NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V10 Chapter 2

Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Chapter: 2 Di Dunia Yang Biru

 

Aku hampir tidak pernah tidur bersama orang lain. Apakah aku tidak tidur bersama Nanami? Yah, Nanami bukan orang lain.

 

Meskipun, dalam arti yang lebih luas, dia memang orang lain, tetapi menyebutnya... pacar tercintaku... sebagai "orang lain" rasanya sangat tidak nyaman bukan?

 

Lalu, bagaimana dengan teman atau keluarga? Bukankah itu berarti semua orang selain diriku adalah orang lain? Aku rasa aku akan terus terjebak dalam argumen itu.

 

Bagaimanapun, untuk percakapan ini, mari kita anggap semua adalah “orang lain” selain keluargaku dan Nanami... siapa pun di luar keluarga Barato dan keluargaku. Dengan kata lain, dalam konteks ini, itu merujuk pada Hitoshi. Meskipun terdengar sedikit tidak sopan.

 

Seorang teman yang kudapat setelah beberapa tahun, meskipun hubungan kami belum terlalu lama. Jadi, tentu saja, aku belum pernah menginap dengan teman ini.

 

"Kalau begitu kenapa tidak jujur saja kalau kamu belum pernah tidur bareng dengan seorang teman"

 

“Tidak, yah, itu benar. Tapi bukankah itu sama saja artinya?”

(Tln: Sama dengan yang dia pikirin)

 

“Youshin kamu agak kering dalam hal seperti ini ya...”

 

"Begitukah? Kering... Mungkin begitu"

(Tln: Kering ini mungkin kayak kurang, dia agak kurang dalam hal begitu)

 

Ini mungkin bukan jenis percakapan yang biasanya dilakukan saat makan sarapan dengan dua cowok. Kering... apakah aku seperti itu? Atau mungkin, aku masih belum bisa merasakan jarak di antara kami.

 

"Juga... Jika kamu berkata seperti itu, berarti kamu sudah beberapa kali tidur dengan Barato?"    

 

"Jangan bilang sesuatu yang terdengar buruk seperti itu. Aku belum pernah punya pengalaman seksual. Bahkan kalau ada, aku tidak akan bilang. Dan kalaupun kami tidur bareng, itu hanya akan jadi tidur yang murni dan polos."

 

“Biasanya, aku tidak akan pernah mempercayainya, hanya tidur bareng biasa.”

 

Mau bagaimana lagi, karena itu kenyataannya. Menurutku pribadi, melakukan hal seperti itu saat masih duduk di bangku SMA adalah hal yang salah, dan sulit untuk mengontrol diriku juga.

 

Hitoshi melihatku seperti melihat sesuatu yang tidak bisa dipercaya, tapi bagiku, sulit untuk percaya seseorang akan dengan begitu santainya melakukan hal yang begitu jauh. Akan terlambat jika terjadi sesuatu.

 

Lagipula, apa yang akan kita lakukan jika... kita hamil sebagai pelajar...

 

"Dan yang sebenarnya?"

 

“Jika aku bisa memiliki hubungan seperti itu dengan Nanami, aku ingin…!!”

(Tln: WHATT)

 

...Hah ?!

 

Maaf, aku hanya menjawab secara refleks. Sial, dia nyengir. Jika aku akan melakukan kekerasan untuk pertama kalinya dalam hidupku, pasti orang ini akan jadi yang pertama.

 

Sambil nyengir, dia mengambil croissant dari sarapannya, menyobeknya dengan tangannya, dan memakannya. Setidaknya berhenti tersenyum seperti itu saat makan.

 

Masih dengan senyumannya, dia mengambil sup dengan sendok dan meminumnya... baru setelah itu dia akhirnya berhenti tersenyum.

 

"Tapi, aku lega kamu tertarik dengan hal semacam itu. Kalau masih SMA dan punya pacar namun tidak tertarik sama sekali akan hal itu... Itu agah aneh tahu?"

 

“Lega katamu… Kamu ini ayahku atau apa?”

 

“Entah kenapa Youshin, kamu tipe yang halus, jadi mungkin ini insting orang tua? ...Tunggu! Apa ini kasih sayang seorang ayah? Apakah aku seorang ayah sekarang?”

 

"Aku sudah punya ayah kandung dan ayah mertua, jadi tidak perlu, terima kasih."

Mengabaikan Hitoshi yang cemberut seperti ingin mengeluh, aku menggigit roti berbentuk aneh yang kuambil tadi. Cukup manis ternyata.

 

Aku pernah dengar kalau roti di luar negeri cenderung agak kering, tapi ini tidak terlalu beda dengan roti di Jepang. Atau mungkin memang sengaja dibuat agar sesuai dengan selera orang Jepang?

 

"Tapi serius... Aku tidak menyangka guru UKS bisa ngelakuin hal sehebat itu... Aku pasti pengen banget melihatnya... Sialan, kenapa aku malah ngobrolin hal mesum di kamar daripada pergi keluar..."

 

"Itu juga kedengarannya cukup menyenangkan..."

 

Benar, kemarin aku menceritakannya sedikit.

 

Dia banyak bertanya padaku tentang apa yang aku lakukan dengan Nanami tadi malam . Aku ingin menyimpan apa yang terjadi padaku dan Nanami untuk diriku sendiri...

 

Jadi, untuk menggantinya, aku menyebutkan guru UKS kemarin... Maaf Sensei, aku menjadikan Sensei kambing hitam.

 

Tapi melihat Hitoshi yang terlihat frustrasi membuatku sedikit khawatir, jadi aku memberinya peringatan kecil.

 

"Hitoshi, hanya karena kamu mendengar informasi itu...jangan coba-coba melakukan hal aneh pada guru UKS."

 

“Tidak akan tahu, kamu mengira aku apa? Yah meskipun aku memang sempat kepikiran untuk menyelinap ke kolam renang malam ini sih.”

 

"Kamu jelas akan mencobanya... Yah, aku juga memang sedikit tidak sopan tadi, maaf."

 

“Yah, kita kan baru saling kenal sebentar, jadi wajar kalau kamu berpikir aku kayak begitu, soalnya aku memang tipe yang mesum.”

 

Ada apa dengan tipe yang belum pernah kudengar darinya itu? Hitoshi tampaknya tidak terganggu, dan dengan cekatan memotong telur dadar itu dengan garpu dan memakannya.

 

"Lalu kamu... Mencoba membuat guru UKS jadi musuhmu? Mungkin bukan cuma satu angkatan, tapi semua siswi di sekolah akan menjadi musuhmu juga..."

 

Setelah meletakkan garpunya, Hitoshi memeluk tubuhnya sendiri seakan merasa kedinginan dan menggigil. Apakah dia membayangkannya? Wajahnya bahkan jadi pucat.

 

Apakah itu akan benar-benar jadi masalah besar? Tapi sekarang setelah dipikir-pikir, guru itu memang banyak perhatian sama kita... Mungkin para cowok juga akan ikut berbalik melawanku.

 

"Ah! Jadi kamu ada disini! Mou,  pesan yang kukirim juga tidak dibalas!"

 

Saat aku menoleh, aku melihat Nanami berdiri di belakangku dengan pipi menggembung. Dia terlihat agak marah, tapi berbeda dari biasanya, ekspresinya kali ini terasa lebih serius dan jarang terlihat.

 

Dan... pesan? Seharusnya tidak mungkin aku mengabaikan pesan Nanami... ?

 

“…Sepertinya tidak ada yang masuk?”

 

"Eh?! Bohong?! "

 

Saat aku melihat layar smartphoneku, tidak ada pesan dari Nanami. Aku tidak mendapat notifikasi apa pun, jadi menurutku itu aneh.

 

Nanami duduk di kursi yang kosong dan mengeluarkan ponselnya untuk memeriksanya. Setelah melihat pesannya, dia melihat ke langit dan bergumam dengan suara sedih.

 

"Ah...ponsel pintarku hilang koneksi..."

 

"Begitu, sepertinya jaringan hotel tidak stabil ya... Mau gunakan ini?"

 

"Un, tolong..."

 

Sebenarnya, atas saran Baron-san, aku menyewa Wi-Fi portabel murah di bandara. Katanya, walaupun di pamflet tertulis kalau Hawaii punya koneksi gratis yang memadai, orang-orang yang pernah ke sana bilang kalau wifi sewaan di bandara lebih stabil.

 

Aku tidak berencana bermain game atau apa pun, tapi membayangkan kalau aku tidak bisa menghubungi Nanami saat sesuatu terjadi itu menakutkan.

 

Ngomong-ngomong, aku juga belum menghubungi Baron-san dan yang lainnya . Haruskah aku mencobanya malam ini?

 

Setelah Nanami selesai menghubungkannya, ponselku mulai bergetar. Mungkin pesan Nanami akhirnya masuk.

 

[Youshin, kamu sudah bangun? Atau sudah mau sarapan? Mari kita minum kopi pagi bersama subuh-subuh.]

 

Nanami, kamu masih kepikiran soal kopi pagi? Juga, bukankah kopi pagi saat subuh itu terasa agak berlebihan...?

 

Saat kami sedang berbicara, seorang pelayan datang membawa kopi. Setelah meletakkan cangkir di depan Nanami yang sudah duduk, pelayannya pun menuangkan kopi ke dalamnya.

 

Uap hangat naik, dan bersamaan dengan itu, aroma kopi menggelitik hidungku.

 

Aku juga mengambil cangkirku sendiri dan dengan ringan mengangkatnya ke Nanami . Kanpai ... Rasanya agak aneh, jadi aku hanya mengangkatnya saja.

 

"Nanami, selamat pagi."

 

"Un. Selamat pagi Yoshin."

 

Nanami pun mengangkat sedikit cangkirnya dan menyesap kopinya. Aku biasanya jarang minum kopi di pagi hari, tapi menurutku kopi di sini enak.

Nanami lalu meletakkan cangkirnya dan tersenyum malu-malu.

 

“Apakah ini berarti kita sudah resmi minum kopi pagi bersama?”

 

Merasa ingin sedikit menggodanya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan itu, dan Nanami menggembungkan pipinya sedikit, seperti sebelumnya. Namun, dia terlihat agak senang selagi memasang ekspresi cemberut.

 

Meski dia mengatakan bukan begitu, Nanami kembali menyesap kopinya.

 

Aku mendengar sesuatu seperti "Kalau begitu, bukankah itu berarti kamu sudah minum kopi pagi bersama seluruh angkatan juga?", tapi yah, lupakan saja soal itu...

 

Tapi... Suara itu sepertinya datang dari sebelahku.

 

"...Selamat pagi, Shizuka-san."

 

"Selamat pagi, Misumai-kun. Selamat pagi juga, Kenbuchi-kun."

 

...Entah sejak kapan, Shizuka-san sudah duduk bersama kami. Yah, tidak aneh sih, dia sekamar dengan Nanami. Kalau dipikir-pikir, dimana Otofuke-san dan yang lainnya?

 

"Hatsumi-chan dan Ayumi-chan sedang makan dengan gadis-gadis lain."

 

Begitu, masuk akal, meja ini hanya bisa menampung empat orang, jadi mungkin itu masalahnya. Shizuka-san juga dengan perlahan menyesap kopinya dan menghela napas kecil dengan “fuu”.

 

“Tapi Youshin, aku ingin tahu kenapa kamu harus meninggalkan pacar manismu sendirian dan sarapan cowok berdua?”

 

“Aku tidak menyangkal kalau dia imut, tapi aku ingin Nanami tidur lebih lama.”

 

"Eh? Apakah kamu bangun secepat itu...?"

 

"Nnn... Aku bangun mungkin sekitar dua jam lalu..."

 

“Bukankah itu terlalu cepat?!”

 

Tidak, aku berencana untuk tidur lebih lama. Tapi aku mendengar suara dari tempat tidur Hitoshi dan terbangun.

 

Jadi, kurasa akan bagus untuk nongkrong sesama cowok sesekali.

 

Hitoshi, yang menerima tatapan Nanami, membentuk tanda damai() dengan tangannya. Tanda damai—sebuah simbol keharmonisan, tapi penggunaannya di sini sama sekali tidak damai.

 

“Maaf ya Barato, aku meminjam sedikit waktu untuk sesama cowok."

 

“Kuh...!! Hanya sekamar dengan Youshin saja sudah membuatku iri, dan sekarang kamu bahkan memonopoli dia di pagi hari…!! Aku sangat cemburu!!”

 

Apa-apaan tingkat antusiasme seperti itu, seolah sedang menghadapi seorang rival? Kata-kata itu seperti biasanya ditujukan untuk seorang saingan cinta atau semacamnya. Ini pertama kalinya aku mendengar kata "cemburu" digunakan seperti ini dalam kehidupan nyata.

 

Rasanya seperti duel antara ahli pedang atau konfrontasi antara petinju… suasana seperti itu terasa di udara.

 

Yah, bagaimana kalau besok kita sarapan bersama Nanami...?

 

"Misumai-kun, sepertinya kamu bersenang-senang kemarin ya.”

 

"Eh?! "

 

Tiba-tiba, Shizuka-san mengatakan sesuatu yang aneh kepadaku. Hitoshi masih menggerutu, aku penasaran apakah kemarin aku “bersenang-senang”, dan Nanami masih... ah, dia terlihat bingung.

 

"Kemarin? Kemarin memang menyenangkan tapi...?"

 

Itulah yang dia katakan, aku juga tidak mengerti maksudnya. Memang kalau tidak tahu konteksnya akan susah mengerti.

 

Atau lebih tepatnya, kenapa Shizuka-san bisa tahu?

 

"...Memang benar aku menghabiskan sedikit waktu berdua dengan Nanami tadi malam, tapi...Shizuka-san, apa maksudnya saat kamu mengatakan itu...?"

 

"Aku mendengarnya dari Taku-chan."

 

Teshikaga-kun…? Apa yang kamu ajarkan pada teman masa kecilmu...? Aku jadi merasa sedikit benci kepada temanku yang tidak ada di sini.

 

Nanami, di sisi lain, terlihat kebingungan, dan tidak mengerti maksudnya. Imutnya. Nanti aku akan menjelaskan artinya padanya…

 

...Bukankah itu pelecehan seksual jika aku menjelaskan artinya padanya?

 

“...Itu tidak berhasil membantu Nanami ya"

 

Ah, un... Shizuka-san mengatakannya dengan maksud seperti itu ya. Sial, malah jadi bumerang.

 

(Tln: Jadi si Youshin ngira maksud bersenang-senang tadi itu seggggggggggg, ternyata maksudnya bersenang-senang kayak biasa aja aowkkw)

 

"Um, Nanami... Ayo kita sarapan bersama besok. Juga, aku masih bisa makan, jadi ayo kita pilih bersama."

 

"Eh? Apakah kamu baik-baik saja...? Kamu tidak akan makan terlalu banyak...?"

 

“Untuk nafsu makan siswa SMA, aku masih bisa makan banyak. Lagipula, hari ini masih panjang.”

 

"...Un, kalau begitu ayo kita pilih bersama. Aku sudah memikirkannya sebelumnya, tapi sarapan prasmanan memang menarik ya. Apalagi di Hawaii."

 

Un, seperti yang kuduga, senyum Nanami itu yang terbaik. Ekspresi sedikit kesal seperti tadi… yah, itu juga tidak buruk, tapi senyumnya jauh lebih baik.

 

Aku sudah membuat janji untuk besok juga… Seharusnya aku mengajaknya saat mengantarnya ke kamar tadi malam. Aku harus merefleksikan hal itu….

 

Ketika aku dan Nanami berdiri dari tempat duduk kami, Shizuka-san juga mengikuti kami... dan, Hitoshi juga berdiri. Sepertinya dia ingin ronde kedua bersama kami.

 

Saat aku melihatnya sekilas, Hitoshi, dengan ekspresi senang, menggumamkan sesuatu dengan suara yang hanya aku yang bisa dengar.

 

“Katanya bermesraan setelah bertengkar itu luar biasa tahu?”

 

"Aku rasa aku perlu berbicara serius denganmu di suatu tempat..."

 

Bermesraan setelah bertengkar… Yah, aku pernah dengar tentang itu, tapi apakah aku dan Nanami akan pernah bertengkar? Setidaknya… aku benar-benar tidak mau itu terjadi selama perjalanan ini….

(Tln: Bro membuat flag sendiri)

 

"Nanami-chan, katanya bermesraan setelah bertengkar itu rasanya luar biasa tahu?"

 

"Apa yang kamu bicarakan, Kotoha-chan?!"

 

...Ah, apakah Shizuka-san mendengarnya? Atau hanya kebetulan? Ini percakapan yang aneh di pagi hari...

 

Hari kedua study tour kami dimulai dengan percakapan yang tidak biasa.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

 

Hotel tempat kami menginap cukup jauh dari kota di Pulau Hawaii, membutuhkan sekitar satu hingga dua jam perjalanan dengan mobil.

 

Bahkan tempat seperti supermarket Jepang yang menjual makanan pun sekitar tiga puluh menit jauhnya dengan mobil… Intinya, tidak ada apa-apa di sekitar sini.


Setelah sampai di hotel, tidak ada tempat untuk pergi bermain di luar… Setidaknya, butuh mobil atau taksi, yang cukup sulit bagi siswa SMA.

 

Rasanya seperti mereka memilih lokasi hotel ini agar para siswa tidak bisa pergi keluar sendiri, karena benar-benar tidak ada apa-apa di sini.


Itulah mengapa, tadi malam, melihat pemandangan malam dari hotel lebih seperti upaya terakhir. Kalau ada toko, aku sempat berpikir untuk keluar berbelanja sebentar…

 

Tapi ternyata tidak ada sama sekali. Meski begitu, mempertimbangkan faktor keamanan, aku rasa itu adalah pilihan terbaik. Bagaimanapun juga, ini adalah negara asing. Kalau ada apa-apa, sudah terlambat.

 

Tadi malam juga jadi kesempatan yang bagus untuk menyadari hal itu.

 

Terlalu waspada itu tidak baik, tapi terlalu percaya diri terhadap keamanan juga salah… Sepertinya keseimbangan adalah kuncinya.


Dengan begitu, hari ini kami semua kembali bepergian dengan bus. Bagaimanapun, itu adalah pilihan paling aman.

 

"Yah, aku belum pernah berada di dalam laut sebelumnya, jadi aku menantikannya. Kira-kira seperti apa ya? Apakah akan seperti akuarium? Atau mungkin lebih indah dari itu?"

 

Nanami yang ceria dan penuh semangat itu sangat imut. Benar-benar imut.

 

Saat sarapan tadi, dia terlihat agak marah, tapi berkat baju aloha yang dipinjam dari Tomoko-san dan Genichirou-san yang dibawa dari Jepang, suasana hatinya sudah sepenuhnya membaik.

 

Aku juga memakai aloha yang dipinjam, jadi itu mungkin juga salah satu alasan kenapa suasana hatinya membaik.

 

Ini sepertinya baju standar di Hawaii, tapi teman kelasku mengatakan aku terlalu bersemangat untuk menggunakannya sekarang dan bertanya apakah kami menggunakan baju aloha yang serasi untuk study tour ini.

 

 

Sekarang, kami sedang menuju kursus pengalaman menyelam scuba untuk pemula. Itulah sebabnya Nanami sangat bersemangat untuk menjelajahi lautan.

Dan aku juga menantikannya, meskipun aku tidak terlalu pandai berenang. Maksudku, menyelam adalah sesuatu yang tidak bisa kulakukan di Jepang sebelumnya... atau begitulah pikirku.

 

“Kita juga bisa menyelam di Jepang tahu.”

 

"Eh? Benarkah? Aku pikir menyelam itu lebih khas daerah tropis..."

 

"Serius, serius. Yah, memang tidak terlalu dekat, tapi... Aku pernah pergi dengan kakakku saat musim gugur, dan itu sangat menyenangkan"

 

"Musim gugur...bukankah airnya dingin? Tidak kedinginan?"

 

"Sama sekali tidak, memang aneh, tapi benar-benar bisa... Aku juga waktu itu sangat terkesan"

(Tln: Berarti nyelam di Jepang harus agak jauh, agak ke lautnya dan ga terlalu dekat pantai)

 

Sepertinya Otofuke-san memiliki pengalaman dalam menyelam. Tapi pergi bersama kakaknya... Soichiro-san, bukankah itu bisa dianggap seperti kencan?

 

Rasanya seperti jenis kencan yang cukup aktif. Apakah anak SMA bisa pergi sendiri adalah cerita lain, tapi pergi bersama Nanami tampaknya akan sangat menyenangkan.

 

(Tln: Menyelam -> Diving)

 

"Kalau begitu, kita juga, saat kembali ke Jepang ayo kencan diving?"

 

"Ah, ide yang bagus. Bahkan di musim dingin, kamu bisa melihatku memakai baju renangku... Youshin pasti senang kan?"

 

"Itu bukan... tidak, aku akan senang."

 

"Ehehe...mungkin yang lebih seksi juga oke...?"

 

"Oi, Bakacouple, bukannya kami sedang berkencan atau... Tidak, eh? Mungkinkah itu adalah kencan? Eh? Mungkinkah niat kakakku...?"

 

Oh, tidak biasanya Otofuke-san memerah dan bergumam sendiri. “Sejak saat itu? Eh? Sejak kapan? ”, Aku mendengar potongan-potongan kalimatnya.

 

Mungkinkah aku sedikit memancing sesuatu yang tidak diinginkan? Tapi tetap saja, mengetahui hubungan mereka, siapa pun akan berpikir itu adalah kencan. Jadi wajar saja.

 

Wajah Otofuke-san benar-benar berubah cerah, dan dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Anggap saja ini hal yang baik. Dia bahkan bergumam ingin menanyakannya langsung nanti dengan ekspresi bahagia.

 

Ah, Nanami mendekatinya.

 

"Hatsumi? Kamu selalu menggoda aku, tapi mungkinkah Hatsumi-chan yang keren dan tenang itu juga punya kenangan yang lucu dan menggemaskan seperti itu~?"

 

"Kuuu... !! Nanami menyerangku seperti ini... !! "

 

Menyadari sesuatu, Nanami memasang ekspresi yang penuh percaya diri yang jarang terlihat darinya, lalu dia menyeringai saat mendekati Otofuke-san. Bahkan Kamoenai-san juga ikut bergabung, dan bercanda sambil melekat padanya.

 

Dikatakan bahwa jika tiga perempuan berkumpul, suasananya jadi ramai, dan ketiga gadis ini benar-benar mencerminkan peribahasa itu, berceloteh tanpa henti. Yah, selama Nanami terlihat bersenang-senang, itu sudah cukup bagiku.

 

“Hitoshi, apakah kamu pernah diving?”

 

"Aku? Aku pernah. Aku rasa itu saat aku masih SMP. Itu adalah acara sekolah, jadi aku dan teman-temanku pergi ke sana. Ada banyak cewek di sana dan itu menyenangkan."

 

“Ada banyak cewek ya, kalau itu aku, aku malah akan gugup.”

 

"Nah, aku juga tidak bisa berkencan dengan salah satu dari mereka sih... Mereka bilang aku cocoknya jadi teman saja..."

 

"Oi, jangan depresi begitu. Kita akan bersenang-senang diving, dan kali ini juga banyak cewek tahu."

 

Ah, aku merasa lebih baik. Ada banyak cewek dengan gaya yang lebih baik daripada saat masih SMP... Benar, tapi jangan terlalu sering memandang Nanami ya.

 

Tapi Hitoshi...dia cukup tampan bahkan bagiku, jadi kenapa dia sering ditolak cewek? Bahkan saat festival sekolah dan di pesawat, dia terlihat akrab dengan mereka.

 

Untuk saat ini, mari kita biarkan saja Hitoshi, yang sepertinya menantikan untuk melihat gadis-gadis dengan pakaian renang mereka...

 

“Bagaimana dengan Shizuka-san?”

 

"Aku...kurasa tidak. Dulu aku pernah bilang aku ingin pergi dengan Taku-chan, tapi... Kita jadi menjauh... "

 

Yabee, aku menginjak ranjau. Apalagi tipe yang langsung meledak .​​

 

Ah, area di sekitar Shizuka-san perlahan menjadi gelap… padahal di luar sangat cerah, dengan matahari Hawaii bersinar terang di atas kami, tapi hanya di situ yang jadi suram.

 

Sorotan matanya pun perlahan-lahan menghilang. Ditambah dengan pakaian yang dia kenakan sekarang, ini agak menakutkan.

 

"Tapi lihat, ini bisa jadi kesempatanmu untuk membalas dendam, kan? Kalau kamu diving bersama Teshikaga-kun..."

 

"...Menurutmu bisa? Kelasnya beda, kelompoknya juga beda… apakah mungkin?"

 

"Yah… pasti bisa kan? Lihat, Teshikaga-kun kan agak berandalan, jadi mungkin bisa dibilang kamu sedang mengawasinya atau bertanya ke guru tentang itu..."

Ah, cahayanya perlahan kembali. Wah, mata yang biasanya setengah tertutup itu sekarang berkilauan dengan terang. Shizuka-san mulai mendapatkan kembali harapannya.

 

"Ya...!! Aku akan memanfaatkan sepenuhnya kepercayaanku sebagai ketua kelas dan diving bersama Taku-chan...!! Terima kasih, Misumai-kun!"

 

Meskipun matanya tetap setengah tertutup seperti biasa, dan nadanya datar, tapi semangatnya… benar-benar terasa membara. Bahkan sampai terasa ke sini. Bahkan matahari Hawaii pun kalah dengan semangatnya. Apa aku terlalu menyemangatinyanya?

 

Tapi dengan semangat ini, aku yakin dia pasti bisa menyelam bersama Teshikaga-kun...mungkin.

 

Atau lebih tepatnya, Teshikaga-kun... kamu memilih diving kan?

 

Kursus pengalaman ini memungkinkan kami untuk memilih ingin menyelam ke laut atau naik kapal selam untuk ke bawah air. Kami memang memilih menyelam, tapi…

 

...Jika Teshikaga-kun tidak memilih untuk menyelam, menurutku Shizuka-san mungkin akan marah. Untuk saat ini, aku hanya bisa berharap dia memilih diving.

 

"Ueenn... Youshin... Tolong hibur aku..."

 

“Tunggu, apa yang terjadi dalam waktu sesingkat ini?!”

 

Tiba-tiba, Nanami datang dan memelukku sambil menangis. Eh, tunggu, tunggu… saat aku sedang berbicara dengan Hitoshi dan Shizuka-san, bukankah Nanami sedang asik bermain dengan dua orang lainnya?

 

Kenapa tiba-tiba dia terlihat seperti menangis? Yah, dia sebenarnya tidak benar-benar menangis, tapi senyum cerianya yang tadi sudah menghilang, dan digantikan dengan ekspresi sedih dan lesu.

 

Dia memelukku erat, jadi untuk sekarang aku hanya bisa mengelus-elus kepalanya dengan lembut.

 

"Kalian ada di dalam bus... Tahanlah diri kalian..."

 

Uwah, bahkan guru sampai menegur kami. Kami tidak berisik saat pemandu wisata sedang berbicara, jadi tolong maklumi kami. Kami mendengarkan hal-hal yang penting kok.

 

Meskipun sudah ditegur, Nanami tetap tidak mau melepaskan pelukannya, jadi aku terus mengelus kepalanya sampai dia merasa puas.

 

Apa yang sebenarnya terjadi...?

 

"Otofuke-san...apa yang kamu lakukan?"

 

"Kamu langsung menebak tepat ke aku, ya. Benar sih. Jadi begini… aku sempat menyebutkan sedikit kalau aku mengalami kemajuan dengan kakakku beberapa waktu lalu…"

 

Seakan ingin berkata "Tolong, jangan lagi," Otofuke-san menundukkan wajahnya dan mengulurkan kedua tangannya untuk menolak melanjutkannya.

 

Gerakannya begitu feminin, sesuatu yang tidak terbayangkan dari seseorang yang biasanya begitu keren.

 

Alih-alih merasa gerakan itu lucu, aku justru merasakan ketenangan yang muncul di dalam diriku. Apakah ini yang disebut "celah" kepribadian……?

 

"Aku merasa Youshin baru saja merasakan emosi yang belum pernah dia rasakan padaku, tapi pada gadis lain……"

 

Suara rendah yang tiba-tiba, seolah bergema dari kedalaman bumi, terdengar dari dadaku. Atau lebih tepatnya, itu Nanami. Suaranya yang rendah justru terdengar lucu, yang membuatku sejenak melarikan diri dari kenyataan.

 

Tunggu, apa?! Bagaimana dia bisa begitu peka terhadap perubahan kecil dalam perasaanku?! Apakah karena kami sedang berpelukan erat? Bukankah Ssnsor perasaannya luar biasa akurat?

 

Yang benar-benar menakutkan adalah, saat masih bersandar di dadaku, dia sedikit mengangkat wajahnya dan menatapku dengan mata yang melihat ke atas. Dengan ekspresi yang serius. Itu lucu, tapi juga menakutkan....

 

Meskipun aku tidak melakukan sesuatu, aku mulai gemetar.

 

"Tidak apa-apa…… tidak apa-apa. Aku juga merasakan hal yang sama untukmu, Nanami…….”

 

Untuk menenangkan Nanami, aku dengan lembut menghiburnya saat dia ada di pelukanku. Aku mengelus kepalanya, menepuk punggungnya…….

 

Rasanya seperti menenangkan seorang bayi.

 

"...Maaf, tadi aku merepotkan banget ya… uwaa…"

 

Nanami tiba-tiba sadar dan mengeluarkan suara mengeluh, mungkin karena merasa jijik dengan dirinya sendiri. Suaranya lebih tinggi dari yang sebelumnya, tapi masih lebih rendah dari biasanya.

 

Nanami sudah kembali sadar, tapi aku tetap tidak berhenti mengelusnya.

 

"Anoo… Youshin…?"

 

“Aku tidak ingin Nanami menjadi tidak stabil lagi, jadi aku akan terus mengelusnya seperti ini.”

 

"Tunggu, Yoshin, aku mulai merasa sedikit malu. Aku sudah tenang, aku sudah tenang. Semua orang melihatnya tahu?! "

 

"Oke~ Nanami-chan anak yang baik sekali~. Yosh yoshi"

 

“Seriusan aku diperlakukan kayak bayi?!”

 

Orang-orang di sekitar kami menatap seolah berkata "Mereka melakukannya lagi, ya…" Nanami terlihat agak malu, tapi aku terus mengelusnya untuk menenangkannya.

 

Diperlakukan seperti bayi… aku rasa itu agak berbeda. Sambil mendengar suara protes Nanami, aku terus mengelusnya sampai kami tiba di lokasi diving.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

 

Laut di Hawaii sangat indah. Warnanya biru jernih, dan berkilau di bawah sinar matahari, serta memiliki suasana misterius.

 

Aku pikir pantai yang kami kunjungi saat berkemah itu indah, namun aku merasa laut di Hawaii bahkan lebih indah lagi.

 

Sungguh indah... sampai aku hampir ragu untuk masuk ke dalamnya.

 

Untuk klarifikasi, bukan karena aku tidak bisa berenang dan takut masuk. Selama bukan tempat yang tinggi, aku rasa aku akan baik-baik saja.

 

(Tln: Sementara pake menyelam dulu biar kalian bisa ngerti)

 

Lagipula, menyelam itu berbeda dari berenang. Berenang adalah olahraga yang menggunakan daya apung, yaitu kemampuan untuk mengapung di air, sementara menyelam berarti benar-benar masuk ke dalam air.

 

Tidak perlu mengapung. Yang perlu dilakukan hanya tenggelam. Bagi seseorang sepertiku yang tidak terlalu pandai berenang, kenyataan bahwa aku tidak perlu mengapung adalah sesuatu yang sangat melegakan.

 

Dalam pikiranku, menyelam itu bukan tentang berenang, tapi tentang tenggelam dan bergerak di bawah air.

 

...Jadi, saat melihat laut yang indah ini, aku benar-benar menyadari kalau aku akan menyelam dan mulai membuat alasan dalam diriku tentang keterbatasan kemampuan berenangku.

 

Aku tidak mengatakan ini pada siapa pun, tapi saat aku sedang membuat alasan dan menenangkan diriku sendiri dalam hati...

 

"Jaa-jaannn, terima kasih sudah menunggu~♪ "

 

" Oraa, para cowok~! Cewek-cewek sudah muncul~"

 

Para gadis yang sudah selesai berganti pakaian muncul, dan para cowok langsung bersemangat dengan kata-kata mereka.

 

Sejak festival sekolah, aku sudah berpikir bahwa sepertinya gadis-gadis di kelas kami... suka menunjukkan diri mereka.

 

(Tln: Suka pamer atau kayak ga masalah kalau dilihat. Jarang jarang bjir. Btw balik menyelam -> diving)

 

Itu sama seperti saat di kafe cosplay, dan kali ini juga sama... Mereka bahkan mengundang siapapun yang ingin melihat para gadis dalam baju renang mereka di pantai untuk datang dan melihatnya,

 

Mungkin itu karena adalah suasana normal mereka, atau mungkin itu hanya karena dari semangat yang tinggi.

 

Para cowok yang awalnya sangat bersemangat saat para gadis muncul dengan energi tinggi, dengan cepat berubah menjadi suara-suara yang terdengar sedikit kecewa.

 

Alasannya jelas.

 

“Bukan baju renang ternyataa……”

 

Ya, yang paling kecewa mungkin Hitoshi. Padahal, kami semua memakai pakaian yang sama, jadi seharusnya kami sudah tahu ini akan terjadi.

 

Gadis-gadis yang muncul mengenakan wetsuit. Tentu saja, kami yang sudah selesai berganti pakaian terlebih dahulu juga mengenakan wetsuit kami.

 

Jadi, gadis-gadis itu tidak datang mengenakan bikini, tetapi... yah, sebenarnya, wetsuit juga bisa dianggap seperti bikini kan? Mereka adalah wetsuit setelah semua.

 

(Tln: Wetsuit itu baju nyelam, gada miripnya bikini karena full body tapi lekukan atau badannya terlihat jelas, makanya dibilang seperti Bikini)

 

Bagaimanapun, para cowok yang mengharapkan pameran kulit merasa kecewa.

 

"Itu wetsuit, jadi pasti tidak ada pameran kulit."

 

"Bukan itu...Aku mengharapkan hal lain..."

 

Apa maksudnya itu? Sebelum aku bisa memberi komentar lebih lanjut, Hitoshi dengan mudah menjelaskan secara lisan. Intinya, dia mengharapkan mereka muncul dengan hanya bagian atas wetsuit yang dibuka.

 

(Tln: Wetsuitnya kebuka setengah, biasanya kalau abis nyelam wetsuit bagian atas bakal dibuka buat udara)

 

Karena ini adalah fase pemanasan, dia berpikir mungkin akan ada satu orang yang akan muncul dengan wetsuit bagian atas yang dibuka. Tentu saja, harapan itu sepenuhnya salah.

 

"Ma-ka-nya, kubilang baju renang adalah event yang berbeda kan?."

 

"Aku ingin melihatmu wetsuit yang terbuka setengah..."

 

Dia sangat jujur dengan keinginannya

 

Gadis-gadis itu semua mengenakan pakaian ketat yang menunjukkan garis tubuh mereka. Kami juga demikian. Kami mengenakan wetsuit serasi dengan warna yang berbeda.

 

Desainnya cukup keren, aku akan percaya jika seseorang mengatakan ini adalah kostum superhero.

 

“Youshin, bagaimana menurutmu? Apakah cocok?”

 

Nanami, yang mengenakan wetsuit ketat dengan garis biru muda, muncul di depanku. Desainnya sama dengan yang kupakai, hanya warnanya saja berbeda.

 

"Itu cocok, cocok untukmu. Imut... Keren? Un, imut."

 

"Hehe, Yoshin juga terlihat cocok dan keren —ini hampir seperti serasi kan?."

 

"Serasi ya. Yah, warnanya berbeda tapi desainnya sama, jadi menurutku bisa dibilang keduanya serasi."

 

“Aku senang pakaian sewa-nya imut.”

 

Nanami, yang senang dengan pakaiannya, merentangkan tangannya dan  sedikit melakukan peregangan, dan membuat pose-pose kecil, hampir seperti model gravure, lalu memamerkannya padaku.

 

Kalau dipikir-pikir, apakah ini berarti seluruh kelas akan memakai pakaian serasi...? Nanami dengan orang lain selain aku...? Tidak, kalau masalahnya begitu, kami jadi tidak bisa menggunakan seragam sekolah atau lainnya.

 

Ya, belakangan aku merasa seperti aku mulai berpikir aneh. Aku harus menahan diriku...

"Tapi wetsuit itu memang agak ketat, ya? Rasanya tidak ada ruang... di sekitar dada dan pinggulku cukup ketat."

 

‘Bagaimana menurutmu? Aneh?’ Sambil bertanya itu, Nanami mengangkat tangannya yang hampir menyentuh dadanya, dan membuat gerakan seolah sedang menyentuh dadanya.

 

Gerakan yang sangat menegangkan. Tidak aneh sih, tapi itu membuatku merasa aneh.

 

"...Tidak aneh sama sekali. Imut sekali."

 

"Ehehe terima kasih. Agak memalukan memakai baju renang di depan semua orang, tapi kalau pakai wetsuit tidak akan terlihat, jadi akan baik-baik saja."

 

“Sebenarnya aku sudah ingin bertanya soal itu, tapi apakah kamu baik-baik saja dengan kulitmu yang terekspos pada seragam sekolahmu...?”

 

(Tln: Ingat pakaian gyaru mayan mengekspos entah itu dada atau rok yang pendek)

 

"Aku sudah terbiasa dengan itu. Mungkin kalau aku terbiasa dengan baju renang, aku akan baik-baik saja...?"

 

Sejujurnya, aku berharap dia tidak akan terbiasa dengan itu.

 

Wetsuit... Dilihat lagi, memang tidak terlalu mengekspos, tapi memperlihatkan garis-garis tubuh dengan sempurna.

 

Itulah sebabnya tubuh Nanami terlihat dengan jelas... Mungkin terdengar aneh, tapi tubuhnya benar-benar punya garis yang sangat indah.

 

Wetsuit itu sepertinya terbuat dari karet, jadi tidak bergoyang sama sekali, tapi... karena terpasang dengan pas, ukuran tubuhnya sepertinya malah lebih tertekan.

 

Entah kenapa, itu terlihat lembut dan melengkung, tapi dengan tekstur karet, terlihat kaku. Itu deskripsi yang tepat.

 

Mungkinkah ini... meskipun eksposurnya rendah, pakaian ini cukup berani? Aku sendiri tidak bisa menilainya... tapi aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya sama sekali.

 

Saat aku melihat Nanami dalam wetsuit, berbagai pikiran muncul dan hilang, dan perlahan-lahan aku mulai melihat perubahan dalam sikap Nanami.

 

(Tln: Pikiran apa tuh)

 

Awalnya, dia bergerak dengan senang hati dan menikmati saat aku melihatnya, tapi entah kenapa gerakannya semakin lama semakin sedikit.

 

Semakin sedikit, semakin lambat, dan setelah itu, dia mulai menyembunyikan tubuhnya dengan kedua tangan... nya...

 

Are?

 

"Yo... Youshin... Kamu terlalu lama melihatnya... Kalau kamu terus menatapku seperti itu... Aku akan malu..."

 

"Ah, maaf... Hanya saja..."

 

"Tidak, tidak... bukannya aku tidak menyukainya... Hanya saja... tatapanmu seolah menembusku... Meskipun hanya dengan tatapanmu, rasanya aku seperti sedang disentuh..."

 

Pipi Nanami sedikit memerah dan dia sesekali melirik ke arahku.

 

Are? Bukannya dia menjadi lebih terekspos... Tapi Nanami memeluk tubuhnya seolah ingin menyembunyikannya, jadi seharusnya dia sekarang menutupi lebih banyak tubuhnya dari sebelumnya...

 

Tapi entah kenapa, Nanami yang sekarang terlihat lebih menggoda dari sebelumnya. Sesuatu yang tidak kurasakan sebelumnya kini mengalir dalam diriku, dan aku tidak bisa tidak memerah.

 

(Tln: Bro mulai basah)

 

...Apakah ini yang disebut perasaan malu? Sesuatu yang tidak menggangguku sebelumnya tiba-tiba membuatku merasa seperti melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat.

 

Begitu, aku jadi belajar sesuatu yang baru.

 

Perasaan malu itu penting. Secara intelektual aku sudah mengetahuinya, tapi saat benar-benar mengalaminya, rasanya sangat berbeda.

 

"...Kamu memikirkan sesuatu yang aneh lagi bukan?"

 

"T-tidak...itu tidak benar tahu?"

 

Nanami, yang menutupi tubuhnya dengan tangannya, menatapku dengan mata yang setengah tertutup. Aku tidak bisa tidak tersenyum pahit melihat situasi yang agak langka ini. Aku tidak memikirkan sesuatu yang aneh... kan?

 

Dan tiba-tiba...aku menyadari bahwa Nanami bukanlah satu-satunya orang yang menatapku.

 

Aku merasa mendapat banyak perhatian... kulitku terasa seperti kesemutan, atau lebih tepatnya, aku merasa seperti ada yang memperhatikanku, jadi aku mengalihkan pandanganku ke sekelilingku.

 

Aku pikir pasti hanya orang-orang dari kelas kami yang melihatnya...

 

Tapi saat aku melihat sekelilingku, bukan hanya teman-teman sekelas kami. Para peserta lain yang mengenakan wetsuit juga... Mulai dari orang asing hingga orang Jepang, orang-orang dari berbagai latar belakang sedang menatap kami.

 

 Ini bohong kan

 

Aku dan Nanami sama-sama terkejut dengan situasi itu, dan tanpa sadar melompat sedikit. Nanami yang sedang kebingungan, melihat ke sekeliling dengan panik sambil bergumam “Eh? Ehhh?!”

 

Ketika aku melihat lagi ke sekelilingku... sepertinya semua orang menatap kami dengan senyuman seolah-olah melihat sesuatu yang menghangatkan hati... Apa yang sebenarnya terjadi sekarang?!

 

“Baiklah semuanya, itulah yang disebut dengan ‘bakacouple’ Jepang! Belakangan ini, mereka cukup langka di Jepang, jadi silahkan nikmati saja pemandangannya. Oh, tapi harap jangan memotret atau merekam video ya. Mereka cuma orang biasa, jadi tolong hormati mereka~!”

 

Apa yang dia lakukan ?!

 

Hitoshi sedang melakukan sesuatu seperti promosi iklan, jadi aku segera menangkapnya .

 

"Kamu!! Apa yang kamu lakukan?!"

 

"Tidak... Hanya saja..."

 

Tampaknya orang-orang yang berkumpul sebelum kursus dimulai bertanya pada Hitoshi tentang kami. “Apakah mereka bertengkar?” katanya

 

Di sisi lain, Hitoshi... mengatakan kalau kami adalah pasangan Jepang yang sedang bermesraan, dan entah bagaimana, semakin banyak orang mulai datang dan menonton kami...

 

Kenapa bisa jadi begini? Aku kebingungan, tapi Nanami terlihat lebih kebingungan lagi. Oke, setidaknya aku harus memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi pada Nanami.

 

Setelah aku kuperhatikan, Hitoshi juga dengan lihai menjelaskan dalam bahasa Inggris. Orang ini... dia benar-benar bisa melakukan apa saja dengan santai ya? Hebat sekali.

 

"Baiklah, bagaimana kalau kita minta mereka berciuman mesra di depan semua orang?"

 

“ Mana mungkin, dasar bodoh!!”​

 

Baru saja aku memujinya dalam hati, dia langsung besar kepala. Untuk saat ini, aku melakukan apa yang kubisa dengan berdiri di depan Nanami untuk melindunginya, tapi bahkan itu malah membuat kerumunan semakin heboh.

 

Aku bertanya-tanya apakah ini karena tipe orang-orang yang datang ke tempat wisata seperti ini, atau mungkin ini hanya sifat budaya mereka... Bagaimanapun, antusiasme mereka dalam hal ini terasa agak berlebihan.

 

Mungkin ini bukan hal yang buruk, tapi ketika kami yang menjadi pusat perhatian, rasanya benar-benar memalukan.

 

Sesi “pengamatan” kami ini... Berlanjut selama beberapa waktu sampai pemandu—atau mungkin instruktur untuk diving?—datang.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

 

“Ngomong-ngomong, Youshin tidak bisa berenang?”

 

"Are? Apa aku belum mengatakannya...?"

 

Sesi “pengamatan” kami akhirnya selesai dengan damai... Jujur, aku tidak pernah menyangka hal seperti itu bisa terjadi di luar negeri. Setelah itu, sesi pelatihan diving juga selesai tanpa masalah.

 

Meskipun begitu... rasanya instruktur mulai memberi perhatian lebih kepada kami, terus-menerus mengingatkan hal-hal seperti “Jangan terlalu mesra di dalam air!” dan peringatan serupa.

 

Sial, keributan tadi bahkan bukan salah kami. Tidak, mungkin kami salah juga karena bertingkah seperti biasa tanpa memedulikan tatapan orang di sekitar...

 

Mereka bilang benar dan salah bisa berubah tergantung lingkungan, tapi aku tidak menyangka akan mengalaminya sendiri...

 

Sudahlah, cukup mencari alasan. Pelatihan dasar diving sudah selesai. Mari kita nikmati saja sesi diving berikutnya.

 

Nanami sepertinya terkejut mendengar aku yang tidak bisa berenang, tapi... Bukannya aku pernah mengatakannya waktu kita ke laut atau kolam renang?

 

Tidak, sepertinya aku tidak mengatakan itu. Bahkan jika aku mengatakannya, mungkin aku hanya menyebutkan kalau aku kurang pandai berenang.

 

“Yah, bukan berarti aku tidak bisa berenang. Aku cuma tidak punya banyak pengalaman berenang, jadi aku tidak merasa percaya diri.”

 

Jawaban ini memang terdengar ambigu, bahkan bagiku sendiri, tapi aku benar-benar tidak yakin apakah aku bisa berenang dengan baik atau tidak.

 

Aku tidak benar-benar tidak bisa berenang sih, tapi... Aku rasa aku tidak akan bisa berenang di laut. Tapi kalau ditanya apa yang paling kukuasai, hmm…

 

Keahlian khususku, ya... Aku jarang memikirkan itu. Kayaknya sampai sekarang aku belum menemukannya.

 

“Kalau saat pelajaran renang sekolah?”

 

"Aku cukup kesulitan. Apa yang kamu lihat di kelas itu mungkin sudah yang terbaik yang kubisa."

 

“Hee... Jadi begitu. Karena kita sering ke pantai atau kolam bareng, kukira...”

 

“Yah, itu hanya untuk bersenang-senang. Aku tidak takut air, aku hanya tidak bisa berenang”

 

Mendengar informasi baru ini, Nanami terlihat agak terkesan, dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Tapi kemudian, seolah menyadari sesuatu, ekspresinya mendadak berubah.

 

"Jadi, kenapa kamu ingin mencoba diving? Apa karena aku yang mengajakmu? Apakah selama ini aku terus memaksamu?”

"Tidak, itu tidak benar. Kudengar ada perbedaan antara berenang dan diving, dan apa pun yang kulakukan bersama Nanami pasti menyenangkan."

 

Nanami terlihat sedikit khawatir selagi dia bermain air, tapi inilah perasaanku yang sebenarnya .

 

Dan seperti yang tadi kubilang, aku tidak takut air. Bahkan di kelas renang, aku bisa mengatasinya walau dengan kecepatan yang sangat lambat.

 

Seolah berkata “Yah, kalau kamu memang yakin” Nanami melangkah lebih dekat dan menempel padaku. Padahal dia tidak perlu khawatir seperti itu.

 

Sekarang kami sedang menunggu giliran kami untuk diving, dan berdiri di perairan dangkal tempat kami latihan sebelumnya.

 

Kalau dipikir-pikir, ini memang hal yang wajar. Semua peserta pelatihan tidak mungkin akan menyelam sekaligus... Setiap instruktur membawa beberapa orang terlebih dahulu untuk menyelam bersama.

 

Tentu saja ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan satu angkatan atau satu kelas sekaligus. Akan sangat berbahaya jika terjadi sesuatu.

 

Di kelompok kami, Otofuke-san, Kamoenai-san, dan Hitoshi sudah menyelam terlebih dahulu. Sementara kami...

 

“Taku-chan, Kamu memilih diving juga?”

 

"Ya, begitulah... Dulu aku dan Kotoha sempat ngomong mau mencobanya bersama... Aku pikir dia akan ada di sini"

 

"Kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya? Dengan begitu, itu pasti akan terjadi"

 

"Tidak, itu... Aku merasa malu... Kupikir sudah terlambat untuk mengatakannya... "

 

"Cih... dasar Yankee pengecut... Kalau aku mengetahuinya, aku akan membawa baju renang yang lebih seksi..."

 

“Tunggu, Kotoha-san, apa maksudmu dengan baju renang yang lebih seksi? Jangan bilang kamu membawa baju renang yang berbahaya ke Hawaii?”

 

"Aku tidak akan memberitahunya ke pengecut. Tapi kalau mau melihatnya, aku bisa menunjukkannya kapan saja~

 

Percakapan yang terjadi terasa seperti sesuatu dari komedi romantis. Ekspresi Shizuka-san mungkin tidak banyak berubah, tetapi dari kata-katanya, jelas bahwa dia benar-benar menikmatinya.

 

Sementara Teshikaga-kun... dia berhasil sampai ke sesi diving dengan selamat. Dan dia berhasil bergabung bersama Shizuka-san. Tidak, mungkin lebih tepatnya "dijemput paksa"?

 

Aku tidak akan pernah melupakan raut wajah Shizuka-san saat dia menarik Teshikaga-kun. Aku terlalu takut untuk bertanya cara apa yang dia gunakan untuk bisa diving bersama.

“Teshikaga-kun, apakah kamu pernah diving sebelumnya?”

 

"Ah, ya. Aku berpikir, suatu hari nanti... aku ingin menyelam bersama Kotoha, jadi aku banyak mempersiapkan diriku"

 

Jawabannya membuat Shizuka-san terkejut dan matanya terbelalak. Aku juga terkejut, tetapi tingkat keterkejutannya jauh melampaui milikku.

 

Mereka bilang "sedia payung sebelum hujan," tapi seberapa jauh persiapan yang dilakukan Teshikaga-kun selama dia tidak bisa bertemu dengan Shizuka-san...?

 

Ah, Shizuka-san mulai gemetar.

 

"Kenapa kamu bersiap begitu banyak dan tidak pernah memanggilku...?"

 

“Tidak, itu... cowok punya alasannya sendiri...”

 

(Tln: Memantapkan diri dulu, para cewek kalau cowok kalian begini ditungguin ya bukan ditinggalin)

 

“Kalau selama waktu itu aku kena NTR apa yang akan kamu lakukan?!”

 

"Tunggu, Kotoha, dari mana kamu belajar kata itu? Siapa? Siapa yang mengajarkanmu hal seperti itu?!"

 

Wajah Teshikaga-kun langsung pucat mendengar istilah yang mengejutkan itu muncul tiba-tiba. Yah, kalau gadis yang kamu sukai tiba-tiba mengatakannya, kamu pasti akan kaget.

...Mengapa keduanya belum pacaran? Tidak, sebenarnya mereka sudah pacaran bukan? Tapi, sebelum ke Hawaii, katanya belum...

 

"Dengar, kalian berdua, Hatsumi dan yang lainnya sudah kembali, jadi sudah waktunya giliran kita."

 

Untuk melerai, Nanami masuk di antara mereka. Ketika aku melihat ke arah pantai, semua orang yang keluar dari air mulai mendekat ke arah kami.

 

"Laut di sini jauh lebih jernih dibandingkan di Jepang, luar biasa indah."

 

“Ada begitu banyak jenis ikan. Aku jadi ingin menyentuh mereka.”

 

"Apakah ini keindahan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata seperti yang ada dalam buku cerita ya...?"

 

"Penyu laut benar-benar romansa seorang pria... Keren banget..."

 

Semua orang mengutarakan pendapat mereka masing-masing. Apa mereka benar-benar melihat sebanyak itu? Mendengar kesan mereka, aku jadi semakin bersemangat untuk menyelam.

 

Semua orang sepertinya merasa berat dengan wetsuit mereka yang basah atau mungkin karena panas, jadi mereka membuka bagian atas wetsuit dan duduk dengan pakaian renang di bawahnya.

 

Di bawah wetsuit memang ada baju renang tapi...

 

"S-sial... semua orang menggunakan rash guard di bawahnya..."

"Kamu... setidaknya tinggalkan hawa nafsu duniamu sebentar setelah selesai menyelam. Setelah melihat pemandangan seindah itu, itu masih yang kamu pikirkan...? Dalam artian lain, konsistensimu mengesankan sih...."

 

(Tln: Rash guard kurang lebih kayak baju renang(bukan kayak bikini) biasa yang dibuat biar kulit ga ruam ruam)

 

Hitoshi tetap tidak terpengaruh oleh tsukkomi Otofuke-san. Serius, dia memang orang yang tidak mudah berubah. Sedikit fleksibel juga tidak ada salahnya.

 

Namun, kali ini Hitoshi menemukan seorang penyelamat.

 

"Fufu~, aku berbeda tahu~? Gimana~"

 

"Eh? Oh... Ohhhhhh...!! "

 

Pemilik suara itu adalah...Kamoenai-san. Seperti yang lain, Kamoenai-san juga setengah melepas wetsuitnya, tapi...

 

Dia tidak memakai rash guard di bawahnya. Saat dia membuka bagian atas wetsuitnya, dia langsung memamerkan bikini-nya tanpa ragu.

 

 Pemandangan ini terasa sangat aneh—bikini dengan wetsuit yang setengah terbuka.

 

Para laki-laki bersorak, sementara para perempuan, yang tampaknya merasa lega karena perhatian tertuju pada Kamoenai-san, bisa bernapas dengan lega. Mungkin Kamoenai-san sudah memperkirakan ini dan sengaja membukanyanya?

 

Dia bahkan dengan semangat berpose sekarang.

 

"Apa Kamoenai-san baik-baik saja...? Jangan-jangan dia sengaja bikin pacarnya cemburu atau semacamnya...?"

 

"Tidak, Ayumi hanya tidak menyukai rash guard. Mungkin dia cuma lagi semangat gara-gara diving dan melakukannya karena lagi senang."

 

Nanami menggelengkan kepalanya, jadi aku merasa lega karena tidak ada maksud aneh. Kemunculan Kamoenai-san langsung membuat suasana di sana jadi meriah.

 

"...Kalau dipikir-pikir, Nanami, apakah kamu memakai rash guard dibawah itu ?"


“Un, benar… Apakah kamu kecewa?”

 

Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya, dan seperti yang kuduga, Nanami juga memakai rash guard. Kecewa ya... Sedikit...

 

“Hanya sedikit.”

 

"Jujur itu bagus."

 

Di saat yang sama, aku merasa lega. Memikirkan bagaimana semua perhatian tadi tertuju padanya, aku jadi khawatir jika Nanami seperti Kamoenai-san yang hanya mengenakan bikini di bagian atasnya.

 

Setengah dari diriku ingin melihatnya, tapi setengah lagi merasa lega.

 

"...Ngomong-ngomong, aku pakai bikini yang biasa di bawah rash guard ini... kamu mau lihat? Maksudku, ini cuma yang biasa, jadi tidak ada yang menarik sih—"

 

“Tentu saja aku ingin melihatnya.”

 

Respon langsungku membuat Nanami terdiam sejenak. Yah, tentu saja aku ingin melihatnya. Siapa yang tidak mau? Sudah pasti aku ingin. Meski itu cuma bikini yang biasa, tetap saja aku ingin melihatnya.

 

Ditambah lagi dengan rash guard yang setengah dilepas, ada daya tarik tersendiri. Entah daya tarik seperti apa, tapi rasanya memang seperti itu.

 

"...Nanti akan kutunjukkan saat kita berdua saja."

Nanami, yang sedikit malu dan mengalihkan pandangannya dariku, dengan perlahan bergumam. "Nanti... Akan kutunjukkan? Di sini...?"

 

Jika itu terjadi, kita harus menjauh dan bersembunyi di tempat yang lebih sepi agar bisa berdua, tetapi entah kenapa rasanya itu adalah tindakan yang sangat... sangat perlu dipertanyakan.

 

Selagi memikirkan itu, sepertinya giliran kami akhirnya tiba, dan instrukturnya memanggilku, Nanami, Teshikaga-kun, dan Shizuka-san.

 

Kemudian, kami menerima penjelasan ulang tentang peralatan dan mulai mengenakan perlengkapan yang diperlukan. Setelah semuanya terpasang, rasanya... Berat.

 

"Nanami, kamu baik-baik saja?"

 

“Un, tidak apa-apa. Tapi… ini cukup berat.”

 

Sabuk beban dan tabung oksigen cukup berat...dan karena kami harus berjalan ke laut dari sini, aku sedikit khawatir apakah Nanami akan baik-baik saja.

 

Aku juga memikirkan ini ketika briefing, tapi jujur saja aku berpikir kami akan pergi ke tengah laut dengan perahu lalu menyelam di sana, jadi aku tidak menyangka akan menyelam dari pantai seperti ini.

(Tln: Normalnya memang ke tengah laut dulu sih)

 

"Kalau begitu, ayo pergi."

 

Mengikuti suara instruktur, kami berjalan menuju laut. Setiap langkah terasa berat. Sebagian besar mungkin karena pemberat yang terpasang di tubuh kami.

 

Lalu ada beban psikologis juga... Aku memang menantikannya, tapi aku juga tipe yang mudah khawatir, jadi ada sedikit rasa takut. Perasaan itu...membuat langkahku semakin berat.

 

...Kecelakaan tidaklah mustahil.

 

Apakah aku aneh karena memikirkan hal itu, padahal aku akan bersenang-senang menyelam? Saat aku berjalan sambil memikirkan hal ini, Nanami yang berada di sebelahku menyentuhku sedikit.

 

Memang wajar jika kami tidak bisa bergandengan tangan dengan semua pemberat ini, tapi bahkan hanya sentuhan kecil sudah cukup.

 

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa, kalau kamu melakukannya dengan benar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

 

Nanami tersenyum lebar, hampir seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya. Melihat senyuman itu, sedikit kekhawatiran yang ada dalam diriku perlahan-lahan menghilang.

 

Namun, yang kumengerti dari kata-kata Nanami barusan adalah... Bahwa dia pasti bisa melihat kecemasan yang ada dalam diriku...

 

"Ada apa?"

 

"Nn? Kamu terlihat sedikit cemas. Apa aku salah?"

 

"...Tidak, tidak salah."

 

Aku mencoba sedikit berpura-pura kuat, tapi sepertinya Nanami bisa melihatnya dengan jelas. Apakah aku begitu mudah dibaca?

 

Ya, berkat Nanami, semua kekhawatiranku telah menghilang sepenuhnya. Langkahku terasa begitu ringan hingga aku lupa betapa beratnya peralatan itu.

 

"Terima kasih"

 

"Sama-sama."

 

Ketika aku melihat lurus ke depan, aku sudah ada di depan air.

 

Langit biru tanpa satupun awan, laut yang biru... Ombak yang tenang datang dan pergi, membasahi kaki kami. Pantai berpasir putih yang basah oleh laut, dengan cepat mengering di bawah terik matahari.

 

Lalu kami perlahan berjalan dan menjejakkan kakiku ke dalam air. Meskipun mengenakan wetsuit, aku masih bisa merasakan dinginnya air laut.

 

Pada awalnya terasa dingin, tetapi berkat wetsuit, rasanya mulai menjadi lebih hangat. Karena kami sudah masuk ke dalam air hingga ke pinggang kami, aku mulai tidak merasakan beban perlengkapanku lagi.

 

Kemudian kami mulai bersiap untuk menyelam sesuai dengans instruksi dari instruktur...

 

"Kita tidak akan bisa berbicara untuk sementara waktu mulai dari sini”

 

Tepat sebelum dia memasukkan regulator ke dalam mulutnya, Nanami mengatakan sesuatu seperti itu. Ketika aku memikirkannya, itu benar karena kami akan mulai menyelam, jadi berbicara akan mustahil.

 

Aku berharap bisa berbicara sambil menyelam... tapi itu jelas tidak mungkin, dan tidak ada gunanya menginginkan sesuatu yang tidak bisa digapai.

 

Aku memberitahunya kalau kita akan mengobrol nanti setelah semuanya selesai, dan Nanami memberikan senyuman lebar. Karena kita memakai perlengkapan, aku tidak akan bisa melihat senyum darinya untuk sementara waktu.

 

Aku memakai masker dan menggigit regulatorku. Kemudian kami melakukan pengulangan dari latihan sebentar... dan mengikuti instruktur ke laut.

 

Sedikit demi sedikit, tubuhku tenggelam ke dalam air. Air laut yang sebelumnya hanya mencapai pinggang, sekarang membasahi seluruh tubuhku, tapi aku bernapas dengan perlahan tanpa panik.

 

Saat aku perlahan memasuki air, dan wajahku tenggelam sepenuhnya... semua suara di sekitarku menghilang.

 

Suara dari pantai yang kudengar tadi—suara orang berbicara, suara burung, suara ombak—semua hilang dalam sekejap.

Ini lebih sunyi daripada saat aku memakai earphone. Tidak ada suara, dan tentu saja, tidak ada bau juga. Karena kita berada di bawah air, bahkan indra lainku, selain sentuhan, terasa lemah.

 

Mungkin itu sebabnya, penglihatanku terasa sangat jelas.

(Tln: Ketika otak udah tau indra lain ga terlalu berguna, otak lu bisa lebih fokus ke indra tersisa yang lebih dibutuhkan saat itu)

 

Yang hanya bisa kudengar adalah suara napasku sendiri... Meskipun Nanami ada di dekatku, aku tidak mendengar suara darinya. Tentu saja, itu wajar.

 

Itu sebabnya isyarat tangan sangatlah penting. Aku sudah tahu, tapi kali ini aku merasakannya dengan lebih jelas. Kami pun mengikuti isyarat dari instruktur dengan seksama.

 

Mungkin ini masih daerah dangkal, tapi tubuhku sudah sepenuhnya tenggelam dalam air. Tempat yang tidak akan pernah aku datangi dengan normal.

 

Cahaya matahari yang berkilauan mencapai dasar laut, dan aku masih bisa melihat warna-warna dengan jelas. Karena masih perairan dangkal, saat kami bergerak, bayangan kami tercetak di pasir seperti sebuah asap yang sedang beterbangan.

 

Namun, airnya sangat jernih dan aku bisa melihat makhluk-makhluk kecil dan ikan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ketika instruktur menunjuk ke sebuah karang, aku bisa melihat makhluk-makhluk yang bersembunyi di sana.

...Ada sesuatu yang aneh, seperti udang dengan pola garis-garis? Aku tidak tahu. Polanya ada yang hitam-putih, ada yang merah-putih, dengan warna yang sangat unik.

 

(Tln: Mungkin kuda laut?)

 

Kehidupan laut di Hawaii memiliki warna yang tidak akan kita temui di Jepang. Benar-benar misteri sebuah ekosistem...

 

Sebelum aku menyadarinya, Nanami juga berada di sampingku, dan dia terlihat bahagia saat dia mengatupkan kedua tangannya untuk melihat makhluk yang biasanya tidak dia lihat.

 

[Sangat kecil dan lucu ya.]

 

Meskipun aku tidak bisa mendengar suaranya, aku merasa seperti mendengar suara Nanami. Ketika aku memberi respon untuk menunjukkan persetujuanku, aku rasa dia mengerti, karena Nanami memberi anggukan kecil padaku.

 

Mungkin itu sampai padanya.

 

Saat makhluk mirip udang itu naik ke tangan instruktur, dia memberikannya pada kami. Ketika aku menerimanya, udang itu bergerak ke tanganku, seolah-olah berjalan di balik batu.

 

Saat ia berjalan dengan langkah kecil, aku merasakan kakinya yang kecil menepuk tanganku. Rasanya lucu sekali.

 

 

Aku penasaran apa yang dirasakan Nanami, dan ketika aku menunjuk udang itu, awalnya Nanami agak takut, tetapi kemudian dia sepertinya memantapkan pikirannya dan menerimanya.

 

Setelah menerimanya, Nanami mengulurkan tangannya, dan ketika udang itu berjalan di tangannya, tubuhnya gemetar sedikit, bergetar dengan kegembiraan.

 

Mungkin dia sedang gemetar karena terharu. Lucu sekali.

 

Pandangan Nanami terus bergerak bolak-balik antara aku dan udang itu, dan tindakannya sudah terlihat sangat imut.

 

[Imut sekali! Imut sekali, Youshin!]

 

Sekali lagi, aku merasa seperti mendengar suara Nanami. Itu hanya dari imajinasiku berdasarkan gerakannya.

 

Mungkin karena kejernihan airnya, aku bisa melihat ekspresi Nanami melalui kacamata selam dari jarak ini. Dia terlihat sangat senang, dan itu membuatku juga merasa senang.

 

Shizuka-san juga diberikan makhluk laut oleh instruktur, dan dia dengan hati-hati menyentuhnya. Aku tidak bisa melihat ekspresi mereka dari jarak ini, tapi mereka terlihat seperti sedang bersenang-senang.

 

Aku bukan perenang yang baik, jadi aku khawatir apakah aku akan baik-baik saja, tapi sepertinya akan baik-baik saja. Aku merasa kalau akan baik-baik saja, tapi aku masih skeptis.

 

Kami menghabiskan waktu sebentar untuk melihat berbagai hal di area yang dangkal ini, tapi begitu kami terbiasa, instruktur memberi instruksi untuk lanjut, jadi kami mengikutinya.

 

Cahaya matahari langsung yang terlihat seperti pilar perlahan memudar saat kami menyelam semakin dalam.

 

Saat kami bergerak lebih dalam, tingkat warna biru di sekitarnya meningkat. Aku masih bisa mengenali warna-warnanya, tetapi semuanya menjadi lebih biru.

 

Semakin kuat warna birunya, semakin jernih airnya. Mungkin karena tadi daerah yang dangkal sehingga ada pasir yang beterbangan...?

 

Dari tempat kami sekarang, baik dasar maupun permukaan terlihat jauh... dan lebih jauh dalam hal jarak, birunya begitu gelap hingga terlihat seperti biru tua... atau mungkin bahkan hitam.

 

Saat aku melihat ke kejauhan, aku merasa sedikit menggigil.

 

Namun, rasanya aneh memikirkan bahwa kami sekarang berada di dalam laut biru yang kami lihat sebelum menyelam. Semuanya di sekitar kami berwarna biru... bahkan tanah yang terlihat dalam pandangan kami memiliki warna biru yang indah.

 

Seluruh tubuhku dikelilingi oleh air... Rasanya kalau aku panik sedikit saja, aku akan langsung kehilangan arah, baik itu  atas, bawah, kiri, dan kanan.

 

Aku merasakan keindahan dan ketakutan berada di bawah laut pada saat yang sama.

 

Meski begitu, cahaya matahari masih bisa mencapai kami, dan sekitarnya dengan cukup terang. Kami sudah berpindah ke tempat yang lebih dalam, tetapi masih tetap terang seperti ini.

 

Dunia bawah laut yang kulihat di TV dulu begitu gelap gulita... Mungkin karena letaknya jauh di dalam lautan, sehingga sinar matahari pun tidak bisa mencapainya. Sudah kuduga, aku tidak akan bisa sejauh itu.

 

Berada di bawah air seperti ini... entah bagaimana memberiku ilusi seperti mengambang di langit. Inikah rasanya terbang di angkasa? Aku semakin merasakan hal ini karena adanya tenaga dari air.

 

(Tln: Jadi inget ada teori yang bilang kalau air itu portal ke dunia dimana kita bisa terbang tapi tidak bisa bernapas)

 

Saat kami terus menyelam, tiba-tiba aku menyadari ada sebuah titik di mana warna lain bercampur di dunia biru ini.

 

Mengikuti isyarat tangan yang menyuruh kami untuk pergi ke sana… kami menemukan sekelompok ikan berwarna kuning cerah yang berenang bersama.

 

Mungkin karena warnanya, di dunia yang hampir semuanya terlihat biru, tempat itu tampak bersinar seolah-olah bercahaya. Ikan-ikan yang berenang di sana terlihat seindah kelopak bunga yang melayang di udara.

 

Aku bertanya-tanya apakah adegan mai-odori dalam cerita rakyat terlihat seperti ini. Meskipun ini bukan ikan tai atau hirame. Di tengah ikan-ikan yang menari itu, Nanami diarahkan untuk masuk.

 

(Tln: Mai dan Odori, 2 jenis tari tradisional yang paling dasar Jepang)

 

Ikan-ikan itu sedikit menghindari Nanami, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda melarikan diri. Mereka berenang di sekelilingnya seolah-olah dia juga bersinar.

 

Rasanya hampir seperti Nanami telah menjadi salah satu ikan-ikan itu… begitulah pemandangannya kulihat.

 

(Beginikah putri duyung dalam cerita dongeng?)

 

Pemandangan itu begitu indah sehingga aku tak bisa menahan diri membayangkan Nanami sebagai putri duyung, dengan tubuh bagian bawahnya berupa ikan dan bagian atasnya mengenakan bikini. Putri duyung Nanami… pasti menggemaskan.

 

Sulit untuk melihat ekspresi Nanami sekarang karena jarak kami saat ini.

 

Tapi aku merasa bisa melihatnya tersenyum dan bermain dengan ikan. Seperti melihat ilusi , tapi aku yakin... Nanami pasti sedang tersenyum.

 

Saat aku berpikir untuk mendekat, Nanami meluncur mendekatiku. Dengan kebetulan, bersama dengan ikan-ikan di sekitarnya.

 

Kemudian Nanami menggenggam tanganku. Dengan gerakan yang lembut, kami melayang di tempat itu, saling bergandengan tangan, dan dikelilingi oleh ikan-ikan yang berenang.

 

Ketika aku melihat ke arah instruktur, ternyata instruktur sedang mengambil foto kami. Nanami membuat tanda peace() dengan satu tangannya, dan satunya lagi menggengam tanganku

 

Shizuka-san dan Teshikaga-kun juga berenang berpasangan. Karena Teshikaga-kun lebih berpengalaman, dia berenang selagi menarik Shizuka-san.

 

Setiap orang sepertinya cukup atletis. Nanami juga bergerak dengan sangat lancar di bawah air .

 

Saat aku mengaguminya, Nanami, yang di sebelahku membuka lengannya lebar-lebar dan membengkokkan tubuhnya seolah membentuk huruf "C". Apakah ini… yang kupikirkan?

 

(Tln: Mau bikin hati)

 

Aku membuka lenganku lebar-lebar untuk menyesuaikan gerakan Nanami dan membengkokkan tubuhku juga seolah membentuk huruf "C". Mungkin… jika aku menghadap ke arah ini? Saat aku sedabg menyesuaikan, tangan Nanami menyentuh tanganku.

 

Ini mungkin akan membentuk bentuk hati yang besar kan.

 

Karena mengenakan wetsuit, tubuhku lebih sulit digerakkan dibandingkan biasanya, tetapi kupikir hasilnya cukup baik. Instruktur kami pun mengambil foto kami.

 

Bahkan di bawah air, foto bisa diambil… Aku penasaran seperti apa hasilnya? Nanami, yang difoto, terlihat sangat senang. Aku tak sabar untuk melihatnya saat kembali nanti.

 

Tanpa kata-kata, aku merasa senang karena aku bisa memahami apa yang ingin dia lakukan hanya melalui gerakannya.

 

Ketika aku melihat ke arah lain, Shizuka-san dan Teshikaga-kun juga melakukan pose yang sama. Mungkin ini adalah pose klasik di bawah air? Teshikaga-kun terlihat sedikit canggung dengan gerakannya.

 

Setelah itu, kami terus bergerak perlahan melintasi laut.

 

Ini adalah cara yang sangat klise untuk mengatakannya, tetapi lautan itu luas dan besar... dan memiliki biru yang dalam dan jernih seolah-olah bisa menarikmu tanpa akhir.

 

“Bumi itu biru” apakah itu kata-kata yang seseorang ucapkan saat melihat Bumi dari luar angkasa? Meskipun laut adalah kebalikan total dari luar angkasa, rasanya aku bisa mengatakan kata-kata yang sama di sini.

 

Semuanya begitu biru dan indah. Mungkin terdengar klise, namun saat dihadapkan pada pemandangan seperti ini, kita tidak bisa mendeskripsikannya dengan baik.

Saat kami bergerak lebih jauh ke dalam laut, sesuatu yang berbeda dari ikan biasa masuk ke dalam penglihatanku.

 

Bentuknya lebih besar dari ikan biasa, berbentuk persegi panjang, dan ekornya yang panjang . Sekilas itu terlihat seperti layang-layang.

 

anjangnya... jauh lebih besar dari tinggiku. Sekitar enam ekor mungkin sekelompok berenang di dekat kami. Apakah itu ikan pari?

 

Mereka dengan mahir menggerakkan tubuh mereka dan maju lurus ke depan. Seolah-olah mereka adalah burung dalam bentuk itu, dan mengepakkan “sayap” mereka saat berenang.

 

Kami tetap di tempat kami berada dan menyaksikan ikan pari itu bergerak dengan perlahan.

 

Di sebelahku ada Nanami, dan sedikit lebih jauh, aku bisa melihat Shizuka-san dan Teshikaga-kun. Lalu... aku dengan lembut menggenggam tangan Nanami.

 

Setelah akhirnya terbiasa bergerak di bawah air, aku bisa setidaknya melakukan hal ini selama kami tidak banyak bergerak. Tapi ini adalah batas kemampuanku.

 

Aku bisa melihat Nanami menatapku sejenak. Lalu kami melihat ikan pari yang berenang menjauh. Ikan pari itu berangsur-angsur menjadi lebih kecil saat ia berenang perlahan menjauh.

 

Saat mengamatinya, Nanami sedikit menggerakkan tangannya yang sedang menggenggam tanganku. Ketika aku melihat ke arahnya, dia menunjuk ke suatu tempat yang dekat dengan ikan pari itu.

 

Ketika aku melihat ke sana...ada seekor penyu yang sedang berenang. Ini pertama kalinya aku melihatnya secara langsung, dan aku tidak menyangka mereka berenang seperti itu.

 

Mengikuti arahan instruktur, kami berenang menuju penyu laut itu. Cara penyu itu berenang terlihat elegan dan juga menggemaskan.

 

Saat itu... aku perlahan mendongak ke atas.

 

Permukaan air menyebar seperti langit, dan di sana aku melihat cahaya besar bersinar. Itu pasti sinar matahari. Melihat sinar matahari yang memantul di air seperti ini...

 

Nanami juga memandang ke "langit" seperti yang kulakukan, dan kemudian kami saling bertatap muka. Karena jarak yang dekat, aku bisa melihatnya tersenyum padaku.

Setelah itu, Kami melepaskan tangan kami satu sama lain sejenak dan lanjut berenang berdampingan melalui lautan. Pemandangan indah itu, yang sudah indah, terlihat semakin indah karena Nanami yang berada di sisiku.

 

Aku membayangkan apa yang akan kulihat selanjutnya, dan bagaimana kami akan kembali ke pantai… Lalu seperti apa kesan yang akan kami bagikan bersama Nanami. Dengan perasaan semangat akan semua itu, aku terus maju melalui lautan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment
close