NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Hitoribocchi no Isekai Kouryaku V1 Chapter 19

 


Penerjemah: Sena

Proffreader: Sena


HARI KE-19

PAGI

Disebut Ketua Kelas Adalah Bentuk Pujian Tertinggi.

LADY FINGER BOUDOIR


LANGIT-LANGIT YANG ASING. Ini adalah pertama kalinya aku bisa menganggapnya begitu setelah sekian lama. Aku benar-benar berpikir bahwa aku tidak akan pernah membuat referensi Evangelion lagi! Namun, memang benar-benar langit-langit yang asing! 


Bukan Cuma gua yang asing di hutan yang tidak kukenal. Ini juga jelas bukan cewek SMA asing—tidak ada yang asing pada titik ini. Aku tidak peduli apakah tempat ini disebut Lady Finger Boudoir atau Laddy Flinger Boudoir, tapi yang pasti ini memiliki langit-langit asing. Mungkin aku sudah melihatnya sebelum tidur, tapi sepertinya masih cukup asing saat aku bangun!


Serius, bagaimana bisa butuh waktu hampir dua puluh hari untuk melihat langit-langit baru?  


“Akhirnya, aku sampai di sebuah kota,” kataku pada diriku sendiri. “Apakah ini akhir dari pencarianku? Game over? Layar kredit?”


Saat itu, Ketua Kelas masuk ke dalam ruangan. “Selamat pagi, Haruka-kun. Kuharap ini bukan akhir bagimu. Mencapai kota bukan tujuanmu dari awal, jadi kurasa kamu belum menyelesaikan pencarianmu. Kenapa kamu selalu mengungkapkan semuanya dengan pertanyaan, sih?!”


Alih-alih panggilan bangun, penginapan ini menyediakan omelan pagi.


“Selamat pagi, Ketua Kelas,” jawabku. “Kamu terlihat sangat berwibawa dan representatif hari ini.”

“Mengapa kamu terlihat seperti berpikir kamu sudah memberiku pujian besar? Jangan sombong. Dan berhenti memanggilku Ketua Kelas! Kita sudah tidak sekolah hampir tiga minggu!”


Sepertinya Ketua Kelas tidak mengerti bahwa panggilanku itu adalah bentuk pujian tertinggi, setidaknya menurut versiku.


“Jadi, ada apa? Tidak sabar untuk sarapan? Kamu rindu jamur panggang, ya?”

“Kenapa kamu berpikir aku selalu mencari makanan? Kamu yang begitu? Aku ke sini buat bicara, bukan buat makan!”


Kesalahanku, sepertinya dia tidak punya skill Gluttony. Mungkin itu adalah skill lain yang dia… eh, lupakan saja!


“Kami belajar beberapa hal di guild kemarin,” katanya. “Jadi… aku perlu memberitahumu sesuatu. Kamu harus duduk untuk mendengarnya, ya?”


Dia membuatnya terdengar seolah-olah aku akan jatuh ke jurang keputusasaan saat mendengar kabar itu.


“Oh, kamu dengar tentang dinding level?”

“Apa? Kamu sudah tahu?”


Ya, dia baru saja mengetahuinya dan sedang mencoba mencari cara yang lembut untuk menyampaikannya kepadaku. Tak seorang pun ingin menjadi pembawa kabar buruk—mereka selalu mengulang-ulang berbagai skenario dalam kepala mereka, mencoba menemukan cara yang sempurna untuk mengungkapkan kebenaran. Tapi aku pasti harus mengetahuinya juga, karena dinding level adalah kenyataan yang tak terhindarkan di dunia ini.


Semua teknik bertarung membutuhkan level minimum dalam skill bertarung yang relevan. Misalnya, jika aku seorang petarung pedang, skill Sword Mastery-ku harus berada di level 20 sebelum aku bisa mempelajari teknik dasar seperti Slash dan Thrust. Tentu saja, tidak memiliki teknik tersebut tidak mencegahku untuk menebas dan menusuk dengan pedang, tapi teknik bertarung jauh lebih kuat daripada serangan biasa.


Itulah dinding level. Itu adalah alasan utama mengapa level begitu penting di dunia ini—levelmu menentukan teknik apa saja yang tersedia untukmu. Teknik bertarung tingkat tinggi bisa sepenuhnya menetralkan serangan biasa. Tidak peduli berapa statistikku, aku tetap akan kalah melawan lawan dengan level lebih tinggi.


Monster di dunia ini menguasai teknik bertarung, dan mereka tidak pernah menyisakan tawanan. Tanpa akses ke teknik bertarung, aku pasti akan binasa. Game over.


Itulah alasan Ketua Kelas datang pagi-pagi sekali, terlihat sangat khawatir. Hanya dia yang akan begitu perhatian dan sensitif. Itulah yang membuatnya menjadi Ketua Kelas. Tidak ada yang ingin memberi tahu seseorang kabar buruk seperti ini, tetapi itu harus dilakukan. Dalam masalah hidup dan mati, lebih baik mengetahui kebenaran. Dia tahu aku mungkin menyalahkannya dan bahkan membencinya, tapi dia tetap melakukan hal yang sulit.


“Orang tua yang satu itu sudah memberi tahuku. Kau tahu, bukan orang tua pertama atau kedua, tapi yang ketiga—kamu ingat?”

“Oh, maksudmu Guild Master Hakiess? Oke, kamu hanya mengenal tiga orang tua, tapi kamu tidak ingat nama mereka atau bahkan fakta bahwa salah satunya adalah ketua guild?”

“Terima kasih sudah mencoba memberitahuku tentang dinding level, Ketua Kelas. Apa kau kehilangan domba gara-gara aku?”


Ketua Kelas punya lingkaran hitam di bawah matanya. Pasti dia begadang memikirkan cara memberitahuku.


“Kehilangan domba? Domba tidak ada hubungannya dengan ini! Tidur, bukan domba!”


Hah? Bukannya kamu menghitung domba kalau sulit tidur? Sepertinya dia terus kehilangan hitungan. Aku penasaran bagaimana nasib para domba di dunia nyata.


Gadis Ikan mampir membawa sarapan—roti! Betapa aku merindukan roti! Manis… tapi keras seperti batu. Kebanyakan batu bahkan lebih lembut dari ini.


“Jika ini dunia dengan roti, maka ini dunia dengan tepung! Ayo kita beli tepung dan jangan pernah melihat ke belakang! Dan bahan lainnya yang bisa kita bawa! Semuanya akan menjadi milikku! Semua makanan akan jadi milikku! Hahaha!”

“Semua makanan?” teriak Gadis Ikan. “Bagaimana bisa mengunyah roti itu membuatmu jadi maniak kekuasaan?”


Apa Gadis Ikan kesal karena aku tidak suka rotinya? Kalau dia benar-benar dibesarkan oleh ikan seperti yang sering dia bilang, tidak heran dia punya perasaan kuat soal sepotong roti.


“Kamu rindu rumah, ya?” tanyaku. “Tidak apa-apa, aku mengerti. Jangan khawatir. Aku yakin ibumu dan ayahmu sedang berenang gembira di tujuh lautan.”

“Ibu dan ayahku bukan ikan!”


Kenapa dia memarahiku? Bukannya dia sendiri yang bilang kalau mereka ikan? Mungkin maksudnya orang tuanya bernama Tuan dan Nyonya Ikan?! Terkadang dunia nyata lebih aneh daripada dunia fantasi.


“Jadi, apa rencana kita hari ini?” tanyaku. “Mau pergi segera? Mungkin kita harus mampir ke guild? Sepertinya kita memang perlu mampir ke guild, ya?”


Kalau mau berbelanja, kita perlu ke guild dulu, soalnya aku benar-benar bokek.


“Kamu membuat pergi ke guild terdengar seperti beli kopi pagi!”

“Yah, aku ingat melihat tanda di dinding yang mengiklankan minuman diskon. Bagaimana kalau mereka punya kafe?”


Di tanda itu tertulis harga minuman 100 ele, yang berarti satu ele kira-kira setara dengan satu yen. Mungkin ada toko serba 100 ele? Tapi pasti tidak ada toko buku…


Uang adalah hal utama yang kupikirkan. Mungkin aku sudah menyerahkan banyak batu ajaib kelas F, tapi aku ragu nilainya banyak.


Bukan berarti aku harus kaya. Di level 9, aku bahkan tidak bisa mengenakan senjata atau armor baru—bahkan armor kulit pun tidak. Dan aku juga tidak ingin menjadi petualang. Haruskah aku tetap jadi pengangguran?


Tapi aku sangat butuh bahan makanan dan perlengkapan dapur baru, terutama rempah-rempah! Untungnya, aku punya persediaan garam yang sepertinya tak terbatas. Seberapa banyak garam yang dibeli Villager A, sih?


HARI KE-19

PAGI

Sistem Peringkat Batu Mantra Yang Aneh Adalah Salah Satu Misteri Terbesar Sepanjang Masa.

GUILD OMUI


TAK ADA ORANG yang mencoba mencari masalah denganku atau bahkan berani menatapku kali ini. Kerumunan orang membuka jalan untukku. Memang sih, ini jadi lebih mudah, tapi…apa mereka takut? Aku berjalan menuju meja penukaran.

"Kami mohon maaf," kata resepsionis. "Tolong terima semua uang yang kami punya. Ini semua yang bisa kami berikan saat ini. Kami janji akan membayar sisanya secepat mungkin!" 

"Kami benar-benar minta maaf," tambah staf lainnya.  


Uh…apa aku baru saja merampok tempat ini? Aku bukan pencuri! Aku bahkan bukan petualang, aku ini lebih mirip gelandangan! Aku bahkan tidak punya alamat resmi! Bisa saja aku bilang aku tinggal di gua, tapi kedengarannya sangat mencurigakan!


Ketua guild muncul di sampingku dan menepuk bahuku. "Maaf soal itu," katanya. "Batu mantramu nilainya sangat tinggi sehingga membuat seluruh simpanan kami habis. Aku harap kau tidak keberatan jika kami membayarmu secara bertahap."

"Tolong!" seru para staf lainnya.


Rasanya masih seperti aku merampok mereka, pikirku. Mereka seharusnya lebih curiga padaku! Aku pasti begitu kalau berada di posisi mereka!


"Biasanya kami menolak batu mantra yang tidak bisa kami beli," jelas ketua guild. "Tapi karena kau bukan petualang, sebenarnya kami tidak seharusnya membeli darimu sejak awal. Dan akan sangat disayangkan jika kau menjual sejumlah besar batu mantra ini di tempat lain."


Dia menjelaskan bahwa guild mengenakan biaya sepuluh persen untuk setiap perdagangan batu mantra. Ini adalah kebijakan seluruh guild, jadi kantor pusat juga mendapatkan bagian dari itu. 


Karena pemasukan digunakan untuk membantu guild dan para petualang, anggota dilarang menjual batu mantra ke pedagang lain. Jika mereka melakukannya, guild akan mengeluarkan mereka. Karena aku bukan petualang, mereka tidak bisa mengancamku dengan pengusiran.


Dia merasa tidak enak hati mengambil sepuluh persen dari perdagangan seseorang yang tidak mendapat keuntungan dari guild, jadi dia meminta maaf.


Aku tidak akan mendapat masalah kalau aku mencoba menjualnya di tempat lain. Guild bersedia membayar harga yang pantas untuk batu-batu mantra itu, tapi aku menyerahkan begitu banyak sehingga mereka tidak punya cukup uang tunai. Kalau aku menjual semua batuku di tempat lain, itu akan mengganggu ekonomi dan merusak operasi guild.


"Tentu saja, aku tidak bisa memaksamu, dan bukan tempatku untuk meminta bantuan. Mohon terima permintaan maafku."


Aku menghargai perhatiannya, tapi aku tidak keberatan. Dia menyebutkan banyak masalah sehingga aku tidak sempat berkata apa-apa.


Akhirnya, resepsionis yang terlihat seperti mungkin kehilangan beberapa ekor domba, menyelesaikan masalah dengan suara pelan dan malu-malu.


"Kalau kau menjual batu-batu itu kepada kami, kami akan membelikanmu satu set pakaian baru."

"Tidak apa-apa. Maaf membuatmu begadang menghitung." Aku berbalik menatap ketua guild. "Mungkin kau harus memberikan bonus untuk dia dan stafnya?"


Aku benar-benar tidak peduli soal uang. Di dunia tanpa toko buku, seberapa banyak uang pun tidak bisa membeli buku.


"Meski aku tidak bisa menjadi petualang, Ketua Kelas dan yang lainnya sudah terdaftar, dan keempat kutu buku itu pasti juga sudah terdaftar. Aku benar-benar tidak keberatan. Tolong jaga semua dua puluh empat orang itu. Itu juga membantu aku."


Staf guild bernafas lega dan mulai rileks. Resepsionis itu sampai melompat kegirangan. Ketua guild, dengan alis yang berkedut, menegur dia soal profesionalisme di tempat kerja. Aku turut bersimpati padanya—aku juga sering dimarahi tanpa alasan. Untuk sementara, mereka memberiku 8 juta ele. Serius? Tidak heran mereka bangkrut! Mereka bisa saja menawar harga lebih rendah!


"Yah, ini pasti pembayaran untuk hampir semuanya, kan?" tanyaku. "Bukankah batu-batu mantra kelas F yang paling tidak berharga?"


Resepsionis yang ditegur itu mendekat ke meja untuk menjelaskan. Mungkin dia berusaha menghindari teguran lagi.


"Izinkan saya menjelaskan. Batu kelas S berasal dari monster legendaris, batu kelas A dari monster yang tak terkalahkan. Mengalahkan monster dengan batu kelas B membutuhkan kekuatan dan sumber daya gabungan seluruh negara untuk memiliki kesempatan. Jika guild mengerahkan seluruh sumber dayanya, mungkin kami bisa menghadapi monster dengan batu kelas C. Sebuah kelompok petualang tingkat pertama mungkin bisa mendapatkan satu batu kelas D, atau salah satu dari mereka bisa mendapatkan satu batu kelas E. Sisanya semua termasuk batu kelas F. Hampir semua transaksi kami adalah batu kelas F. Batu kelas D cukup langka untuk mengesankan seorang raja."


Sistem peringkat ini benar-benar tidak berguna! Apa gunanya semua peringkat itu jika apa pun di atas batu kelas F sangat jarang dan sulit didapat?


"Dari sana kami membagi batu kelas F ke dalam subkelas F1 hingga F10, dengan nilai tambah dan kurang dalam setiap subkelas. Totalnya ada lebih dari tiga puluh jenis batu kelas F."

"Tapi kenapa berhenti di F?!" seruku. "Kenapa tidak terus sampai Z? Sistem ini tidak masuk akal!"

"Pengamatan yang bagus! Itu adalah misteri sepanjang masa. Para cendekiawan dan filsuf telah menanyakan hal itu sepanjang sejarah," katanya. "Lanjut, kamu membawa satu batu F10+, yang paling berharga. Kebanyakan batu mantra yang kami dapatkan berada di antara F5 dan F8. Batu F10+ itu sendiri bernilai lebih dari 10 juta ele. Kamu sudah membuat kami bangkrut hanya dengan satu batu!"


Saat dia semakin gugup, aku sadar bahwa resepsionis ini adalah orang yang kemarin menangis dan menatapku tajam dari balik meja penukaran. Apakah dia juga yang menilai batu-batu itu? Dia tampak seperti seorang ahli.


Ternyata, sudah terjadi kekurangan batu mantra, jadi aku mendapat keuntungan yang luar biasa. Aku punya lebih banyak uang daripada yang pernah kubayangkan.


"Kau yakin ingin melakukan ini?" tanya ketua guild. "Dari sudut pandang yang benar-benar egois, ini sebenarnya tidak menguntungkan untukmu. Ini bukan sesuatu yang kami harapkan dari siapa pun…"

"Tidak masalah. Kalau kalian tidak menerima, aku akan meminta Ketua Kelas dan yang lainnya menjualnya untukku. Aku berencana belajar semua rahasia dan pengetahuan guild dari mereka, bagaimanapun."

"Jangan katakan hal-hal seperti itu secara santai di depan semua staf guild, apalagi aku!" kata ketua guild. "Kami belum membicarakan apa pun yang harusnya rahasia, bagaimana pun. Aku berharap kau ingin belajar dari guild, jadi aku akan pura-pura tidak mendengar itu."


Akhirnya kami menyepakati rencana pembayaran jangka panjang. Sampai semua akun terselesaikan, guild akan membantu membiayai kebutuhan para gadis atau aku. Baik juga punya guild di pihak kami. Meski begitu, rasanya mereka hanya membantu kami karena terpaksa.


"Sepertinya saatnya untuk berbelanja. Ada rekomendasi tempat?" 


Setelah staf guild mengarahkanku ke berbagai pedagang lokal, aku menuju pintu depan. Ketua Kelas memanggilku sebelum aku pergi.


"Tunggu, Haruka-kun. Boleh bicara sebentar?"


Bukankah sangat kebetulan Ketua Kelas ingin mengobrol begitu aku tiba-tiba jadi kaya? Waktu kedatangannya yang luar biasa ini sungguh menakutkan! 


“Ada apa? Mau merampok? Memeras? Mengancam? Atau mau domba?” tanyaku.


Dia tampak tidak tahu harus berbuat apa dengan uang melimpah yang tiba-tiba ini. Seperti seorang ibu yang cemas. Aku tahu apa yang ingin dia bicarakan saat dia mulai menggulung-gulung tali tas penuh batu mantra yang aku titipkan padanya untuk disimpan.


“Oh, yang itu?” kataku sambil menunjuk tasnya. “Tidak usah, simpan saja. Bagaimana kalau terjadi sesuatu?”

“Tapi ini bernilai sangat banyak! Aku agak gugup membawa ini ke mana-mana,” katanya. “Lagi pula, tasku sendiri sudah hampir penuh.”


Aku memberinya tas itu sebagai dana darurat kalau-kalau senjatanya rusak atau ada yang terluka. Apa dia khawatir karena uang darurat itu ternyata jauh lebih besar dari yang diduga?


“Kalau nanti ternyata tidak terpakai semua, kasih saja sisanya padaku, ya?”

“Kau pasti Cuma akan bilang tidak peduli dan menyuruhku menyimpan sisanya! Uang itu penting, tahu!”


Aku tinggal gratis di gua, dapat semua bahan makanan gratis dengan memetik jamur, dan memakai pakaian yang tak bisa hancur. Uang itu konsep yang asing bagiku. Apa uang itu enak dimakan? Lagi pula, sebagai penyendiri, aku tidak pernah dan tidak akan menghabiskan uang untuk bersosialisasi! Jangan dipikirkan lagi!


“Simpan saja,” kataku. “Ini hanya untuk berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang terjadi. Dan kalau tidak ada apa-apa, bukankah itu lebih baik?”

“Kau benar, terima kasih,” kata Ketua Kelas. “Aku akan memakainya dengan bijak.”


Sekarang setelah aku berhasil membujuk Ketua Kelas, apa aku boleh pergi berbelanja?


Di jalan, seorang pria tua yang membawa tombak melambaikan tangan padaku.


“Hei, Nak! Aku bilang kan, aku harus benar-benar berterima kasih padamu. Aku punya sesuatu yang keren buat ditunjukkan! Ayo ikut aku ke sana!” katanya.


Oh? Dia mau menunjukkan sesuatu yang “keren”? Apa dia akan membawaku ke tempat penuh gadis-gadis imut yang tertawa-tawa? Tempat itu mungkin akan bernama sesuatu seperti Puff-Puff Parlor? Itu akan menebus berminggu-minggu hanya melihat goblin-goblin jelek yang menggerutu di hutan.


“Uh, bukannya itu lebih cocok buat kegiatan malam hari?” tanyaku.


Hampir seketika setelah aku bilang begitu, Kemampuan Pelacakan Musuh mendeteksi dua puluh musuh di dekat sini. Bagaimana mereka tahu apa yang kupikirkan?


“Kau lucu sekali, Nak,” kata pria bertombak itu. “Aku tidak membawamu ke tempat seperti itu. Kita akan ke toko senjata! Tempatnya mungkin agak aneh, tapi ini toko kecil yang luar biasa.”


Aku sudah cukup bosan dengan kakek tua ini! Haruskah aku menyerahkannya kembali ke Greenwolves?


Aku tidak bisa memakai sebagian besar barang di level 9, tapi uang ini juga tidak akan terpakai sendiri. Lagipula, kalau ada barang yang berguna di sana, aku bisa memberitahu Ketua Kelas nanti. Bagaimanapun, ini adalah cara pria tua itu berterima kasih padaku. Dia membuat toko senjata itu terdengar seperti sesuatu yang unik. Aku tidak punya alasan untuk tidak memeriksanya.

Meski begitu, sebagai remaja, aku lebih suka pergi ke surga penuh gadis-gadis imut yang tertawa-tawa..



HARI KE-19

SIANG

Selamat Tinggal, Daya Tarik Seksi.

SEBUAH TOKO SENJATA?


TEMPAT ini lebih mirip gerobak makanan daripada toko senjata. Aku bahkan ragu bisa menyebutnya toko... Kelihatannya seperti tumpukan barang rongsokan.  


“Kau bisa menemukan berbagai barang aneh dan benda misterius di sini,” kata orang tua itu. “Aku bisa merasakannya—toko ini memang cocok untukmu, nak.”  


Karena aku tidak bisa memakai perlengkapan biasa, dia membawaku ke tempat paling mencurigakan dan buruk rupa yang pernah kulihat. Haruskah aku merasa tersinggung?  


Meskipun aku bisa menggunakan Kemampuan Appraisal (Penilaian), aku sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang senjata. Yah, tidak ada salahnya mencoba melihat-lihat. Aku memeriksa barang-barang yang dipajang, memungut yang menarik perhatianku dan menilainya.  


“Ranting Mistletoe: Sebatang kayu. Kekuatan staf meningkat. ???”  

Lagi-lagi tanda tanya. Apa pemilik toko ini hanya mengumpulkan senjata yang memiliki tanda tanya di deskripsinya?  


“Pelindung Bahu Berduri: Bonus Brutalitas.”  


Uh, ya, barang-barang ini benar-benar buruk. Siapa pun yang memakainya dijamin bakal terlihat seperti penjahat.  


“Kalung VII +30% (Tujuh Slot).”  

Slot? Apa itu berarti kalung ini bekerja seperti Tas Penyimpanan-ku? Sejak Appraisal-ku naik ke level 5, aku perhatikan bahwa “Jubah?”, “Sarung Tangan Kulit?”, “Sepatu Kulit?”, “Setelan Baju?”, dan “Tongkat Kayu?” semuanya punya deskripsi “Tujuh Slot”. Apakah semuanya bagian dari satu set?  


Aku beralih ke pemilik toko yang memakai tudung. Wajahnya seperti beku dalam ekspresi tersenyum lebar yang menunjukkan celah di giginya, dengan mata cekung, memberikan kesan seperti kerangka yang mengenakan kulit manusia. Aku tidak yakin ingin membeli apa pun, tapi setidaknya aku bisa mendapatkan informasi gratis.  


“Hey, apa maksud dari kalung ini? Apa arti ‘Tujuh Slot’?” tanyaku.  

“Oh ho ho, anak muda, kau punya mata yang tajam. Itu berarti kau bisa menyimpan efek barang lain di sana. Hanya barang yang dipasang di slot yang sama yang berfungsi, dan setiap efek barang hanya memiliki efektivitas 30% saat disimpan di kalung itu.”  


Kedengarannya sangat berguna. Aku selalu membutuhkan ketahanan racun atau tidur yang lebih tinggi, dan jika aku bisa mendapatkan jimat untuk setiap jenis ketahanan, aku akan tak terkalahkan.  


Tentu saja, efektivitasnya hanya 30% tidaklah ideal. Bahkan barang dengan ketahanan racun 100% hanya akan memberiku 30% ketahanan setelah dimasukkan ke kalung. Tetap saja, lebih baik daripada tidak sama sekali, dan aku belum menemukan kalung lain. Dengan uang sebanyak ini, “lumayan” saja sudah cukup jadi alasan untuk membeli sesuatu.  


Yang lebih penting, apa maksud tanda tanya di deskripsi Ranting Mistletoe? Aku ingin sekali meningkatkan kekuatan Staf Sylvan milikku. Aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya, tapi aku ingin apa pun yang bisa meningkatkan kekuatannya.  

Karena aku tidak punya senjata lain, aku pikir sebaiknya aku mengambilnya saja.  


“Jubah Cermin: Memantulkan serangan sihir dengan Enchantment Refleksi Minor.”  


Kedengarannya berguna. Aku belum diserang oleh sihir, tapi aku tidak punya cara lain untuk melawan serangan sihir tanpa benda seperti ini. Dan karena ini adalah jubah, aku bisa menyimpannya dalam “Jubah?”-ku yang masih memiliki enam slot kosong. Aku ragu bisa sepenuhnya memantulkan semua serangan sihir, tapi jika aku meningkatkan levelnya dan menggunakannya bersama kemampuan lain, ini bisa jadi cara yang bagus untuk melawan sihir. Walaupun mahal, aku akan membelinya! Berikan padaku!  


Orang tua dengan tombak itu sedang mengorek-ngorek gigi dan menguap. Jangan terburu-buru, kau sendiri yang membawaku ke sini! Ini hakku—tidak, tugasku untuk melihat-lihat. Kalau aku tidak memeriksa setiap barang, bagaimana aku bisa yakin sudah membeli yang tepat?  


Ada banyak barang bagus di sini melebihi yang kuduga, dan aku kaya raya. Aku tidak pernah menyangka bisa belanja banyak di dunia fantasi.  


Aku melihat “Set Pakaian Anti-Pisau: Tidak bisa robek.” Kedengarannya bagus, tapi pakaian yang kupakai sekarang juga tidak pernah robek, terbakar, atau kotor. Aku juga menemukan satu set pakaian lain yang menambah kekuatan dan tenaga +7, tapi selain itu agak lemah. Kalau aku mengejar kekuatan, “Staf Api: Sihir Api +10%” akan jauh lebih efektif. Begitu melihatnya, aku melihat peralatan lain yang memberikan bonus 20% dan 30%, membuat 10% jadi tidak ada artinya.  


“Topi Anti-Pisau: Tidak bisa robek.” Meh, meskipun aku tidak bisa ditusuk di kepala, kepalaku masih bisa remuk. Apa gunanya pelindung kepala yang bukan helm?!  

“Pedang Pemotong Mana: Pedang sihir dengan ketajaman luar biasa. Min. Lv50.” Sebuah pedang asli!  


Aku menginginkannya, tapi levelku masih jauh dari minimum. Aku masih bisa membelinya dan mengayunkannya, walaupun kekuatan sihirnya tidak aktif, kan?  


Huh? Aku melihat sesuatu yang lebih aneh: “Staf Kekosongan: Sangat efektif untuk pengguna Sihir Kekosongan.” Aku harus mempelajari Sihir Kekosongan untuk bisa menggunakannya?! Apa gunanya? Stafnya seharusnya melakukan pekerjaan itu untukku! Harusnya namanya Staf Penipuan! Ini seperti scam yang menargetkan orang tua! Aku hampir saja tertipu! Hampir saja. Haruskah aku membelinya untuk jaga-jaga?  

Mungkin akan berguna suatu hari nanti. Tidak, apa yang kupikirkan? Aku mencari barang yang kubutuhkan, yang benar-benar berguna. Aku tidak bisa membeli berdasarkan angan-angan!  


Orang tua dengan tombak itu pergi untuk makan malam. Betapa tidak sopan! Dia bahkan tidak menunggu aku? Bahkan si pemilik toko menahan air mata dan tampak ingin aku pergi! Ayolah, aku baru mulai, mereka tahu kan bahwa sabar itu penting?  


Aku punya Cincin Kemiskinan, tapi aku merasa cemas, jadi biasanya aku mengabaikannya. Ketika aku mengeluarkannya dan menggunakan Appraisal, aku melihat bahwa cincin itu juga memiliki label Tujuh Slot. Cincin! Pikirku. Aku akan mengumpulkan semua cincin! Entah kenapa, pemilik toko enggan menunjukkan perhiasan padaku. Apa masalahnya?! Cepat tunjukkan! Tunjukkan padaku, tunjukkan!  


“Aku mohon,” pemilik toko merintih. “Aku akan memberikan apa pun: kupon, diskon, barang gratis, kartu loyalitas. Pilih saja sesuatu. Aku sudah lelah dan belum makan sepanjang hari. Semua terasa sakit…”  


Orang tua dengan tombak itu kembali dan berkata, “Hei, nak, si pemilik toko kelihatan hampir pingsan. Kenapa kau tidak membeli sesuatu saja? Aku sendiri juga hampir tidak bisa membuka mata. Sudah gelap sampai tidak kelihatan barang dagangannya lagi.”  


Ini memprihatinkan. Bukannya pelanggan itu selalu benar? Kalau dia membantu sedikit saja, aku pasti akan membeli banyak dari dia!  


“Jangan khawatir tentang aku. Aku bisa melihat dengan baik karena aku punya Penglihatan Malam dan Appraisal. Kau mau pakai lentera ajaib?”  

“Kami mau pulang!” teriak mereka padaku.  


Apa mereka anak-anak yang tersesat? Ketua Kelas, yang sedang berpatroli malam, ikut membantu membujukku untuk pergi.  


Setelah pertimbangan yang cermat dan melelahkan, akhirnya aku memutuskan barang-barang pilihanku. Aku baru saja mulai menyaring barang-barang yang akan kubeli, tapi mereka semua mendesakku untuk keluar!  


Karena mereka sangat mendesak, aku memutuskan membeli semua yang sudah kupilih sejauh ini. Tentu saja, itu tidak akan sia-sia.  


“Apa bisa hitung totalnya?” kataku sambil meletakkan semua barang di meja kasir.  

“Kau ingin membeli…semua ini? Harga kami sudah wajar, dan aku tahu kau membantu Gatek, jadi aku ingin memberikan penawaran yang bagus, tapi barang yang kau pilih adalah yang paling mahal. Harganya lebih dari 10 juta ele.”  

“Bisa tidak harganya jadi di bawah 8 juta ele? Itu semua uang yang kupunya, dan aku bisa menawar sepanjang malam kalau perlu.”  

“Tidak, tolong jangan!” mereka semua berteriak.  


Ketua Kelas melihat barang-barang yang ingin kubeli dan menyuruhku mengembalikan beberapa item. Tanpa “Jubah Berkilau: Bersinar penuh gaya,” “Vas Keberuntungan: Vas yang diyakini membawa kebahagiaan ke rumah tempat ia diletakkan,” dan “Cincin Pheromone: Dapat meningkatkan daya tarik pemakainya terhadap lawan jenis,” total harganya turun menjadi 8 juta ele. Jujur saja, aku benar-benar menginginkan yang terakhir itu, oke?  


“Meningkatkan daya tarik pemakai terhadap lawan jenis” terdengar luar biasa. Baiklah, aku akan mengembalikannya, pikirku.  


Cincin Pheromone ternyata adalah produk paling mahal, seharga 2,6 juta ele. Pemilik toko melemparkan cincin itu ke tumpukan perhiasan di belakang gerobaknya. Selamat tinggal, daya tarik seksi.


HARI KE-19

SENJA

Kalau Di Omui Kamu Pulang Tanpa Membawa Oleh-oleh, Kamu Secara Hukum Dianggap Bangkrut.

THE LADY FINGER BOUDOIR


AKU SANGAT LAPAR DAN LELAH, tapi Ketua Kelas malah membentakku saat aku mengaku bahwa aku tidak bisa membayar penginapan dan makan malamku. Akankah ada hari di mana aku tidak dimarahi?


“Baru saja aku bilang kalau uang itu penting, kan?” kata Ketua Kelas. “Bagaimana bisa kamu sudah bangkrut lagi?! Apa kamu pikir kamu seorang penyair boros yang menyalahkan masyarakat atas keputusan burukmu? Kamu bukan Baudelaire!”

(TLN: Baudelaire adalah seorang penyair Prancis terkenal dari abad ke-19, yaitu Charles Baudelaire. Dia dikenal dengan gaya puisinya yang gelap dan penuh perasaan, terutama dalam kumpulan puisinya yang terkenal, Les Fleurs du mal (Bunga-Bunga Kejahatan). Karya-karya Baudelaire banyak mengeksplorasi tema-tema seperti kesedihan, keputusasaan, kecantikan dalam kegelapan, dan kritik terhadap masyarakat.)


Yang kulakukan Cuma berbelanja, kan? Apa dia kesal karena aku tidak membelikannya oleh-oleh? Bagaimana bisa dia memperlakukanku seperti pengemis dan penjahat? Tak ada yang benar-benar mengerti kesedihan mendalam di hatiku. Masyarakatlah yang membuatku jadi seperti ini.


Akhirnya, guild yang menutupi utang-utangku, karena mereka masih berutang padaku. Aku menyelinap ke kamar dengan semua barang baru yang kubeli. Tak lengkap rasanya belanja tanpa melihat semua barang yang sudah kudapatkan. Aku mengelompokkan belanjaanku berdasarkan kategori. Sarung tangan kuletakkan di atas ranjang, tapi jubah terlalu besar, jadi kuhamparkan di lantai. Cincin-cincin kuletakkan rapi di meja samping.


“Uhmm... apa ini tadi?” aku berkata pada diri sendiri. “Oh, Jubah Penghindaran, ya?”


Mungkin aku membeli terlalu banyak barang—aku sampai lupa semua benda yang kubeli. Aku menahan rasa kantuk dan sadar bahwa aku butuh tidur. Dengan semua barang-barang ini bertebaran, aku tidak bisa tidur di ranjang.


“Aduh, hampir pagi. Apa aku sudah tidur?”


Sudah cukup untuk hari ini. Aku bisa menyimpan peralatan tambahan ini di Peralatan Tujuh Slot, kan? Wah, mereka malah bergabung! Setidaknya aku tidak perlu beres-beres lagi—waktunya tidur. Tapi, apa yang harus kulakukan tentang uang? Dan daya tarikku?! Selamat tinggal, daya tarikku yang manis... selamat tinggal.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close