Penerjemah: Eina
Proffreader: Eina
Interlude 3: Hadiah
Rahasia
Akhirnya... Akhirnya aku mandi
bersama Youshin!!
Ini adalah peristiwa sekali seumur
hidup. Sebenarnya aku tidak berencana melakukan ini sama sekali, tapi setelah
berkonsultasi dengan Hatsumi dan lainnya serta Peach-chan, akhirnya itu
terjadi. Bagaimana bisa seperti begitu?
Yah, Hatsumi dan yang lainnya
dengan tegas mengatakan agar aku tidak melepas baju renangku. Tentu saja aku
tidak akan melakukan nya. Tapi, anehnya, Peach-chan malah menyuruhku
melepasnya—Maksudnya apa?
Anak SMP jaman sekarang memang
menakutkan.
(Tln: Real)
Bagaimanapun juga, aku tetap memakai
baju renangku... Aku memang ingin menunjukkan baju renang baruku karena sudah
terlanjur membelinya. Jadi, ini seperti hadiah ditambah dengan pamer baju
renang.
...Sebenarnya, aku sempat berpikir,
apakah baju renangku bisa dianggap sebagai hadiah?
Maksudku, bukankah ini agak
terlambat? Aku sudah beberapa kali memakai baju renang sebelumnya, bahkan pagi
ini pun aku dan Youshin sama-sama memakai baju renang kami di pantai.
Bukankah ini malah jadi terasa membosankan...?
Tapi aku tidak bisa menanyakannya
langsung pada Youshin. Aku hanya bisa terus mendekatinya seperti ini—Bagaimana
kalau dia bosan? Karena itu, aku harus mencari cara baru agar tetap terlihat
menarik.
Cara baru... ya, cara baru.
Kali ini, caranya adalah dengan
mandi bersama.
Aku juga harus berterima kasih pada
Kenbuchi-kun. Tentu saja aku tidak mengatakan bahwa kami akan mandi bersama.
Aku hanya bilang ingin berduaan dengan Youshin sebentar, dan dia langsung
semangat membantuku.
Dia bahkan bilang "Bantu aku
juga nanti ya" tapi... Memangnya dia punya rencana?
Berkat bantuan Hatsumi, Peach-chan,
dan Kenbuchi-kun, akhirnya aku dan Yōshin bisa merasakan sesuatu yang tidak
bisa kami lakukan di Jepang, yaitu mandi bersama.
Atau lebih tepatnya, kami sedang
mandi bersama sekarang.
Sebelum datang ke kamar Youshin,
aku sangat gugup. Aku terus berpikir bagaimana cara mengajaknya mandi
bersamaku, tapi pada akhirnya, semua berjalan lancar.
Kalau dipikir-pikir lagi, ini
memang agak berantakan dan cukup berani, tapi setidaknya kejutan ini berhasil.
Skenario
paling buruk, aku sebenarnya sudah siap bilang "Ayo mandi bersama! "
Tapi untungnya aku tidak perlu melakukan itu. Aku hanya mengirim pesan ke semua
orang "Aku berangkat!"
Aku penasaran, balasan seperti apa
yang aku terima? Agak takut juga untuk melihatnya...
"Ehehe... hangat..."
"Y-ya... Hangat
ya..."
Merasakan Youshin di punggungku,
aku menyandarkan tubuhku sedikit ke belakang. Ini akan membuatku lebih bisa merasakan
tubuhnya.
Airnya tidak begitu panas, hanya
sedikit hangat... Kurasa suhunya turun karena kami masuk berdua. Tapi ini hangat.
"...Nanami, kapan kamu mulai
memikirkan hal ini?"
"Hmm... Tidak, aku benar-benar
tidak memikirkannya sampai menit terakhir. Aku baru mengambil keputusan setelah
berkonsultasi dengan semua orang..."
"Mungkin... Peach-san
juga?"
"Ya. Apakah dia mengatakan
sesuatu?"
Yoshin memegangi kepalanya dan
bergumam “Dia bilang ‘Semoga beruntung’ ”.Selagi dia bergumam, dia juga
menurunkan wajahnya jadi wajah Youshin menyentuh bahuku.
Aku sedikit...Sedikit terkejut.
"Sekarang setelah
kupikir-pikir, ini pertama kalinya aku melakukan sesuatu seperti ini... Sejak
kolam renang malam kurasa?"
"Eh? Ah... Ah, kalau
dipikir-pikir lagi, aku juga memeluk Nanami di lenganku seperti ini waktu
itu."
"Hmm...Sedikit berbeda saat
itu. Aku yakin saat itu..."
“Permisi” kataku sambil meletakkan
tangan Youshin di bahu dan dadaku. Ya, benar-benar seperti itu keadaannya saat
itu.
...Kupikir itu tidak kena dadaku
saat itu. Tapi kalau sekarang kena... Apakah mungkin aku telah tumbuh sejak
saat itu...?
"N-Nanami...?"
Ah, Youshin panik. Ya, mungkin itu
benar. Tangannya hanya menyentuh dadaku sedikit saja. Aku tidak keberatan
disentuh oleh Youshin.
“Bukankah waktu itu juga seperti
ini?”
"Tidak, itu... Agak beda bukan?
Un, sekarang, tanganku menyentuh dadamu."
"Are? Bukankah kamu...Menyentuh
payudaraku juga saat itu?"
"Aku tidak menyentuhnya! Menyentuh...Sedikit
tersentuh..."
Ahaha, Youshin jadi cemas. Ya,
kalau saat itu aku tersentuh, aku pasti akan mengingatnya, tapi tidak ada yang
seperti itu terjadi...
Tapi, aku mungkin sedikit tersentuh.
...Apakah itu terjadi?
Kenangan tentang dia yang
menyelamatkanku saat aku digoda meninggalkan kesan yang kuat padaku, tetapi
selain itu ingatanku agak kabur. Hmm, mengingat semuanya... mungkin sangat
sulit.
Aku berharap aku bisa mengingat
segalanya tentang Youshin.
"Nanami, bisakah aku mengubah
posisi tanganku sedikit saja?"
"Eh? Seperti yang kuduga,
karena payu-..."
“Bukan itu.”
Tangan yang memeluk bahuku menghilang,
dan tangan Youshin bergerak ke bawah. Tangannya berpindah ke tengah perutku...Tepat
di bawah dadaku.
Tanganku
secara natural terlipat... rasanya seperti memeluk anak kecil.
Tapi, mungkin ini akan memberi ketenangan
pikiran.
"Fiuhh..."
Yoshin menghela nafas lega. Yah,
dengan cara ini tidak akan menyentuh dadaku. Tapi, postur seperti ini...
"Bukankah lebih mudah
menyentuh dadamu dengan cara seperti ini?"
"Eh?"
Kupikir Youshin melingkarkan
tangannya di perutnya seperti ini agar tidak menyentuh dadaku... Jika dia
mengangkatnya sedikit, payudaraku akan terlihat...
"Ecchi~"
"Tidak, bukan...Ini!! "
Aku sedikit senang dan mulai
menggodanya, tetapi hal ini malah membuat Yoshin semakin panik. Tapi, aku tidak
keberatan disentuh oleh Youshin.
...Mungkin aku sedikit terlalu
berani?
Tidak, tapi ada kalanya harus seperti
ini. Bahkan Hatsumi dan Ayumi akan bersemangat dan mengeluh karena ingin
Oto-nii dan yang lainnya melakukan berbagai hal untuk mereka .
Bahkan Kotoha-chan sudah berbicara
tentang keinginannya agar Teshikaga-kun melakukan berbagai macam hal kepadanya.
Dan dia tampaknya mencoba melangkah lebih jauh dalam perjalanan sekolah ini.
Pada akhirnya... Usia dan status
kita sebagai siswa SMA menciptakan berbagai keterbatasan.
Aku pikir ini hanya kekhawatiran
yang unik bagi Hatsumi dan lainnya karena mencintai orang dewasa, tetapi ternyata
kami tidak jauh berbeda dalam hal itu.
Yoshin panik dan bingung harus
berbuat apa. Aku sedikit terlalu menggodanya... Atau mungkin aku jadi
bersemangat karena study tour?
Aku merasa pendekatanku terhadap Youshin
lebih berani dari biasanya. Ini...apakah ini yang dimaksud dengan ketegangan
perjalanan?
Mungkin karena aku sudah lelah pada
malam ketiga ini... Aku jadi bertanya-tanya apakah perasaan lelah, bahagia, dan
kegembiraan karena mandi bersama yang membuatku merasa seperti itu.
"...Youshin, bolehkah aku
bertanya sesuatu padamu?"
"A-apa...?"
"...Apakah kamu tidak ingin
menyentuhku?"
“A-apaa…?”
"Seperti payudaraku...Dan berbagai
macam tempat... tidak ada seorang pun di sekitar saat ini ...kamu bisa
menyentuhnya kapan pun tahu?"
Ini agak terlalu langsung. Aku bisa
mendengar nafas Youshin dan air liur yang ditlannya. Tapi, tetap saja, susah
untuk tidak penasaran.
Tidak ada seorang pun di sini
sekarang, orang tuaku juga tidak ada di sini, hanya kami berdua. Yah... Aku
tidak bisa melangkah terlalu jauh, tetapi kupikir aku bisa melangkah maju kan.
Langkah pertama selalu menjadi hal
terpenting. Aku merasa aku mungkin bisa mengambil langkah pertama itu... hari
ini.
Tetapi aku masih merasa bahwa itu
mungkin juga tidak akan berhasil. Ini adalah hasil dari memikirkan banyak hal,
termasuk perasaan Youshin dan berbagai konflik serta kesulitan yang
dihadapinya.
Itulah kenapa aku mengatakannya.
Jika memang begitu... Maka aku akan menerimanya
Tunggu sebentar? Aku belum
mendengar balasan apa pun dari Youshin. Sebaliknya, aku malah mendengar semacam
suara erangan. Itu sesuatu yang menakjubkan...itu mengerang.
Aku memiringkan kepalaku sedikit
karena reaksinya yang tidak biasa.
"...Kalau begitu, aku akan
menyentuhmu sedikit saja."
...Aku mendengar suara yang sangat
serius. Itu adalah suara yang penuh dengan tekad yang kuat. Mungkin karena
suara itu, tetapi untuk sesaat… untuk sesaat, otakku tidak dapat memahami apa
yang dikatakannya.
Eh?
A-apa dia akan menyentuhnya... ?
aku mengangkat tubuhku sedikit dan
melihat ke belakang, dan aku melihat Youshin yang sedang menatapku dengan
serius tapi wajahnya merah padam.
Kemerahan itu...tidak mungkin
karena mandi...kan?
Tapi saat aku melihat ekspresi Youshin,
otakku yang selama ini menolak untuk mengerti, akhirnya mengerti. Youshin kali
ini...Serius. Serius akan menyentuhku!!
Aku merasa seperti membangunkan anak yang
sedang tidur. Yah, aku belum pernah melihat anak yang sedang tidur. Tapi aku
tahu kata-kataku tidak diperlukan.
Tambahan? Mungkin itu tidak
perlu... Tidak, tidak mungkin seperti itu...!!
"S-Silakan!!"
Sebelum aku menyadarinya, aku
juga...Menghadap ke depan dan menempel erat pada Youshin.
Aku melihat ke depan dan meluruskan
postur tubuhku di bak mandi. Tulang belakangku lurus secara alami dan aku
merasa seperti sedang duduk tegak...Meskipun sebenarnya aku tidak duduk tegak.
Di-dia sungguh...Dia sungguh akan
menyentuhnya kan? Dan yang perlu dia lakukan hanyalah menyentuhnya bukan?!
Kurasa Youshin mungkin menegakkan
punggungnya juga.
Mungkin karena merasa aku sudah
siap, Yoshin perlahan melepaskan tangannya dari perutku...Lalu memposisikannya
seolah-olah dia sedang memegang mangkuk teh.
(Tln: Tangan sudah menyesuaikan bentuk ya😏)
"Kalau begitu, ini dia!!"
“Si-silahkan!!”
Suara gugup Youshin bergema di
kamar mandi. Rasanya suara itu bergema dan menusuk telingaku lagi.
Lalu perlahan tangan Yoshin
bergerak dari bawah ke atas. Sungguh gerakan yang lemah lembut.
Gerakan yang halus, hati-hati dan
tepat... Seolah-olah dia telah mempersiapkan diri untuk momen itu.
Meskipun belum di sentuh, ada
sensasi geli yang menusuk kulitku, seolah-olah mereka menyentuhku karena suatu
alasan. Dia belum menyentuhku kan?
Gerakannya lambat, tapi tangannya
jelas sedang mendekat.
Mungkin itu hanya imajinasiku saja,
tetapi saat itu, segala sesuatunya menjadi lambat. Aku bahkan seperti bisa
menyadari pergerakan setiap tetes air di bak mandi.
Sedikit lagi...Setiap kali aku
memikirkannya, dadaku terasa tegang. Rasanya seperti sengatan yang gatal, dan aku
tidak dapat lagi menahan diri lagi...
"Tung-... Stoppp!!"
"Ya!!"
Mendengar suaraku, tangan Youshin
tiba-tiba berhenti.
Itu benar-benar perhentian yang sempurna... Waktunya sungguh
sempurna. Tangannya berada pada posisi yang sama dengan payudaraku.
...Ya, akulah yang jadi takut.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
Suasana hatiku yang lelah sehabis
mandi, langsung hancur. Serius, kupikir aku sudah siap, tapi ternyata tidak
berhasil sama sekali.
Sebenarnya, mungkin aku belum
membulatkan tekadku.
"Yah, mau bagaimana lagi..."
"Youshin...Selalu merasakan
ini ya"
Sambil menyerahkan handuk itu
kepadaku, Youshin menghiburku.
Tidak, sejujurnya aku juga
meremehkannya... Aku pernah mengatakan sesuatu tentang meremas dadaku
sebelumnya, tetapi ketika itu benar-benar terjadi, itu mustahil.
Tapi... Aku juga merasa ini mungkin
hal yang bagus. Entah bagaimana, jika dadaku disentuh di sini, mungkin saja aku
tidak akan mampu menghentikannya...
Kemudian segalanya akan jadi
canggung. Kita ada kegiatan study tour besok, jadi aku tidak ingin membuatnya
jadi canggung, makanya menurutku tidak apa-apa... Ayo berpikir positif.
"...Kalau begitu, bagaimana
dengan ini?"
"Eh?"
Youshin membentangkan handuk yang
dipegangnya dan menyentuhkannya tubuhku... Mulai dari bahuku. Itu terasa ringan
saat disentuh, tetapi tetesan airnya terserap ke dalam handuk.
“Ohh~”... pikirku dalam hati, lalu
kemudian dia mulai menyeka bahuku yang lain, lalu punggungku... dan kemudian dia
mulai menyeka tubuhku yang lain.
"Ini...Bagus ya..."
Ini mengingatkanku ketika aku masih
kecil dan ibuku yang menyeka tubuhku. Dengan cara ini, badanku terhalang kain
dan tangan Youshin tidak menyentuhku secara langsung, jadi ketegangan yang
kurasakan sebelumnya mereda.
Aku rasa Youshin juga merasakan hal
yang sama... Dia bahkan menyeka tetesan air di kakiku, di sekitar perutku, dan
di dadaku, tempat-tempat yang biasanya tidak disentuhnya.
...Yah, akulah yang bertanya
padanya, apakah dia mau menyeka dadaku.
Aku kira itu hal yang ringan bagi
Youshin, yang telah siap untuk menyentuhnya secara langsung hingga sekarang. Yah,
dia sedikit gemetar ketika aku menyekanya.
Melalui kain, luar biasa ya.
“Kalau begitu… aku akan menyekamu
juga, oke?”
“Eh? Aku juga?”
Tentu saja.
Aku menyeka tubuh Youshin dengan
handuk yang kumiliki. Aku menyekanya di bahu, punggung, perut... Dan dadanya.
Mengapa menyentuh dada pria diperbolehkan?
Kami saling menyeka tubuh
masing-masing... Dan rasanya sungguh tidak nyata. Sulit untuk melakukannya
secara bersamaan, jadi kami bergantian.
Awalnya kami saling mengobrol
selagi saling menyeka, tapi lama kemudian kami berdua mulai merasa malu dan
akhirnya terdiam.
Aku sudah selesai menyeka sebagian
besarnya tubuhnya... Satu-satunya area yang tersisa hanyalah area baju renangnya.
Aku melihat sekilas baju renang Youshin...
"A-Aku akan melakukan sisanya
sendiri!"
"Benar juga!!"
Kami membalikkan punggung kami satu
sama lain dan menyeka area yang tersisa. ...Oh, aku lupa, baju renangku basah
jadi aku harus melepasnya... Tapi aku takut masuk angin...
Handuknya cukup besar, mungkin karena
ukuran orang asing, dan sepertinya tidak akan jatuh jika diikat dengan kuat. Youshin
juga sudah membalikkan badannya...
“Yoshin, aku akan melepas baju
renangku, jadi jangan melihat ke sini~.”
"...Eh?!"
"Ah, tidak apa-apa. Aku membungkus
diriku dengan handuk. Youshin juga akan masuk angin kalau tidak melepas baju
renangmu, jadi kamu harus melepasnya."
"Ah, begitu ya, masuk
angin...Benar, itu benar. Iya... Eh? Nanami, kamu tidak membawa pakaian dalammu?"
Yah, itu benar. Setidaknya, aku
punya pakaian dalam yang kupakai saat aku datang ke sini, jadi aku bisa
memakainya begitu aku mengeringkan badanku.
Selain itu, jika aku membawa celana
dalamku ke sini...Yoshin akan melihatnya... Itu agak memalukan. Meskipun
mungkin sudah agak terlambat sekarang karena aku sudah melakukan sesuatu yang
bahkan lebih memalukan dari itu.
"Nanami, aku akan mengeringkan
rambutmu jika kau mau."
"...Eh?"
Saat aku kembali sadar, Youshin
sedang duduk dengan handuk yang melilit pinggangnya dan pengering rambut di
tangannya. Melihatnya lebih dekat, aku bisa melihat Youshin yang melilitkan
handuk panjangnya di area di bawah perutnya yang berotot.
Perbedaan antara kulitnya yang agak
kecokelatan, perutnya, dan handuknya yang putih sungguh menakjubkan. Rasanya
seperti... sesuatu telah terjadi setelah semuanya berakhir.
(Tln: Gua pun ga ngerti maksudnya apa)
Aku tidak dapat menahan diri untuk
tidak menatapnya.
Selain itu, handuknya sangat
panjang sehingga dia terlihat seperti sedang mengenakan rok, lucu sekali.
"Ah, jika kamu tidak
menyukainya..."
"Tolong!!"
Aku tidak keberatan!! Aku pasti
membuatnya salah paham karena aku ragu, jadi aku langsung menjawabnya. Ini
adalah sesuatu yang ingin aku coba setidaknya sekali.
Youshin, yang tersenyum pahit, memanggilku
dari belakang kursi. Ketika aku mendekat dan duduk, sosokku yang dibungkus dengan
handuk tercermin di cermin. Di belakangku ada Youshin...
...Youshin yang tercermin di cermin
hanya dari pinggang ke atas, jadi entah bagaimana dia terlihat seperti
telanjang. Saat itu, aku teringat dengan pemandangan dari sebelumnya. Aku
berusaha untuk tidak memikirkannya, momen tepat setelah aku masuk ke kamar
mandi.
(Tln: Momen melihat excalibur)
Saat itu, Youshin sedang mandi, dan
bahkan tidak mengenakan pakaian renangnya… Lalu dia berbalik… Itu…
T-tidak! Aku tidak benar-benar
melihat apa pun!? Sebelum aku bisa melihat dengan jelas, aku langsung menunduk,
jadi aku hanya sekilas melihatnya—tidak, aku tidak melihat apa pun! Sungguh,
aku tidak melihatnya!
"Ada apa Nanami, apa kamu
kedinginan?"
"Ah, tidak. Tidak apa-apa. Lanjutkan."
Saat aku merapikan posturku, Youshin
sedikit memiringkan kepalanya. Aku sedikit gugup.
Aku bertanya-tanya apa yang akan
dia lakukan, tapi pertama-tama dia menyeka rambutku dengan perlahan dan lembut
dengan handuk, seolah sedang memijatnya.
Dia melakukannya dengan sangat
lembut, hampir tanpa tekanan sama sekali, hingga terasa sangat nyaman, dan
tanpa sadar aku mengeluarkan suara kecil.
Setelah sebagian besar
kelembapannya hilang, dia mengoleskan minyak rambut dan mulai mengeringkan
rambutku dengan aliran udara hangat dari pengering rambut.
"Ada yang gatal~?"
Dia bertanya dengan nada bercanda,
jadi tanpa berpikir, aku menjawab "Pipiku gatal" meskipun itu tidak
ada hubungannya dengan rambutku.
Aku terkejut saat dia benar-benar
menggaruk pipiku… Tapi rasanya cukup nyaman.
Dia menyesuaikan pengaturan
pengering rambutnya dengan mengganti dari angin hangat ke angin yang lebih normal,
lalu ke angin dingin, yang membuatnya terasa sangat menenangkan. Mungkin ini
lebih nyaman dibandingkan mengeringkan rambutku sendiri.
Karena rambutku panjang, sepertinya
dia sedikit kesulitan. Untuk saat ini, aku hampir berharap rambutku lebih
pendek.
Rasanya luar biasa, tidak ada
keluhan sama sekali—aku ingin dia mengeringkan rambutku lagi. Tapi… ada satu
hal yang membuatku penasaran.
"…Dari mana kamu belajar
melakukan ini?"
Maksudku, biasanya, kalau aku
melihat ayahku mengeringkan rambutnya, dia hanya menggosok kepalanya dengan
handuk sambil menggunakan pengering rambut kan?
(Tln: Kalian pake? Kok rasanya gada cowok yang pake pengering rambut
wkkw)
Itu gambaran yang kumiliki, jadi
aku tidak pernah menyangka seorang pria bisa mengeringkan rambut dengan begitu
lembut. Rasanya benar-benar nyaman.
"Ah, Etto… Beberapa waktu
lalu, saat ngobrol dengan yang lain, aku mendengar kalau mengeringkan rambut
pacar bisa membuatnya bahagia… Jadi aku mencari tahunya dan berlatih
sendiri."
Youshin yang malu-malu menggaruk
pipinya sangat imut dan membuat hatiku berdebar. Dan fakta kalau dia sudah
berusaha seperti itu untukku... angat membuatku senang.
“Kalau begitu, aku harus berterima
kasih karena kamu sudah berusaha keras…”
"Eh? Tidak perlu berterima
kasih... Itu bukan hal besar."
"Aku ingin berterima kasih!!
Sebagai ucapan terima kasih..."
Aku ingin mengatakan kalau aku akan
mengeringkan rambut Youshin, tapi malah aku bangkit dengan cepat sambil
berputar, mungkin karena terlalu bersemangat. Momentumnya... Terlalu besar...
"...Ah"
Karena aku berdiri dengan cepat,
atau mungkin karena aku berputar dan melawan angin, handukku yang terlilit pun...
Terlepas.
Dengan lembut, handuk yang
melilitku jatuh ke lantai.
Saat itu...
terasa sangat lambat.
Keheningan... Menyelimuti tempat
itu.
Seolah-olah ada sesuatu yang berat
memenuhi udara, dan Youshin perlahan... perlahan memalingkan kepalanya ke
samping dan berkata pelan.
"Ber... berterima kasih?"
“Bukan begituuu!!”
Itu mungkin... teriakan terbesar yang pernah aku keluarkan dalam hidupku.