Penerjemah: Chesky Aseka
Proffreader: Chesky Aseka
Selingan 2
“Baiklah, semuanya berjalan lancer...”
Aku duduk di meja belajarku di kamarku, larut malam, mengangguk pada diri sendiri setelah selesai menyusun semua respons dari calon pengisi acara yang sudah aku rekrut.
“Ini sudah cukup untuk line-up dasar. Sekarang kita tinggal pilih para sukarelawan...”
“Haruki, kamu masih bangun?”
Suara ibuku terdengar dari lorong.
“Kamu begadang setiap malam belakangan ini. Ibu paham sih kamu lagi sibuk, tapi coba jaga caramu ya?”
“Iya, aku ngerti, Bu,” jawabku sambil tetap menghadap meja.
Memang benar, sejak jadi ketua panitia festival budaya, aku sibuk begadang tiap malam, bahkan di rumah. Mulai dari mengatur staf, memilih calon pengisi acara, sampai merancang strategi promosi.
Aku melawan Nito, jadi persiapan sebanyak apa pun rasanya nggak akan cukup.
“Hmm... Udah jam satu?”
Aku baru sadar kalau jam sudah lewat tengah malam, dan aku terkekeh kecil.
Aku nggak benci kerja keras yang kayak gini. Sejak kecil, aku selalu senang menantang diri sendiri, meningkatkan kemampuan, berlari sekuat tenaga, dan melampaui orang-orang di sekitarku, menghasilkan hasil yang keren.
Sensasi itu... susah buat ditolak.
Perasaan ini pertama kali kurasakan waktu SD, saat lomba lari lima puluh meter melawan teman sekelas.
Pengalaman itu membentuk diriku yang sekarang. Dan aku yakin, itu juga yang bakal membimbingku di masa depan.
Jadi, “Baiklah, semangat sekali lagi!”
Aku menutup daftar pengisi acara dan beralih ke komputer. Aku mulai memeriksa poster Rekrutmen Sukarelawan Pengisi Acara yang sudah selesai dan siap dipasang.
Aku melirik ke luar jendela, melihat gelapnya pemandangan kota kecil. Beberapa lampu di sana-sini masih menyala.
Aku bertanya-tanya, apakah NITO—rival jeniusku—juga masih bangun di jam segini, bekerja keras seperti aku, atau mungkin dia sudah nyaman terlelap di tempat tidurnya.
Post a Comment