NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

KanoUwa: after story Volume 1 Chapter 10

 


Penerjemah: Tensa

Proffreader: Tensa


Ayam Goreng Manis ~Mayu Side~


Ada beberapa hal yang kuperhatikan saat memasak untuk senpai.

Seperti keseimbangan nutrisi dan biaya makanan untuk kehidupan sehari-hari.

Tapi yang paling kuperhatikan adalah—

\

"Senpai, gimana makan malamnya hari ini?"

Saat ayam goreng di piring besar sudah berkurang setengah, aku bertanya pada senpai.

Senpai yang duduk di seberang meja rendah meneguk air setelah selesai mengunyah, lalu tersenyum.

"Enak banget. Ayam goreng manis emang bahaya ya."

Setelah berkata begitu, senpai kembali mengulurkan sumpit ke piring besar.

Aku lega mendengar kata-katanya dan melanjutkan makan.

—Yang paling kuperhatikan adalah apakah rasanya sesuai dengan selera senpai.

Lidah senpai yang asal-asalan dan menganggap apapun enak asal ada garamnya memang mudah dipuaskan, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu mengurangi usaha supaya siap kalau seleranya mulai berkembang.

Normalnya, mempertahankan 80% kemampuan setiap hari pasti cukup melelahkan.

Bisa melakukannya selama hampir setengah tahun ini tidak lain karena keberadaan senpai sangat berarti bagiku.

Awalnya aku memasak karena tidak ingin diremehkan, tapi sekarang berubah jadi ingin membuatnya senang.

Yah, alasan karena aku tidak terlalu suka memasak hanya untuk diriku sendiri juga tidak salah.

Tapi tetap saja, aku sering berpikir betapa diriku sudah berubah.

Selama ini, aku tidak pernah merasa ingin melakukan sesuatu untuk lawan jenis.

Tapi lihat aku sekarang. Kalau dilihat orang lain, pasti seperti pasangan kan.

Padahal aku suka hubungan aneh yang bukan pasangan ini.

Saat berpikir sampai situ, tanpa sadar aku tersenyum.

"Kenapa senyum-senyum?"

"Eh?"

Senpai bertanya dengan ekspresi heran, membuatku buru-buru memasang wajah datar.

"Soalnya masakan aku enak sih."

"Khas kamu banget ngomong gitu sendiri. Yah, emang bener sih enak banget."

"Hehehe."

Kata-kata terakhirnya membuatku tersenyum.

Ayam goreng hari ini kubuat dengan lebih bersemangat dari biasanya.

Senpai akan mengucapkan hal-hal yang dia anggap bagus. Justru karena dia orang yang akan mengatakan tidak suka kalau memang tidak suka, pujiannya jadi terasa lebih menyenangkan.

Pasti orang-orang di sekitar senpai juga pernah merasakan hal yang sama.

"Shinohara, kapan mulai masak?"

"Kapan ya. Hmm, waktu SD kali ya."

Saat hubunganku dengan ibu masih baik, liburan musim panas—kalau diingat lagi, itu tepat sebelum orang tuaku bercerai.

Dia menahan diriku yang ingin main-main di liburan musim panas, dan setiap hari mengajariku memasak.

Sekarang kalau dipikir lagi, mungkin dia memikirkan saat aku memilih untuk ikut ayah.

Pasti dia ingin meninggalkan apa yang bisa dia tinggalkan.

...Mungkin karena sudah lama tidak memikirkan hal itu, aku merasakan ingatan yang tidur di dalam diriku terusik.

Oh iya—

"Muka apaan tuh?"

Kata-kata senpai mengejutkanku.

Pasti tadi aku melongo.

"Tadi mukaku gimana?"

"Aneh gitu. Aku juga kadang gitu kalau lagi mikir yang susah-susah."

"Muka aneh itu kan cuma hinaan!"

Aku menjawab dengan suara kecil sambil memindahkan ayam goreng ke piring kecil.

Saat kupegang dengan sumpit, sedikit kuah daging menetes dari ayam goreng.

"Ini, nanti bikin lagi ya."

Mendengar kata-kata senpai, aku tersenyum kecil.

...Oh iya, ayam goreng manis ini adalah masakan pertama yang dipuji ibu sebagai sempurna. Bisa dibilang, menu yang menyaksikan saat sebagian diriku pertama kali mandiri.

Setelah masuk kuliah juga, banyak hal terjadi.

Tapi saat ini, aku bisa merasakan kebahagiaan di rumah yang sempit ini.

Mungkin itu adalah bentuk bakti yang paling baik.

Setelah berpikir begitu, aku berbicara pada ayam goreng.

"Aku baik-baik aja lho."

"Barusan ngomong sama ayam goreng...?"

Aku menjulurkan lidah ke senpai yang terlihat sangat heran, lalu memasukkan ayam goreng ke mulut.

Saus manis yang kubuat dengan segenap kemampuan menyebar di mulutku.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment



close