NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V10 Interlude 3

Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Interlude 3: Hadiah Rahasia

 

Akhirnya... Akhirnya aku mandi bersama Youshin!!

 

Ini adalah peristiwa sekali seumur hidup. Sebenarnya aku tidak berencana melakukan ini sama sekali, tapi setelah berkonsultasi dengan Hatsumi dan lainnya serta Peach-chan, akhirnya itu terjadi. Bagaimana bisa seperti begitu?

 

Yah, Hatsumi dan yang lainnya dengan tegas mengatakan agar aku tidak melepas baju renangku. Tentu saja aku tidak akan melakukan nya. Tapi, anehnya, Peach-chan malah menyuruhku melepasnya—Maksudnya apa?

 

Anak SMP jaman sekarang memang menakutkan.

(Tln: Real)

 

Bagaimanapun juga, aku tetap memakai baju renangku... Aku memang ingin menunjukkan baju renang baruku karena sudah terlanjur membelinya. Jadi, ini seperti hadiah ditambah dengan pamer baju renang.

 

...Sebenarnya, aku sempat berpikir, apakah baju renangku bisa dianggap sebagai hadiah?

 

Maksudku, bukankah ini agak terlambat? Aku sudah beberapa kali memakai baju renang sebelumnya, bahkan pagi ini pun aku dan Youshin sama-sama memakai baju renang kami di pantai.

 

Bukankah ini malah jadi terasa membosankan...?

 

Tapi aku tidak bisa menanyakannya langsung pada Youshin. Aku hanya bisa terus mendekatinya seperti ini—Bagaimana kalau dia bosan? Karena itu, aku harus mencari cara baru agar tetap terlihat menarik.

 

Cara baru... ya, cara baru.

 

Kali ini, caranya adalah dengan mandi bersama.

 

Aku juga harus berterima kasih pada Kenbuchi-kun. Tentu saja aku tidak mengatakan bahwa kami akan mandi bersama. Aku hanya bilang ingin berduaan dengan Youshin sebentar, dan dia langsung semangat membantuku.

 

Dia bahkan bilang "Bantu aku juga nanti ya" tapi... Memangnya dia punya rencana?

 

Berkat bantuan Hatsumi, Peach-chan, dan Kenbuchi-kun, akhirnya aku dan Yōshin bisa merasakan sesuatu yang tidak bisa kami lakukan di Jepang, yaitu mandi bersama.

 

Atau lebih tepatnya, kami sedang mandi bersama sekarang.

 

Sebelum datang ke kamar Youshin, aku sangat gugup. Aku terus berpikir bagaimana cara mengajaknya mandi bersamaku, tapi pada akhirnya, semua berjalan lancar.

 

Kalau dipikir-pikir lagi, ini memang agak berantakan dan cukup berani, tapi setidaknya kejutan ini berhasil.

Skenario paling buruk, aku sebenarnya sudah siap bilang "Ayo mandi bersama! " Tapi untungnya aku tidak perlu melakukan itu. Aku hanya mengirim pesan ke semua orang "Aku berangkat!"

 

Aku penasaran, balasan seperti apa yang aku terima? Agak takut juga untuk melihatnya...

 

"Ehehe... hangat..."

 

"Y-ya... Hangat ya..."

 

Merasakan Youshin di punggungku, aku menyandarkan tubuhku sedikit ke belakang. Ini akan membuatku lebih bisa merasakan tubuhnya.

 

Airnya tidak begitu panas, hanya sedikit hangat... Kurasa suhunya turun karena kami masuk berdua. Tapi ini hangat.

 

"...Nanami, kapan kamu mulai memikirkan hal ini?"

 

"Hmm... Tidak, aku benar-benar tidak memikirkannya sampai menit terakhir. Aku baru mengambil keputusan setelah berkonsultasi dengan semua orang..."

 

"Mungkin... Peach-san juga?"

 

"Ya. Apakah dia mengatakan sesuatu?"

 

Yoshin memegangi kepalanya dan bergumam “Dia bilang ‘Semoga beruntung’ ”.Selagi dia bergumam, dia juga menurunkan wajahnya jadi wajah Youshin menyentuh bahuku.

Aku sedikit...Sedikit terkejut.

 

"Sekarang setelah kupikir-pikir, ini pertama kalinya aku melakukan sesuatu seperti ini... Sejak kolam renang malam kurasa?"

 

"Eh? Ah... Ah, kalau dipikir-pikir lagi, aku juga memeluk Nanami di lenganku seperti ini waktu itu."

 

"Hmm...Sedikit berbeda saat itu. Aku yakin saat itu..."

 

“Permisi” kataku sambil meletakkan tangan Youshin di bahu dan dadaku. Ya, benar-benar seperti itu keadaannya saat itu.

 

...Kupikir itu tidak kena dadaku saat itu. Tapi kalau sekarang kena... Apakah mungkin aku telah tumbuh sejak saat itu...?

 

"N-Nanami...?"

 

Ah, Youshin panik. Ya, mungkin itu benar. Tangannya hanya menyentuh dadaku sedikit saja. Aku tidak keberatan disentuh oleh Youshin.

 

“Bukankah waktu itu juga seperti ini?”

 

"Tidak, itu... Agak beda bukan? Un, sekarang, tanganku menyentuh dadamu."

 

"Are? Bukankah kamu...Menyentuh payudaraku juga saat itu?"

 

"Aku tidak menyentuhnya! Menyentuh...Sedikit tersentuh..."

Ahaha, Youshin jadi cemas. Ya, kalau saat itu aku tersentuh, aku pasti akan mengingatnya, tapi tidak ada yang seperti itu terjadi...

 

Tapi, aku mungkin sedikit tersentuh. ...Apakah itu terjadi?

 

Kenangan tentang dia yang menyelamatkanku saat aku digoda meninggalkan kesan yang kuat padaku, tetapi selain itu ingatanku agak kabur. Hmm, mengingat semuanya... mungkin sangat sulit.

 

Aku berharap aku bisa mengingat segalanya tentang Youshin.

 

"Nanami, bisakah aku mengubah posisi tanganku sedikit saja?"

 

"Eh? Seperti yang kuduga, karena payu-..."

 

“Bukan itu.”

 

Tangan yang memeluk bahuku menghilang, dan tangan Youshin bergerak ke bawah. Tangannya berpindah ke tengah perutku...Tepat di bawah dadaku.

 

Tanganku secara natural terlipat... rasanya seperti memeluk anak kecil.

 

Tapi, mungkin ini akan memberi ketenangan pikiran.

 

"Fiuhh..."

 

Yoshin menghela nafas lega. Yah, dengan cara ini tidak akan menyentuh dadaku. Tapi, postur seperti ini...

 

"Bukankah lebih mudah menyentuh dadamu dengan cara seperti ini?"

 

"Eh?"

 

Kupikir Youshin melingkarkan tangannya di perutnya seperti ini agar tidak menyentuh dadaku... Jika dia mengangkatnya sedikit, payudaraku akan terlihat...

 

"Ecchi~"

 

"Tidak, bukan...Ini!! "

 

Aku sedikit senang dan mulai menggodanya, tetapi hal ini malah membuat Yoshin semakin panik. Tapi, aku tidak keberatan disentuh oleh Youshin.

 

...Mungkin aku sedikit terlalu berani?

 

Tidak, tapi ada kalanya harus seperti ini. Bahkan Hatsumi dan Ayumi akan bersemangat dan mengeluh karena ingin Oto-nii dan yang lainnya melakukan berbagai hal untuk mereka .

 

Bahkan Kotoha-chan sudah berbicara tentang keinginannya agar Teshikaga-kun melakukan berbagai macam hal kepadanya. Dan dia tampaknya mencoba melangkah lebih jauh dalam perjalanan sekolah ini.

 

Pada akhirnya... Usia dan status kita sebagai siswa SMA menciptakan berbagai keterbatasan.

 

Aku pikir ini hanya kekhawatiran yang unik bagi Hatsumi dan lainnya karena mencintai orang dewasa, tetapi ternyata kami tidak jauh berbeda dalam hal itu.

 

Yoshin panik dan bingung harus berbuat apa. Aku sedikit terlalu menggodanya... Atau mungkin aku jadi bersemangat karena study tour?

 

Aku merasa pendekatanku terhadap Youshin lebih berani dari biasanya. Ini...apakah ini yang dimaksud dengan ketegangan perjalanan?

 

Mungkin karena aku sudah lelah pada malam ketiga ini... Aku jadi bertanya-tanya apakah perasaan lelah, bahagia, dan kegembiraan karena mandi bersama yang membuatku merasa seperti itu.

 

"...Youshin, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"

 

"A-apa...?"

 

"...Apakah kamu tidak ingin menyentuhku?"

 

“A-apaa…?”

 

"Seperti payudaraku...Dan berbagai macam tempat... tidak ada seorang pun di sekitar saat ini ...kamu bisa menyentuhnya kapan pun tahu?"

 

Ini agak terlalu langsung. Aku bisa mendengar nafas Youshin dan air liur yang ditlannya. Tapi, tetap saja, susah untuk tidak penasaran.

 

Tidak ada seorang pun di sini sekarang, orang tuaku juga tidak ada di sini, hanya kami berdua. Yah... Aku tidak bisa melangkah terlalu jauh, tetapi kupikir aku bisa melangkah maju kan.

 

Langkah pertama selalu menjadi hal terpenting. Aku merasa aku mungkin bisa mengambil langkah pertama itu... hari ini.

 

Tetapi aku masih merasa bahwa itu mungkin juga tidak akan berhasil. Ini adalah hasil dari memikirkan banyak hal, termasuk perasaan Youshin dan berbagai konflik serta kesulitan yang dihadapinya.

 

Itulah kenapa aku mengatakannya. Jika memang begitu... Maka aku akan menerimanya

 

Tunggu sebentar? Aku belum mendengar balasan apa pun dari Youshin. Sebaliknya, aku malah mendengar semacam suara erangan. Itu sesuatu yang menakjubkan...itu mengerang.

 

Aku memiringkan kepalaku sedikit karena reaksinya yang tidak biasa.

 

"...Kalau begitu, aku akan menyentuhmu sedikit saja."

 

...Aku mendengar suara yang sangat serius. Itu adalah suara yang penuh dengan tekad yang kuat. Mungkin karena suara itu, tetapi untuk sesaat… untuk sesaat, otakku tidak dapat memahami apa yang dikatakannya.

 

Eh?

 

A-apa dia akan menyentuhnya... ?

 

aku mengangkat tubuhku sedikit dan melihat ke belakang, dan aku melihat Youshin yang sedang menatapku dengan serius tapi wajahnya merah padam.

 

Kemerahan itu...tidak mungkin karena mandi...kan?

 

Tapi saat aku melihat ekspresi Youshin, otakku yang selama ini menolak untuk mengerti, akhirnya mengerti. Youshin kali ini...Serius. Serius akan menyentuhku!!

 

 Aku merasa seperti membangunkan anak yang sedang tidur. Yah, aku belum pernah melihat anak yang sedang tidur. Tapi aku tahu kata-kataku tidak diperlukan.

 

Tambahan? Mungkin itu tidak perlu... Tidak, tidak mungkin seperti itu...!!

 

"S-Silakan!!"

 

Sebelum aku menyadarinya, aku juga...Menghadap ke depan dan menempel erat pada Youshin.

 

Aku melihat ke depan dan meluruskan postur tubuhku di bak mandi. Tulang belakangku lurus secara alami dan aku merasa seperti sedang duduk tegak...Meskipun sebenarnya aku tidak duduk tegak.

 

Di-dia sungguh...Dia sungguh akan menyentuhnya kan? Dan yang perlu dia lakukan hanyalah menyentuhnya bukan?!

 

Kurasa Youshin mungkin menegakkan punggungnya juga.

 

Mungkin karena merasa aku sudah siap, Yoshin perlahan melepaskan tangannya dari perutku...Lalu memposisikannya seolah-olah dia sedang memegang mangkuk teh.

(Tln: Tangan sudah menyesuaikan bentuk ya😏)

 

"Kalau begitu, ini dia!!"

 

“Si-silahkan!!”

 

Suara gugup Youshin bergema di kamar mandi. Rasanya suara itu bergema dan menusuk telingaku lagi.

 

Lalu perlahan tangan Yoshin bergerak dari bawah ke atas. Sungguh gerakan yang lemah lembut.

 

Gerakan yang halus, hati-hati dan tepat... Seolah-olah dia telah mempersiapkan diri untuk momen itu.

 

Meskipun belum di sentuh, ada sensasi geli yang menusuk kulitku, seolah-olah mereka menyentuhku karena suatu alasan. Dia belum menyentuhku kan?

 

Gerakannya lambat, tapi tangannya jelas sedang mendekat.

 

Mungkin itu hanya imajinasiku saja, tetapi saat itu, segala sesuatunya menjadi lambat. Aku bahkan seperti bisa menyadari pergerakan setiap tetes air di bak mandi.

 

Sedikit lagi...Setiap kali aku memikirkannya, dadaku terasa tegang. Rasanya seperti sengatan yang gatal, dan aku tidak dapat lagi menahan diri lagi...

 

"Tung-... Stoppp!!"

 

"Ya!!"

 

Mendengar suaraku, tangan Youshin tiba-tiba berhenti.

 

Itu benar-benar perhentian yang sempurna... Waktunya sungguh sempurna. Tangannya berada pada posisi yang sama dengan payudaraku.

 

...Ya, akulah yang jadi takut.

 

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

 

Suasana hatiku yang lelah sehabis mandi, langsung hancur. Serius, kupikir aku sudah siap, tapi ternyata tidak berhasil sama sekali.

 

Sebenarnya, mungkin aku belum membulatkan tekadku.

 

"Yah, mau bagaimana lagi..."

 

"Youshin...Selalu merasakan ini ya"

 

Sambil menyerahkan handuk itu kepadaku, Youshin menghiburku.

 

Tidak, sejujurnya aku juga meremehkannya... Aku pernah mengatakan sesuatu tentang meremas dadaku sebelumnya, tetapi ketika itu benar-benar terjadi, itu mustahil.

 

Tapi... Aku juga merasa ini mungkin hal yang bagus. Entah bagaimana, jika dadaku disentuh di sini, mungkin saja aku tidak akan mampu menghentikannya...

 

Kemudian segalanya akan jadi canggung. Kita ada kegiatan study tour besok, jadi aku tidak ingin membuatnya jadi canggung, makanya menurutku tidak apa-apa... Ayo berpikir positif.

 

"...Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"

 

"Eh?"

 

Youshin membentangkan handuk yang dipegangnya dan menyentuhkannya tubuhku... Mulai dari bahuku. Itu terasa ringan saat disentuh, tetapi tetesan airnya terserap ke dalam handuk.

 

“Ohh~”... pikirku dalam hati, lalu kemudian dia mulai menyeka bahuku yang lain, lalu punggungku... dan kemudian dia mulai menyeka tubuhku yang lain.

 

"Ini...Bagus ya..."

 

Ini mengingatkanku ketika aku masih kecil dan ibuku yang menyeka tubuhku. Dengan cara ini, badanku terhalang kain dan tangan Youshin tidak menyentuhku secara langsung, jadi ketegangan yang kurasakan sebelumnya mereda.

 

Aku rasa Youshin juga merasakan hal yang sama... Dia bahkan menyeka tetesan air di kakiku, di sekitar perutku, dan di dadaku, tempat-tempat yang biasanya tidak disentuhnya.

 

...Yah, akulah yang bertanya padanya, apakah dia mau menyeka dadaku.

 

Aku kira itu hal yang ringan bagi Youshin, yang telah siap untuk menyentuhnya secara langsung hingga sekarang. Yah, dia sedikit gemetar ketika aku menyekanya.

 

Melalui kain, luar biasa ya.

 

“Kalau begitu… aku akan menyekamu juga, oke?”

 

“Eh? Aku juga?”

 

Tentu saja.

 

Aku menyeka tubuh Youshin dengan handuk yang kumiliki. Aku menyekanya di bahu, punggung, perut... Dan dadanya. Mengapa menyentuh dada pria diperbolehkan?

 

Kami saling menyeka tubuh masing-masing... Dan rasanya sungguh tidak nyata. Sulit untuk melakukannya secara bersamaan, jadi kami bergantian.

 

Awalnya kami saling mengobrol selagi saling menyeka, tapi lama kemudian kami berdua mulai merasa malu dan akhirnya terdiam.

 

Aku sudah selesai menyeka sebagian besarnya tubuhnya... Satu-satunya area yang tersisa hanyalah area baju renangnya. Aku melihat sekilas baju renang Youshin...

 

"A-Aku akan melakukan sisanya sendiri!"

 

"Benar juga!!"

 

Kami membalikkan punggung kami satu sama lain dan menyeka area yang tersisa. ...Oh, aku lupa, baju renangku basah jadi aku harus melepasnya... Tapi aku takut masuk angin...

 

Handuknya cukup besar, mungkin karena ukuran orang asing, dan sepertinya tidak akan jatuh jika diikat dengan kuat. Youshin juga sudah membalikkan badannya...

 

“Yoshin, aku akan melepas baju renangku, jadi jangan melihat ke sini~.”

 

"...Eh?!"

 

"Ah, tidak apa-apa. Aku membungkus diriku dengan handuk. Youshin juga akan masuk angin kalau tidak melepas baju renangmu, jadi kamu harus melepasnya."

 

"Ah, begitu ya, masuk angin...Benar, itu benar. Iya... Eh? Nanami, kamu tidak membawa pakaian dalammu?"

Yah, itu benar. Setidaknya, aku punya pakaian dalam yang kupakai saat aku datang ke sini, jadi aku bisa memakainya begitu aku mengeringkan badanku.

 

Selain itu, jika aku membawa celana dalamku ke sini...Yoshin akan melihatnya... Itu agak memalukan. Meskipun mungkin sudah agak terlambat sekarang karena aku sudah melakukan sesuatu yang bahkan lebih memalukan dari itu.

 

"Nanami, aku akan mengeringkan rambutmu jika kau mau."

 

"...Eh?"

 

Saat aku kembali sadar, Youshin sedang duduk dengan handuk yang melilit pinggangnya dan pengering rambut di tangannya. Melihatnya lebih dekat, aku bisa melihat Youshin yang melilitkan handuk panjangnya di area di bawah perutnya yang berotot.

 

Perbedaan antara kulitnya yang agak kecokelatan, perutnya, dan handuknya yang putih sungguh menakjubkan. Rasanya seperti... sesuatu telah terjadi setelah semuanya berakhir.

(Tln: Gua pun ga ngerti maksudnya apa)

 

Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak menatapnya.

 

Selain itu, handuknya sangat panjang sehingga dia terlihat seperti sedang mengenakan rok, lucu sekali.

 

"Ah, jika kamu tidak menyukainya..."

 

"Tolong!!"

 

Aku tidak keberatan!! Aku pasti membuatnya salah paham karena aku ragu, jadi aku langsung menjawabnya. Ini adalah sesuatu yang ingin aku coba setidaknya sekali.

 

Youshin, yang tersenyum pahit, memanggilku dari belakang kursi. Ketika aku mendekat dan duduk, sosokku yang dibungkus dengan handuk tercermin di cermin. Di belakangku ada Youshin...

 

...Youshin yang tercermin di cermin hanya dari pinggang ke atas, jadi entah bagaimana dia terlihat seperti telanjang. Saat itu, aku teringat dengan pemandangan dari sebelumnya. Aku berusaha untuk tidak memikirkannya, momen tepat setelah aku masuk ke kamar mandi.

(Tln: Momen melihat excalibur)

 

Saat itu, Youshin sedang mandi, dan bahkan tidak mengenakan pakaian renangnya… Lalu dia berbalik… Itu…

 

T-tidak! Aku tidak benar-benar melihat apa pun!? Sebelum aku bisa melihat dengan jelas, aku langsung menunduk, jadi aku hanya sekilas melihatnya—tidak, aku tidak melihat apa pun! Sungguh, aku tidak melihatnya!

 

"Ada apa Nanami, apa kamu kedinginan?"

 

"Ah, tidak. Tidak apa-apa. Lanjutkan."

 

Saat aku merapikan posturku, Youshin sedikit memiringkan kepalanya. Aku sedikit gugup.

Aku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan, tapi pertama-tama dia menyeka rambutku dengan perlahan dan lembut dengan handuk, seolah sedang memijatnya.

 

Dia melakukannya dengan sangat lembut, hampir tanpa tekanan sama sekali, hingga terasa sangat nyaman, dan tanpa sadar aku mengeluarkan suara kecil.

 

Setelah sebagian besar kelembapannya hilang, dia mengoleskan minyak rambut dan mulai mengeringkan rambutku dengan aliran udara hangat dari pengering rambut.

 

"Ada yang gatal~?"

 

Dia bertanya dengan nada bercanda, jadi tanpa berpikir, aku menjawab "Pipiku gatal" meskipun itu tidak ada hubungannya dengan rambutku.

 

Aku terkejut saat dia benar-benar menggaruk pipiku… Tapi rasanya cukup nyaman.

 

Dia menyesuaikan pengaturan pengering rambutnya dengan mengganti dari angin hangat ke angin yang lebih normal, lalu ke angin dingin, yang membuatnya terasa sangat menenangkan. Mungkin ini lebih nyaman dibandingkan mengeringkan rambutku sendiri.

 

Karena rambutku panjang, sepertinya dia sedikit kesulitan. Untuk saat ini, aku hampir berharap rambutku lebih pendek.

 

Rasanya luar biasa, tidak ada keluhan sama sekali—aku ingin dia mengeringkan rambutku lagi. Tapi… ada satu hal yang membuatku penasaran.

 

"…Dari mana kamu belajar melakukan ini?"

 

Maksudku, biasanya, kalau aku melihat ayahku mengeringkan rambutnya, dia hanya menggosok kepalanya dengan handuk sambil menggunakan pengering rambut kan?

(Tln: Kalian pake? Kok rasanya gada cowok yang pake pengering rambut wkkw)

 

Itu gambaran yang kumiliki, jadi aku tidak pernah menyangka seorang pria bisa mengeringkan rambut dengan begitu lembut. Rasanya benar-benar nyaman.

 

"Ah, Etto… Beberapa waktu lalu, saat ngobrol dengan yang lain, aku mendengar kalau mengeringkan rambut pacar bisa membuatnya bahagia… Jadi aku mencari tahunya dan berlatih sendiri."

 

Youshin yang malu-malu menggaruk pipinya sangat imut dan membuat hatiku berdebar. Dan fakta kalau dia sudah berusaha seperti itu untukku... angat membuatku senang.

 

“Kalau begitu, aku harus berterima kasih karena kamu sudah berusaha keras…”

 

"Eh? Tidak perlu berterima kasih... Itu bukan hal besar."

 

"Aku ingin berterima kasih!! Sebagai ucapan terima kasih..."

Aku ingin mengatakan kalau aku akan mengeringkan rambut Youshin, tapi malah aku bangkit dengan cepat sambil berputar, mungkin karena terlalu bersemangat. Momentumnya... Terlalu besar...

 

"...Ah"

 

Karena aku berdiri dengan cepat, atau mungkin karena aku berputar dan melawan angin, handukku yang terlilit pun... Terlepas.

 

Dengan lembut, handuk yang melilitku jatuh ke lantai.

 

Saat itu... terasa sangat lambat.

 

Keheningan... Menyelimuti tempat itu.

 

Seolah-olah ada sesuatu yang berat memenuhi udara, dan Youshin perlahan... perlahan memalingkan kepalanya ke samping dan berkata pelan.

 

"Ber... berterima kasih?"

 

“Bukan begituuu!!”

 

Itu mungkin... teriakan terbesar yang pernah aku keluarkan dalam hidupku.



Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment
close