NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Hitoribocchi no Isekai Kouryaku V1 Chapter 17

 


Penerjemah: Sena

Proffreader: Sena


HARI KE-17

PAGI

Hari Ini Umat Manusia Akhirnya Tahu Rasanya Menjadi Misil Berkecepatan Tinggi.


DI DEPAN GUA

KAMI SELESAI MAKAN SIANG dan mempersiapkan diri untuk ekspedisi.  

“Kita akan ambil jalan pintas lewat hutan,” kataku. “Pastikan semuanya membawa senjata, oke?”  

“Siap!”  


Semua orang tampak ceria. Apakah ada jamur aneh yang masuk ke sarapan mereka? Sepertinya lebih aman kalau kita tetap makan ikan—tidak ada yang namanya ikan berhalusinasi.  


Mereka semua saling memamerkan perut dan membicarakan betapa ramping dan kencangnya tubuh mereka sekarang. Apa mereka tidak sadar ada remaja laki-laki di sini?  


Saat perjalanan dimulai, kami hanya bertemu goblin dan kobold, tanpa ada orc. Meski begitu, para gadis terus naik level dengan semangat sepanjang perjalanan. Mungkin stamina mereka meningkat, pikirku.  

Kami melaju dengan cepat. Belum juga siang, kami sudah melewati titik di mana kemarin kami putar balik. Kami memutuskan tidak berhenti untuk makan siang, hanya mengunyah jamur kering sambil berjalan—sungguh makan siang yang menyedihkan, tapi perjalanan masih panjang. 


Aku penasaran apakah para kutu buku itu sudah sampai di kota dengan selamat. Kalau mereka masih ada di hutan, para gadis ‘berandalan’ ini pasti akan segera menemukan mereka. Aku menggunakan Appraisal untuk mencari makanan, tapi hanya menemukan tanaman obat untuk melawan racun. 

Apakah ini pertanda? Kukumpulkan beberapa saja untuk jaga-jaga. Aneh sekali banyak tanaman penawar racun tapi tidak ada yang beracun. Kalau bukan pertanda, mungkin aku hanya sedang menyiangi hutan seperti taman.  


Aku menggunakan Clairvoyance untuk memeriksa sekitar, tapi yang terlihat hanya hutan, tanaman obat, dan kobold. Semua orang mulai bosan berjalan kaki.  


“Istirahat dulu, yuk,” kataku. “Aku punya jus. Harga murah!”  

“Beri aku jus, tuan,” kata si Gadis Telanjang. “Aku tidak punya uang, tapi aku bisa membayarnya dengan tubuhku!”  

Dia mengedipkan mata dengan nakal dan tertawa.  


“Uh, ambil saja gratis, oke?”  

Gadis telanjang itu terkulai kecewa. “Jadi tubuhku... bahkan tidak seharga... secangkir jus…”  


Putus asa, dia mulai mencoret-coret tanah. Wah, sudah lama aku tidak melihat yang seperti ini! Biar aku ikut dan tunjukkan teknik coretanku!  


“Haruka-kun, hentikan Fukunuki-san,” kata Ketua Kelas. “Dia mulai, uh, kehilangan arah.”  


Kenapa setiap aku bicara, mereka selalu marah padaku? Lagi pula, siapa sih Fukunuki-san? Aku hanya membagi jus! Ini hampir seperti pelecehan mental!  


“Kita sudah berjalan cukup jauh, tapi kita ingin camp yang aman,” kataku pada Ketua Kelas. “Agak jauh, tapi ada tempat bagus di tepi sungai.”  


Tempat itu berada di batas pandang Clairvoyance-ku, tapi jika monster menjauh dari tepi sungai, setidaknya akan aman. Aku mempertimbangkan untuk memeriksa lebih dulu. Aku juga punya beberapa hal yang ingin diuji coba.  


“Hutan sudah aman kan? Menurutmu ini ide yang bagus kalau aku periksa tempat itu?”  

“Itu ide yang bagus, tapi cara kamu mengatakannya membuatku ragu seberapa bagus idenya,” kata Ketua Kelas. “Haruskah aku ikut?”  

“Tidak, lebih baik kamu tetap di sini. Aku hanya akan pergi sebentar. Aku bisa sendiri.”  


Aku mulai berlari menembus hutan. Menggunakan Magic Infusion, aku memperkuat tubuhku. Lalu aku memakai Weight Magic agar tubuhku makin ringan. Wah! Aku lari lebih cepat dari sebelumnya. Semakin ringan aku, semakin cepat lariku.  


Aku sampai di tepi sungai dan bergerak ke hilir. Aku tidak bisa bergerak secepat ini di hutan; menghindari pepohonan dengan kecepatan seperti ini tidak mungkin. Mereka melesat melewatiku seperti proyektil dalam gim video.  


Tidak banyak halangan di sepanjang sungai. Permukaan tanah kurang stabil, tapi karena tubuhku sangat ringan, aku bisa melompat jauh. Apa aku bisa terbang? Jika aku memulai dengan kecepatan tinggi dan melompat, mungkin aku bisa melakukannya. Aku butuh lintasan lurus untuk mengumpulkan kecepatan. Di sini sungainya agak lurus. Mari kita coba!  


“Aku bisa terbang!” seruku, berlari secepat mungkin lalu melompat dari tanah. “Aku... bisa... terbaaaang!”  


Aku terbang! Mungkin lebih mirip berjalan di udara dengan kecepatan tinggi dan jarak jauh? Satu langkah kecil bagi manusia, satu lompatan misil darat-ke-udara bagi umat manusia. Pengalaman ini lebih aneh dari pemanggilan ke dunia lain.  


Sungai dan hutan mengecil di kejauhan di bawahku. Di sana! Aku bisa melihat jalan keluar dari hutan—terlalu jauh untuk dilihat dari tanah. Lalu angin mulai menahanku saat aku sedang asyik mengamati, dan aku pun kehilangan keseimbangan. Diterpa angin, aku jatuh seperti batu. Apakah ini akhirnya? Aku menjerit saat jatuh. Pohon-pohon di jalanku patah dengan suara berderak. Kemudian, dengan suara *blugurrr*, aku menghantam tanah. Setengah dari HP-ku hilang! Ternyata langit lebih berbahaya daripada kebanyakan monster. Melompat terbang sambil melamun bisa mematikan. Dan apa itu suara di akhir? Apakah tanah mengejekku?  


Aku kembali berada di tengah hutan. Semua terasa sakit, tapi itu sangat keren! Untung aku menggunakan Magic Infusion untuk memperkuat tubuhku. Weight Magic mungkin juga membantu mengurangi dampak benturan.  


Dari atas, aku bisa melihat semuanya dengan jelas. Sungai berbelok tajam ke kanan di depan, jadi kalau kita memotong hutan ke kanan dengan sudut yang pas, kita bisa menghemat waktu. Sekarang untuk melapor kembali.  


“Aku kembali,” kataku. “Kurasa kita bisa keluar dari hutan sebelum malam?”  

“Hah? Kamu sampai sejauh itu?” tanya Ketua Kelas.  

“Eh, tidak juga. Aku semacam terbang ke langit dan melihat jalan keluar saat sedang jatuh kembali ke bawah?”

“Haruka-kun, sepertinya Proaktivitas Korporatmu tidak bekerja dengan baik deh. Laporan penjelajahanmu banyak banget yang kurang jelas! Bagaimana kamu bisa meluncur ke udara? Apa kamu punya skill yang bisa jadi satelit atau apa?! Terus kenapa kamu bisa sampai terluka parah begitu?!”


Yah, aku kan penyendiri sebelumnya, jadi darimana aku bisa tahu cara membuat laporan yang akurat dan informatif?  


“Siapa yang tidak mau terbang kayak superhero?” kataku. “Kita ada di dunia sihir, jadi sekalian saja kucoba. Jadi aku terbang ke langit, tapi akhirnya jatuh ke tanah. Ternyata, jatuh dari ketinggian sakit juga.”  


Ketua Kelas menatapku tajam lagi, tapi aku tidak biarkan hal itu menyurutkan semangatku. Aku menyadari kalau jubah dan tunikku tidak ada goresan sama sekali. Bahkan cakar kobold tidak merusaknya. Selain itu, meski kotor dan berlumuran darah, cukup dibasuh air saja sudah terlihat seperti baru. Pekerjaan macam apa sih yang dimiliki Villager A sampai butuh barang seperti ini?  


Kami mengambil jalan pintas ke kanan melewati hutan. Ini menghemat banyak waktu, tapi kami tetap waspada kalau-kalau ada monster. Setiap kali kami menemukan monster, tim lima gadis maju, membunuhnya, dan bergantian dengan tim berikutnya. Cepat dan efisien. Seperti yang kukira, Ketua Kelas memang jago dalam strategi, kepemimpinan, dan analisis. 


Apa Super Horny dan Alpha Male membuat dia lebih efektif? Eh, aku tidak mikir apa-apa kok, Ketua Kelas, cuma mikir soal cuaca! Dia pasti bisa baca pikiranku!  


Langit mulai gelap. Pohon-pohon mulai jarang seiring kami mendekati tepi hutan. Mungkin sebaiknya kami mendirikan camp di sini, di mana masih ada perlindungan.  


“Eh, menurut kalian bagus tidak kalau kita berhenti di sini?”  

“Ya, tolong!” seru para gadis serempak.  


Semua kelihatan lelah.  

Aku sadar kalau mereka semua menatap saat aku mendirikan tenda udara raksasa—ada yang salah dengan itu? Setiap kali aku melakukan sesuatu, mereka selalu menemukan hal yang bisa dikritik!  


“Kami tidak marah kok, kami cuma heran saat kamu bilang ‘buka’ dan tendanya langsung terbuka begitu saja. Ini cukup luas untuk dua puluh orang!”  


Aku mengalirkan sebagian air sungai ke kolam tanah buat mandi terbuka dengan penyekat area mandi, menghangatkan air, dan segera pergi dari situ. Gadis Telanjang mulai buka-bukaan saat aku masih membangun tempat mandi, dan kurasa mereka bakal memarahiku meskipun dia yang suka pamer. Apa aku dapat gelar baru, Orang Terbuang? Karena aku tidak bisa menemukan apa-apa selain jamur pahit, makan malam kami hanya salad jamur dengan garam.  


Para gadis mandi, makan, dan berguling-guling di dalam tenda seperti biasa. Ketua Kelas terlihat terlalu lelah untuk menyuruh mereka berhenti. Aku duduk dan berpura-pura tidur biar tidak ada yang menggangguku. Sambil diam-diam, aku menyalurkan sihir untuk membuat pagar dan parit di sekitar tempat perkemahan. 


Itulah yang dilakukan para kutu buku di base lama. Apa lagi yang bisa kubuat? Tentu saja! Aku membuat jebakan-jebakan di sekitar dengan menggunakan Earth Magic. Apa aku bisa membuat jebakan sihir?  


Aku sadar kami tidak butuh penjagaan malam. Tenda itu mengusir monster, dan Enemy Tracking serta Presence Detection tetap aktif walau aku tidur.  


Meski begitu, para gadis tetap berjaga bergiliran agar mereka siap saat harus sendiri nanti. Eh, apa aku ditempatkan di giliran penjagaan secara tidak sengaja?  


Bagaimanapun, malam terasa sejuk dan nyaman, sleeping bag-ku empuk, dan aku merasa terlindungi oleh gelar Shut-In-ku. Hujan rintik-rintik beberapa kali malam itu, tapi saking ringannya hampir tidak terasa. Mungkin musim kemarau sudah dimulai?  


Aku perlu tidur sebelum giliran penjagaanku. Saat mulai terlelap, aku bertanya-tanya bagaimana mereka tahu kapan giliran mereka selesai.  


“Haruka-kun, bangun, giliranmu sekarang,” panggil seseorang.  

“Ugh, bangunkan aku kalau aku sudah mati,” gumamku.  

“Aku tidak akan biarkan kamu tidur sampai mati! Apa dunia ini kurang bagus buatmu?”  


Sambil menggerutu, aku mengikuti gadis dari tim senam keluar dari tenda, di mana empat gadis atlet sudah berkumpul. Apa aku yang terlemah di sini? Tidak, jelas masih si Gadis Telanjang.  


“Selamat pagi!” seru salah satu dari mereka. “Mari kita taklukkan giliran malam ini!”  

“Kita kan cuma berjaga-jaga saja, tidak melakukan apa apa,”  

“Jangan ketiduran,” kata Gadis Telanjang. “Kalau kamu ketiduran, aku juga ikut tidur. Nanti kita tidur bareng!”  

“Kamu ngomong apa sih? Jangan tidur! Jangan tidur bareng juga!”  


Beberapa gadis sporty di sekolah kami cukup terkenal, sampai masuk TV dan koran. Mungkin artinya mereka punya nama, ya. Bukan berarti aku tahu apa nama mereka.  


Memikirkannya kembali, Gadis Telanjang pasti sering buat masalah di dunia nyata, bahkan di antara gadis-gadis lainnya. Dia kandidat tim renang Olimpiade. Gadis senam yang kelihatan ngantuk ini juga sepertinya tukang buat onar. Keduanya pernah ikut kompetisi internasional besar. Sedangkan dua lainnya adalah gadis populer yang memenangkan kejuaraan SMA regional saat masih kelas satu.  


“Hmm, sepertinya aku ingat sesuatu,” kataku. “Apa kalian…dijuluki tiang telepon kembar?”  


Aku ingat ada spanduk di SMA dulu. Aku ingat… Ayo, ingatlah, otak!  


“Siapa yang kamu panggil tiang telepon?!” mereka berteriak. “Kamu bilang kaki kami gendut? Atau kamu tidak inget nama kami?”  

“Eh, tunggu, tunggu,” kataku. “Bukannya ada spanduk yang bilang kalian tiang telepon kembar?”  

“Menara kembar! Tidak ada yang pernah panggil kami tiang telepon!”  

“Aku bakar tiap spanduk yang bilang aku tiang telepon! Pasti!”

Aku salah ingat? Sepertinya sel-sel otakku kurang bisa diandalkan. 


“Tidakku sangka aku dapet giliran ronda bareng para superstar,” kataku. “Mungkin aku gugup?”

“Bagaimana bisa kamu sebut kami superstar kalau kamu bahkan tidak tahu nama kami? Kita satu kelas, lho!”  

“Dan aku Cuma... Gadis Telanjang... Gadis... Telanjang…”  


Sepertinya ada yang membuat Gadis Telanjang beneran tersinggung. Apa dia masih trauma karena serangan para cowok waktu itu?  


“Bukan begitu maksudku!” seruku. “Gadis Telanjang, kamu pernah lihat mereka di TV, kan? Dan kamu—kamu itu, apa ya, Marmalade Pretzel renang kompetitif, ya?”  

“Marmalade... pretzel? Aku suka… pretzel…”  

(TLN:Marmalade pretzel adalah kombinasi makanan yang memadukan pretzel – roti berbentuk simpul dengan tekstur luar yang renyah dan bagian dalam yang empuk – dengan marmalade, yaitu selai buah yang biasanya terbuat dari jeruk atau buah-buahan lain dengan rasa manis-asam)



Aduh. Dia makin parah! Mungkin dia kena dampak dari melawan monster tiap hari?  

“Eh, bagaimana bisa kamu ubah nama dari Putri Duyung menjadi Marmalade Pretzel?!”  


Aku yakin banget namanya Marmalade Pretzel. Yang memberi tahuku pasti salah dengar.  

“Dia pasti bakal ngacak-acak julukanku juga,” kata gadis dari tim senam.  

“Oh e-tidak, kamu aman,” kataku. “Poster-poster kamu ada di mana-mana. Tarian Febreze? Aku lihat tiap pagi.”  

“Kenapa tim senam sekolah promosi pengharum ruangan?!”  

“Itu Fairy Dance! Kamu kira kita naik panggung buat nyemprot aerosol sepanjang waktu?”


Beberapa gadis di tenda teriak minta kita diam karena mereka lagi coba tidur. Kenapa semua orang selalu marah ke aku? Apa ini sifat asli cewek SMA? Aku tidak suka sama sekali.  


Aku membuat api unggun, dan kami mengecek area sekitar. Tidak ada yang muncul di Enemy Tracking atau Presence Detection. Si Empat Ratu Olahraga tersinggung dengan inisiatifku. Atlet ya tetap atlet, entah cowok atau cewek. Semua otot itu sepertinya menggeser ruang buat otak mereka.  


“Mau jus?” tawarku.  

“Woo-hoo! Jus!”  

Mereka emang beneran secerdas goblin.  


“Bukannya kamu bilang tidak banyak buah beri untuk membuat jus di sini? Apa benar kami boleh minum?”  

“Oh, aku dapet rasa kuat Cuma dari rendam buahnya di air,” kataku. “Tidak peduli berapa kali aku rendam ulang buahnya, tetap jadi jus. Sepertinya ini semacam ramuan misteri?”  

“Jus sepuasnya! Tidak disangka di sini bisa refill (mengisi ulang) tanpa batas!”  

“Saat aku pergi, tiap kelompok bakal kuberikan satu buah supaya kalian tetap bisa minum,” kataku.  

“Kamu beneran bakal pergi?”  


Logisnya memang harus pergi, tapi secara emosional, aku bingung. Aku tahu masih ada beberapa gadis yang tidak ingin aku ada di sini.  


Anak-anak olahraga ini pasti paham. Mereka pasti mengerti

lebih baik dari siapa pun.  


“Waktu kalian main di kejuaraan, apa kalian bakal tetap bawa anggota tim terlemah masuk lapangan?” kataku. “Bukannya itu malah akan membuat semua orang menderita?”  

Gadis-gadis yang sudah mencapai puncak di olahraga mereka masing-masing pasti paham apa yang terbaik buat tim. Mereka pasti tahu bagaimana bedanya tingkat kemampuan di dunia nyata.  


Akhirnya giliran kami selesai dan kami bergantian dengan grup wakil ketua kelas. Siapa sih di antara mereka yang wakil ketua kelas sebenarnya? Pikirku.



HARI KE-17

MALAM HARI

PERKEMAHAN

DI DALAM TENDA

INTERLUDE: RAPAT PARA GADIS


GILIRAN kami berjaga, dan tim olahraga melapor balik pada kami. Menempatkan Haruka-kun di tim mereka tanpa bertanya dulu mungkin agak tidak adil, tapi aku ingin semua tim seimbang.  


“Kami tidak berhasil meyakinkan dia untuk tetap tinggal,” kata mereka. “Malah dia yang berhasil membuat kami paham.”  

“Waktu dia menjelaskan alasannya, kami tidak tahu harus menjawab apa.”  

“Memang lebih masuk akal kalau dia pergi sendiri.”  

“Aku tidak bisa bilang apa-apa…” kata Fukunuki-san. “Padahal aku ingin berbicara banyak hal...”  


Bahkan tim olahraga pun tidak bisa meyakinkan dia. Seharusnya mereka menyatakan rasa terima kasih mereka, tapi malah gagal total. Dia seperti mesin sentrifugal, menerima apapun yang orang bilang lalu memuntahkannya kembali dalam bentuk omong kosong berkecepatan tinggi yang membuat kesal. Belum sempat orang-orang berterima kasih, mereka malah tidak bisa tahan memarahi dia!  


“Sepertinya kita harus berkonsultasi sama Oda-kun dan yang lainnya saat kita sampai di kota,” kataku.  


Haruka-kun memang susah diajak bicara; dia bahkan tidak memberikan kesempatan buat kami mengucapkan terima kasih. Padahal semua orang benar-benar berterima kasih atas bantuannya, tapi dia begitu luar biasa pemalu.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close