NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V9 Chapter 2

Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Chapter 2: Pemandu Sorakku Sendiri


Ini mungkin sedikit memalukan tetapi aku tidak tahu kalau ada perbedaan antara festival olahraga (taiikusai/taiikumatsuri) dan festival olahraga (undoukai). Ternyata, perbedaannya adalah apakah siswa terlibat dalam menyelenggarakannya atau tidak.

(Tln: Kalau dianime biasanya kalian lihat ada festival yang memang siswa yang susun dan urus(biasanya gini ada perwakilan dari kelas buat rapat), ada juga yang memang dari sekolah sendiri acaranya. Biasanya yang dari sekolah itu dibagi 2 tim merah putih seluruh angkatan sedangkan satunya tanding per kelas)

Mungkin itulah sebabnya ada karakter "祭" (festival) di dalamnya? Itu kayak festival sekolah tetapi untuk olahraga—itulah yang dimaksud dengan taiikusai (festival olahraga).

"Hahaha! Ayo kita lakukan yang terbaik di festival olahraga nanti!"  

Hitoshi, yang mengenakan kaos dengan desain cetakan berani "2-2" di dadanya, meletakkan tangannya di pinggangnya dengan penuh energi. Oh ya, di bagian belakang, tertulis "Mencari pacar!" beserta nomor bajunya. 

Dia mungkin sangat bersemangat karena akhirnya bisa membuat kaos kelas yang dia impikan. Semua orang juga terlihat bersemangat, dan memegang kaos kelas yang telah dibagikan kepada mereka.  

Hari ini, waktu homeroom digunakan untuk pemeriksaan akhir festival olahraga dan membagikan kaos kelas. Hanya mereka yang menginginkannya yang harus menyumbangkan uang... tetapi yang mengejutkan, semua orang menginginkannya.  

Aku pikir pasti ada beberapa orang yang menolak atau tidak ingin mempunyainya, tetapi itu malah tidak ada.  

Yah, mungkin ada sesuatu yang dikatakan Hitoshi yang mempengaruhi para lelaki.  

"Ini pada dasarnya seperti memakai pakaian yang sama dengan gadis-gadis di kelas kita, kan?"

Pernyataan yang sederhana, tetapi sangat efektif. Belum lagi guru kami juga bersedia menyumbang sedikit untuk membantu kami.  

Memikirkan hal itu, aku belum pernah mengenakan pakaian yang seragam dengan Nanami. Bukan berarti dia pernah menginginkannya.  

Aku bertanya-tanya apakah Nanami merasa ragu dengan hal-hal seperti itu? Sebagai pacarnya... jika itu membuatnya bahagia, maka aku rasa itu akan baik-baik saja.  

Namun, sepertinya mengenakan pakaian yang sama sebagai pasangan akan sulit. Sesuatu seperti itu cocok dengan kami atau tidak, dan juga desain pakaiannya...  

Dalam hal itu, kaos kelas ini mungkin bisa dianggap sebagai latihan untuk mengenakan pakaian yang serasi. Jika tidak ada penolakan terhadap hal ini, mungkin kami bisa mulai mencari pakaian yang serasi juga nantinya.  

Aku mungkin memiliki pemikiran ini karena aku merasa sedikit bersemangat untuk memiliki kaos kelas pertamaku.  

"Youshin, kamu tidak akan memakainya?"  

Nanami, yang tiba-tiba ada di sisiku, juga memegang kaosnya. Sepertinya para gadis tidak berencana untuk mengganti pakaian mereka di sini.  

"Maksudku, aku harus melepas bajuku untuk memakainya... melakukan itu di sini agak..."

"Ah... ya... benar."  

Beberapa dari anak laki-laki sudah melepas baju mereka, dan dengan antusias mengenakan kaos kelas, meskipun gadis-gadis masih ada di sekitar kami.  

Gadis-gadis itu terkejut melihat mereka melakukan hal itu dan juga sedikit iri terhadapnya, tapi tidak ada dari mereka yang akan ganti baju di sini.  

Yah, kecuali Kamoenai-san, yang berkata "Mungkin aku juga harus memakainya" dan mulai melepas bajunya sebelum semua orang menghentikannya dengan sekuat tenaga. Dia benar-benar berbahaya.  

Ngomong-ngomong, dia sedang dimarahi oleh Otofuke-san saat ini.  

"Hei, Youshin, kamu tidak mengganti baju... apakah mungkin kamu punya bekas gigitan atau sesuatu...?"  

"Mungkin itulah kenapa kau tidak punya pacar bung..."  

Hitoshi seketika hancur dengan tanggapan langsungku. Ups, aku tidak bermaksud mengatakannya seperti itu... Maksudku, bekas gigitan hanya akan membuat Nanami malu, kan?  

"Sial... Youshin tidak banyak memanggilku dengan namaku sejak saat itu, dan aku masih tidak punya pacar... Aku bersumpah, aku akan bersinar di festival olahraga dan akan menjadi populer!"  

Hitoshi berjalan menjauh dari kami, dengan bahu terkulai, menuju arah gadis-gadis. Melihat bagaimana dia masih bisa mendekati gadis-gadis meskipun dalam keadaan terpuruk, sepertinya dia tidak terlalu putus asa.  

Ngomong-ngomong, seperti yang dia katakan, aku masih kesulitan memanggil Hitoshi dengan namanya. Meskipun, aku bisa mengatakannya dengan mudah di dalam pikiranku.  

Entah kenapa, memanggil seorang teman dengan nama depan mereka terasa seperti rintangan yang tinggi bagiku. Aku pikir aku akan bisa melakukannya secara alami setelah mengatakannya sekali, tapi...  

Ketika aku mencoba mengatakannya, aku akan merasa sedikit malu. Jadi, kecuali aku mendapatkan keberanian, aku tidak bisa melakukannya.  

"Apakah kamu lagi digoda?"  

"Hah...?"  

Tiba-tiba, Nanami cemberut dan mengembangakan pipinya. Tidak, serius, kenapa topik digoda muncul?  

Dia membungkukkan tubuhnya di atas meja, dan menghembuskan napas dari mulutnya dengan kesal.  

"Intuisi wanita. Juga, kamu memerah karena tidak bisa memanggil namanya, kan?"

"Bagaimana kamu tahu...?"

"Karena aku pacarmu. Dan itu adalah sesuatu yang seharusnya kamu lakukan denganku!"

"Tapi aku sudah memanggilmu Nanami, kan?"  

"Ya, kamu memang memanggilku begitu, tapi... aku memiliki perasaan yang campur aduk di dalam diriku..."

Sepertinya bahkan Nanami juga tidak bisa memilah pikirannya, karena dia mengembungkan pipinya sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya, dan terlihat sedikit bingung.  

Tapi entah kenapa, aku merasa seperti bisa memahami apa yang dia coba katakan.

Pertama kali aku memanggil Nanami dengan nama depannya sebenarnya masih menggunakan akhiran 'Nanami-san', dan itu terjadi di ruang UKS pada hari itu.  

Saat itu, sebagian alasannya karena Nanami yang memintaku untuk melakukannya, dan juga karena aku berusaha keras untuk mendekatinya.  

Jadi, bukan berarti aku melakukan lebih banyak 'gerakan MC' dengan Hitoshi atau apa pun, oke?

"Siapa yang menyangka aku akan cemburu terhadap seorang cowok..."  

"Kamu juga bilang sesuatu yang serupa saat di akhir festival sekolah."  

"Saat itu hanya setengah bercanda, tapi aku tidak pernah menyangka itu akan benar-benar terjadi..."

Dengan sedikit menghela napas, Nanami terlihat sedikit murung. Aku pun menunjukkan kaosku padanya untuk menghiburnya.  

"Jangan khawatir, tidak apa-apa. Lihat, aku punya namamu di punggungku."  

Ketika aku melebarkan kaos itu, tertulis "Bersama Nanami" Jujur... sejujurnya, itu sangat memalukan, tetapi Nanami sudah memintaku untuk memakainya saat kami mendesain kaos.  

Dia menyarankan agar kami mencocokkan teks di kaos kami karena ini adalah kesempatan khusus.  

Aku sedikit ragu, hanya sedikit saja, tetapi aku juga berpikir kalau itu bisa menjadi kenangan kelas yang baik, jadi kenapa tidak?  

Jadi, aku memasukkan kata-kata yang kurasa bisa kupakai tanpa merasa terlalu malu. 

"Hehe, aku senang."  

Nanami melebarkan kaosnya juga, dan di situ tertulis "Bersama Youshin" Dia bahkan ingin menambahkan sebuah hati, tetapi aku berhasil mencegahnya.  

Jujur, saran awalnya cukup... spontan, dan sangat berfokus pada sisi 'cinta'. Pada akhirnya, ini adalah yang paling halus, jadi kami memilih yang ini.

Melihat Nanami sekarang, yang sedang menatap kata-kata yang tercetak dengan senang, sebuah pikiran terlintas di kepalaku.  

"Hei, Nanami, apakah mungkin..."  

"Hmm? Apa itu?"  

"Apakah kamu menyarankan kata-kata yang terlalu memalukan itu di awal... hanya agar kamu bisa mendapatkan yang ini?"  

Begitu aku mengatakannya, Nanami, yang sebelumnya dengan bahagia dan banyak gerak, langsung membeku di tempat. Rasanya seperti waktu berhenti hanya untuknya dan dia tidak bergerak sedikit pun.

Senyumnya terlihat sedikit kaku, dan jika aku melihat lebih dekat... aku bisa melihat butiran keringat kecil muncul di dahinya.  

Apakah ini... skakmat?  

"Nanami...?"  

Aku mendekatkan wajahku sedikit lebih dekat ke wajahnya seolah-olah mendesaknya untuk memberikan jawaban, dan Nanami yang menjadi sedikit panik, segera mengalihkan tatapannya. Itu dia, bukti yang aku butuhkan.  

"...Ya, itu benar sekali."  

Pasrah, Nanami menunjukkan kata-kata di kaosnya. Aku mengerti, aku mengerti... Aku pernah mendengar tentang teknik negosiasi seperti itu sebelumnya, tetapi aku tidak pernah menyangka itu akan digunakan padaku.  

"...Youshin, apa kamu marah?"  

"Oh, tidak. Aku tidak marah. Sungguh."  

Aku sama sekali tidak marah. Rasanya lebih seperti frustrasi karena telah tertipu, seperti terkejut karena terkena lelucon...  


Ada perasaan puas yang aneh. Apakah ini karena aku telah jatuh dengan sempurna ke dalam rencana Nanami? Dia terlihat lega karena aku tidak marah.  

"Maksudku, jika ini terlalu mesra, bahkan aku akan merasa malu. Jadi, aku pikir level seperti ini akan baik-baik saja... tapi karena kamu mungkin tidak menyukainya, aku sengaja menaikkan levelnya sedikit lebih tinggi..."  

Aku mengerti. Jika dia mengajukan ide ini kepadaku dari awal... aku mungkin akan sedikit ragu. Aku tidak bisa menyangkal kalau rintangan itu memang sudah sedikit diturunkan.  

"Tapi wow, Nanami... kamu akhirnya sampai pada titik di mana kamu bisa menjebakku seperti ini."  

Secara pribadi, aku sedikit senang tentang itu. Itu berarti Nanami mulai jadi lebih lepas di sekitarku.  

Meskipun kami banyak berbicara, terkadang masih ada keraguan, seolah-olah dia menahan diri. Meskipun masih penting untuk saling menghormati, kurasa...

Jadi, Nanami yang berusaha melakukan berbagai trik padaku untuk mendapatkan keinginannya... adalah pertanda yang baik.  

Tentu saja, jika itu terlalu jauh, itu bisa menjadi kesalahpahaman, jadi kami perlu tetap berhati-hati.  

"M-maaf..."  

"Oh, tidak, tidak. Malahan, aku pikir itu bagus kalau kamu mulai menunjukkan sisi egoismu lebih banyak padaku."  

"Benarkah? Jika begitu, Youshin, kamu juga harus lebih egois denganku!"  

Keinginanku yang egois... Apa ya? Aku tidak bisa benar-benar memikirkan sesuatu. Bersikap egois dengan Nanami...

Aku merenung sejenak tetapi tidak bisa menemukan jawaban.  

"Suatu hari, aku juga akan membiarkan diriku menjadi sedikit lebih egois."  

Mendengar itu, Nanami pun tersenyum bahagia. Rasanya agak aneh untuk mengatakan bahwa kamu akan bersikap egois dan ada seseorang yang senang akan hal itu, tapi itu juga patut untuk dinantikan.  

Namun, respon Nanami menjadi masalah besar.  

"Ya. Youshin, jangan ragu untuk menjebakku juga!"

Begitu Nanami mengatakannya, kelas tiba-tiba ribut. Aku hampir jatuh dari kursiku karena terkejut.  

Dia mungkin hanya mengulang apa yang aku katakan sebelumnya tentang "menjebak". Itu pasti. Tentu saja, tidak ada makna lain di balik kata-katanya. Pasti tidak.

(Tln: Dalam JP, kalimat Nanami punya 2 arti, “jangan ragu untuk menjebakku” dan “jangan ragu untuk ‘berhubungan’ denganku” taulah ya maksudnya)

Sebagai buktinya, Nanami melihatku yang hampir jatuh dari kursi dengan ekspresi bingung, dan terlihat sedikit panik. Reaksi di sekitar kami juga tiba-tiba berbeda dari sebelumnya.  

Ini sinergi yang luar biasa bagaimana Nanami tidak mengetahui arti lain kalimat itu dan juga pikiranku yang kotor.  

Mungkin, pikiran orang-orang di sekitarku juga sama kotornya denganku... atau mungkin terlalu berlebihan untuk menganggapnya seperti itu?  

Ah, Otofuke-san sedang membisikkan sesuatu ke telinga Nanami, dan...  

Wajah Nanami seketika menjadi merah seperti gurita matang.  

Rasanya seperti salah satu momen manga di mana deskripsi yang tepat adalah "poof!". Otofuke-san tersenyum pahit melihat Nanami yang memerah.

Nanami kemudian melihat ke sekitar ruangan, dan matanya mulai berkaca-kaca. Kemudian, dalam keadaan bingung, dia terhuyung-huyung ke arahku, seolah mencari bantuan.  

Dia meraih ujung bajuku. Tidak bisa dihindari, dia tidak tahu makna lainnya. Baik aku maupun orang-orang di sekitar kami melihat Nanami yang malu dengan senyuman penuh kasih...  

"...B-Bahkan dalam arti itu, a-a-ku... maksudku, a-a-ku..."

"Nanami—!! Ini masih dikelas—!!"  

Semua perasaan sebelumnya lenyap dalam seketika.

Nanami, dengan tatapannya yang berputar, menatapku, dan dia gemetar. Aku bisa melihat setetes air mata di matanya.  

Ini buruk. Nanami sudah di batasnya, dia benar-benar panik.  

Aku refleks berteriak namun dengan kalimat yang salah. Itu bukan kalimat yang tepat sebagai respon! Itu terdengar seperti aku memberitahunya untuk menunggu saat kami sendirian.  

Namun, mungkin karena semua orang di sekitar kami juga sedikit terkejut, tidak ada yang bereaksi terhadap tsukkomiku.

(Tln: Tsukkomi itu balasan candaan yang langsung / frontal tanpa dipikirin)

Saat keributan terus berlanjut, aku memutuskan untuk membantu Nanami untuk tenang terlebih dahulu. Aku dengan lembut menepuknya, hampir seperti mencoba menenangkan anak anjing yang gugup.  

"Okay, Nanami... tarik napas dalam-dalam... tidak apa-apa..."  

"A-ah... terima kasih..."  

Dengan setiap napas dalam yang diambilnya, kemerahan di wajah Nanami perlahan memudar. Napasnya yang panik juga perlahan-lahan kembali normal.  

Sepertinya yang lain terkejut karena aku berteriak begitu keras. Mungkin ini adalah pertama kalinya aku berteriak sekeras itu di kelas.  

"...Kalian berdua, tahanlah sedikit ketika dalam kelas, oke?"  

Hitoshi menegur kami dan kami menciut. Ya, dia benar. Aku memang tidak punya alasan. Aku meminta maaf kepada semua orang di sekitar kami.  

Biasanya, kami lebih menahan diri, beneran. Meskipun mungkin untuk sekarang terdengar tidak meyakinkan...  

"Yah, pastikan kalian tetap bersemangat untuk lomba piggyback juga. Ini akan lebih menyenangkan jika kalian mengenakan kaos itu selama perlombaannya."  

"Huh?"  

"Huh?"  

Hitoshi memiringkan kepalanya dan bingung saat aku secara refleks bertanya kembali. Tunggu, aku tidak berencana mengenakan kaos kelas selama perlombaan...  

"Kenapa kamu membuat kaos kelas tapi malah tidak mengenakannya selama perlombaan...?"  

Katanya, seolah-olah dia membaca pikiranku. Aku menoleh ke arah Nanami, yang juga melihatku dengan bingung.  

Dia seolah mengatakan, "Tunggu, kamu tidak berencana memakainya?"  

Semua orang di sekitar kami juga memiliki ekspresi yang sama, seolah-olah mereka akan memakainya saat perlombaan juga. Aku mengerti... jadi begitu, aku tidak menyadarinya sama sekali. 

"Umm, Youshin... bolehkah aku egois sedikit? Aku benar-benar ingin kamu mengenakannya dan mengikuti lombanya bersamaku..."  

...Setelah apa yang aku katakan sebelumnya, tidak ada pilihan lagi bagiku untuk menolak permintaan ini.  

Ketika aku bilang kalau mengenakan kaos ini akan membuat kami lebih terlihat seperti baka-couple, semua orang disekitar kami mengatakan “sudah terlambat untuk hal itu” atau “bukankah sangat jelas?”.  


◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇  


Akhirnya, hari festival olahraga tiba.  

Kali ini, aku tidak menjadi bagian dari komite mana pun, jadi yang perlu aku lakukan hanyalah memutuskan lomba mana yang akan kuikuti dan memastikan aku siap. Dengan kaos kelas di tangan, rasa persatuan kelas terasa sangat kuat.

Festival olahraga diadakan selama dua hari. Hari pertama difokuskan pada permainan bola, sementara hari kedua berpusat pada lomba-lomba atletik. Lomba piggyback yang akan diikuti oleh aku dan Nanami ada pada hari kedua.  

Tentu saja, Nanami dan aku juga akan berpartisipasi dalam lomba lain, termasuk beberapa permainan bola di hari pertama.  

Jika aku tidak salah ingat, Nanami akan mengikuti voli. Dia juga memutuskan untuk mengikuti kompetisi cheerleader besok, meskipun dia tidak akan mengenakan kostum cheerleader.

(Tln: Sekali lagi, cheerleader itu pemandu sorak)

Keputusan ini mendapat protes besar dari teman-teman kami, yang sedih... atau lebih tepatnya, tidak puas. Namun, aku dengan tegas menolak yang satu ini.  

Mereka mengeluh dan mengatakan hal-hal seperti "Kamu begitu posesif!" dan "Berbagilah sedikit kebahagiaanmu!" tetapi protes itu bagai angin lalu bagiku. Itu tidak akan mempengaruhiku sama sekali.  

Lagi pula, kostum cheerleader itu memiliki rok yang sangat pendek.  

Itu seperti memamerkan pakaian dalamnya, dan aku tidak akan mengizinkannya. Aku tidak ingin mengizinkannya. Meskipun itu adalah sesuatu yang diizinkan untuk ditunjukkan, tapi ide untuk menunjukkannya itu sendiri sudah sangat aneh.  

Selain itu, atasannya juga cukup pendek, dan perutnya terbuka... Aku terkejut bahwa kostum ini bahkan diizinkan, tetapi mungkin itu hal yang normal. Mungkin aku hanya terlalu hati-hati.  

Namun, aku tidak pernah menyangka akan terlibat dalam argumen bolak-balik seperti itu dengan teman-teman kelasku, dan itu menyenangkan. Itu menyenangkan, tetapi aku tetap menolaknya.  

Ngomong-ngomong, Otofuke-san, Kamoenai-san, dan Shizuka-san tampaknya memutuskan untuk mengenakan kostum cheerleader mereka. Beberapa gadis lainnya juga setuju untuk memakainya.  

"...Aku sebenarnya ingin melihat Nanami dalam kostum cheerleader."  

Aku bergumam pada diriku sendiri. Jujur saja, jika hanya aku sendiri, aku pasti ingin melihatnya dalam kostum cheerleader. Hanya saja, aku tidak ingin dia memamerkannya di depan semua orang.  

Kalau dipikir-pikir, aku jadi penasaran apakah Otofuke-san dan Kamoenai-san benar-benar baik-baik saja dengan itu. Ketika aku bertanya kepada mereka, mereka bilang kalau mereka sebenarnya ingin membuat pacar mereka cemburu dengan menunjukkan foto mereka.

Sepertinya Soichiro-san dan yang lainnya akan memiliki banyak hal untuk diurus... Jika itu aku, aku tidak akan bisa tetap tenang. Yah, mungkin ini adalah sesuatu yang bisa mereka lakukan karena mereka sudah bersama cukup lama.  

Ngomong-ngomong tentang hubungan yang lama... Aku penasaran tentang Shizuka-san. Bagaimana perasaan Teshikaga-kun melihatnya dalam kostum cheerleader?

Saat aku bertanya dengan halus...

"Taku-chan bilang “Aku rasa itu akan cocok untukmu, jadi kenapa tidak mencobanya saja?”. Ketika aku bertanya apakah dia akan baik-baik saja jika orang lain melihatnya... dia bilang “Jika itu adalah sesuatu yang kamu putuskan, maka aku tidak masalah”...Fufufu..."

Menakutkan. Sangat menakutkan. Senyumnya mengerikan. Tatapan matanya begitu menakutkan. Aku mulai khawatir apakah Teshikaga-kun akan baik-baik saja dengan semua ini.  

"Sejujurnya, aku tahu aku sedikit merepotkan, kan? Tapi tetap saja... tidakkah dia setidaknya bisa mengatakan sesuatu untuk menghentikanku? Maksudku, aku sudah mengaku padanya sebelumnya, bukan? Meskipun kami putus tidak lama setelah itu..."  

Shizuka-san mengucapkan kata-kata itu seperti sebuah kutukan, dan tidak ada dari kami—Nanami, aku, atau bahkan Otofuke-san dan yang lainnya—yang tahu bagaimana untuk menanggapinya.  

Karena kami semua sedang berpacaran, mengatakan sesuatu padanya mungkin akan lebih seperti menambah lukanya daripada menghiburnya...  

Ngomong-ngomong, Teshikaga-kun sebenarnya telah datang padaku untuk meminta saran. "Master... Haruskah aku mengatakan sesuatu kepada Kotoha? Apakah aku buruk dalam menghadapi situasi seperti ini?" dia bertanya.  

Teshikaga-kun mungkin masih mencoba mencari jarak yang tepat dalam hubungannya dengan Shizuka-san. Aku berharap dia tidak memanggilku dengan 'Master' tetapi aku selalu terbuka untuk memberikan saran.  

Untuk saat ini, aku hanya memberitahunya bahwa jika dia tidak menyukainya, dia harus jujur dan mengatakannya. Meskipun mungkin ini agak terlalu percaya diri bagiku untuk memberi saran...  

Dengan semua perasaan dan pikiran campur aduk ini, pertandingan cheerleader akan berlangsung besok.  

Aku juga menantikan bagaimana Nanami akan bersorak, jadi aku akan melakukan yang terbaik di pertandingan hari ini. Setidaknya, itu yang aku pikirkan, tapi...  

"...Nanami terlambat."  

Saat ini, aku berdiri sendirian di ruang penyimpanan gym yang tidak terpakai. Aku akan mengikuti dalam pertandingan basket sebentar lagi... Yah, masih ada waktu, jadi sepertinya tidak apa-apa?  

Dengan berbagai alasan, aku akhirnya bergabung dalam lomba basket.  

Mungkin karena cerita tentang pertandinganku melawan Shoichi-senpai telah menyebar, Hitoshi mengajakku untuk bergabung ketika kami sedang memutuskan lomba untuk festival olahraga.  

Aku tidak terlalu bagus dalam permainan bola, tapi karena ini adalah pertama kalinya ada seorang teman yang mengundangku... dan karena kami harus berpartisipasi dalam setidaknya satu permainan bola, aku memutuskan untuk bergabung.  

Kami telah berlatih bersama, dan meskipun mereka dengan cepat menyadari bahwa aku tidak terlalu baik... aku tetap bersenang-senang dan merasa aku sedikit meningkat.  

Peningkatanku mungkin juga berkat Shoichi-senpai, yang datang dan berlatih bersama kami, dan berkata "Airnya busuk!!"

(Tln: Mungkin maksud air busuk itu skill mereka masih kureng)

Namun, itu adalah plot twist yang luar biasa bahwa kami akan melawan Senpai yang sama di ronde pertama.  

Begitu itu diputuskan, semua orang berkata "Tidak mungkin kami bisa mengalahkan tim yang terdiri dari anggota klub basket" tetapi kami tetap setuju untuk bertarung sekuat mungkin dan mencoba yang terbaik.

Meskipun nantinya kami tidak bisa menang, kami akan tetap memberikan yang terbaik tanpa menyerah. Itu sendiri akan menjadi kenangan yang baik. Jadi, aku berniat untuk berusaha sebaik mungkin.  

Sebelum pertandingan, aku dipanggil oleh Nanami... Aku bertanya-tanya apa yang terjadi

Masih ada waktu tersisa, tapi Nanami belum juga tiba. Dia mengirim pesan "Tunggu sebentar" jadi sepertinya dia tidak melupakannya.  

Jika Nanami memanggilku ke sini dan kemudian melupakannya... Aku mungkin benar-benar akan menangis. Memalukan? Aku tahu.  

Meskipun begitu, aku yang dipanggil ke sini oleh Nanami dan sekarang menunggu sendirian seperti ini—apakah ini pertama kalinya?  

Ketika dia mengaku padaku, dia memanggilku dan kami jalan bersama, dan terakhir kali, ketika dia menunjukkan kostum kelincinya, kami juga pergi bersama.  

Apakah kami pernah dengan sengaja mengatur untuk saling menunggu saat kencan...? Mungkin pernah. Meskipun begitu, biasanya kami selalu bersama, jadi momen seperti ini di mana hanya aku yang menunggu cukup jarang.

Sebagian kecil dari diriku sebenarnya menantikan apa yang akan terjadi.  

Dan meskipun itu, rasa ketidaknyamanan aneh yang kurasakan terhadap festival olahraga telah sepenuhnya menghilang. Aku harus mengakui kalau aku cukup labil dan praktis.  

Yah, aku rasa aku harus berterima kasih kepada Nanami dan teman-teman sekelasku untuk itu. Sekarang, dengan kelas ini, aku jadi ingin lebih sering lagi di acara-acara sekolah.  

Akan ada banyak acara lagi di masa depan... Aku pikir yang besar berikutnya adalah field-trip, kan? Ngomong-ngomong, ke mana kita akan pergi untuk field-trip kali ini?

Aku awalnya sama sekali tidak tertarik, dan di tahun pertamaku, aku bahkan berdebat dengan orang tuaku tentang apakah aku akan ikut atau tidak.  

Hasilnya, aku dibujuk untuk pergi, dan sekarang aku hanya merasa bersyukur kepada orang tuaku karena berhasil meyakinkanku saat itu. Mungkin aku akan mencari cara untuk berterima kasih kepada mereka segera...  

"Misumai—, kamu di sana? Maaf sudah membuatmu menunggu!"  

Saat aku sedang tenggelam dalam pikiranku, aku tiba-tiba dipanggil dan membuatku terkejut. Bukan Nanami yang ada di sana, tetapi Otofuke-san... dan yang lainnya.  

Huh? Dimana Nanami?  

Aku membelalak melihat para gadis yang masuk, tetapi mereka tidak memperhatikanku, dan sebaliknya, mereka fokus ke belakang saat memasuki ruang penyimpanan.

Saat aku miringkan kepalaku dengan bingung, aku akhirnya menyadari bahwa Otofuke-san dan yang lainnya sedang mengenakan kostum cheerleader mereka.

Apakah mereka akan berlatih untuk besok? Atau mungkin mereka akan bersorak dalam kostum itu meskipun diluar pertandingan... Saat aku merenungkan ini, Nanami akhirnya terlihat.  


Dalam kostum cheerleader, tentu saja.  


...Huh?  

"Hehe... Maaf sudah membuatmu menunggu, Youshin."

Saat aku menatapnya dengan mata terbelalak, Nanami melambaikan tangannya padaku dengan malu. Dia memegang pom-pom khas cheerleadernya, dan pom-pom itu bergoyang mengikuti gerakannya.  

Begitu Otofuke-san dan yang lainnya memastikan bahwa Nanami sudah masuk, mereka berkata "Santai saja~" dan pergi meninggalkan kami. Pintu ruang penyimpanan gym pun tertutup, dan menyisakan kami berdua saja di dalam.  

Ketika aku mendekati pintu, aku bisa mendengar suara di luar yang sepertinya sedang berlatih untuk sorakan mereka, jadi aku mengalihkan pandanganku ke arah Nanami, penasaran apa yang terjadi.  

"Yah, karena kami punya kostum cheerleader, jadi kami pikir akan menyenangkan untuk bersorak untuk semua orang di pertandingan basket."  

"Oh, aku mengerti. Itu pasti akan membuat semua orang senang."  

"Saat aku mengatakan ingin bersorak untukmu, Youshin... semua orang setuju untuk membantu."  

Nanami tersenyum malu.  

Jika dia mengenakan kostum cheerleadernya di depan semua orang, aku tidak akan menyukainya,tapi dia ingin menyemangatiku dengan pakaian yang imut... Jadi sepertinya dia memilih untuk menyemangatiku secara private sebelum pertandingan. 

Sepertinya mereka yang mengenakan kostum cheerleader akan menyembunyikan Nanami di tengah agar dia tidak terlalu mencolok... Jika kamu ingin menyembunyikan sebuah pohon, maka sembunyikan di hutan, dan jika kamu ingin menyembunyikan seorang cheerleader, maka sembunyikan diantaranya. Kurasa begitu caranya.

Aku terharu saat berpikir kalau ini bisa terjadi karena semua orang bekerja sama. Jika aku tidak berbaur dengan kelas seperti sebelumnya dan hanya berinteraksi dengan Otofuke-san dan yang lainnya saja, maka hal ini tidak akan mungkin terjadi.  

Yah, karena Nanami berteman dengan semua orang, jadi mungkin dia bisa melakukannya dengan lancar. Tapi jika aku masih terisolasi dari kelas... mungkin mereka tidak akan mau bekerja sama.  

Aku perlu membalas budi kepada semua orang suatu hari nanti...  

Bagiku, aku ingin melihat Nanami dalam kostum cheerleadernya, jadi ini adalah kesempatan yang sempurna.  

Dan jika aku disemangati di ruang penyimpanan gym, tidak akan ada laki-laki lain yang akan melihat Nanami dalam kostum cheerleadernya.  

...Jadi, Nanami memenuhi keinginan egoisku.  

"Bagaimana penampilanku?"  

Untuk menutupi rasa malunya, Nanami membuka tangannya lebar-lebar dengan penuh energi.  

Nanami dalam kostum cheerleadernya... sangat imut. Saking imutnya, aku bahkan tidak bisa berkata-kata.  

Dia mengenakan rok plisket dan atasan yang terlihat seperti tank top? Itu adalah atasan yang tanpa lengan dan mirip seperti baju lari.

(Tln: Rok plisket itu rok yang design nya kayak lipat lipatan. Lalu tank top disini bukan kayak tanktop cowok atau umum. Kaos tanpa lengan aja dan masih termasuk tank top juga)

Rambutnya diikat ke belakang dalam bentuk ponytail, tapi dia mengenakan pita besar yang biasanya tidak dia pakai.

Kostum cheerleader putih dengan garis-garis biru itu juga memberi kesan yang menyegarkan.

Namun, meskipun terlihat menyegarkan, tapi bahunya terbuka, dan perutnya terlihat... Roknya cukup pendek dan memperlihatkan cukup banyak. Itu imut, tapi kostum seperti ini membutuhkan keberanian untuk ditunjukkan ke banyak orang.  

Nanami mengenakannya dengan indah. Sebuah kombinasi yang sempurna. Mungkin karena aku menganggapnya imut jadi aku bisa berpikir seperti itu. 

"Ya, kamu terlihat imut. Itu benar-benar cocok untukmu." 

Dalam situasi seperti ini, mencoba mengatakan sesuatu selain yang kupikirkan akan salah. Jadi, jika aku menganggapnya imut, aku seharusnya jujur saja dan mengatakan kalau dia itu imut.  

Nanami tersenyum dan berputar di tempat. Roknya berkibar dengan pelan, lalu kembali seperti semula saat dia berhenti.  

"Di sini akan aman, bukan?"  

Mengayunkan pom-pom di tangannya, Nanami menggerakkannya seolah-olah bersorak untukku. Memang, di tempat ini, akan aman, dalam arti bahwa Nanami tidak akan dilihat orang lain.  

"Ya, terima kasih, Nanami. Tapi karena keposesifanku yang aneh... apakah itu berarti kamu tidak bisa mengenakan pakaian yang kamu inginkan? Apakah itu membuatmu merasa terkekang?"  

Terlalu posesif kuat bisa menjadi beban bagi orang lain. Aku ingin mengungkapkan apa yang tidak aku sukai, tetapi jika itu menjadi beban bagi Nanami, itu akan mengalahkan tujuan.  

Aku ingin Nanami bebas mengenakan pakaian apa pun yang dia mau. Di samping itu, aku juga ingin mengutarakan kekhawatiranku jika ada... Komunikasi itu penting.  

Setelah berpikir sejenak, Nanami lalu duduk di atas matras di ruang penyimpanan gym.  

Meskipun sedang mengenakan rok, dia langsung menekuk kakinya saat duduk. Dalam posisi seperti itu, roknya tidak akan bisa menutupi celana dalamnya, dan aku bisa melihatnya dalam pandanganku.  

"N-Nanami, aku melihatnya..."  

Akan tidak sopan jika aku berpaling, jadi aku mencoba melihat wajah Nanami sambil mengatakan kalau celana dalamnya terlihat. Tapi Nanami terlihat tidak keberatan sama sekali.  

Saat aku bertanya-tanya kenapa, Nanami mengubah posisinya dan mengambil pose yang secara langsung menunjukkan celana dalamnya padaku.  

Dia bahkan sedikit mengangkat roknya selagi memberikan senyuman tipis yang menggoda.  

"Ini rok dalam, jadi tidak apa-apa, bukan?"  

"Aku rasa bukan itu masalahnya..."  

Nanami memegang tepi roknya dan mengibarkannya seperti kupu-kupu. Dia sepertinya tidak terlalu khawatir meskipun rok dalamnya terlihat.

Jika aku tidak salah ingat, itu adalah jenis pakaian yang biasanya dipakai untuk tenis atau aktivitas serupa dan tidak masalah jika terlihat, bukan?  

Tapi, kamu tahu, "tidak apa-apa jika terlihat" dan "tidak apa-apa untuk menunjukkannya" adalah dua hal yang berbeda. Ada perbedaan antara melihatnya secara tidak sengaja dan dengan sengaja memperlihatkannya seperti sekarang.  

Ketika diperlihatkan dengan sengaja seperti ini, itu hampir tidak ada bedanya dengan pakaian dalam biasa.  

Melihat ekspresiku yang bingung, Nanami tertawa bahagia. Meskipun dia sudah tidak memegang roknya lagi dan sudah kembali seperti semula, dia tetap berada dalam pose yang sama.  

"Aneh, bukan? Meskipun baju renang juga seperti itu, tapi begitu kembali memakai pakaian dalam biasa, Aku akan merasa malu jika dilihat. Dan juga, meskipun aku merasa tidak apa-apa untuk rok dalamku terlihat, aku masih akan merasa malu jika itu adalah orang lain selain Youshin."  

Dia mengangkat tepi roknya lagi, dan wajahnya menunjukkan ekspresi yang agak aneh.

(Tln: Mungkin maksudnya malu)

Tindakan dan ekspresinya tidak cocok... Tetapi aku mengerti apa yang dia katakan. Ini adalah hal yang umum kalau mengenakan baju renang baik-baik saja tapi pakaian dalam tidak boleh.  

Meskipun area yang terbuka dari keduanya sama saja...  

"Aku rasa ini mungkin hanya soal bagaimana perasaanku. Pakaian dalam biasanya tertutup jadi akan memalukan jika terlihat, tapi jika itu adalah sesuatu yang boleh untuk ditunjukkan, maka tidak masalah..."  

Semuanya kembali ke bagaimana perasaan orang itu. Aku mengerti, itu masuk akal. Hanya psikologi, jika itu memang untuk ditunjukkan, maka tidak akan terasa memalukan.  

Meskipun area yang tertutup sama antara pakaian dalam dan baju renang... mereka mirip tetapi berbeda. Karena mereka tidak sama, wajar saja jika perasaanmu tentang keduanya juga berbeda.  

"Itulah sebabnya, kamu tahu, aku baik-baik saja dengan rok dalam, tapi melepasnya dan menunjukkan pakaian dalamku akan terlalu memalukan. Oh, atau mungkin kamu ingin melihatnya? Mau lihat?"  

"Aku ingin, tapi karena kita di sekolah, aku akan menolak."  

"Aww, sayang sekali~!"  


Nanami tidak benar-benar berniat menunjukkan apapun padaku. Itu hanya bercanda, jadi aku meresponnya dengan cara yang sama. Sebuah pertukaran biasa di antara kami.  

Meskipun aku menolak, Nanami tidak terlihat sedih. Sebaliknya, dia hanya akan tertawa bahagia dan menurunkan roknya seperti semula.  

…Dia tidak serius, kan? Aku mulai sedikit khawatir, tapi melihat pipinya yang sedikit memerah, aku rasa dia tidak serius. Dia hanya sedikit tersipu. 

Bukannya karena aku menolaknya atau apa... tapi Nanami perlahan berdiri. Saat dia melakukannya, rok yang dikenakannya bergoyang.

Melihat roknya yang terlambai, aku jadi terpikir sesuatu yang benar-benar berbeda dan aneh—itu terlihat seperti sayap peri dari dunia fantasi.  

Seorang peri di ruang penyimpanan alat gym adalah gambaran yang cukup aneh.  

Nanami mencubit tepi rok dan mengangkatnya lagi, memperlihatkan petticoat-nya. Namun, mungkin karena dia merasa sedikit malu saat berdiri, itu hanya bertahan sesaat.

(Tln: Petticoat itu daleman tapi yang masih tergolong biasa dan agak mirip rok. Kalau kalian lihat baju pemain tenis yang cewek, kayak gitu dah) 

Meskipun itu adalah petticoat yang boleh diperlihatkan, gerakan itu cukup untuk membuat jantungku berdebar. Menyadari kegugupanku, Nanami tersenyum polos.  

"Kekhawatiranmu, Youshin, agak mirip dengan rok dalaman ini, kan?"  

"Tunggu, apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Bisa jelaskan dengan lebih detail lagi?"

Atau mungkin lebih tepatnya, aku tidak bisa mengikuti kecepatan percakapan dan perlu dia memperlambat sedikit. Ini adalah perubahan topik yang cukup tajam.  

"Semua tergantung bagaimana perasaanku… ini hanya masalah mindset. Aku tidak merasa tidak nyaman dengan apa yang kamu anggap sebagai posesif. Jadi, tidak apa-apa."

Berbalik di tempat, Nanami bergumam, "Di sisi lain, aku malah khawatir apakah keposesifanku membuatmu merasa terkekang atau mungkin terbebani, Youshin."  

Memang benar kalau kadang-kadang kata-kata Nanami… terkadang terdengar sedikit yandere, tapi aku tidak merasa itu terlalu berat atau sesak.

Atau lebih tepatnya, beratnya perasaan seseorang pada kita bisa dianggap sebagai beban cinta.  

Sama seperti saat membentuk otot yang memerlukan beban yang tepat… mungkin, beratnya cinta juga melatih hati kita.  

Jika bebannya tepat, rasanya akan nyaman. Tapi jika bebannya terlalu berat, itu bisa menyebabkan rasa sakit dan merusak tubuhmu. Aku rasa beban yang ada padaku saat ini sudah pas.  

"Aku sama sekali tidak merasa terbebani oleh perasaanmu yang berat, Nanami. Jika ada, itu cukup menyenangkan."  

"Uh… bukankah ini bagian di mana kamu akan bilang kalau itu tidak berat sama sekali…?"  

"Kupikir ini berat yang pas untuk melatih otot cintaku."  

"Latihan kekuatan untuk cinta?!"  

Nanami dengan cepat bereaksi terhadap istilah aneh yang aku buat. Tapi entah bagaimana, istilah yang kubuat masuk akal. Cinta kini menjadi latihan otot.  

"Apa itu? Lucu… Jadi, apakah itu berarti aku juga sedang melakukan latihan kekuatan dengan cintamu?"  

Mendengarkan penjelasanku, Nanami, meskipun sedikit bingung, mengangkat lengannya dengan sedikit bermain-main.  

Sejauh yang kutahu, selama Nanami tidak tertekan di bawah perasaanku yang berat, semuanya akan aman saja.

"Jadi, Youshin… pastikan untuk memberitahuku jika itu menjadi terlalu berat, oke? Perasaan kita hanya akan tumbuh lebih kuat dari sini…"  

"Begitu juga denganku. Mulai sekarang, Nanami hanya akan… yah, menjadi semakin imut. Kekhawatiranku tidak akan pernah berakhir, dan perasaanku hanya akan semakin kuat…"  

"Ya. Jika aku merasa perasaanmu terlalu berat atau… sedikit terlalu banyak, aku akan memberitahumu dengan jelas. Jadi, Youshin, kamu juga…"  

"Aku akan memastikan untuk memberitahumu juga, Nanami. Jika perasaanmu pernah terasa terlalu berat atau menyesakkan."  

Kami berdua membuat deklarasi aneh ini satu sama lain dan akhirnya tertawa. Berapa banyak pasangan di luar sana yang benar-benar mengatakan hal-hal seperti ini satu sama lain, ya?  

Mungkin ini agak aneh, tetapi begitulah hubungan aku dengan Nanami.  

"Ngomong-ngomong, aku belum benar-benar menyemangatimu, kan?"  

"Oh…"  

"Setelah semua usahaku untuk berdandan, yang kulakukan hanyalah… menunjukkan dalaman-ku?"  

"Tunggu, pernyataan itu bisa menyebabkan kesalahpahaman."  

Saat aku mengulurkan tanganku, Nanami memegang rok-nya lagi. Kali ini, dia tidak mengangkatnya untuk menunjukkan petticoat-nya, tapi hanya mengingat apa yang terjadi membuatku memerah.  

Sungguh sulit untuk dipahami jika dilihat dari perspektif orang lain, itu bahkan bukan lagi kesalahpahaman. Aku sangat senang karena hanya ada kami berdua di sini. Yah, semua itu tidak mungkin terjadi jika kami tidak berdua disini.  

Tentu saja, kami telah banyak berbicara… atau lebih tepatnya, sebagian besar yang kami bicarakan adalah petticoatnya, dan aku sebenarnya belum benar-benar disemangati dengan cara yang berarti.

Meskipun dia sedang mengenakan kostum cheerleadernya, sedikit mengecewakan kalau semua yang dia lakukan adalah apa yang biasanya kami selalu lakukan… meskipun ada beberapa hal yang sedikit berbeda, tapi itu masih sedikit kurang rasanya.  

"Baiklah, aku akan menyemangatimu sekarang."

Untuk mengubah suasana, Nanami melompat dengan ringan dan mengambil pose baru. Postur tubuhnya tidak kalah jauh dibandingkan dengan cheerleader profesional.

Meskipun, sejujurnya, aku tidak terlalu paham tentang cheerleader.  

Dengan hanya aku sebagai penonton, Nanami memegang pom-pomnya dan melangkah dengan ringan ke samping. Dia terlihat seperti sedang menari… atau malah itu mungkin memang menari. Dia menunjukkan gerakan yang pastinya telah dia latih.

Awalnya, gerakannya sederhana, seolah masih sedang mengingatn gerakannya, tapi secara bertahap menjadi lebih indah. Bahkan tanpa musik, gerakannya seolah memiliki ritmenya sendiri.  

Cara pom-pomnya bergerak dan roknya yang melambai membuat gerakannya terlihat dinamis. Apakah itu sebabnya para cheerleader menggunakan rok yang mudah bergoyang?  

Dia mengangkat kakinya dengan tinggi, dan menyelaraskan gerakan tangannya, lalu bersorak ke arahku. Posturnya yang indah memikat perhatianku.

Tiba-tiba, mata kami bertemu.

Kemudian, gerakan Nanami secara bertahap, meskipun pelan, menjadi lebih kaku. Gerakan indahnya seolah mengempis seperti balon yang berlubang.

Huh? Ada apa?

Gerakannya melambat seolah terus menyusut hingga akhirnya berhenti. 

Nanami, setelah menghentikan gerakannya, tiba-tiba berjongkok. Gerakan indahnya tadi seolah sebuah kebohongan sekarang setelah dia meringkuk dan menyembunyikan wajahnya di balik pom-pom yang dia pegang.

Dia melirik ke arahku dan berbisik dengan lembut.  

“…Sungguh memalukan ketika hanya ada kita berdua.”  

Ah, aku mengerti

Sementara aku menganggapnya imut dan menontonnya dengan perasaan seperti itu, tapi sepertinya Nanami merasa malu begitu dia menyadari kalau dia menari sendirian.  

Cheerleader bukanlah sesuatu yang biasanya dilakukan oleh satu orang untuk mendukung satu orang saja. Itu dimaksudkan untuk dilakukan oleh banyak orang untuk mendukung banyak orang. Tidak heran jika Nanami merasa malu.  

“Aku minta maaf… Youshin… Ugh… Sungguh memalukan saat aku menyadarinya…”  

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa! Aku baik-baik saja, jadi tenanglah.”  

Dengan air mata di matanya, Nanami, yang masih memegang pom-pom, meraih dan berjalan ke arahku, seperti anak yang tersesat akhirnya bertemu kembali dengan orang tuanya.  

Aku membuka tanganku lebar-lebar seolah berkata "Ayo sini" dan menyambut Nanami.  

Nanami, seolah tertarik ke dalam pelukanku, melingkarkan tangannya di punggungku sambil masih memegang pom-pomnya. Sensasi yang tidak biasa membuat tulang punggungku sedikit geli.

Meskipun itu lebih seperti pelukan untuk menenangkan anak yang malu daripada pelukan romantis... Aku dengan lembut mengusap punggung Nanami.  

Tapi, bahkan dalam kondisi malu, Nanami tidak lupa untuk tetap memberiku kata semangat. Namun, dipeluk saat dia mengatakannya membuatku teringat pada peristiwa baru-baru ini…  

Aku mungkin akan merasakan sesuatu yang aneh, jadi aku mencoba mengangkat kepalaku dan menahan dorongan aneh itu. Pada saat itu juga, aku kebetulan melihat ke arah pintu masuk ruang penyimpanan gym.

Ada celah kecil di pintu masuk.  

“…Hm?”  

“Hmmm, ada apa, Youshin?”  

Aku mengeluarkan kebingunganku dengan suara cukup keras, tapi aku yakin bahwa sebelumnya… pintu masuknya tertutup rapat, kan?  

Seharusnya tidak ada celah yang tidak wajar seperti itu, dan selain itu, mengapa tidak ada cahaya yang masuk dari pintu meskipun ada celah?  

Begitu aku menyadarinya, semuanya menjadi jelas, pasti begitu… Nanami tidak menyadarinya tapi aku menyadarinya.

Aku bahkan merasa malu karena tidak mempertimbangkan adanya kemungkinan seperti itu dari awal.

Karena Nanami tidak menghadap dan jauh dari pintu masuk, dia mungkin tidak menyadari apa yang sedang terjadi.  

Aku pelan-pelan, dengan sangat pelan, bergerak sambil masih memegang Nanami. Aku bergerak menuju area pintu masuk ruang penyimpanan gym… titik buta yang tidak bisa dilihat dari celah itu.  

Di sini ada matras, jadi mungkin tidak apa-apa untuk menggunakannya.  

Nanami terlihat sedikit bingung dengan aku yang bergerak selagi masih memegangnya, tetapi ketika aku memberitahunya untuk tunggu sebentar dan bahwa dia akan segera mengetahuinya, dia pun mengangguk dan diam.

Melihat dari sudut ini, semuanya menjadi sangat jelas. Tidak ada cahaya yang masuk dari celah, tapi ada beberapa bayangan yang terlihat bergerak.

Ukuran celahnya tidak tentu, kadang-kadang cukup besar, kadang-kadang cukup kecil.

Apa yang terlihat adalah ada sesuatu yang memantulkan cahaya, yang berarti bukan cahaya itu sendiri. Seharusnya aku menyadari kemungkinan seperti ini sejak kami datang ke sini.  

Gadis-gadis remaja secara alami penasaran tentang pertemuan romantis antara pasangan.  

Aku perlahan bergerak ke area yang tidak terlihat dari pintu masuk, dan kemudian membuka pintu ruang penyimpanan gym dengan paksa. Karena itu adalah pintu geser, yang perlu kulakukan hanyalah menariknya saja.  

Di balik pintu yang terbuka, semua orang yang datang bersama Nanami sebelumnya berkumpul disitu.  

Semua dari mereka telah mengintip melalui celah pintu dengan mata mereka sendiri. Mereka tidak menempel di pintu, jadi mereka tidak jatuh ketika pintunya kubuka.

Aku sudah meletakkan matras di dekat pintu sebagai pencegahan tetapi sepertinya tindakan pencegahan itu tidak diperlukan.  

Aku pikir, setelah aku membuka pintunya, mereka akan panik dan pergi menyebar, tapi secara mengejutkan, mereka tetap diam di tempat.  

Mungkin mereka hanya membeku karena terkejut.

“…Apa yang kalian semua lakukan?”  

Nanami, yang sudah terpisah dariku seolah bergerak seperti hantu, menatap pada gadis-gadis itu seolah menembus mereka. Gadis-gadis sedikit menggigil saat Nanami menatap mereka.

“N-Nanami, ini, yah, seperti kau lihat, tenanglah.”

“Aku hanya berpikir untuk menggunakannya sebagai referensi saat aku bersama pacarku~ ”  

“Untuk tujuan pendidikan.”  

Otofuke-san terlihat menyesal, tapi Kamoenai-san dan Shizuka-san berdiri dengan percaya diri membusungkan dadanya. Tunggu, kenapa kalian berdua juga menonton?

Ketika aku melihat gadis-gadis lainnya lagi, mereka seperti grup atlit bersusun… atau lebih tepatnya, seperti piramida. Mereka saling mendukung untuk mempertahankan keseimbangan yang rapuh.  

Fakta bahwa mereka berhasil menjaga keseimbangan ini tanpa menempel dan memberikan beban pada pintu terasa seperti keajaiban. Tapi keseimbangan adalah sesuatu yang bisa dengan mudah runtuh dengan pemicu sekecil apa pun...  

"Pergi sekarang jugaa!! Bubarr!!"  

Teriakan marah Nanami sepertinya menjadi pemicunya, dan membuat gadis-gadis yang telah mengintip itu terjatuh dan tidak bisa melarikan diri.


◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇


"Beneran deh, Mereka semua!! Serius!!"  

Sambil menenangkan Nanami yang kesal, aku makan siang bersamanya.  

Nanami, yang kini telah mengganti bajunya menjadi baju olahraga, mengambil onigiri yang kubuat dan memakannya. Melihatnya makan sesuatu yang aku siapkan... itu terasa agak aneh.  

Karena hari ini adalah festival olahraga sekolah, kami telah menyiapkan bekal klasik. Onigiri, tamagoyaki (omelet gulung), sosis, dan ayam goreng.  

Aku tidak bisa membuat terlalu banyak hidangan, jadi bagian yang kubuat adalah 4 itu. Nanami menyiapkan tiga hidangan: bakso, salad kentang, dan asparagus yang dibungkus bacon.

(Tln: Bagi yang ga tau, asparagus itu sebenarnya nama sayur bukan nama sup. Nama supnya asparagus karena ada sayur asparagus dalamnya. Bukan karena sup jagung yang kalian kenal)

"Mmm, ini enak. Youshin, kamu sudah menjadi lebih baik dalam memasak. Apakah ini berkat pekerjaan paruh waktu-mu?"  

"Tidak, sebenarnya aku tidak memasak di pekerjaan paruh waktuku..."  

Nanami tersenyum saat dia memakan ayam goreng yang aku buat. Sepertinya hasilnya cukup baik, yang membuatku lega. Kami pernah bertukar kotak makan siang sebelumnya, tapi ini adalah pertama kalinya kami membawa makanan sendiri seperti ini.  

Aku juga mengambil satu gigitan bakso yang dibuat Nanami. Aku kadang-kadang makan bakso beku(bakso supermarket), tapi aku jarang sekali memakan yang dibuat sendiri.  

Saus manis dan pedas, bersama dengan daging yang juicy, memenuhi mulutku di setiap gigitannya. Tekstur renyah dari sayuran yang dicampurkan ke dalam daging juga sangat enak.  

Sayur apa ini? Rasanya bukan paprika atau bawang...  

"Apakah ini akar teratai?"

(Tln: Akar teratai itu sayur yang biasanya ada di Chinese food, bisa disearch di google saja kalau ga tau)

"Oh, kamu berhasil menebaknya. Aku memotong akar teratai sedikit lebih besar kali ini."

"Huh, sudah lama aku tidak makan akar teratai. Senang memakannya seperti ini."  

"Coba ini juga. Ini asparagus yang dibungkus bacon."  

Nanami mengambil sepotong asparagus bacon dengan sumpitnya dan menawarkannya padaku. Sudah lama sekali… sangat lama sejak kami melakukan "ahh~".

Akhir-akhir ini, dengan semua rumor di sekolah dan insiden ciuman, kami jadi jarang melakukan momen "ahh~". Karena sepertinya itu bisa memicu gosip yang tidak perlu.  

Tapi sekarang, di festival olahraga, sepertinya itu diizinkan lagi. Atau mungkin ini semacam hadiah dari Nanami?  

"Youshin, kamu sudah bekerja keras di basket, jadi ini adalah hadiahnya."  

Seolah-olah membaca pikiranku, Nanami memberikan jawaban untuk pertanyaanku. Oh, jadi ini hadiah untuk usahaku.  

"Tapi kami kalah tau?"  

Itu tidak bisa dihindari, tapi tim kami langsung bertanding melawan tim Shoichi-senpai, dan sayangnya, kami kalah.  

Senpai merasa senang karena bisa melawanku, tapi aku sudah merasa cukup kalah bahkan sebelum pertandingan dimulai.  

Jika bukan karena sorakan Nanami, mungkin aku tidak akan bisa bertahan.  

Mungkin rasa ketidaknyamananku terhadap festival olahraga berasal dari fakta kalau aku tidak suka melihat bagaimana pemain amatir dan yang berpengalaman dicampur, dan akhirnya hancur total.  

"Tidak apa-apa. Kamu berhasil mencetak satu tembakan, kan?"  

"Yah, iya, tapi..."  

Itu agak tidak terduga, tapi aku pikir kalau tim kami, dengan seorang pemula sepertiku, melawan tim yang memiliki pemain berpengalaman seperti Senpai, pasti akan hancur total... Maksudku, aku bahkan ragu kami bisa mencetak poin.  

Tetapi kami berhasil melakukan beberapa tembakan, dan aku bahkan berhasil mencetak satu.  

Dan yang terpenting…  

"Kita mungkin akan kalah, tapi mari kita bersenang-senang dan tetap berikan yang terbaik!"  

Hitoshi, yang memimpin dengan teriakan antusias itu, terlihat sangat senang, jadi aku pun ikut menikmatinya seolah terikut suasana.

Yah, itu menyenangkan. Permainan timnya. Sejauh yang kuingat, aku selalu berpikir kapan permainannya akan berakhir.  

Jadil dalam hal itu, aku senang karena aku mengikuti festival olahraga ini dengan baik.

"Hey, Youshin... Ini memalukan, jadi cepatlah makan..."

"Oh, maaf, maaf. Aku akan memakannya."  

Aku begitu tenggelam dalam pikiranku sehingga aku tidak memakan asparagus bacon yang diulurkan oleh Nanami. Lagipula, ini adalah hadiah, jadi aku harus menerimanya.  

Dan tepat saat aku akan menggigit sumpitnya...  

"Youshin, kamu ada di sini? Mau makan bersama..... tunggu... apa mungkin aku mengganggu?"  

Ada pepatah yang berkata "Bicaralah tentang setan dan dia akan muncul" tapi meskipun kamu tidak membicarakannya, jika kamu memikirkannya, Hitoshi akan muncul. Dia datang tepat saat kami sedang makan.

Yah, kami tidak benar-benar bersembunyi, dan ini adalah tempat biasa kami di atap, jadi siapa pun bisa datang.  

Untuk sesaat, aku melirik Hitoshi dan memberikan anggukan kecil sebelum memasukkan asparagus bacon yang diulurkan Nanami ke mulutku.  

Bukan berarti aku mengabaikannya, aku hanya memprioritaskan hal-hal penting.  

Ah, ini enak. Kelezatan baconnya, manisnya dan tekstur asparagus—oh, ada wortel juga. Sepertinya ditumis dengan mentega dan kecap.  

Mentega dan kecap memang membuat nasi terasa enak... Tanpa berpikir, aku mengambil satu gigitan onigiri sebelum mengatakan apa-apa.  

"Ya, ini enak. Ini luar biasa Nanami."  

"Benarkah? Aku senang. Ini adalah pertama kalinya aku membuatnya."  

"Ya, ini benar-benar enak. Ini mungkin pertama kalinya aku mencoba asparagus bacon dengan rasa mentega dan kecap. Biasanya, hanya akan dipanggang begitu saja."  

Kami bertukar pendapat tentang rasa, dan kemudian aku akhirnya mengalihkan pandanganku kembali ke Hitoshi.  

"Jadi... kamu ingin makan bersama kan?"  

"Wow, kamu luar biasa. Itu pertama kalinya aku melihat seseorang melanjutkan 'ahh~' nya tanpa ragu dalam situasi seperti itu."  

"Sebenarnya seberapa sering kamu menghadapi situasi seperti ini..."  

Dengan wajah yang terlihat seperti ingin menangis, dia memintaku untuk tidak bertanya lagi. Aku mengatakannya sebagai lelucon, tapi sepertinya dia memang sangat buruk dalam hal timing di situasi seperti ini.  

"Yah, ini festival olahraga, kau tahu? Kami hanya berpikir 'Kenapa kita tidak makan bersama semuanya?' Tapi kemudian kalian berdua malah menghilang saat dicari, jadi aku datang untuk memanggil kalian..."  

Aku mengerti, sepertinya umum untuk memiliki acara seperti itu selama perayaan. Dalam hal bersosialisasi dengan teman sekelas, mungkin itu adalah ide yang bagus.  

Makan siang bersama semua orang... Wow, kapan terakhir kali aku melakukannya? Mencicipi makanan di festival sekolah sedikit berbeda, dan aku juga makan siang dengan Nanami saat itu...  

Yah, Shizuka-san dan yang lainnya juga ada di sana, tapi sungguh... aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku benar-benar makan dengan teman sekelasku. Sudah begitu lama.  

Sejujurnya, aku tertarik. Tapi di sisi lain, aku ingin sendirian dengan Nanami juga merupakan perasaanku yang kuinginkan.  

Ini sulit... Ini adalah sesuatu yang mungkin sebaiknya kubicarakan dengan Nanami.  

"Sejujurnya, aku agak penasaran seperti apa rasanya makan bersama semua orang... Tapi bagaimana menurutmu, Nanami?"

Saat aku bertanya itu, Nanami menatapku dengan tatapan kosong.

(Tln: Bro penasaran rasanya makan rame rame, sad sekali)

Hah? Apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh? Nanami sedikit memiringkan kepalanya, seolah sedang berpikir. Kemudian dia mengambil satu lauk lagi dari kotak makan siangnya dan mengulurkannya padaku.  

Aku memasukkannya ke mulutku. Setelah jeda singkat itu, Nanami mulai berbicara, seolah ingin mengonfirmasi denganku.  

"Um... apa maksudmu dengan 'penasaran'...?"  

"Um, bagaimana aku menjelaskannya..."

Melihat ekspresi Nanami yang sedikit bingung, aku menyilangkan tanganku dan berpikir sejenak. Rasa penasaranku alasannya cukup sederhana, itu karena aku belum pernah mengalaminya sebelumnya.  

Saat aku mencoba untuk mengingat-ingat kembali, aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Mungkin aku pernah melakukannya saat di sekolah dasar, tapi aku tidak ingat ada yang seperti itu sama sekali.  

Setidaknya saat sekolah menengah, aku pasti tidak pernah melakukannya. Bahkan di tahun pertamaku... Tidak, tidak pernah.  

Saat aku tetap diam selagi menyilangkan tanganku dan berpikir, Nanami memandangku dengan ekspresi khawatir. Rasanya sedikit canggung jadi aku memaksakan sedikit senyum...  

Dan kemudian, Nanami langsung memelukku. Hah? Kenapa?  

"Um, Nanami... Ini bukan sesuatu yang membuatmu perlu memelukku..."  

"Tapi karena kamu tertarik, bukankah itu berarti kamu merasa kesepian karena belum pernah melakukannya sebelumnya?"

Hah? Apakah aku merasa kesepian...? Tidak, kurasa itu tidak benar. Ini hanya rasa ingin tahuku sendiri.  

Aku hanya tahu bagaimana rasanya makan siang bersama teman-teman dari orang lain... jadi aku ingin mengalaminya sendiri.  

Ketika aku memberitahunya seperti itu, Nanami terlihat bahkan lebih sedih lagi.  

"Baiklah, ayo makan bersama semua orang! Mari bersenang-senang dan membuat banyak kenangan bersama!"

Saat dia mengusap kepalaku dengan lembut, orang-orang di sekitar kami mulai berbisik satu sama lain. Rasanya memalukan menarik perhatian sebanyak itu, tapi Nanami tidak mau melepaskanku.  

Dia terus mengacak-acak rambutku seperti anak-anak. Dia pernah melakukan ini juga saat kami sendirian, tapi belum pernah di sekolah apalagi di depan orang lain.

"Yah, bagaimanapun juga, semuanya akan baik-baik saja!"  

"Itu adalah OK yang cukup heboh."

Masih dalam pelukan Nanami, aku mengalihkan pandanganku ke Hitoshi. Dia menatap kami dengan ekspresi yang bahkan tidak berusaha menyembunyikan keputusasaannya.  

Tidak banyak yang bisa aku lakukan, aku tidak bisa memaksanya untuk menjauh dariku.  

"Aku terkenal karena tidak peka terhadap situasi, tapi apakah ini akan baik-baik saja?"  

Reputasi macam apa itu... Tapi aku agak mengerti. Dia adalah orang yang seringkali bisa menghilangkan suasana berat.

Sepertinya Nanami juga tidak berniat melepaskanku. Bahkan saat Hitoshi dan aku saling bertatapan, dia terus mengusapku kepalaku.  

Aku sudah benar-benar berada di bawah kendalinya saat ini.  

"Yah, aku datang untuk memanggil kalian ke kelas tapi... ada satu hal yang harus kuakui. Aku berbohong."  

Ini tidak biasa baginya... Maksudku, kami belum saling kenal cukup lama, tapi rasanya masih tidak biasa. Dia sedikit ragu dan melihat sekelilingnya dengan gugup.  

Aku tidak bisa melihat yang ada di arah itu. Aku tidak bisa...  

"Sebenarnya... semua orang sudah di sini."  

"Hah?"  

"Apa?"  

Seolah-olah sesuai dengan isyarat, orang-orang mulai berkumpul di sekitar kami. Selain anggota biasa seperti Otofuke-san dan yang lainnya, ada juga Shizuka-san, Teshikaga-kun, dan beberapa teman sekelasku yang wajahnya kukenali.  

Melihat Nanami dan aku, beberapa dari mereka duduk dan bersiap untuk makan, sambil terlihat kesal iri dan ada juga yang terlihat tersipu.

Adapun Nanami...  

"Ah... ah..."  

Dia membeku, tapi tangannya masih mengusap kepalaku. Sejujurnya, aku ingin menggodanya dan menanyakan mengapa dia merasa malu sekarang ketika dia pernah menciumku di atas panggung, tapi sepertinya ini masalah suasana hatinya.

Saat itu, dia terbawa suasana... tetapi sekarang, dia benar-benar tidak siap.  

Dilihat oleh satu orang itu baik-baik saja, tetapi dikelilingi oleh semua orang sepertinya membuatnya sangat malu melebihi batasnya.  

"Yahh, Nanami... itu hebat sekali... Mesranya hebat sekali..."

Ketika salah satu gadis berkata begitu, Nanami, yang sebelumnya terdiam, langsung bergerak. Dia langsung melepaskanku dan cepat-cepat bersembunyi di balik punggungku.

Seolah-olah Nanami adalah gadis yang baru saja kena prank. Reaksinya begitu segar sehingga gadis-gadis di sekitar kami menjadi cukup bersemangat.  

"... Tolong kasihani dia."  

Ketika aku mengangkat kedua tanganku seolah ingin melindungi Nanami yang berada di belakangku, gadis-gadis itu justru semakin bersemangat. Aku tidak berpikir ada yang benar-benar menarik tentang situasi ini...  

Melihat Nanami yang mengintip dari punggungku, aku dengan lembut mengusap pipinya untuk membantunya tenang. Nanami, dengan mata yang sudah tenang, terlihat agak puas.  

"Baiklah, mari kita makan. Agh, aku sangat lapar."

Menghancurkan suasananya, Hitoshi menyiapkan makan siangnya. Selain bento, dia juga memiliki berbagai makanan lain seperti roti gurih dan roti manis yang pasti dibeli dari supermarket... Ayo kita makan.  

Semua orang pun ikut bergabung dan mulai menyiapkan bekal mereka sendiri. Aku baru saja menyadari sesuatu, bahwa makan bersama berarti bisa melihat apa yang dibawa oleh semua orang, yang cukup mendidikku dalam cara tertentu.  

Nanami dan aku juga melanjutkan makan siang kami. Selama makan, kami semua membicarakan berbagai hal. Meskipun aku biasanya tidak begitu pandai dalam percakapan seperti ini, tapi kami tidak pernah kehabisan topik dan terus mengobrol satu sama lain.

Kami membicarakan tentang Otofuke-san dan Kamoenai-san yang menunjukkan kostum cheerleader mereka pada pacar mereka, bagaimana Teshikaga-kun yang serius telah mengejutkan semua orang, dan bagaimana Shizuka-san mendukung Teshikaga-kun...  

Bahkan teman sekelas yang belum pernah kuajak bicara memujiku karena permainanku dalam pertandingan basket yang lalu. Rasanya sedikit memalukan.  

Juga, Hitoshi diundang untuk bergabung dengan klub basket oleh Soichi-senpai setelah pertandingan... Shoichi-senpai sepertinya masih cukup ragu... Tapi begitulah dia, dia akan mengundang siapa pun terlepas dari apakah mereka kelas 2 atau tidak.  

Di tengah percakapan santai, dua bayangan kecil mendekati Nanami dan aku dengan santai. Dari ukuran kecil mereka, aku bisa tahu keduanya adalah perempuan.  

Ketika aku melihat ke arah mereka, aku melihat dua siswa perempuan yang belum pernah kuajak bicara sebelumnya, duduk dekat kami. Mereka belum ada di sini tadi, jadi kapan mereka datang? 

Aku bertanya-tanya apakah mereka berencana bergabung dengan kami untuk makan siang, tapi sepertinya tidak karena mereka belum mengeluarkan bekal mereka sama sekali.

Mereka tampak gelisah. Mereka melihat ke arahku, tapi kemudian mengalihkan pandangan mereka. Atau apakah mereka sebenarnya melihat Nanami?

Ada sesuatu yang aneh tentang perilaku mereka. Apakah aku mengenal kedua orang ini?

...Tunggu, apakah aku sudah pernah bertemu mereka sebelumnya?  

Saat aku berusaha mengingat di mana momen saat aku mungkin pernah melihat mereka, mereka berdua menatapku—bukan, pada Nanami—dan kemudian menundukkan kepala.  

"Kami minta maaf"  

Aku tiba-tiba diberi permintaan maaf.  

Hah? Minta maaf untuk apa? Apakah mereka pernah melakukan sesuatu padaku... Tidak, aku tidak ingat mereka sesuatu yang aneh.  

Orang-orang di sekitar kami masih melakukan percakapan mereka sendiri dan sepertinya tidak menyadari permintaan maaf mereka. Mereka mungkin mengecilkan suara mereka agar tidak menarik perhatian.  

"Etto, umm, aku rasa tidak ada yang hal yang perlu untuk kalian minta maaf padaku..."  

Saat aku mengungkapkan kebingunganku, keduanya perlahan mengangkat kepala mereka.

Salah satu dari mereka adalah gadis dengan rambut pirang bergelombang yang diikat kuncir kuda dan wajahnya yang kecokelatan, dan memiliki mata yang terlihat sedikit sayu.

(Tln: Sayu kayak ga semangat, gada kehidupan)

Gadis yang satunya memiliki rambut hitam sebahu dan mengenakan bando, dengan mata sipit.  

Keduanya, yang terlihat cukup berbeda satu sama lain, sama-sama memiliki raut menyesal.  

"Um, waktu kalian baru mulai berkencan..."  

"Kami berbicara buruk tentang Misumai dan Nanami..."  

"Kami merasa tidak nyaman tentang itu dan ingin meminta maaf..."  

"Melihat kalian berdua sejak saat itu, kami pikir itu hal yang bodoh untuk kami katakan. Kami benar-benar minta maaf..."  

Keduanya menundukkan kepala lagi, dan aku masih belum bisa mengaitkan hubungan ini.  

Mereka berbicara buruk tentangku dan Nanami...? Aku memiringkan kepalaku dengan bingung, dan Nanami juga memiringkan kepalanya. Setelah berpikir sejenak, aku berhasil mengingat apa yang terjadi saat itu.  

Oh, itu pasti terjadi sekitar waktu itu, sekitar seminggu setelah kami mulai berkencan.  

"Oh, itu memang terjadi, bukan?"  

Nanami tampaknya juga mengingatnya, dan menepuk tangannya. Itu adalah reaksi yang agak kuno, tetapi entah bagaimana itu cocok untuknya.  

"Waktu tentu berlalu dengan cepat. Sudah berapa lama sejak saat itu?"  

"Nnn... Aku merasa aku sudah bersama Youshin sangat lama, tetapi ternyata belum genap setahun. Aneh sekali."  

Kedua gadis itu menatap kami dengan takjub setelah mendengar reaksi kami. Sebenarnya itu bukan sesuatu yang perlu dipikirkan dengan serius.  

"Terima kasih telah datang untuk meminta maaf."  

Secara pribadi, aku sudah tidak memikirkan hal itu lagi, tapi untuk datang pada kami dan minta maaf... Itu pasti memerlukan banyak keberanian.  

Mereka bahkan menurunkan suara mereka agar tidak menarik perhatian sekitar... Aku sangat menghargai itu.  

Jadi, aku harus menjelaskan bahwa baik Nanami maupun aku tidak terganggu oleh itu.  

"Tidak, tidak, wajar jika kalian merasa sedikit bingung saat Nanami dan aku tiba-tiba mulai berkencan. Aku sama sekali tidak terganggu akan hal itu, jadi kalian tidak perlu khawatir."  

"Benar. Aku juga minta maaf karena sedikit emosi saat itu."  

Saat mendengar kata-kata Nanami, kedua gadis itu memerah seolah mengingat sesuatu.  

Ada apa dengan reaksi mereka itu...? Apa yang Nanami katakan saat itu... Oh, pasti dia memujiku dengan cara yang bisa disalahpahami, bukan?  

Ini mungkin kesempatan yang baik untuk meluruskan kesalahpahaman itu.  

"Ngomong-ngomong, apa yang dibicarakan Nanami saat itu adalah tentang otot dan perutku, bukan hal yang aneh, jadi jangan salah paham, oke?"

Ketika aku mengatakan itu, pipi mereka malah semakin memerah. Eh? Aku bilang jangan salah paham, jadi mengapa...?

"Jadi... Kamu menunjukkan tubuh telanjangmu hanya dalam waktu seminggu setelah mulai berkencan...?"  

Maaf, sebenarnya aku menunjukkannya di hari pertama.

(Tln: Ingat kejadian Youshin kena ember yang ada airnya dari atas? Nah itu)

Ah, ini buruk. Jika aku mengatakan lebih banyak lagi, kesalahpahaman mereka hanya akan semakin parah. Jadi, baik Nanami maupun aku memutuskan untuk tertawa saja dan mengabaikan detailnya.  

"Saat itu hanya kebetulan saja, hanya bagian atas tubuhku yang terlihat."

"Oh, begitu... Tunggu, apa? Bagaimana bisa itu terjadi?"  

Sepertinya kami telah membingungkan mereka, tapi untuk saat ini, lebih baik untuk tidak menjelaskannya lebih jauh lagi. Semakin banyak aku bicarakan, semakin besar kemungkinan untuk menyebabkan kesalahpahaman lebih lanjut.  

"Bagaimanapun, kalian berdua tidak perlu khawatir tentang itu lagi. Mungkin terdengar sedikit aneh, tapi aku memaafkan kalian."  

Aku pikir apa yang kukatakan mungkin terdengar sedikit merendahkan mereka, tetapi aku merasa penting untuk secara jelas menyatakan pengampunan karena mereka telah meminta maaf.  

Itu adalah salah satu hal yang kupelajari baru-baru ini. Dan sebagai buktinya, keduanya menghela napas dengan lega, dan terlihat jauh lebih tenang sekarang.  

"Syukurlah... Perjalanan sekolah akan segera datang, dan aku tidak ingin pergi dengan perasaan tidak nyaman ini. Kita bahkan mungkin akan berada di kelompok yang sama, kau tahu..."  

"Pertandingan basket hari ini... yah, kami berdua juga ikut bersorak. Festival sekolah kemarin juga luar biasa. Mungkin tidak baik untuk memujimu terlalu banyak di depan Nanami, tapi..."  

"Dia keren... Apakah aku boleh mengatakan itu, Nanami?"  

Memang, aku penasaran bagaimana perasaan Nanami saat aku dipuji oleh gadis lain. Aku berharap dia tidak keberatan... Tapi tepat saat aku berpikir begitu...  

Nanami, yang bersembunyi di belakangku, memiliki ekspresi puas di wajahnya.  

Kedua gadis itu juga terlihat bingung melihat ekspresi Nanami. Rasa inferioritas apa yang barusan kurasakan ketika mendengar kata-kata kedua gadis itu?  

"Nanami, kamu tidak keberatan ketika gadis lain memujiku?"  

"Yah, lebih baik dipuji daripada dikritik. Aku senang ketika kamu dihargai dengan baik, dan selain itu..."  

"Selain itu?"  

"Meski gadis lain memujimu, kamu tetap hanya akan mencintaiku kan?"  

Tanpa keraguan sedikit pun, dia mengucapkan pernyataan itu dengan percaya diri. Dia hanya memberi fakta yang tak tergoyahkan. Aku pun langsung menjawab.  

"Tentu saja."  

"Kalau begitu, tidak ada masalah."

"Tapi ketika seseorang memujimu betapa imutnya Nanami, aku akan merasa sedikit kesal."  

"Oh, ayolah. Tidak apa-apa. Siapa pun yang memujiku, kamu adalah satu-satunya yang kucintai, Youshin."  

Seolah mentolerir pemikiranku yang sempit, Nanami akhirnya pindah dari belakangku, lalu duduk di sampingku, dan memelukku dengan erat.  

Seolah-olah dia telah melupakan kedua gadis di depan kami. Ketika dia ingat kalau mereka masih di sana, dia menjadi sedikit tersipu.

Keduanya pun berbisik "Ini sangat manis..." dan "Aku cemburu pada pacar yang sepertinya tidak akan selingkuh." Aku bisa mendengar mereka dengan jelas.  

Karena ingin mengubah suasana aneh ini, aku dengan paksa mengalihkan topik pembicaraan.

"Ngomong-ngomong, bukankah perjalanan sekolah akan segera datang? Kita akan pergi ke mana kali ini?"  

"Eh? Youshin tidak tahu...? Kenapa...?"  

Nanami memandangku seolah melihat sesuatu yang tidak bisa dipercaya.

Maaf, itu karena aku tidak begitu tertarik pada acara sekolah. Jika aku pergi sendirian, mungkin aku akan melewatkan perjalanan sekolah lagi.  

Sambil berharap bisa berada di kelompok yang sama dengan Nanami, aku mengalihkan pandanganku ke dua gadis itu lagi dan memberikan anggukan kecil.  

"Jika kita berada di kelompok yang sama, mari kita akur, oke?"  

"Oh, ya... mari kita akur."  

Gadis-gadis itu juga mengangguk padaku lalu tersenyum. Dengan ini, aku rasa kami telah menyelesaikan kecanggungan yang ada di antara kami. Memang benar, perjalanan sekolah akan segera datang, jadi tidak ada yang ingin memiliki masalah yang mau dibawa.  

Mungkin mereka sudah merasa sedikit lebih santai sekarang, karena kedua gadis itu tetap tinggal dan mengobrol dengan kami untuk sementara waktu. Sebagian besar, aku mendengarkan cerita tentang Nanami dari sebelum aku mengenalnya, jadi aku sangat puas.  

Di tengah percakapan, gadis yang berkulit kecokelatan tiba-tiba menanyakan sesuatu padaku.  

"Ngomong-ngomong, di festival sekolah dan festival olahraga, kamu mulai mendapatkan perhatian, Misumai. Kamu harus berhati-hati. Ada banyak orang aneh di luar sana."  

"Ya ya, ada orang seperti kami yang ngomong dibelakang, atau mereka yang menginginkan hal-hal milik orang lain, atau orang-orang yang tidak peduli jika seseorang sudah memiliki pasangan. Banyak sekali orang busuk di sekitar."  

Aku penasaran apakah baik-baik saja untuk mereka mengatakan diri mereka sendiri, tapi memang benar bahwa seiring dengan perubahan lingkungan di sekitarku, tingkat bahayanya juga akan meningkat.  

Jika aku, yang telah hidup di dunia kecil sebelumnya, sekarang memperluas duniaku, mungkin hal ini memang tidak bisa dihindari.  

Tapi tetap saja... Aku akan melindungi Nanami dari bahaya, dan jika kami menghadapi semua ini bersama-sama, maka kami akan baik-baik saja. Aku akan berusaha keras untuk itu.

"Aku akan melindungimu, Youshin!"  

"Kalau begitu, aku juga akan melindungimu, Nanami."  

Saat kami bertukar senyuman, aku mendengar suara-suara kekaguman dari sekitar kami. Bukan hanya dari dua gadis di depan kami saja, tetapi juga dari orang-orang di sekitar kami.  

"Benar-benar... kalian berdua sangat serasi."  

Mendengar itu membuatku sangat bahagia. Padahal, dulu, orang-orang sering mengatakan kalau kami tidak cocok. Aku merasa kami telah sedikit berkembang dari waktu ke waktu.  

Yah, karena kami telah bekerja keras untuk hal seperti itu. Jadi aku akan menganggap ini adalah hasil dari usaha kami.  

Untuk saat ini, mari kita menikmati waktu ini bersama Nanami dan yang lainnya.

"Ini adalah pertama kalinya aku makan dengan kelompok besar seperti ini... tetapi ini menyenangkan juga."  

Saat aku tidak sengaja mengatakan itu, aku merasa semua orang tiba-tiba memiliki tatapan yang hangat di mata mereka... atau apakah itu hanya imajinasiku?


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close