Apa maksudmu?”


“Bahkan para otak otot yang bodoh takut pada kemampuan itu; kamu pikir yang lain tidak? Tapi semua orang berpikir tidak ada masalah lagi, jadi memang tidak ada masalah. Aku tahu tanpa perlu diberitahu oleh para kutu buku, jadi mungkin yang lain juga sudah menyadarinya. Tak ada yang panik, kan? Jadi, apa masalahnya?”


Aku sudah tahu sejak awal bahwa para kutu buku tidak memiliki Hijack. Mereka dikelilingi oleh goblin saat aku menemui mereka, yang berarti mereka tidak memiliki (Presence Detection). Goblin memiliki kemampuan itu, jadi seseorang dengan Hijack pasti akan mencurinya dari mereka. Itu sudah menjadi bukti bahwa para kutu buku tidak memiliki Hijack.


Yang lebih penting, para kutu buku tidak khawatir tentang itu, meskipun mereka tahu betapa berbahayanya kemampuan tersebut. Jika mereka cemas, mereka pasti akan mencoba mencari tahu siapa yang memiliki Hijack, atau setidaknya memberiku peringatan.


Namun, para kutu buku, yang dulu diperlakukan dengan sangat buruk di sekolah, mempercayai siapa pun yang memiliki Hijack—yang menjamin bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan!


Itu adalah jaminan seumur hidup untuk kedamaian pikiran total. Bukan hanya dikeluarkan oleh siapa saja—itu adalah Jaminan yang Disetujui oleh Kutu Buku. Standar yang lebih ketat dari itu tidak ada.


“Ketua Kelas, apakah kamu sering menangis belakangan ini?”

“Menangis? Itu karena kamu!”

“Aku tidak bersalah! Aku tidak melakukan apa-apa!”

“Itu tidak benar. Kamu sudah melakukan banyak hal. Terima kasih…”


Apakah kami berbicara dalam bahasa yang sama di sini? Aku membuatnya menangis dan dia berterima kasih? Apa yang sudah kulakukan?


Coba lihat… Aku belum pernah mencoba mendekatinya atau semacamnya. Aku bahkan tidak punya keberanian untuk melakukan hal seperti itu, tapi kalaupun iya, aku mungkin pantas mendapat gelar Pahlawan karena nekat. Aku tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi padaku kalau aku benar-benar melakukannya. Bertarung melawan para gadis SMA? Aku akan menyerah sebelum pertempuran dimulai!


“Tapi, bagaimana caramu meyakinkan mereka kalau semuanya baik-baik saja tanpa membocorkan rahasiaku?”

“Para idiot itu? Aku Cuma bilang ke mereka kalau semuanya baik-baik saja, dan mereka Cuma bilang, ‘cerita bagus, bro!’ Mereka benar-benar bodoh, tahu?”

“Apa maksudmu, ‘baik-baik saja’?!”

“Yah, tidak mungkin aku bisa meyakinkan mereka dengan logika... kamu tahu, karena mereka itu bodoh?”

“Itu sama sekali tidak menjelaskan apa-apa! Kamu bertindak seolah-olah mereka benar-benar tidak punya otak! Kadang kamu bisa begitu kejam secara santai. Ini penting, jadi tolong seriuslah!”


Kelihatannya Ketua Kelas sudah benar-benar mencapai batas kesabarannya.


“Kamu menyuruhku berhenti memanggil mereka ‘kutu buku’, tapi kamu sendiri baru saja memanggil salah satu dari mereka ‘Kutu buku A’ beberapa menit yang lalu,” kataku.


“Aku bilang begitu?! Ah, maafkan aku, Oda-kun, aku sudah dicuci otak!”


Hei, aku menyangkal semua tuduhan pencucian otak! Kalau aku punya kemampuan itu, hidupku akan jauh lebih baik.


“Untuk bisa menggunakan Hijack, aku harus membunuh targetnya,” kata Ketua Kelas. “Oda-kun memperingatkanku untuk tidak memberitahukan siapa pun tentang kemampuanku.”


“Oh, aku paham, jadi kamu mengambil kemampuan dari goblin dan orc yang kita lawan selama ini.” Aku mengangguk. Semua misteri pun terpecahkan.


“Tunggu sebentar,” aku terperanjat, “berarti kamu punya kemampuan Super Horny dan Alpha Male?”


“Gaah! Kamu bisa jadi benar-benar menyebalkan!”


Di tengah hutan purba, Ketua Kelas menangis tersedu-sedu. Apa dia baru saja mengalami kerusakan? Di mana tombol resetnya? Para gadis lain keluar, berdiri di belakangnya, dan mulai melontarkan hinaan serta tuduhan kepadaku. Aku tidak melakukan apa-apa! Sungguh!


Para gadis puas membully-ku saat matahari mencapai puncaknya. Eh, sebentar, ini sudah waktunya makan siang! Barbeque ikan dan jamur lagi! Aku tusuk ikan dan jamurnya, lalu memanggangnya. Setiap kali aku melihat ke arah Ketua Kelas, dia hanya menatapku dengan mata setengah tertutup yang penuh amarah.


Aku membalik tusukannya dan memanggang di atas api. Tatapan membara dari Ketua Kelas membuatku merasa seolah akulah yang sedang dipanggang.


Aku menyodorkan beberapa tusuk sate ke hadapannya. Dia masih terus menatap tajam.


Ini bukan Tatapan Persahabatan Abadi, kan?


“Ketua Kelas, ayolah, waktunya makan siang!”


Dia tetap menatapku dengan tajam. Aku harus mengatakan sesuatu untuk menyemangatinya.


“Uhm, Ketua Kelas. Santai saja! Masih ada kemampuan yang lebih buruk di luar sana. Seperti Molester—aaah!”


Ketua Kelas tiba-tiba menggunakan Ground Shrink dan menamparku. Aduh! Ini tidak adil…


Apa yang harus kulakukan sekarang? Mengesampingkan mood Ketua Kelas yang tak bisa dijelaskan, kami masih belum sampai ke tepi hutan. Bahkan dengan menggunakan Clairvoyance, aku tidak melihat apa-apa selain pepohonan di segala arah. Kami berencana untuk kembali dalam beberapa jam jika tidak menemukan apa-apa. Kalau ada dataran terbuka, kami mungkin bisa melihat kota atau jalan, tapi aku tidak merasakan hal seperti itu. Aku melirik sekeliling, hanya untuk bertemu tatapan penuh penghakiman dari Ketua Kelas. Kami sempat mencapai kesepakatan yang harmonis tentang kemampuan Hijack-nya, tapi hanya menyebut Alpha Male dan Super Horny membuatnya berbalik melawan aku! Bisa memahami satu sama lain lewat diskusi akan sangat menyenangkan kalau memang mungkin, pikirku sambil mengusap pipiku. Dia menamparku begitu keras sehingga aku yakin dia bisa mengalahkan orc sendirian.


“Heh, Wakil Ketua A, apa kita harus pergi sekarang?” tanyaku.

“Kamu bilang Wakil Ketua A? Itu bukan namaku!”

“Oh, oke. Wakil Ketua B, gimana?”

“Kenapa aku harus menjawab Wakil Ketua B?” Dia mengedip. “Kalau kamu menebak ukuranku, kamu salah jauh.”


Serius, B terlalu kecil! Tiba-tiba aku merasakan gelombang haus darah dari Ketua Kelas. Tatapannya sudah mulai mendekati pembunuhan.


Aku tidak melihat! Aku tidak memikirkan itu! Paling tidak banyak, sih!


Kami berjalan selama sekitar satu jam tanpa melihat jalan keluar dari hutan. Kalau begini terus, kami harus berkemah di dalam hutan.


Ternyata, meninggalkan hutan bukanlah perjalanan sehari saja. Menurutku, mendirikan tenda malam ini akan sama mudahnya dengan kembali ke gua. Aku kira kami akan memutuskan lewat voting. Sayangnya, kami tidak bisa voting karena kami tidak bisa memulai rapat. Dan kami tidak bisa memulai rapat karena Ketua Kelas menolak melakukan apa pun selain menatapku tajam! Aku menuntut hak pilihku. Berikan saja hak asasi manusia ku!


Akhirnya, voting informal dilakukan, dan sebagian besar orang memilih untuk kembali ke gua.


Kami pun berjalan kembali ke arah semula. Kami mempertimbangkan untuk menaikkan level di jalan pulang, tapi itu akan membuat kami mungkin baru sampai ke gua larut malam. Ada perbedaan besar antara memutuskan untuk berkemah di hutan terlebih dahulu dan terpaksa mendirikan tenda pada menit terakhir.


Aku tahu orang yang masih menatapku dengan tajam itu merasakan hal yang sama. Ada apa dengannya?


Ketika kami sampai, aku membuka pintu batu itu sambil menyembunyikan rasa frustrasiku. Aku sudah bekerja keras membuat pintu ini, berharap agar tidak perlu menggunakannya begitu cepat.


Sekarang, apa yang harus dibuat untuk makan malam? Makanan rumahan sepertinya pilihan terbaik, jadi aku mulai menyiapkan ikan panggang yang diisi rempah-rempah. Aku juga menyiapkan air untuk mandi. Ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi semua orang untuk mandi dengan nyaman sebelum kami berangkat besok.


Aku menggunakan skill Peta-ku dan memastikan bahwa sungai berliku-liku panjang ke kanan. Memotong hutan dalam bisa memperpendek perjalanan kami, tapi menghadapi monster yang lebih kuat di sepanjang jalan mungkin akan memakan waktu lebih lama daripada yang kami hemat.


Aku khawatir kami tidak bisa mengadakan rapat strategi. Aku terlalu takut untuk meminta siapa pun hadir, dan itu sedikit masalah. Tentu saja, masalah terbesar adalah bahwa pemimpin kami menolak untuk mengatakan apa pun!


Aku melarikan diri ke tenda dan memutuskan untuk berjalan-jalan di hutan. Tidak ada lagi orang bodoh, tapi ada banyak goblin biasa. Aku benar-benar kelelahan. Meski begitu, aku bertarung dan membantai kawanan goblin. Suara pertarungan mereka terhenti oleh bunyi tongkatku yang menghantam.


Aku melampiaskan semua stresku dengan membantai para goblin itu, dan sekarang, tidur indah memanggilku…tapi aku merasakan kehadiran seseorang di tenda.


“Aku merasakan ada seseorang di tenda,” kataku. “Kali ini bukan orang bodoh. Aku tebak…seseorang dengan mata penuh amarah?”


“Benar sekali,” jawab Ketua Kelas. “Maafkan tentang hari ini. Aku Cuma merasa malu.”


Ketua Kelas, alias Nona Tatapan Tajam, membungkuk meminta maaf. Menyerang kelemahanku! Aku tidak bisa menahan diri untuk memaafkannya saat dia menunduk dan aku bisa melihat…yah, begitulah.


“Uhm, ya. Teruslah…berusaha keras?” Aku mencoba menyemangatinya.


“Kamu tidak terlalu pandai menyemangati orang.” Dia kembali berdiri tegak. “Kamu marah?”


“Aku Cuma bercanda.” Aku terdiam sebentar. “Uh, jadi kalian sudah memutuskan apa yang akan dilakukan?”


“Iya, kami berencana untuk menjelajah setidaknya tiga hari.”


Aku mengangguk. “Kalian ingin menemukan para kutubuku, kan?”


“Iya, para k—Oda-kun dan teman-temannya.”

Impresif. Dia berhasil menghentikan dirinya tepat waktu.


“Kurasa kamu perlu memastikan para gadis itu menyelesaikan tugasnya,” kataku. Mereka sudah banyak berubah sebagai pribadi, tapi pencarian mereka belum selesai sampai mereka menemukan para kutu buku.


Dalam pertempuran, para gadis itu tetap berada di garis depan, menjadi pelindung bagi yang lain. Meski semua orang sudah memaafkan mereka dan menghargai kontribusi mereka, sepertinya mereka belum memaafkan diri sendiri. Mereka telah menjadi jauh lebih kuat, tapi mereka masih mempertaruhkan diri di setiap pertempuran.


Itulah sebabnya aku merasa harus membantu mereka menemukan para kutu buku. Entah para kutu buku memaafkan mereka atau tidak, semua ini tidak akan selesai sampai mereka setidaknya bisa menyampaikan perasaan mereka. Mereka tidak akan bisa melanjutkan hidup sampai menyelesaikan misi mereka.


Ketua Kelas mengangguk. “Yah, kami tidak memaksa Shimazaki-san dan teman-temannya melakukan apa pun. Aku juga ingin minta maaf bersama mereka. Dan mengucapkan terima kasih juga.”


Eh, siapa itu Shimazaki-san? Seseorang di kota? Tapi Nona Tatapan Tajam sudah menatapku sebelum aku bisa bertanya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close