NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Wakiyaku ni Tensei Shita Ore Demo, Gimai o “Kouryaku” Shite Iidesu ka? V1 Prolog

Penerjemah: Rion 

Proffreader: Rion


Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.

Jangan lupa juga join ke DC, IG, WhatsApp yang menerjemahkan light novel ini, linknya ada di ToC ini.


Prolog


Pernahkah kamu mengetik 'kehidupan sebelumnya' di kolom pencarian? Jika belum, cobalah sesekali. 

Umumnya, situs pencarian dilengkapi dengan fitur saran, yang akan menunjukkan kata-kata lain yang sering dicari bersamaan dengan istilah yang kamu masukkan. 

Jadi, jika kamu mengetik 'kehidupan sebelumnya,' kemungkinan besar kata-kata seperti 'ramalan' atau 'diagnosis' akan muncul di antaranya.

Namun, saran ini merupakan hasil analisis riwayat pencarian masa lalu setiap individu dan memberikan hasil yang disesuaikan dengan orang tersebut, jadi mungkin ada juga orang-orang yang tidak mendapati hal ini. 

Tentang diagnosis kehidupan sebelumnya, ada banyak sekali situs yang muncul, dan meskipun isinya bervariasi, kesan yang aku dapatkan adalah; kebanyakan dari mereka hanya merupakan tes psikologi atau tes kepribadian dengan nama berbeda.

Singkatnya, ini bisa dibilang tidak dapat diandalkan.


Pertama-tama, seberapa banyak orang yang membuka situs-situs seperti itu untuk benar-benar mengetahui tentang kehidupan sebelumnya?

Ini mungkin hanya pendapat pribadi, tetapi aku rasa kebanyakan orang melakukannya hanya untuk bersenang-senang, lebih dari setengahnya malah untuk bermain-main. 

Sebenarnya, diagnosis kehidupan sebelumnya ini bisa jadi topik yang menarik saat berkumpul dengan teman-teman atau saat acara minum, apalagi ketika pembicaraan mulai buntu.

Tes psikologi yang biasa terkadang sudah basi. Selain itu, dalam kasus tes psikologi, jika hasilnya terlalu rendah dan kita terlalu banyak mengomentarinya, hal itu bisa berujung pada penyangkalan karakter seseorang. Meskipun semua orang tertawa, ada kemungkinan seseorang akan merasa tersinggung dalam hati. Menyakiti seseorang yang sensitif, meski tanpa sengaja, bisa sangat melukai perasaannya.

Namun, dalam konteks 'diagnosis kehidupan sebelumnya,' tidak akan ada masalah dalam hal itu! Tidak akan ada orang yang benar-benar percaya tentang kehidupan mereka sebelumnya.

Misalnya, jika seseorang diberitahu 'di kehidupanmu sebelumnya, kamu adalah gorila,' orang tersebut mungkin menganggapnya sebagai hal yang lucu dan bahkan bisa berkembang menjadi bahan obrolan, selama tidak berkembang menjadi serangan pribadi. Meskipun, rasanya agak tidak adil bagi gorila yang secara tidak langsung terkena dampak dari pernyataan tersebut.

Namun, jika kehidupan sebelumnya memang benar adanya, dan seseorang mengetahui tentang hal itu, apakah mereka masih bisa tertawa dan menganggapnya sebagai sesuatu yang lain? Apakah mereka bisa menutupnya sebagai kehidupan yang telah berlalu dan menyimpannya di dalam lemari yang dalam?


Jika ada seseorang yang mengklaim memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya dan terlahir kembali, aku ingin sekali mendengar cerita mereka. 

Aku ingin tahu, bagaimana cara mereka bersikap dalam menghadapi hal tersebut?


🔸◆🔸


"……Kenapa melamun begitu?"

Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu menyentuh lenganku dari samping. 

Ketika aku mengangkat kepala dan melihat ke arah itu, seorang bidadari sedang duduk di sana. Dengan penampilan yang memukau dan rambut hitam lurus, dia terlihat sangat anggun.

Namanya Kanzaki Suzuna. Sekarang dia kelas satu SMP. Sulit dipercaya bahwa sebulan yang lalu dia masihlah membawa tas ransel SD.

"Sedang berdoa?"

Menurunkan pandangannya dari wajahku ke tanganku, dia memandangku dengan tatapan curiga

Tanpa sadar, aku memang mengaitkan jari-jariku. Jika dipikir-pikir, mungkin terlihat seperti posisi tangan saat berdoa, seperti yang dilakukan oleh orang Kristen.

Ngomong-ngomong, ini memang sepele, tapi ada beberapa cara berdoa yang berbeda bahkan di kalangan umat Kristen. Pada dasarnya, umat Katolik berdoa dengan gaya 'gasshō', di mana jari-jari direntangkan dan kedua telapak tangan dirapatkan. Sedangkan aku, yang saat ini mengaitkan jariku, adalah cara yang biasa dilakukan oleh Protestan.

"……Tidak, aku bukannya sedang berdoa atau apapun."

Yah, aku hanya merasa sedikit terlalu lemah. Aku kurang tidur nyenyak akhir-akhir ini.

Namun, setelah aku akhirnya bisa menghabiskan waktu bersama adikku, aku malah kehilangan kesadaranku di saat seperti ini... Itu benar-benar bukan sesuatu yang baik.

"Ngomong-ngomong, konon kamu bisa mengetahui jenis kelaminmu di kehidupan sebelumnya berdasarkan cara kamu mengaitkan jari-jarimu."

"Kehidupan sebelumnya?"

"Kalau ingatanku benar... jika jempol kirimu berada di atas, maka kamu adalah seorang wanita di kehidupan sebelumnya. Sebaliknya, jika jempol kananmu yang berada di atas, maka kamu adalah seorang pria di kehidupan sebelumnya."

"Hee."

Meskipun jawabannya terdengar tidak tertarik, Suzuna mulai mengaitkan jarinya. Kesan bidadari yang memancar darinya terasa semakin kuat.

"……Jempol kiri di atas."

"Oh, kalau begitu kamu pasti seorang wanita di kehidupanmu sebelumnya. Ngomong-ngomong, kamu mirip sekali denganku.”

Aku menunjukkan tangan yang terkatup.

"Jadi, Eizi-san juga wanita di kehidupan sebelumnya?"

"……Mungkin?"

"Hee."

Dia tetap memberikan jawaban asal, seolah tidak tertarik.

Yah, lagipula ini memang tidak bisa dipercaya. Setidaknya, fakta bahwa aku di kehidupan yang sebelumnya adalah wanita saja sudah sangat tidak tepat. Tebakan itu meleset, meskipun hanya ada dua pilihan diantaranya.

"Ngomong-ngomong, Eizi-san. Servis."

"Oh, benar!"

Aku baru ingat setelah diingatkan oleh Suzuna.

Kami berdua bukan hanya sedang mengobrol tanpa tujuan.

Jika saja kami bisa menghabiskan waktu tanpa tujuan seperti itu... mungkin kami akan lebih terlihat seperti saudara sesungguhnya. Sayang sekali, hubungan kami saat ini belum sampai pada titik itu.

Namun, hari ini, pada awal bulan April! Di hari Minggu yang hangat dengan suasana musim semi, kami berdua akhirnya berkumpul!

Aku mengalihkan pandangan ke depan, menuju televisi yang terpasang di depan sofa.

Di sana, ditampilkan pertandingan tenis dalam game yang sedang kami mainkan.


Nama game ini adalah [ Makiotennis Grand Slam ]. 

Sebuah game tenis yang dapat dimainkan dengan Tankudou Change, sebuah konsol terbaru dari perusahaan game terkenal, Tankudou.

Fitur utama dari game ini adalah; pemain dapat mengendalikan karakter-karakter bergaya anime yang terkait dengan karakter ikonik Tankudou, yaitu 'Makio'.

Makio sendiri merupakan karakter pria berjenggot yang pertama kali muncul dalam game [ Super Makio Brothers ]. Meskipun dia seorang tukang kebun (ahli tanaman), dia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Putri Plum dari kastil, yang membuatnya mempunyai latar belakang cerita yang cukup rumit.

Makio lebih sering mengesampingkan pekerjaannya sebagai tukang kebun untuk berpetualang di dunia atau terlibat dalam berbagai olahraga, dan berkat citra ini, dia menjadi sangat populer di kalangan keluarga dan gamer kasual.

Hal yang sama juga berlaku pada game ini. Meskipun ada banyak game yang memungkinkan pemain mengendalikan karakter profesional nyata secara penuh, nyatanya game semacam itu memiliki jangkauan yang sempit, terbatas hanya untuk para penggemar.

Jujur saja, aku sendiri tidak begitu tahu tentang tenis, tetapi bagi mereka yang ingin bermain dengan keluarga dan teman sambil bersenang-senang, game dengan karakter seperti ini jauh lebih mudah untuk dimainkan dan dipelajari.

Jika kita menilik variasi game tenis dari [ Makiotennis ], game ini merupakan seri kelima atau keenam yang telah dirilis. Dengan sejarah yang panjang itu, reputasi dan pengalaman bermainnya tentu sudah pasti teruji dan solid.

Aku sendiri juga tertarik dengan suasana kasual ini, sehingga aku rela menghabiskan tabungan tahun baru hanya untuk membeli game ini.

Dan yang lebih penting lagi...

Semua ini untuk bisa bermain game bersama Suzuna!!


"……Ayo hentikan saja kalau tidak mau bermain"

"Ah, tidak! Aku mau bermain!"

Kembali ke topik. Atau lebih tepatnya, kembali ke topik setelah sempat melenceng lagi.

Aku mengumpulkan kembali fokus dan menggenggam kontroler.

Tujuan utama untuk bisa bermain game bersama adikku sudah tercapai, tetapi pertandingan itu sendiri tetaplah pertandingan.

Meskipun lawanku adalah adik perempuanku yang imut, jika aku menganggap remeh, itu akan mengurangi kesenangannya.

Ayo, partnerku, 'Gekīni'. Mari kita kalahkan 'Makiō' yang dikendalikan Suzuna dan tunjukkan kemampuan kita!

Dan dengan itu, game pun dimulai!

"Yosh"

"…………"

Pertandingan dimulai dengan servis dariku. 

Game ini dirancang untuk kalangan kasual, sehingga mudah dioperasikan bahkan bagi pemula.

Oleh karena itu, perbedaan kemampuan tidak terlalu terlihat, dan bagi kami yang masih pemula, cukup sulit untuk mencetak poin.

(Tapi tetap saja, dia benar-benar melakukannya dengan baik…)

Aku melirik Suzuna di sebelahku.

Tatapannya terpaku pada televisi, ada aura serius di sekelilingnya.

Aku akan mengatakannya sekali lagi; di antara kami tidak ada hubungan hangat sebagai saudara, di mana kami akan menghabiskan waktu dengan bersenang-senang atau bermain game bersama di akhir pekan.

Aku berharap suatu hari itu akan menjadi hal yang biasa… tetapi entah kapan hal itu akan benar-benar terjadi...

---Love, fifteen.

"Ah!"

Karena aku terlalu memperhatikan Suzuna, perhatian ke televisi menjadi teralihkan.

Di saat itulah, dia berhasil mencetak poin.

"Jangan melamun!"

"Uh…"

Dia memberiku kritikan tegas.

Jika bermain game, niat untuk serius dalam pertandingan sangat terasa.

Sebenarnya, aku berharap bisa bermain dengan suasana yang lebih santai, tetapi aku senang Suzuna tidak bermain dengan setengah hati dan terlihat antusias.

Bagiku, melihatnya seperti ini terasa menyegarkan. Aku tahu dia adalah orang yang tidak suka kalah.

Semakin Suzuna terlibat dalam permainan, semakin banyak ekspresinya yang berubah.

Jika dia mencetak poin, dia menghela napas lega, tetapi jika dia kebobolan, dia menggerutu dengan kecewa.

Aku sering mencuri pandang ke arah Suzuna yang tampak menikmati permainan, seakan melupakan keberadaanku di sebelahnya.

(Begitu ya, Suzuna sebenarnya anak yang seperti ini. Seandainya tidak ada hal-hal menyedihkan yang menimpanya, dia pasti bisa terus bersikap seperti sekarang ini…)

---Game, 2P.

"Ah!?"

"Yosh"

Dia berhasil mencetak poin lagi?!

Dengan cepat, Suzuna mengecohku dan mencetak 4 poin dalam satu permainan.

"Kau hebat, Suzuna…!"

"Mungkin, Eizi-san saja yang tidak pandai bermain!"

"Heh?! Bukannya aku tidak bisa main atau semacamnya! Aku hanya butuh sedikit waktu supaya bisa terbiasa dengan kontrolnya!"

Kenyataannya, aku hanya teralihkan oleh tingkah Suzuna dan jadi tidak fokus pada layar televisi… tetapi!

"Fuhaha! Terima kasih padamu, kini aku telah sepenuhnya menguasai cara bermainnya!"

Sebagai ganti untuk poin yang telah kukorbankan, aku juga mempelajari sesuatu yang baru...

Aku belajar tentang bagaimana caranya tetap fokus pada layar televisi, namun tetap bisa mencuri pandang pada profil Suzuna di saat yang bersamaan!

"Dari sekarang, saatnya pembalasan! Bersiaplah, Suzuna!"


…Tiga puluh menit kemudian.

---Forty, fifteen.

"Ugh…!?"

Smash Suzuna berhasil mengenai sudut lapangan.

Saat ini, skor permainan adalah 1-5. Tentu saja, Suzuna memimpin.

Sebelumnya, aku mencoba mengejar ketinggalan, tetapi hasilnya malah jadi seperti ini. Jujur saja, Suzuna memang lebih unggul. Dia memiliki bakat alami dalam bermain game.

Aku sendiri memang sering bermain game, tetapi lebih banyak di genre RPG berbasis perintah, taktik, atau petualangan---yang mana tidak memiliki elemen aksi seperti ini. 

Meski kontrol dalam game ini telah disederhanakan sedemikian rupa untuk pemula, aku tetap saja kesulitan. Dan lagi... jujur saja, aku juga ingin terus-terusan mengamati Suzuna. Sulit rasanya mengalihkan pandangan dari dia yang begitu fokus dan bersemangat.

"Ini match point, bukan?"

"Apa? Pertandingan di ninth inning, two strikes!"

"Ini tenis, lho."

"Aku tahu!"


TL/N:

Dalam tenis, 'Match Point' yang diucapkan Suzuna ini adalah situasi di mana seorang pemain hanya membutuhkan satu poin lagi untuk memenangkan pertandingan.

Sedangkan apa yang diucapkan MC, 'Ninth Inning', ini istilah dari bisbol, yang punya artian serupa dengan 'Match Poin'.

Lalu untuk 'Two Strikes' sendiri mengacu pada situasi di mana pemukul memiliki dua kesempatan gagal sebelum terkena strike out (pemukul keluar). 


Sungguh, aku tidak bisa melihat peluang untuk menang… tetapi aku tetap melepaskan servis.

Pukulanku dengan mudah dikembalikan, tetapi aku berusaha keras untuk bertahan.

Aku sedang berada di tepi jurang, dan hari ini aku berjuang sekuat tenaga.

Karena jika dia mencetak satu poin lagi, waktu menyenangkan ini akan berakhir.

Jujur, ada rasa frustrasi karena kalah. Tapi lebih dari itu, aku senang bisa menghabiskan waktu bersamanya.

Apa pun yang dipikirkan Suzuna, waktu yang bisa kami habiskan bersama seperti saudara yang sebenarnya sangat berharga untuk dilewatkan.


"Kuh, ugh!"

"…!"

Aku dengan sekuat tenaga berusaha mengejar. Suzuna, mulai menunjukkan tanda-tanda kecemasan karena tidak bisa menyelesaikan pertandingan. 

Benar, satu-satunya game (putaran) yang berhasil kumenangkan sebelumnya... Meskipun hanya kebetulan, berkat kegigihanku yang berhasil dan sedikit keberuntungan, aku bisa memenangkan satu game itu.

Ayo, ingat-ingat kembali sensasi saat itu!

(…Ngomong-ngomong, Suzuna yang kelihatan kecewa karena kalah satu game waktu itu juga terlihat imut…)

---Puch!

"Ah"

Sekejap, ingatan tentang Suzuna yang berusaha menampilkan wajah datar untuk menyembunyikan rasa kecewa setelah kalah satu game, muncul dalam benakku.

Dalam momen singkat saat aku mengingat ekspresi itu, aku kehilangan fokus, dan bola dikembalikan ke sisi berlawanan, membuatku kalah.

---2P, Win!

"Ah…"

"Yes!"

Suzuna mengepalkan tinjunya dengan gembira.

Meskipun kalah itu menyakitkan, melihat ekspresi seperti ini darinya lebih dari cukup untuk menghapus rasa kecewa.

Dan, tanpa sadar, aku berpikir.

(Sungguh, dia memang sudah sangat cantik, bahkan di saat ini…)

Kesempatan untuk melihat senyumannya itu sangat langka. Biasanya, dia selalu menyembunyikan itu di balik wajah muramnya.

Walaupun… itu juga bukan salahnya. Dia memiliki alasan yang sulit dipahami dibalik hal itu.

"U-uh…! Ini, bukan seperti yang kau pikirkan!"

Menyadari tatapanku, Suzuna kembali menghapus senyumnya dan menyembunyikannya.

Reaksinya membuatku merasa sedih, tetapi aku menahan perasaan itu di dalam hati.

"Hei, ayo kita main satu pertandingan lagi. Beri aku kesempatan untuk balas dendam."

"…Aku harus mengerjakan PR."

Aku mengajak untuk bertanding lagi, tetapi Suzuna berkata begitu dan pergi.

Aku sempat berpikir untuk mengejarnya, tetapi… aku memutuskan untuk tidak melakukannya. Hanya bermain sekali bersamanya sudah cukup.

Jika aku terlalu memaksa, dia mungkin akan semakin menutup diri.

"Rasanya, hanya aku yang ramai sendiri."

Aku bersandar di sofa, melepas penat.

Sebenarnya, Suzuna bukanlah adik kandungku.

Dia mulai tinggal ke rumah kami sekitar dua minggu yang lalu, tidak jauh setelah bulan April dimulai… karena suatu alasan tertentu.

Dia sebenarnya adalah putri pamanku, jadi hubungan kami seharusnya adalah sepupu, bukan adik-kakak.

Namun… aku memutuskan untuk menjadi kakaknya, keluarga sejatinya.

"Meskipun begitu, jalan ini masihlah panjang…"

Aku mengeluarkan buku catatan dari saku dan mencoret bagian yang bertuliskan 'Menjadi akrab lewat game'.

"…Tunggu, tunggu. Dia ternyata cukup antusias dengan game ini, kan? Lagipula dia juga tampak tahu banyak tentang Makiotenis."

Meskipun aku baru saja mencoret bagian itu, aku segera memperbaikinya dengan menggambar panah dan menambahkan tulisan, 'Berharap untuk kesempatan berikutnya!' dengan harapan tulus di dalamnya.

"Nah, bagaimana caraku bergerak selanjutnya, ya? Tidak ada waktu buat bersantai!"

Aku membalik halaman buku catatan dan mencari petunjuk.

Di sana, tertulis semua informasi tentang Suzuna---tidak, tentang 'Kanzaki Suzuna'.

Lebih tepatnya, ini adalah informasi tentang masa depan, tiga tahun ke depan.

Aku bisa memastikan, aku bukanlah orang yang datang dari masa depan, dan aku juga tidak gila.

Aku hanya tahu.

Apa yang akan terjadi pada Suzuna ke depannya. Dan apa yang sedang terjadi padanya sekarang.

Maka dari itu, aku ingin menyelamatkan Suzuna.

Aku ingin membuatnya bahagia. Sebagai keluarganya.


Namaku adalah Kanzaki Eizi.

Sekarang aku kelas tiga SMP.

Aku adalah kakak angkat Kanzaki Suzuna.

Dan---aku adalah seseorang yang telah bereinkarnasi dari dunia lain, yang mengetahui masa depan dunia ini, serta kemungkinan-kemungkinannya.


Previous Chapter | ToC | 


TL/N:

Setiap game dalam tenis dimainkan dengan penghitungan poin yang unik:

1. 0 poin disebut Love.

2. 1 poin disebut Fifteen (15).

3. 2 poin disebut Thirty (30).

4. 3 poin disebut Forty (40).

5. 4 poin (dan selisih dua poin dari lawan) akan memenangkan game tersebut.

Sedangkan untuk penjelasan skor mereka diatas.

1. Love, fifteen (ラブ、フィフティーン)

Love (ラブ) berarti seorang pemain belum memperoleh poin (0), dan fifteen (フィフティーン) berarti lawan telah mencetak satu poin (15). Skor ini menunjukkan bahwa satu pemain memiliki 0 poin (love), sementara pemain lainnya memiliki 15 poin.

2. Game, 2P (ゲーム、2P)

"Game" (ゲーム) berarti satu putaran telah dimenangkan. 2P (Pemain kedua) menunjukkan bahwa pemain kedua telah memenangkan game tersebut, bukan sekadar satu poin. Jadi, jika disebut "Game, 2P", berarti pemain kedua sudah berhasil memenangkan game (satu putaran) itu secara keseluruhan (setelah mencapai 4 poin atau lebih dengan selisih dua poin dari lawannya).

3. Forty, fifteen (フォーティ、フィフティーン)

Ini berarti salah satu pemain sudah memperoleh 40 poin (フォーティ - forty) dan pemain lainnya masih berada di 15 poin (フィフティーン - fifteen). Di sistem skor tenis, setelah mencapai 40 poin, pemain tersebut hanya memerlukan satu poin lagi untuk memenangkan game (kecuali dalam situasi "deuce").

Setelah 40, jika kedua pemain mendapatkan poin yang sama (40-40), ini disebut deuce (dua sama kuat), dan permainan akan dilanjutkan hingga salah satu pemain memimpin dengan selisih dua poin untuk memenangkan game.

Untuk memenangkan satu set, seorang pemain harus memenangkan 6 game, namun jika skor menjadi 6-6, biasanya diadakan tie-break (kecuali dalam beberapa kasus aturan berbeda).

Tie-break: Jika dalam satu set skor menjadi 6-6, sebuah tie-break dimainkan (dalam kebanyakan aturan). Dalam tie-break, pemain perlu memperoleh 7 poin dengan selisih minimal dua poin untuk memenangkan set.

0

Post a Comment



close