NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Elf Watanabe Volume 1 Kata Penutup

 


Kata Penutup dari Penulis─ AND YOU ─


Di Jepang, ponsel dengan kamera pertama kali diluncurkan, sejauh yang aku telusuri, pada tahun 1999. Kini, lebih dari 25 tahun kemudian, fitur kamera telah melampaui fungsi telepon itu sendiri pada smartphone dan menjadi poin penjualan terbesar.


Bagi yang baru pertama kali bertemu, salam kenal. Bagi yang sudah lama tak bertemu, lama tak jumpa. Namaku adalah Satoshi Wagahara.


Hingga tahun 90-an, saat aku masih anak-anak, membawa kamera menjadi keharusan saat pergi keluar atau berwisata untuk mengambil foto. Bahkan di awal tahun 2000-an ketika ponsel berkamera mulai menyebar, kamera pada ponsel belum bisa menggantikan kamera biasa.


Aku rasa, alasan utama ponsel berkamera awal tidak bisa menggantikan kamera adalah karena fitur berbagi foto belum terimplementasi dengan baik.


Sulit dipercaya di era masyarakat media sosial saat ini, tapi ponsel berkamera pertama bahkan tidak memiliki cara untuk mencetak atau membagikan foto yang diambil langsung dari perangkat.


Namun, masalah itu perlahan teratasi, dan ketika smartphone muncul serta fitur kameranya menjadi kemampuan utama, tampaknya keberadaan kamera dengan cepat memudar dari masyarakat.


Smartphone, dengan ukurannya yang kecil dan pas di kantong, mampu menyelesaikan proses mencetak foto, berbagi kenangan bersama keluarga dan teman, serta mengulang kembali momen-momen indah dengan sempurna.


Saat menulis buku ini, aku mencoba sedikit berusaha lebih keras dengan membeli kamera DSLR untuk mencobanya. Tapi ternyata, untuk penggunaan sehari-hari, kamera itu berat, besar, pengaturannya rumit, dan yang paling sulit adalah proses berbagi foto.


Namun, satu hal yang pasti, memotret dengan kamera itu membuat aktivitas fotografi menjadi sangat serius dan menyenangkan.


Tidak diragukan lagi, aku merasa, "Sekarang aku benar-benar sedang memotret!" Hal itu memberikan sedikit pengaruh positif pada hasil fotoku, meski aku hanya seorang amatir.


Menggunakan alat yang bagus untuk hobi dan memulainya dari bentuk atau alat itu sendiri mungkin sebenarnya adalah hal yang sangat penting.


Buku ini adalah cerita yang digambarkan melalui "lensa" mata seorang anak laki-laki yang menghabiskan masa SMA-nya sepenuh hati dengan alat yang kini hampir memudar dari adegan kasual kehidupan.


'Nilai' dari segala sesuatu, terlepas dari arus dunia, bersinar paling terang di hadapan mereka yang dapat menemukannya. Cinta, misalnya, adalah contoh klasik dari hal tersebut.


Aku berharap pembaca buku ini dapat menemukan nilai dari cerita ini dan memiliki kesempatan untuk membayangkan kisah masa depan beberapa hari ke depan dari mereka.


Sampai jumpa lagi.


Previous Chapter | ToC | 

0

Post a Comment



close