Chapter 4 – Stella
(Rebellion Flash Legs!)
Usagi berusaha mengalihkan perhatian Tone dan Seras agar Iris bisa melarikan diri, dan kemudian mengeluarkan beberapa serangan dari kakinya.
Setiap serangan sangat kuat untuk mengoyak tanah dan menghancurkan medan sekitar, tapi Tone dan yang lain tetap tenang.
“Rebellion Sound.”
Tone menggesek Lyre miliknya dan keluar suara yang tak terhitung menghentikan semua serangan Usagi.
Tapi Usagi sudah mengantisipasi itu.
(Odis!)
“Holy Magic Beam!”
Odis, yang sedang mempersiapkan diri dibelakang serangan Usagi, melepaskan serangan laser magic berwarna hitam dan putih.
Cahay berbentuk spiral dan tergabung akan mengenai Tone dengan kecepatan tinggi.
“Horn Thrust!”
Seras menuju diantara Tone dan sinar cahaya tersebut dan menghentikan serangan tersebut dengan tanduknya.
Pada saat sinar tersebut berbenturan dengan tanduk itu, sebuah gelombang kejut besar menyebar disekitar mereka.
Tetapi, Seras tidak terluka sama sekali.
"Kau berlagak kuat. Tapi kau hampir tidak bisa berdiri, ya kan? "
(…..)
Seperti yang Seras katakan, Usagi dan Odis sudah terluka parah.
Holy, yang memiliki Divine Power, sangatlah kuat.
"Hah... Karena bantuanmu yang tidak berguna, kita akan dimarahi oleh Shu. "
"Benar-benar. Leo sudah terbunuh, dan Iris Melarikan diri... Ini menjengkelkan, bukan? "
"Hmph. Aku tidak tahu apa kekuatan Dewa atau apapun itu, tapi aku rasa kau hanya ada ditingkat itu saja. "
Odis tertawa dengan keras jika dia bisa memprovokasi mereka.
Tapi Tone dan yang lain tidak terpengaruh oleh provokasi tersebut.
"Tentu, mungkin memang begitu. Kami belum biasa dengan kekuatan ini sekarang, jadi... Ini sudah waktunya. "
(Apa?)
Disaat selanjutnya, Tone tersenyum dengan jahat.
"Karena kau tahu, kan? Kami punya target latihan di depan kita...! Kita bisa menggunakanmu untuk mengembangkan lebih jauh lagi kekuatan Divine Power kami! "
(Apa yang kau katakan?)
Usagi mengerutkan dahinya pada pernyataan aneh Tone.
Tapi...
"Pembicaraan berakhir. Divine Sound! "
(! Twin Holy Impulses!)
Saat Tone memainkan Lyre miliknya lagi, sebuah gelombang suara berkekuatan dahsyat, yang lebih dahsyat dari serangan sebelumnya, menyerang Usagi dan Odis.
Sejak serangan itu tidak bisa dihindari, Usagi memakai telinga dan kakinya untuk mengeluarkan gelombang kejut yang besar juga.
Gelombang kejut itu berbenturan dengan gelombang suara Tone, tapi karena Divine Power milik Tone dan Seras, serangan Usagi dibelokkan dengan mudah.
“Holy Magic Cannon!”
Pada waktu yang sama, Odis melepaskan rentetan tembakan Holy Power dan Magic ke Divine Sound milik Tone dan mencoba menghentikan itu dengan kombinasi serangan Usagi, tapi itu tidak cukup untuk menghentikannya.
"Hey, hey... Kau sudah lupa bahwa aku di sini juga, bukan? Divine Horn! "
Tanduk Seras yang tertutupi dengan aura berwarna pelangi, dan saat mereka beresonansi dengan satu sama lain, sebuah ledakan aura berwarna pelangi ditembakkan dari tengah-tengah tanduknya.
Ledakan tersebut secepatnya menyatu dengan Divine Sound milik Tone dan menjadi arus kekuatan besar yang melahap serangan Usagi dan Odis.
"Apa!? "
(!)
Mereka berdua mencoba menghindari itu, tapi mereka tidak bisa berpindah dari tempatnya karena efek mengeluarkan kekuatan besar secara berturut-turut dan berakhir dengan penuh luka.
Dan kemudian──.
(Sial... Sialan... )
Usagi dan Odis bisa bertahan karena dengan cepat menggunakan Magic Power, Holy Power, dan Divine Authority, yang bisa mereka aktifkan sebentar saja, mungkin karena insting bertahan hidup.
Tapi hanya itu yang bisa mereka lakukan.
Bahkan dengan sedikit kekuatan yang tersisa untuk bergerak pun tidak ada, Usagi dan Odis jatuh ke tanah.
Tone menghela nafas di depan mereka.
"Phew... Mereka lawan yang keras kepala. Yang lebih penting, Seras. Kau hampir membunuh mereka, kan? "
"Oh? Kenapa kita tidak membunuh mereka? Leo sudah dikalahkan di sana, tahu? "
"Aku tahu itu. Tapi dua orang ini masih memiliki kegunaan. "
Tone memainkan Lyre miliknya saat mengatakan itu, dan dengan gelombang Divine Power dan Magic, dia mengangkat tubuh Usagi dan Odis yang ambruk.
Kemudian dia membetulkan tubuh mereka di udara seakan dia ingin menyalib mereka.
"Ini bisa jadi contoh yang bagus. Masih ada beberapa orang yang tidak mengerti tujuan mulia kita, bukan? Dan karena itu saat ada yang coba menentang kita, kita akan memperlihatkannya bahkan ke para Holy, yang pernah menjadi harapan umat manusia, akan menjadi seperti ini jika mereka menentang kita. "
"Aku mengerti sekarang. "
"Selain itu... jika kita menyalib mereka berdua, Iris mungkin akan kembali, benarkan? "
Tone tersenyum saat mengatakan itu, membayangkan Iris dalam keputusasaan.
Tapi Seras memiringkan kepalanya.
"Apakah dia akan kembali? Dia tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui perbedaan kekuatannya, bukan? "
"Dia pasti kembali, tentu saja. Jika perlu, dia mungkin bergabung dengan kekuatan perlawanan dari umat manusia atau dengan para Holy yang tidak paham dengan pemikiran kita. Tapi tenang saja. Jika Iris mengumpulkan Sekutu dan muncul dihadapan kita lagi, itu akan cukup menghancurkan perlawanannya dalam satu gerakan... "
Tone tertawa dan pergi dengan Usagi dan Odis yang disalib untuk dibawa ke Shu
***
Setelah mengantarkan Yuuya pergi ke Underworld.
Pikiran Kuuya kembali ke tubuhnya yang ada di Bumi perlahan membuka matanya.
"Sepertinya Yuuya dan Meiko telah sampai dengan selamat di Jurang Dunia. "
"Hmph. Jika aku pergi ke sana, aku akan menghajar penyusup itu dalam sekejap, tapi... Itu merepotkan karena harus melewati Underworld. "
“Woof…”
Ouma yang bertanggung jawab atas penjagaan kali ini, mengatakan ini dengan suara agak cemberut.
Sama juga dengan Night, yang merasa kesepian karena tidak bisa pergi bersama Yuuya
"Luar biasa sekali! Untuk bisa pergi ke Underworld, seperti yang diharapkan dari Yuuya-sama! Itu yang ingin ku katakan, tapi itu membuatku frustasi karena tidak bisa pergi bersamanya! "
"Memang benar, tapi apa yang bisa kamu lakukan jika kamu bisa pergi bersamanya? "
"Aku akan berada disisi Yuuya-sama. "
“Sigh…”
"Hey, kenapa kamu mengeluh? "
Lexia dan yang lainnya, yang tidak tahu alasan sebenarnya mengapa Yuuya pergi ke Underworld, mereka sedang kesal karena mereka tidak bisa bergabung bersamanya.
"Luna juga ingin pergi bersama dengan Yuuya-sama juga, bukan? "
"Itu-itu, yah... "
"Dan Yuti, juga, benarkan? "
"Dikonfirmasi. Aku akan kesulitan dengan makan... "
"Itu yang kamu khawatirkan? "
Sementara Yuti khawatir dengan sesuatu yang aneh, Lexia melanjutkan perkataannya.
"Meski aku tahu itu mustahil, aku masih ingin pergi ke sana untuk membantu Yuuya-sama! Aku yakin kalian semua merasakan perasaan yang sama. "
“Buhi?”
“Pii?
"Eehh! Apa kalian berdua tidak kesepian? "
Akatsuki dan Ciel ditanya seperti itu oleh Lexia, tapi mereka memiringkan kepala seakan mereka tidak begitu kesepian.
Entah kenapa suasananya menjadi tenang, dan Kuuya yang tersenyum dan melihat situasi itu, tiba-tiba merasakan hawa keberadaan asing di dalam rumah.
"Huh? Apa ini?
“Kuuya-sama?”
Lexia memiringkan kepalanya pada Kuuya, yang tiba-tiba terlihat khawatir.
Lalu, sama seperti Kuuya, Ouma dan Night merasakan hawa keberadaan asing di dalam rumah.
"Apa ini? Tiba-tiba muncul hawa keberadaan... "
“Grr…”
"Hawa keberadaan, maksudmu... di dalam rumah ini, siapa lagi selain kita...? "
Semua orang saling melihat satu sama lain dan menuju ke arah hawa keberadaan itu, dengan Kuuya yang memimpin jalannya.
Disana, mereka menemukan diri mereka sendiri berada di gudang penyimpanan dengan “Door to Another World.”
"Hawa keberadaan itu berasal dari sini. "
"Ini adalah... Ruangan dengan pintu yang menghubungkan dengan dunia kita, bukan? "
"Aku tidak punya perasaan yang baik tentang ini"
"Huh? Itu yang dirasakan olehmu, Genesis Dragon-sama? "
Saat Ouma melontarkan tanggapan seperti itu, mata Lexia terbuka lebar.
"Aku tidak tahu seberapa besar itu aku bisa merasakannya, tapi ada aliran kekuatan di ruangan ini yang tidak bisa kulihat kapasitasnya. Dan aku tidak tahu apa yang berada di dalam sana. "
Ouma sangat berhati-hati saat mendekat ke ruangan ini sejak dia tidak sengaja mengaktifkan sebuah item yang ada di gudang yang berisi cetak biru untuk senjata rahasia dari planet asal Merl, yaitu planet Amel.
Dari semua itu, dia tidak bisa menyentuh segala item di ruangan ini secara sembarangan.
"A-Aku tidak tahu ruangan macam apa ini... "
"Pertanyaan. Tapi apa kamu memperhatikan sesuatu di ruangan ini? "
“Mm.”
Saat Kuuya menganggukkan kepalanya, dia mendengar sebuah suara yang samar dari ujung ruangan.
"B-baru saja! "
"Oh. Itu pasti suara sesuatu yang berasal dari sana. "
Kedengerannya seperti ada sesuatu yang sedang mencoba membuka tutup benda, atau sesuatu semacam itu, yang berasal dari ruangan tersebut.
"Tapi siapa itu...? Untuk bisa masuk ke rumah ini dari luar, dia harus melewati pengawasanku dan yang lain. Selain itu, dari sisi Dunia lain, tidak ada yang bisa masuk melewati pintu itu tanpa seizin Yuuya... "
"Apa mungkin itu ulah tikus atau hewan kecil yang lain? "
"Hal itu juga tidak mungkin terjadi. Dengan adanya aku dan Night di sini hawa keberadaan seperti itu tidak akan bisa luput dari kami. "
“Woof!”
Night mengangguk dengan penuh semangat pada kata-kata Ouma.
Tentu saja, jika ada makhluk hidup seperti serangga, Ouma dan yang lain tidak akan memperhatikannya kecuali ada sesuatu yang sangat spesial.
Bagaimanapun, suara yang mereka dengar dan hawa keberadaan yang Kuuya rasakan dengan yang lain tidak datang dari makhluk kecil seperti serangga.
Lebih penting lagi, suara yang didengar adalah sesuatu yang menggerakkan semacam penutup, dan itu sulit dipercaya makhluk hidup seperti serangga yang melakukannya.
"Tidak ada gunanya berpikir tentang hal itu di pintu masuk. Ayo masuk ke dalam dulu. "
"Ki-kita masuk ke sana juga! "
"Huh? Seperti yang kubilang, apa saja bisa terjadi di dalam ruangan. Terlalu berbahaya. "
"Aku tau itu. Tapi kami sudah berada di ruangan ini sebelumnya dan lebih dari itu, kami penasaran untuk melihat apa yang ada di dalam sini!"
"Hey, jangan coba-coba masuk ke tempat berbahaya karena rasa penasaran. "
"Mau bagaimana lagi; aku penasaran! Apa kamu juga tidak penasaran, Luna? "
"Tidak, itu menggangguku, tapi... Aku adalah pengawal mu, ingat? Aku tidak bisa membiarkanmu untuk pergi ke tempat yang sangat berbahaya... "
"Oh ayolah! Tidak perlu penjelasan yang detail! Ngomong-omong, aku masuk ya!
Kuuya mendesah saat Lexia mengatakan itu, memotong perkataan marah Luna.
"Hadeuh... Lakukan sesukamu. Tapi jangan sentuh apapun yang ada di dalam gudang tanpa izin, okay? "
"Aku mengerti. "
Kuuya memberi tahunya dengan ekspresi muka serius, dan Lexia setuju dengan ekspresi serius di wajahnya.
Jadi mereka semua masuk ke dalam gudang bersama dan...
"Aku tidak bisa melihat dengan baik di dalam sini, tapi sungguh ada banyak barang disini, benarkan? "
"Tidak diketahui. Apa kegunaan dari semua barang disini? "
Lexia dan yang lain terlihat penasaran dengan semua item yang ada di dalam gudang.
Sementara itu, Kuuya dan Ouma mencari pemilik hawa keberadaan tersebut.
"... Seperti yang kupikirkan, ada hawa keberadaan asing. Tapi aku tidak pernah berpikir akan itu... Aku akan datang sejauh ini dan tidak tahu dimana hawa keberadaan itu berada... "
"Mau bagaimana lagi. Ada terlalu banyak kekuatan yang berputar disini. Karena kekuatan ini mengintervensi satu sama lain, mustahil untuk mencari hawa keberadaan tersebut dengan benar. Faktanya, itu akan menjadi keajaiban jika kita bisa mendeteksi hawa keberadaan itu pada jarak seperti ini. "
Seperti yang Ouma katakan, ada banyak macam kekuatan yang berputar disekitar gudang ini menjadikannya sangat susah menentukan sumber hawa keberadaan itu.
"Untuk sekarang, mari berpencar dan mencari suatu hal yang aneh. Tapi jika kamu menemukannya, jangan sentuh itu, paham? "
Mendengarkan peringatan dari Kuuya, semuanya mencari di dalam gudang.
Secara alami Lexia bukan seorang petarung dan tidak memiliki keahlian untuk merasakan kekuatan atau hawa keberadaan.
Jadi, dia melihat sekitar dengan rasa penasaran.
Luna dan Yuti, sebaliknya, adalah orang-orang yang langsung terjun ke medan pertarungan, jadi mereka memeriksa dengan hati-hati setiap item yang ada di ruangan itu dan berkeringat dingin karena merasakan kekuatan yang ada di dalamnya.
"I-ini mengejutkan... Ini tidak terlihat seperti Magic atau semacamnya, tapi jika kamu memperhatikannya, kamu bisa melihat ada kekuatan besar yang ada di dalamnya... "
"Dikonfirmasi. Jika kekuatan itu dilepaskan, tidak hanya menghancurkan rumah ini tapi seluruh kota juga. "
"Aku merasakan kekuatan yang mengerikan dari tongkat kayu ini dan boneka yang tidak diketahui kegunaannya... "
"Persetujuan. Kunci yang di sana itu, juga, aku tidak tahu apa kegunaannya, tapi itu punya kekuatan yang lebih besar di dalamnya yang belum pernah kulihat sebelumnya. "
Item yang dilihat Yuti dan Luna tampaknya seperti item biasa, tapi saat mereka merasakan kekuatan yang terletak di dalamnya, item-item itu sepertinya merupakan item yang memiliki nilai yang tinggi.
Walaupun Kuuya sudah menjelaskan situasinya pada semuanya, mereka menjadi sangat berhati-hati saat menyadari bahaya dari item yang ada di gudang.
Sementara itu, Akatsuki dan Ciel, sama seperti Lexia, melihat sekitar pada bermacam item dan membiarkan mereka dikuasai rasa penasaran.
“Buhi! Buhi, buhi!”
“Piii!”
“Woof!”
“Fugo!”
“Piii!”
Bagaimanapun, mereka diingatkan oleh Night, yang berpikir jika dia meninggalkan mereka sendirian, mereka akan mulai menyentuh segala sesuatu semau mereka.
Pada saat itu, dia coba memaksa menyuruh mereka keluar dengan mulut mereka yang ada di punggung mereka...
“Woof?”
Tiba-tiba, Night merasakan lonjakan kekuatan yang aneh dan melihatnya.
“Buhi?”
“Pii?”
Akatsuki dan Ciel memiringkan kepala mereka pada Night, yang tiba-tiba berhenti berjalan.
Night dengan cepat melihat sekitar, berpikir bahwa pemilik kekuatan itu ada dan kelihatannya mungkin dia yang bertanggung jawab atas hawa keberadaan yang mereka rasakan sebelum mereka datang ke sini.
Kemudian dia melihat sekelompok topeng yang tidak terhitung jumlahnya tergantung di dinding.
Itu adalah topeng misterius yang sepertinya mungkin digunakan pada semacam ritual.
Night melihat topeng itu dengan penasaran.
Segera setelah itu, Night mencoba menjauh dari topeng tersebut, tapi Akatsuki, yang tertarik dengan topeng itu, mencakar dinding dimana topeng itu tergantung.
Kemudian...
“Woof!”
“Fugo?”
“Pii!”
Sedikit goncangan membuat topeng itu jatuh, dan topeng itu menempel di wajah Night dan yang lain seakan mereka tersedot ke dalam topeng tersebut.
Pada saat itu, sebuah cahaya hijau kehitaman muncul di mata topeng tersebut.
Cahaya itu semakin kuat dan menyebar memenuhi seluruh ruangan.
"Huh? Apa itu? "
Kuuya dan yang lain, yang segera merasakan ada sesuatu yang salah, bergegas ke ruangan itu untuk menemukan Night dan yang lain memakai topeng tersebut.
Dia bergegas melepaskan topeng itu, tapi tidak ada tanda-tanda lepas dari semua topeng itu.
"Apa? "
“Night?”
"Apa yang sedang terjadi? "
Topeng yang ada di wajah Night adalah topeng serigala buas.
Akatsuki mendapat topeng babi hutan yang ganas, dan Ciel mendapat topeng burung yang kejam.
Kuuya dan Ouma segera mendekat untuk melepaskan topeng tersebut dari Night dan yang lain, tapi──.
“Kyain──”
“Buhii──”
“Piii──”
Cahaya hijau kehitaman muncul dari topeng itu menyelimuti seluruh tubuh Night dan yang lain, dan kemudian... Mereka bertiga langsung menghilang.
*
"Jadi ini... Jurang Dunia. "
Meiko dan aku yang dikirim ke Jurang Dunia dengan menggunakan kekuatan Reimei-sama, benar-benar sangat kagum dengan ruang angkasa yang terbentang di hadapan kami.
Ada sebuah Dunia yang terlihat seperti gelembung sabun melayang disini dan disana, seperti yang sudah Reimei-sama jelaskan padaku.
Selain itu, ada Dunia yang ukurannya sangat kecil, ukuran Dunia itu seukuran telapak tanganku.
Selain Dunia yang seperti gelembung sedang melayang di udara, tidak ada apapun selain ruang angkasa yang hitam pekat.
Walaupun aku merasa seperti berdiri disini, aku bahkan tidak yakin jika adanya tanah di tempat ruang angkasa yang gelap ini.
"Apakah gelembung ini sungguh sebuah Dunia? Bagaimana bisa itu lebih kecil dari kita? "
"Ini tidak seperti kita bertambah besarkan...? "
Aku tidak paham kenapa ukurannya sangat aneh, tapi tiba-tiba aku merasakan sensasi yang aneh pada kekuatan yang ada didalam tubuhku.
"A-apa ini? Kekuatan ini... "
"Apa kamu merasakan itu juga, Master? "
"Apakah itu berarti kamu merasakannya juga, Meiko? "
Meiko mengangguk terhadap pertanyaanku, tapi dia juga terlihat sedikit kebingungan.
Lalu Kuro berbicara.
"Aku terkejut dengan hal yang tiba-tiba itu, seakan ada kekuatan baru yang bangkit dari dalam tubuhmu. "
"Dengan kata lain, maksudmu kekuatan itu bukan datang dari luar, melainkan kekuatan itu sejak awal ada dalam diri kita.? "
"Itulah apa yang kukatakan. Menurut penjelasan dari penguasa Underworld, ruang angkasa ini adalah tempat dimana orang dengan eksistensi yang besar berkeliaran, bukan? Mungkin saja eksistensi dimensi mereka... Sangat besar sehingga mereka mempunyai sebuah kekuatan yang disebut “The Power of Existence”? Itu akan muncul di tubuh mereka saat mereka datang ke dimensi ini, bukan? "
“The Power of Existence…”
Aku tidak tahu sejauh mana kebenaran dari penjelasan Kuro, tapi untuk sekarang, mari berasumsi bahwa “Power of Existence” adalah kekuatan yang tiba-tiba muncul di tubuhku.
Ini adalah kekuatan yang tidak kusadari saat hidup di Dunia ini, atau lebih tepatnya, aku tidak perlu menyadarinya, tapi sekarang aku berada disini di Jurang Dunia, aku tentu saja harus menyadarinya.
"Ma-Master! Lihat makhluk itu! "
Sementara aku masih memikirkan hal tersebut, Meiko tiba-tiba berteriak.
Aki melihat ke arah yang dia tunjuk, dan aku juga terkejut, disana ada makhluk aneh melayang yang kelihatan seperti Anemon Laut.
"A-apa apaan itu? Makhluk itu... "
Aku tanpa sadar menghela nafas dan mengaktifkan skill Indetification.
Kemudian──.
Drifter
Level:──
Magic Power: ──
Attack: ──
Defense: ──
Agility: ──
Intelligence: ──
Luck: ──
Tidak ada yang terlihat di layar kecuali namanya saja.
Sementara aku sedang terkejut, Drifter itu menyadari kami.
“Kishaaaaaaaaa!”
Dia mengeluarkan teriakan yang memekakkan telinga, menggerakkan tentakelnya seperti tentakel anemon laut yang seperti sayap, dan terbang ke arah kami, melaju dengan cepat!
"Aku tidak akan membiarkanmu! "
Dengan cepat, Meiko berdiri diantara aku dengan Drifter dan mengangkat tangan kanannya.
Pada saat itu gelombang Spiritual Power keluar dari tangan kanan Meiko.
“Spirit Ball!”
“Kishaaaaa!”
Drifter yang terkena serangan langsung dari Meiko tertusuk di bagian tubuhnya.
Namun, tidak ada darah atau cairan tubuh yang lain keluar dari lubang itu.
Itu hanya membuat sebuah lubang.
Kami terkejut karena melihat tubuh Drifter yang seperti itu, tapi sepertinya serangan Meiko bekerja, dan Drifter itu menghilang seakan lenyap ke ruang angkasa di Jurang Dunia.
"Ap-apakah kita mengalahkannya...? "
"Aku tidak tahu... "
Meskipun aku sudah mengaktifkan skill Presence Detection ku dan skill yang lain, aku tidak memiliki cara untuk mengkonfirmasi apakah Drifter itu sudah kalah atau tidak, sebagian karena aku tidak bisa mendeteksi hawa keberadaan itu sebelumnya.
Tapi tetap saja...
"Jadi Meiko bisa bertarung menggunakan Sorcery, juga? "
Sejak dia mengatakan bahwa dia akan mengikutiku, aku tahu bahwa Meiko memiliki kemampuan bertarung yang baik.
Disamping itu, bagian paling penting itu bahwa Reimei-sama tidak menghentikan Meiko untuk ikut denganku.
"Ya, betul sekali. Sebelum Master menerima Spiritual Power ku, aku bahkan tidak bisa mengendalikannya, tapi sekarang aku bisa mengendalikannya dengan hati-hati. .... Bagaimanapun hanya Sorcery yang bisa kugunakan adalah Sorcery yang diajarkan Master padaku. "
"Apa itu berarti semakin banyak Sorcery yang kuajarkan, Meiko akan menjadi semakin kuat? "
"Ya! "
Dengan mengambil alih Spiritual Power Meiko, aku sungguh menjadi satu dengannya, tapi aku tidak tahu bahwa kami juga terhubung dalam hal Sorcery juga.
Saat kami sedang berbicara, aku melihat sekitar lagi.
"Yah... Aku tiba-tiba menemukan diriku terlibat dalam pertempuran, tapi ada penyerang disini entah dimana dia berada... "
Aku tidak bisa memikirkan cara apapun untuk menemukan pria bertopeng disini, kecuali Dunia yang berbentuk gelembung dengan jumlah yang tak terhingga melayang, selain itu tidak ada apa-apa disini melainkan ruang angkasa yang hitam pekat.
"Aku tidak tahu seberapa besar Dunia ini, tapi mereka mungkin akan menyerang Dunia kita sebelum kita menemukan mereka... "
Saat aku sedang memikirkan hal itu.
Tiba-tiba, gelombang Spiritual Power keluar dari dalam dadaku, dan itu mulai mengeluarkan cahaya berwarna ungu.
“Eh?”
"A-apa kamu baik-baik saja, Master? "
"Y-yeah. Aku baik-baik saja, tapi... "
Saat aku tiba-tiba kebingungan, sebuah sinar cahaya muncul, menunjuk ke arah tertentu.
"Ini adalah... "
Pada waktu yang sama, aku menyadari bahwa itu adalah reaksi dari 'diriku' yang lain yang tinggal di dalam diriku.
"Mungkinkah itu... Diriku yang lain sedang memberitahuku dimana pria misterius itu berada? "
Apapun itu, kami tidak punya petunjuk yang lain sekarang.
"Mari ikuti saja cahaya itu untuk sekarang. "
"Ya! "
Saat kita sedang berjalan maju, tiba-tiba muncul Drifter.
"Apa? Dari mana mereka datang? "
Tanpa peringatan, mereka tiba-tiba muncul dan menjulurkan tentakel mereka ke arah kami yang sedang terkejut.
“Kishaaaaa!”
“Haaah!”
Aku dengan cepat mengeluarkan Omni-Sword ku dan menebas tentakelnya.
Tidak seperti berhadapan dengan Demon, kamu tidak perlu menggunakan Magic tertentu atau Spiritual Power untuk melukainya.
Tapi...
“Shaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
Salah satu Drifter mengeluarkan suara raungan yang sangat kuat.
Saat berikutnya, sejumlah besar Drifter tiba-tiba muncul seakan mengepung kami!
"Apa!? "
"Aku tidak akan membiarkanmu! Spirit Ball!"
Dalam merespon itu, Meiko juga menciptakan kumpulan bola Spiritual Power yang tak terhitung jumlahnya dan menembakkannya ke arah Drifters yang mendekat.
Walaupun dia bisa mengalahkan Drifters itu dengan sekali serang, melihat dari jumlah mereka yang banyak akan sulit untuk menghadapi mereka semua sekaligus.
Sama seperti Meiko, aku mengaktifkan Spirit Ball ku dan terus menembakkan salah satunya yang mendekat ke arahku.
Bagaimanapun, para Drifters sepertinya tidak mengenal konsep teman. Mereka hanya mendatangi kami secara langsung, terkadang menghancurkan kawan mereka sendiri dan berkumpul di sekitar kami.
Jumlah mereka sangat banyak membuat kami terdorong semakin jauh.
Kita bahkan belum mencapai tempat para penyerang itu sekarang...
Ini bukan waktunya untuk menyimpan kekuatan kita──.
Aku akan mengaktifkan bukan hanya Spiritual Power dan Mystical Power tapi juga Creation of the Holy and the Evil ku── dan pada saat itu.
“Meow!”
Tiba-tiba, sebuah bayangan putih lewat diantara kami dan para Drifters.
Para Drifters yang berkumpul di sekitar kami langsung menghilang.
“Huh?”
"A-apa yang sebenarnya terjadi...? "
Kami terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba terjadi ini.
Di tengah semua ini, bayangan putih itu terus bergerak dengan cepat, memotong tubuh para Drifters itu satu per satu, memusnahkan mereka.
Karena aku tidak melakukan apapun selain melihat kejadian aneh itu, semua Drifters yang datang mendekat ke tempat kejadian langsung menghilang.
Dan kemudian...
“Meow.”
"K-kucing? "
Di depan kami, seekor kucing putih sebesar Night sedang duduk dalam pose bergaya Mesir, melihat kearah kami.
Mata kucing itu hitam mengkilap, dan bulu ditubuhnya memancarkan cahaya yang berkilauan, memberikan kesan seperti bintang.
Aku dikejutkan oleh kehadiran yang tiba-tiba itu tapi aku segera kembali sadar.
"Yah, uh... Apa kamu yang menyelamatkan kami? "
“Meow.”
Kucing putih itu berdiri dan menyelipkan tubuhnya didekat kakiku.
Itu terlihat seperti ingin dimanjakan olehku.
Kurasa kucing putih ini yang mengalahkan para Drifters itu.
Lalu, sekarang, dia menoleh ke arahku dan menunjukkan perutnya.
Saat itu juga──.
'Kamu telah berhasil menjinakkan [Dimension Cat].’
“Huh?”
“Meow?”
Terkejut, sebuah pesan muncul mengatakan bahwa aku berhasil menjinakkan kucing ini.
Aku tidak tahu apapun tentang kucing putih ini, dan aku tidak tahu kenapa kucing ini menolongku.
Tapi sepertinya aku benar-benar telah menjinakkan kucing putih ini.
"U-um Master. Kucing yang disana... "
"Sepertinya dia menyelamatkan kita. Dan tampaknya dia sudah dijinakkan olehku baru saja... "
"Dijinakkan? "
“Itu artinya kita sekarang adalah keluarga, sama seperti dengan Night dan yang lain. "
"Eehh? I-itu sangat tiba-tiba... "
Seperti yang Meiko katakan, itu sangat tiba-tiba.
Yah, dengan contoh yang lain, saat dengan Akatsuki waktu itu juga cukup tiba-tiba, dan Ouma-san dijinakkan juga karena memakan kari ku...
Aku memandang kucing putih itu... Dimension Cat, dengan pemikiran tersebut.
Saat aku melihat kucing itu, kucing putih itu menunjukkan perutnya dan memiringkan kepalanya. Lu-lucunya.
Aku berjongkok dan memanggilnya kemari, merasa nyaman dengan penampilannya yang tenang, sulit dipercaya bahwa dialah yang melakukan pembantaian tersebut.
"Hey, kamu. Sepertinya kamu salah satu dari kami sekarang. "
“Meow.”
Kucing putih itu mengangguk setuju, sepertinya dia tidak keberatan sama sekali.
Kemudian dia berdiri lagi dan menatap ke arahku.
Untuk beberapa alasan, ada semacam emosi yang sangat kuat di matanya... Seakan dia melihat seseorang yang sudah lama dia pikirkan.
Aku tidak tahu mengapa kucing putih ini menunjukkan banyak rasa kasih sayang kepadaku.
Tapi beginilah cara dia menjadi salah satu dari kita.
Aku membelai kucing putih itu dengan lembut dan memeluknya dengan tanganku.
Kucing itu sepertinya tidak menunjukkan tanda perlawanan apapun tapi diam-diam duduk di dekapanku dan mendengkur.
Saat aku melihat kucing itu, aku memberikan nama yang baru saja terpikirkan olehku.
"Nama kamu adalah... Stella. "
Dia terlihat seperti bintang yang bersinar, aku memberinya nama itu.
Mendengar perkataanku, Stella, kucing putih itu... Mengeong dengan bahagia.
Pada waktu yang sama, aku juga mengaktifkan skill Identification pada Stella, tapi aku tidak bisa menemukan apapun kecuali nama spesiesnya, Dimension Cat.
"Yah... Kita menambahkan teman yang bernama Stella ke dalam rencana penyerangan tak terduga ini... Dan sekarang kita akan pergi mengalahkan musuh tertentu. Bisakah kamu membantu kami? "
“Meow!”
Stella mengangguk senang atas permintaanku, melompat turun dari tanganku, dan mulai memimpin jalannya, mengikuti cahaya yang masih memancar dari dadaku.
"Stella-sama adalah... Makhluk yang kelihatannya tinggal di Jurang Dunia ini...? "
"Ya. Kupikir ruang angkasa itu dihuni oleh semua Drifters itu, tapi aku heran apa itu tidak terlalu mengejutkan. "
Yah, penyerang itu juga bukan manusia, dan disana mungkin ada berbagai macam makhluk jika kamu terus mencarinya.
Saat kami melanjutkan percakapan, Stella tiba-tiba berhenti.
“Fushaaaah!”
“Stella?”
Dan kemudian, dia mengeluarkan suara yang ganas dan mengancam──.
"── Aku tidak menyangka kau malah menyerang kami"
Muncul entah dari mana, pria bertopeng yang membunuh 'diriku' yang lain muncul dihadapanku.
***
Sewaktu Yuuya pergi ke Jurang Dunia.
Di Akademi Ousei, Kaori sedang bekerja buat OSIS untuk event berikutnya dan seterusnya.
Sejak ini hari libur, tidak perlu untuk pergi ke sekolah jika tidak ada kegiatan club, tapi Kaori senang dengan pekerjaannya di OSIS, jadi dia tidak merasa kesulitan bekerja seperti ini di hari libur.
Jadi Kaori sedang melihat beberapa kertas berkas, lalu beristirahat, dan melihat ke jendela di ruang OSIS.
Dalam pandangan matanya dia seperti terganggu oleh sesuatu.
"School Idol, kan...? "
Sebenarnya, Kaori sedang khawatir tentang sesuatu yang berhubungan dengan projek School Idol yang Kitaraku mulai sejak acara Open Campus.
"Apa Yuuya-san benar-benar akan masuk ke projek School Idol juga...? "
Itu adalah projek School Idol laki-laki yang diberitahukan Kitaraku padanya terkahir kali.
Sejujurnya, Kaori tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya karena dia pikir projek itu hanya untuk School Idol perempuan.
Selain itu, melihat Lexia dan yang lainnya berlatih untuk konser di acara Open Campus dan Yuuua yang mendukung mereka, Kaori merasakan sedikit perasaan gelisah.
"Jika aku bisa bergerak lebih bebas... Aku, juga, akan dijaga oleh Yuuya-san sebagai anggota School Idol... "
Kaori tersipu malu dan menggelengkan kepalanya saat dia mengatakan itu.
"Ti-tidak, bukan itu apa yang coba kulakukan! "
Kaori mengatakannya tanpa berpikir, meskipun dia tidak memiliki alasan untuk itu.
"... Tapi itu tidak merubah fakta bahwa aku merasa cemburu... "
Awalnya, dia merasa puas hanya mendukung Yuuya, yang dipercaya untuk mengerjakan projek School Idol.
Namun, ketika melihat Lexia dan yang lainnya semakin dekat dengan Yuuya, rasa gelisah mulai muncul di dalam dirinya.
Jika dia cukup atletis, Kaori ingin bergabung juga dengan program School Idol dan ingin mengenal Yuuya lebih baik.
"Aku tidak bisa tidak kepikiran, aku adalah aku, terlebih dengan Yuuya-san──”
“──Houjou-kun!”
“Eh?”
Kemudian pintu ruangan OSIS tiba-tiba terbuka, dan Kitaraku muncul.
Kaori terkejut dengan mata yang lebar karena dia tidak menyangka Kitaraku datang ke kantor OSIS untuk bekerja pada hari liburnya.
"Ke-Ketua? Kenapa kamu disini?"
"Yah, aku tahu bahwa kamu sibuk belakangan ini, membuat banyak perencanaan. Jadi kupikir aku akan melakukan sesuatu yang bisa membantu mengisi hari liburku. Selain itu, aku bukan orang yang seperti itu yang berdiam diri di rumah dan tidak melakukan apapun. "
"Jadi begitu. "
Mengingat kepribadian Kitaraku, Kaori setuju bahwa itu adalah hal yang wajar.
Tapi ada alasan lain mengapa di mengunjungi kantor OSIS.
"Oops, aku sebenarnya datang untuk bertanya tentangmu. "
“Huh?”
Saat Kitaraku mengatakan itu, ekspresi bingung muncul di wajahnya, yang merupakan hal yang tidak biasa.
"Ada seseorang yang memanggilmu di depan gerbang sekolah sekarang. "
"Me-memanggilku? "
"Benar. Jika bisa, kamu harus cepat datang ke gerbang sekolah. "
"A-Aku mengerti. "
Melihat ekspresi gugup di wajahnya yang tidak bisa dia bayangkan dari Kitaraku yang biasanya, Kaori memiringkan kepalanya dan menuju ke gerbang sekolah.
Kemudian dia melihat sejumlah mobil hitam yang kelihatannya mewah terparkir disana.
"Ap-apa yang sedang terjadi disini...? "
“──Kaori!”
Sementara dia terkejut, tidak tahu apa yang sedang terjadi, seorang pemuda keluar dari salah satu mobil mewah itu.
"K-kamu adalah... "
Mata Kaori terbuka lebar saat melihat pemuda itu, dan pada saat yang sama, dia kebingungan.
Awalnya, pemuda itu dan Kaori pernah bertemu waktu dulu, tapi mereka sama sekali bukan teman dekat.
Dan yang paling penting... Pemuda itu bukanlah seseorang yang bisa muncul begitu saja di tempat seperti ini.
Meskipun Kaori sedang kebingungan, pemuda itu datang dan berlutut.
"Apa!? "
Kemudian dia memegang tangan Kaori dan menyatakannya dengan bermartabat.
"Kaori! Apakah kamu── mau menikah denganku! "
── Sementara Yuuya sedang pergi, banyak hal yang baru saja terjadi disekitar Kaori.
Post a Comment