NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V10 Interlude 1

 


Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Interlude 1: Hal nakal pertama

 

(Tln: [...] -> pesan)

 

"...Aku mengirimkannya...Aku mengirimkannya...Aku mengirimkannya..."

 

Suaraku, yang kugumamkan secara diam-diam, mungkin tidak terdengar oleh orang lain.

 

Aku menggenggam smartphoneku dengan erat, dengan tenang tapi diam-diam semangatku terus naik.

 

Rasanya seperti ada sesuatu yang menekan kuat di dadaku, yang membuat jantungku berdebar. Seluruh tubuhku terasa gelisah dan gatal, seolah ingin bergerak tanpa alasan.

 

Perjalanan bersama Youshin… yah, ini bukan perjalanan berdua saja—ini adalah study tour sekolah. Sejak pagi, aku selalu bersama dengan yang lain, dan itu menyenangkan juga.

 

Tapi... kita hampir tidak ada waktu untuk berdua.

 

Jadi, um… mengerti kan? Walaupun ini sedikit melanggar peraturan untuk keluar setelah jam malam, aku benar-benar ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya. Berdua saja.

 

Makanya tadi, saat semua orang sudah berkumpul di kamar, aku diam-diam...

 

“Sudah dikirim ya”

 

“Sepertinya sudah”

 

"Ah, mereka akan melakukannya... Enaknya..."

 

"Eh?"

 

Tiba-tiba, kata "kirim" dari Hatsumi dan yang lain mulai terdengar di telingaku berulang-ulang. Eh? Tunggu, mereka… ngomongin apa?

 

Apa ini cuma kebetulan? Tepat ketika aku mengirim pesan ke Youshin, mereka semua tiba-tiba mulai berbisik tentang "kirim"... Sebenarnya apa yang terjadi?

 

Oh, semua orang menatapku.

 

Hatsumi sedikit terkejut, Ayumi menyeringai, dan Kotoha terlihat... iri. Etto, kenapa mereka melihatku seperti itu?

 

"Nanami-chan… Kamu ngajak Misumai-kun keluar malam-malam… Wah, kamu mau melakukannya ya? Bahkan aku tidak berani mengajak Taku-chan untuk itu. Aku memang membiarkan dia meremas dadaku sih.”

 

"Tunggu, Kotoha-chan !? Aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan melakukannya oke?! Juga, apa yang kamu biarkan dia lakukan?! Apa yang kamu lakukan?! "

 

Dengan pengumuman tiba-tiba itu, Hatsumi dan yang lainnya sekarang mengalihkan pandangan mereka ke arah Kotoha-chan juga.

Kotoha-chan sedang memakai baju tidur dengan model bahu terbuka yang cukup seksi, jadi aku tanpa sadar memandangi dadanya. … Itu yang dia biarkan disentuh?

 

Tidak, meskipun dia memberiku tanda peace() dengan senyum bangga di wajahnya...

 

Tapi, lebih penting lagi...

 

"Kenapa semua orang tahu kalau aku...mengajak Youshin...?"

 

Sementara aku bingung dengan timing yang sempurna itu, ketiganya saling bertukar ekspresi yang sedikit bingung.

 

"...Bukan karena sengaja ya"

 

Eh? Maksudnya apa…? Dengan perlahan, Hatsumi menunjukkan layar ponselnya padaku.

 

aku memiringkan kepalaku lalu melihat ke layar, dan masih dengan kepala miring… mataku perlahan mulai melebar. Begitu lebar sampai rasanya seperti hampir keluar.

 

Aku tidak bisa bersuara, lalu mengalihkan pandanganku ke ponselku sendiri, dan bergantian melihat antara ponselku dan ponsel Hatsumi.

 

Pesan yang kukirim ke Youshin... Ada di kedua layar ponsel kami.

 

Mengapa?!

Bahkan setelah membandingkannya dengan ponselku, isi pesannya sama persis. Pesanku yang mengajak Youshin… tanpa ada satu kata pun yang berbeda. Saat aku masih bingung, aku memperhatikan layar dengan lebih saksama dan…

 

"Ah..."

 

"Kamu tidak sadar ya..."

 

Ketika aku melihat lebih dekat, aku menyadari kalau di layar yang menampilkan pesan itu, selain aku dan Youshin… pesan dari Hatsumi dan yang lainnya juga terlihat.

 

Ini... mungkinkah...?

 

“Kamu mengirimnya ke grup chat tim kita~?”

 

Seolah menguatkan keterkejutanku, Ayumi memberikan serangan susulan. Itu benar. Bahkan setelah aku melihat layar ponselku, pesan itu ternyata tidak terkirim ke Youshin pribadi, melainkan ke grup chat kelompok kami.

 

Si-sial... Aku terlalu berusaha sembunyi-sembunyi sampai salah kirim ke chat yang salah.

 

Benar juga, Biasanya, karena aku sering kirim pesan ke Youshin, namanya selalu di urutan paling atas. Tapi sejak kami sampai di Hawaii, grup chat jauh lebih aktif.

 

Jadi, waktu aku pilih berdasarkan urutan, itu bukan Youshin… Ugh… aku gagal… Lebih tepatnya, ini sangat memalukan…

 

Yang berarti, mungkin saja sekarang disana…?

 

*Bon!* Rasanya seperti ada suara yang meledak dari dalam tubuhku, dan seluruh badanku mulai terasa panas. Rasa malu yang begitu luar biasa membuatku ingin bergerak dengan alasan yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

 

“Tapi, yah, langsung di hari pertama? Ini bukan cepat lagi, ini super kilat.”

 

"Tidak, tidak, kalau aku ke sini sama kakakku, aku juga bakal gitu~. Malah aku menginap saja di kamarnya.”

 

"Kurasa aku harus mencoba mengundang Taku-chan lagi... Tapi tentu saja, akan buruk jika mengundangnya ke ruangan ini... Kalau Nanami-chan pulang di tengah-tengah akan bahaya”

 

“Tunggu, Ketua, apa yang sebenarnya kamu rencanakan?”

 

Mereka bertiga mengatakan apapun yang mereka inginkan sambil menatapku karena aku terlihat bingung. Ya, Kotoha-chan dan aku berada di ruangan yang sama, jadi akan sangat canggung jika aku kembali saat mereka masih bersama.

 

Di kamar Youshin ada Kenbuchi-kun, jadi dia tidak bisa menginap di sana… Tunggu, itu bukan inti masalahnya. Ah, mou… Bagaimana ini?

…Tapi, syukurlah aku salah kirim ke grup kelompok. Kalau aku mengirimnya ke grup kelas atau semacamnya…

 

Uwah, cuma membayangkannya saja sudah membuat punggungku terasa dingin.

 

"Tapi yah, Nanami yang diam-diam bertemu pacarnya, itu seperti belajar kebiasaan buruk… Ibumu ini sangat senang…"

 

"Kamu bukan ibuku... Juga, itu membuatmu bahagia...?"

 

Hatsumi mengatakan hal aneh sambil pura-pura menangis… dan Ayumi ikut-ikutan menirunya. Tapi kalau Kotoha-chan yang melakukannya, itu rasanya salah.

 

"Tapi serius... Baguslah karena kamu tidak jadi bisa diam-diam pergi."

 

"Iya… kalau kamu pergi tanpa sepengetahuan kami, kami pasti akan panik."

 

"Memang... Itu kesalahan yang baik. Mungkinkah dia kikuk?"

(Tln: Kikuk -> ceroboh)

 

“Tidakkah kalian terlalu kejam?”

 

Tidak perlu sampai mengatakan kalau kesalahanku adalah hal yang baik... Aku sedikit ingin ngambek tapi sepertinya bukan itu masalahnya.

 

Hatsumi mengangkat jari telunjuknya dan mulai menggerakkannya ke kiri dan kanan dengan gerakan yang agak berlebihan. Meskipun dia melakukan itu, aku masih tidak mengerti apa yang ingin dia katakan.

 

"Seperti yang diharapkan darimu... Jika Nanami tiba-tiba menghilang, kami semua pasti akan khawatir kan?."

 

"Ah..."

 

Sebuah argumen yang sangat logis muncul. Benar, kita bukan di Jepang, kita di Hawaii... Kalau aku diam-diam pergi begitu saja, pasti akan buruk.

 

“Dan juga, di saat seperti ini, cerita kita harus saling menyesuaikan.”

 

"Begitu...kah?"

 

"Yep. Kalau ada guru yang datang patroli ke kamar... kami harus siap mengatakan kalau kita tidur dengan benar di kamar, atau cara lain untuk menipunya."

 

Ah, jadi itu maksudnya. Tapi yah, itu juga masuk akal sih. Hmm, aku tidak terlalu sering melakukan hal-hal seperti melanggar aturan, jadi...

 

Saat aku melirik ke arah Kotoha-chan... dia mengacungkan jempolnya dan ekspresinya seperti mengatakan percaya padaku

 

"Serahkan saja padaku. Aku akan menggunakan semua kepercayaan yang sudah kubangun sebagai ketua kelas untuk menutupinya."


"Kotoha-chan... kamu sangat bisa diandalkan...!"


"Itu sebabnya, kalau aku melakukan hal seperti ini dengan Taku-chan, kamu juga harus membantuku ya."

 

Dia cukup pintar memanfaatkan situasi ini, tapi jujur, itu memang penting juga. Aku belum pernah melakukan hal seperti ini dengan temanku sebelumnya, jadi... diam-diam aku merasa sedikit bersemangat.

 

Rasanya seperti sedang melakukan sesuatu yang terlarang. Bukan hanya terasa, ini memang benar-benar bukan sesuatu yang baik.

 

"Nanami benar-benar tumbuh ya."

 

“Apakah ini yang dibilang tumbuh…?”

 

Seperti yang diharapkan, Hatsumi bergumam dengan ekspresi penuh emosi. Dari sudut pandangku, komentar itu memunculkan banyak pertanyaan... tapi kemudian Hatsumi meraih bahuku dengan tegas.

 

"Kalau... Bagaimana kalau, bagaimana kalau! Kalau nanti kita pulang ke Jepang dan kamu menghabiskan malam bersama Misumai, aku akan bilang 'Nanami sedang menginap di rumahku!' "

 

“Ah, di rumahku juga boleh~?”

 

“Di aku juga tidak masalah?”

Setelah Hatsumi mengatakan itu, kedua lainnya langsung mengikutinya juga. Jujur saja, aku tidak bisa membayangkan hal itu benar-benar terjadi setelah kita kembali ke Jepang...

 

Meskipun begitu, rasanya perjalanan ke Hawaii ini menurunkan batasanku untuk melakukan sesuatu yang sedikit terlarang. Suatu hari nanti, apa aku akan meminta benar-benar bantuan Hatsumi seperti itu?


Saat aku tenggelam dalam pikiran tentang masa depan, ponsel di tanganku berbunyi.

 

"Ah, Youshin membalasnya..."

 

Balasannya cukup lama, tapi akhirnya Youshin merespon pesanku... atau lebih tepatnya, di grup chat. Tentu saja, Hatsumi dan yang lainnya bisa melihatnya juga.

 

Meskipun aku berpikir, ‘Kenapa sih harus balas di sini dengan formal banget...’ , aku tetap tersenyum membaca jawabannya. Melihat itu, Hatsumi dan yang lainnya juga tertawa kecil tanpa sengaja.

 

“Meskipun kalian datang ke Hawaii… Kalian masih sama seperti biasanya ya.”

 

"Mesra banget ya~. Seperti yang kuduga, liburan dengan pacarmu itu enak ya~..."

 

"Ceh... pamer saja..."

 

Ketiganya, masing-masing dengan cara mereka sendiri, menunjukkan ekspresi yang campur aduk antara heran, iri, dan sedikit kesal. Aku juga bisa merasakan sedikit cinta dari balasan Youshin.

 

Walau rasanya sedikit malu dilihat oleh mereka, aku kembali membaca pesan Youshin, dan menelusuri huruf-hurufnya dengan jariku sambil mencoba menahan senyuman yang tidak bisa hilang dari wajahku.

 

[Benar juga, hanya kita berdua… Karena kita sudah di sini, bagaimana kalau kita berdua... lihat langit malam?]

 

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

 

Aku akhirnya bertemu Youshin dengan cukup mudah di lobi hotel. Ini sedikit mengingatkanku pada saat kami pernah janjian untuk kencan beberapa waktu lalu. Meski kali ini, tidak seribet itu.

 

Dia sudah duduk di salah satu kursi besar di lobi, dan aku berlari kecil menghampirinya.

 

“Apakah kamu menunggu?”

 

"Tidak, aku juga baru saja sampai."

 

...Ohh, percakapan yang terasa seperti pasangan banget. Yah, memang kami ini pacaran, tapi jarang-jarang ngobrol seperti ini.

Terakhir kali kami kencan dengan janjian seperti ini mungkin waktu ulang tahunku. Setelah itu, kami lebih sering jemput-menjemput di rumah masing-masing.

 

Aku rasa, aku ingin kencan dengan suasana "janjian dan menunggu" lagi. Mungkin hari ini juga bisa dihitung sebagai salah satunya?

 

Aku duduk di kursi besar yang ada di depan Youshin. Kursinya begitu besar sampai rasanya aku bisa tenggelam di dalamnya. Dari belakang, mungkin kelihatan seperti kursiku terlihat kosong sama sekali.

 

"Yahh... Hari ini cukup melelahkan ya..."

 

"Benar... Sekali lagi, terima kasih atas kerja kerasmu..."

 

Kami berdua akhirnya bisa bernapas dengan lega. Setelah seharian penuh dengan kegiatan sekolah, rasanya menyenangkan bisa bersama Youshin berdua saja seperti ini. Rasanya nyaman dan familiar, seperti kembali ke rutinitas biasa.

 

Jika diperhatikan lebih dekat, ternyata ada orang lain yang duduk di kursi-kursi sekitar kami. Beberapa wajah yang kukenal dari sekolah kami dan sepertinya ada juga pasangan baru menikah, semuanya sedang asik mengobrol.

 

Agak meyakinkan untuk mengetahui kalau kita bukan satu-satunya yang ada di sini. Namun, kegembiraan itu mungkin sedikit memudar ketika aku bertanya-tanya apakah hanya kami yang melakukan sesuatu yang buruk .

 

"Hari ini menyenangkan... Ini pertama kalinya aku melihat perkebunan kopi."

 

 

"Benar! Selain itu, buah kopi ternyata sangat manis . Aku terkejut."

 

"Aku tidak menyangka bisa dimakan begitu...Ngomong-ngomong soal tidak nyangka, siapa yang menyangka kita akan makan siang hamburger lalu steak untuk makan malam—Daging terus-terusan!."

 

“Kalau aku, bukan soal daging terus-terusan sih—tapi ukurannya! Apalagi steak malam tadi. Kalau kamu tidak bantu makan, aku tidak akan bisa menghabiskannya~.”

 

“Aku sih tidak menyangka kamu akan ‘a~n’ aku pas makan siang dan malam....”

 

"Saat makan siang, kupikir kamu mungkin ingin mencoba punyaku tahu~."

 

Pas makan malam, semua dapat menu yang sama, tapi makan siangnya itu pilihan antara burger atau loco moco. Karena Youshin pilih burger, aku memutuskan untuk memilih loco moco.

 

Aku memberi Yoshin loco mocoku dan memakan sedikit hamburgernya...

 

“Aku tidak menyangka kamu akan langsung menggigit hamburgerku Nanami."

 

“Aku terbawa suasana liburan.”

 

Aku meletakkan tanganku di kepalaku dan memberikan senyuman yang sedikit nakal. Youshin, yang sepertinya memahaminya, hanya tersenyum masam, seolah berkata “Yah, mau bagaimana lagi.”

 

Tapi terbawa suasana liburan itu memang benar.

 

Tapi dengar, aku rasa aku pantas dipuji karena tidak menggigit bagian yang sudah Youshin makan duluan. Aku berhasil menjaga akal sehatku. ...Mungkin.

 

Setelah itu kami ngobrol sebentar sambil mengenang kenangan hari ini. Walaupun ini di Hawaii, kami tetap saling berbagi apa yang kami rasakan seperti biasanya.

 

Ngomong-ngomong, soal “langit malam” yang Youshin bilang tadi... itu maksudnya apa, ya? Apa cuma semacam kalimat ajakan tanpa makna lebih?

 

Atau, jangan-jangan, kami akan keluar nanti? ... Tidak mungkin sih.

 

Tidak ada apa-apa di sekitar hotel, dan rasanya keluar malam itu bukan ide bagus. Kalau pun ada sesuatu, mungkin cuma pantai?

 

Saat itulah aku mulai berpikir mungkin aku bisa melihat langit malam dari kamarku .

 

"Oke... kalau begitu, ayo pergi sekarang."

 

“Eh? Kemana?”

 

"Nn...benar juga, karena sudah disini... Ikuti aku."

 

Aku mengambil tangan Youshin yang diulurkan dan berdiri. Hal semacam ini sudah jadi terasa alami sekarang.

 

Kurasa itu karena aku sudah terbiasa, tapi aku jadi agak kangen dengan Youshin yang dulu suka malu-malu waktu mengulurkan tangannya. Rasanya sedikit disesalkan.

 

Yah, mungkin aku juga sudah berubah sih.

 

Kami pun mulai berjalan sambil berpegangan tangan. Di tengah jalan, anak-anak dari kelas lain yang kami lewati sempat menggoda kami, dan bahkan beberapa menyarankan tempat yang bagus untuk kami berdua sendirian.

 

“Kalian berdua, bahkan saat liburan masih akur ya.”

 

“Bagaimana kalau kalian berpisah untuk sementara selama liburan?” (Tln: Iri bilang bos)

 

“Misumai, Aku tahu tempat menyelinap yang bagus untuk berdua dengan cewek itu. Mau kuberi tahu?.”

 

Youshin menanggapi komentar itu dengan senyuman yang sedikit canggung, sambil melambaikan tangan. Dia bahkan sempat berkomentar, "Bahasanya kuno sekali ya."

 

...Tapi Youshin sebenarnya mau kemana?

 

Begitu aku memikirkannya, tiba-tiba aku merasa gugup. Semakin jauh kami berjalan, semakin kencang jantungku berdegup, seperti sedang berdetak lebih kuat.

 

Tidak, karena… Youshin… kok kayaknya dia berjalan ke arah yang semakin sepi…

(Tln: Seggggggggggg-)

 

Langkahnya seperti pasti dan tidak ada keraguan. Tapi anehnya, meskipun kami masih di dalam hotel, suasananya semakin gelap, dan orang-orang semakin jarang terlihat.

 

Kata-kata yang tadi sempat kami dengar kembali terputar di kepalaku.

 

‘Aku tahu tempat menyelinap yang bagus untuk berdua dengan cewek itu. Mau kuberi tahu?.’

 

Menyelinap... Menyelinap apa?! Apa yang akan kamu lakukan?

 

Aku percaya sama Youshin… atau lebih tepatnya, karena aku percaya padanya, aku yakin nggak ada yang aneh-aneh… Tapi tetap saja, entah kenapa aku merasa sedikit… antusias.

 

…Antusias? Ada apa dengan debaran di dadaku ini… Apa karena aku sedang menantikan sesuatu?

(Tln: Menantikan seeeeeeeeeeeeegggggggggggg--)

 

Hmm, menurutku itu juga terasa sedikit berbeda... Tapi, jika hal seperti itu memang terjadi... Aku rasa aku tidak akan menolaknya.

Lagipula, Kotoha-chan mengatakan... dia membiarkan pa... payu... payudaranya disentuh. Aku juga pernah bilang ke Youshin sebelumnya untuk menyentuh milikku.

 

Aku tidak tahu apakah Youshin bisa merasakan seberapa gugupnya diriku, tapi tanpa sepatah kata pun, kami terus berjalan bersama.

 

Sambil berpegangan tangan, Yoshin berjalan sedikit di depanku, dan aku mengikuti sedikit di belakangnya. Sungguh... Kita mau kemana?

 

Dengan jantungku yang berdebar, yang bercampur antara antusias dan cemas... Aku merasakan kegembiraan seperti anak kecil mengalir dalam diriku.

 

Saat kami berjalan di lorong yang sedikit redup, aku merasakan angin hangat yang lembut. Karena AC hotel menyala, sepertinya ini angin dari luar?

 

Aku tahu Yoshin sedang menuju ke luar, tapi kemana dia ingin pergi? Aku tidak bisa membayangkan kami akan pergi ke tempat yang aneh...

 

Saat kami sampai di ujung lorong, tidak ada pintu, hanya ruang terbuka yang mengarah ke luar. Begitu keluar, angin malam dengan lembut menyentuh pipiku.

 

Udara sedikit hangat, tapi tetap terasa nyaman.

 

"Apakah ini...di tepi kolam renang?"

 

“Ini lebih mirip lobi daripada di tepi kolam renang… Mungkin?, tapi kita bisa ke kolam renang dari sini.”

 

“Ah , benar...Terlihat indah ya."

 

Kolam renangnya diterangi dengan cahaya, namun di sekitarnya hampir tidak ada lampu lain. Ada orang yang bermain di kolam, tapi benar-benar hanya beberapa orang saja.

 

Mungkinkah Youshin, ingin bermain air sekarang? Tapi aku tidak membawa baju renangku...

 

"Nanami, lewat sini."

 

"Ah, un..."

 

"Pemandangan dari sini... katanya sangat indah."

 

Youshin kemudian menarik tanganku dan duduk di salah satu kursi besar yang mirip dengan tempat tidur. Aku mengikuti dan duduk di kursi di sampingnya...

 

"Wahh..."

 

Itu adalah pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya.

 

Lampu-lampu menerangi lantai dan kolamnya, dan pantulan cahaya itu juga menerangi pohon kelapa di sekitarnya. Bentuk cahaya itu tidak tetap dab membentuk lingkaran besar dan titik-titik di udara.

Di kejauhan... aku bisa melihat pantai. Pasirnya sedikit diterangi cahaya, dan di seberangnya, dunia hitam pekat terbentang... Kemungkinan besar itu adalah lautan.

 

Tampak bulan yang terlihat di langit terpantul di air juga.

 

Seolah bulan menjadi dua... perbandingan antara putih dan hitam yang sangat indah. Bisa melihat kolam renang dan lautan bersama... Betapa indahnya pemandangan ini.

 

"Saat senja, matahari yamg terbenam ke laut... katanya itu sangat indah"

 

“Benar… bagaimana kamu tahu?”

 

Untuk berpikir ada pemandangan seperti ini... Itu tidak tertulis di brosurnya, dan karena aku tidak melihat siswa dari sekolah kami di sini, jadi mungkin tidak ada yang tahu tentang tempat ini.

 

Yoshin yang terlihat sedikit malu... Menjawabku.

 

“Aku bertanya kepada staf hotel. Apakah ada tempat di hotel di mana aku dan pacarku bisa melihat pemandangan yang indah?”

 

"Jadi itu sebabnya kamu menunjukkannya padaku sekarang. Apa yang dikatakan oleh staf hotel itu?"

 

“Um… Itu… ini adalah tempat yang direkomendasikan untuk pengantin baru… O-orang sini ternyata bisa mengerti bahasa Jepang dengan baik ya! Tadinya aku akan bertanya dengan bahasa Inggris tapi ternyata tidak perlu! ”​

 

Youshin berbicara dengan cepat seolah menutupi sesuatu. Yang paling membuatku senang adalah bahwa dia bertanya tentang hal itu. Tapi aku mengerti, tempat ini memang direkomendasikan untuk para pengantin baru...

 

Aku penasaran apakah tindakanku tadi membuatnya berpikir begitu? Mungkin awalnya dia hanya bercanda, tapi reaksi kami yang bagus membuatnya terus mengikutinya saja.

 

“Indah sekali… Apakah mungkin karena begitu banyak cahaya yang membuat ktia tidak bisa melihat banyak bintang?”

 

"Hei, Youshin... Bolehkah aku ke situ?"

 

"He?"

 

Tanpa menunggu jawaban dari Youshin yang masih membicarakan pemandangan seolah menutupi sesuatu, aku duduk di kursinya.

 

Seperti yang aku harapkan, kursi ini cukup panjang untuk meregangkan kakiku... dan cukup luas untuk kami berdua duduk bersama. Dan mungkin karena ini dirancang untuk orang Hawaii, kursi ini cukup lebar untuk aku dan Youshin.

 

Kursi ini, termasuk yang lain, mungkin juga untuk pasangan pengantin baru. Kami duduk berdampingan, melihat langit malam dan menikmati pemandangan. Dapat melihat pemandangan malam seperti ini, betapa indahnya momen ini.

 

Bisa melihat pemandangan malam seperti ini, betapa indahnya.

 

"Benar-benar cantik, ya...? Tidur sambil melihat pemandangan seperti ini pasti terasa luar biasa."


"... Nanami, kamu bahkan lebih cantik."


"Apa maksudnya itu? Aku senang, tapi... kamu hanya ingin mengatakannya kan? Dengan pemandangan secantik ini... bukan hal aneh untuk menganggapnya lebih cantik."


"Itu tidak benar. Tapi ya, pemandangannya memang indah, dan Nanami sama cantiknya dengan pemandangan ini... hanya itu yang kupikirkan."

 

Sama cantiknya... Itu membuatku lebih senang. Dengan pemandangan seindah ini, rasanya bangga karena tidak kalah cantik dari pemandangannya.

 

Youshin juga tidak kalah... Keren? Tapi membandingkan kekerenan dengan pemandangan—apakah itu bisa dianggap pujian?

Tidak, meskipun aneh. Katakan saja.

 

“Yoshin sama kerennya dengan pemandangannya.”

 

"Membandingkan kekerenan dengan pemandangan...? Tapi, terima kasih."

 

Dengan sedikit malu tapi tetap senang, Youshin tersenyum malu-malu. Keren dan imut. Bagiku, itu senyum terbaik di dunia bagiku.


Setelah itu, kami terdiam sejenak sambil menatap pemandangan, tapi..

 

"Nee, Nanami... bolehkah aku menyentuhmu sebentar?"

 

"...Kamu mau melakukan sesuatu yang nakal?"

 

“Tidak, tidak, tidak, kenapa jadi seperti itu?”

 

Aduh, aku malah mengucapkan sesuatu yang merusak suasana. Tapi, yah, tahu sendiri kan, ketika Youshin tiba-tiba memberiku tatapan penuh gairah seperti itu....

 

Jantungku berdebar, yang membuatku secara tidak sengaja bertanya. Itu bukan penolakan, hanya untuk memastikan saja.

 

Tetapi, yah, tempat ini benar-benar terbuka, dan kalau kita bisa melihat sisi lain, maka mereka juga bisa melihat kita....

 

Untuk pertama kali, itu rintangan yang terlalu tinggi. Bukan berarti aku sedang mempersiapkan “pertama kali” atau semacamnya.

 

Ketika aku berkata dengan pelan "Boleh", Youshin dengan lembut meletakkan tangannya di pipiku saat dia berdiri di sebelahku. Rambutku sedikit terhelai jatuh dan menyentuh tangannya.

 

Dia membelai pipiku dengan lembut. Tangan Youshin memang besar dan lembut, namun juga memiliki kekuatan yang khas seorang pria.

 

Saat itu juga, aku dengan perlahan menutup mataku.

 

Tiba-tiba, tangannya tampak ragu, bergerak dengan canggung seolah bimbang, tapi setelah beberapa saat... tangannya menjauh. Aku... merasakan dadaku dipenuhi harapan.

 

Kemudian, bersamaan dengan sensasi lembut, terdengar bunyi *cup* kecil seperti terkena sedikit air.

 

Ciuman yang singkat, hanya sentuhan lembut.

 

Berada di tengah pemandangan seindah ini, dan melakukan hal seperti ini—rasanya benar-benar seperti dalam sebuah cerita atau mimpi.

 

Youshin perlahan menjauh, dan aku membuka mataku seiring dengan gerakannya. Tepat di depanku, aku melihat wajah Youshin dengan senyum malu-malu namun manis.

 

Aku pun merasa bahagia, dan ingin menyentuh bibirnya lagi ketika...

 

"Jangan terlalu berlebihan di luar, ya, Siswa-kun dan Siswi-chan. Tidak, mungkin Otaku-kun dan Gyaru-chan? Oh, tunggu, apa mungkin lain lagi?"

 

Aku mendengar suara orang ketiga.

 

Ketika seseorang sangat terkejut, mereka akan bisa benar-benar tidak dapat berbicara. Baik aku maupun Youshin terlalu terkejut untuk berbicara, dan kami mengarahkan pandangan kami ke arah sumber suara itu.

 

Di sana berdiri wajah yang familiar... Guru UKS, basah kuyup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia mengenakan pakaian renang yang sangat seksi....

 

Tunggu… apa itu? Bagaimana bentuknya? Bikini...? Atau one-piece...? Apa kita bisa berenang dengan itu? Apa tidak akan tumpah kalau bergerak sedikit...?

 

(Tln: Apanya tuh yang tumpah)

 

Seluruh tubuhnya basah oleh air, dan tetesan-tetesan air menempel di kulitnya seperti permata. Tetesan itu perlahan jatuh seiring waktu, membasahi lantai di bawahnya.

 

Biasanya dia tertutup dengan jas lab putihnya, jadi tidak pernah terpikirkan... tapi guru itu... ternyata menyembunyikan bentuk tubuh yang luar biasa... proporsinya sangat bagus. Lekukan tubuh yang indah yang benar-benar cocok dengan pakaian renang yang berani itu.

 

Memantulkan cahaya dari lampu-lampu, rasanya seperti guru itu sendiri yang bersinar. Kalau ada yang bilang dia seorang model gravure, aku pasti akan percaya.

 

(Tln: Model gravure itu ya model buat foto-foto agak ero)

 

"S-Se-Sensei... kenapa Anda di sini? Tapi pakaian itu... luar biasa ya?"

 

..Aduh, tadi aku melamun, tapi melihat seorang wanita dengan pakaian se-seksi ini—Youshin pasti akan...Tunggu, Youshin malah dengan sengaja memalingkan wajahnya supaya Sensei tidak masuk ke pandangannya.

 

Aku merasa sedikit lega....

 

"Kenapa, kau tanya? Suamiku sedang merasa kesepian, jadi kupikir aku akan mengenakan pakaian renang yang dia suka dan mengirimkan fotonya. Tapi pakaian renang ini pasti berbahaya untuk mata para remaja, kan? Itulah sebabnya aku diam-diam pergi ke kolam renang setelah jam malam ketika tidak ada orang.... Tapi kenapa si siswa laki-laki itu memalingkan wajahnya?"

 

"Lihat juga tidak apa-apa... aku tidak akan merasakan apa-apa untuk siapa pun selain suamiku" tambah Sensei. Aku sudah curiga sebelumnya, tapi orang ini... dia tipe yang sama dengan Ayumi....

 

"Oh, mungkin aku tidak seharusnya mengatakan itu di depan pacarnya ya? Tapi kenapa dia memalingkan wajahnya? Sepertinya di depan pacarnya akan buruk ya?"

 

"Tidak, meskipun aku melihat siapa pun selain Nanami, mungkin aku tidak akan merasakan apa-apa... tapi kalau-kalau aku merasakan sesuatu, kupikir Nanami mungkin akan membencinya...."

 

"...Sepertinya aku melihat sekilas sisi gelapmu. Bukannya itu salah, itu adalah hal yang normal, tapi kamu benar-benar dicintai ya siswi-chan?"

 

(Tln: Sebenarnya dari JP nya danshi seito / joshi seito, siswa untuk cowok ama cewek, tapi biar menarik siswa-kun / siswi-chan aja aowkkw)

 

Sensei itu lalu tersenyum dan meletakkan tangannya di pinggulnya. Begitu, jadi foto seperti itu yang dia ambil untuk suaminya

 

“Bukankah itu sangat tidak senonoh?”

 

“Benar, itulah tujuannya.”

 

Dia dengan mudah mengatakannya.

 

"Aku akan memberitahu kalian berdua ini, hal-hal cabul atau seksual pada dasarnya tidaklah buruk. Semua tentang bagaimana kalian akan menggunakannya. Dan juga, laki-laki itu menyukai hal seperti ini bukan?“

 

" Jika kamu berbicara denganku, aku tidak akan mengerti..."

 

“Baiklah, kenapa siswi-chan tidak mencobanya? Setelah itu kamu akan mengerti.”

 

Sensei pun tertawa ringan selagi dia memegang tali baju renangnya , dan memainkannya dengan menjauhkan talinya dari tubuhnya lalu meregangkannya. Menonton itu sangat menegangkan.

 

Youshin...masih tidak memandang ke Sensei. Aku merasa sedikit lega. Bahkan jika Youshin melakukannya, perasaanku akan campur aduk.

 

“Ini sudah lewat waktu untuk lampu mati, jadi sebaiknya kalian kembali ke kamar. Aku akan berpura-pura tidak melihat apa pun di sini.”

 

Guru itu lalu berbalik, melambaikan tangannya, dan pergi. Melihat punggungnya…Aku bahkan lebih terkejut. Dari belakang, dia terlihat seolah telanjang... Hanya ada tali renangnya yang tipis...

 

Syukurlah... Youshin tidak melihatnya... Aku benar-benar lega...

 

Setelah itu, hanya aku dan Youshin yang tersisa.

 

Tapi, ternyata sudah selarut ini, waktu tidur sudah lewat? Memang selalu seperti itu, tapi waktu cepat berlalu saat kita sedang bersenang-senang.

 

"Youshin, melihat ke sini sudah aman tahu~."

 

"Ah, un. Terima kasih. Bagaimana kalau... Kita segera kembali?"

 

Memang benar, kita juga sudah ketahuan sama Sensei, jadi ini waktu yang tepat. Kalau begitu, ayo kembali... Kali ini aku yang mengulurkan tanganku padanya.

 

Berbeda dengan sebelumnya, Youshin sedikit terkejut. Ketika aku tersenyum hingga gigiku terlihat, dia juga tersenyum dan meraih tanganku.

 

Ini mengakhiri hari pertama kami di Hawaii.

 

Lagi pula, laki-laki menyukai hal semacam itu... ya...

 

Aku ingin tahu apakah Youshin juga seperti itu?


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment
close