Selamat
datang di Kekaisaran Trèfle
"Kota ini cukup
modern."
Senpai
mengomentari pemandangan dari jendela limusin.
Pohon-pohon ditanam di sepanjang
jalan, bunga-bunga ditanam di berbagai tempat, dan rumput kehijauan tumbuh subur di
mana-mana. Akan tetapi, di antara semuanya ada pula beberapa rumah biasa yang
avant-garde. Ada juga yang seperti monorel yang ditenagai oleh sihir.
"Itu hanya berlaku di
beberapa daerah. Daerah lain cenderung memiliki arsitektur yang lebih alami dan
jaringan transportasi yang kurang berkembang."
Tampaknya kota-kota dengan
sejumlah besar orang dari negara lain dan khususnya imigran cenderung lebih
radikal.
"Umumnya, orang-orang lebih
suka arsitektur yang memungkinkan mereka mendengar suara alam. Jadi, meskipun kami memiliki teknologi dan uang untuk membangun
gedung seperti di Wakuni, kami memilih
untuk membangun bangunan kayu atau tinggal di rumah pohon. Tentu saja, ada juga
orang yang lebih suka tempat yang dilengkapi dengan peralatan sihir
terbaru."
Ludi menambahkan lebih lanjut.
"Fumu. Ini adalah ibu kota Kekaisaran, dan
berbagai orang datang ke sini, jadi tempat ini dikembangkan untuk mengakomodasi
hal itu."
Yuika mengangguk setuju mendengar
perkataan Senpai.
"Jadi itu sebabnya ada
begitu banyak toko bagus yang ditujukan untuk turis. Ah, Takioto-san. Sebenarnya, aku berulang tahun
setiap bulan. Kau tahu itu, kan?"
Dia melirik tongkat jalan yang
terlihat mahal itu. Mungkin itu lelucon, tetapi dia mungkin meminta hadiah
setiap bulan. Tapi itu...
"Apakah dapat diterima jika
kita menua dua belas kali lebih cepat dari rata-rata orang...?"
"Aku tidak peduli apa yang kamu berikan padaku, yang penting aku bisa
mendapatkannya. Usia adalah masalah sepele."
"Goshujin-sama, saya sebenarnya akan merayakan
ulang tahun dalam enam bulan lagi. Kalau boleh, saya ingin rambut, kuku kaki,
dan bagian kulit anda."
"Oi, kau akan gunakan itu untuk apa, sihir kutukan atau
semacamnya kah?"
Itu sungguh menakutkan. Aku tidak
akan memberikannya padamu.
"Jika itu sesuatu dari Imperial Nation, aku akan memberikannya kepadamu
sebagai hadiah, oke?"
"Ludi-san adalah sahabat baikku, bagaimana aku bisa menerima hal-hal darimu secara cuma-cuma!"
"Are? Apa aku tidak
termasuk dalam kategori teman penting?"
Baiklah, jangan kita pikirkan
terlalu dalam.
"Jadi, ke mana kita akan pergi setelah ini?"
Aku memanggil Clarice.
"Karena kali ini mereka akan bertemu dengan teman-teman sekolah Ludi-sama, kami telah memesan restoran jadi kalian jangan terlalu gugup."
"Ini makan siang untuk
menyapa ya"
Jika kau bertanya kepada ku apakah aku akan gugup
atau tidak, Aku akan
mengatakan aku akan
sangat gugup. Lagipula, restoran yang disiapkan oleh Yang Mulia sangat mewah,
bukan? Apalagi, rasanya
seperti makan malam dengan presiden negara lain, tahu? Ya, ku rasa itu lebih baik daripada ruangan khusus
untuk penonton.
Itulah yang kupikirkan, tetapi
kukira itu memang sesuai dugaanku. Kamar yang kami lihat sangat mewah.
Ini mungkin bukan kemewahan yang gemerlap dengan
hiasan emas dan perak. Meskipun aku yakin
mereka menggunakan bahan berkualitas tinggi, kayu, tikar tatami, dan gulungan
gantung semuanya terlihat sederhana. Namun penempatannya di lokasi yang
eksklusif, dan sinar matahari yang masuk melalui layar shoji yang terbuka,
membuat tempat itu tampak seperti tempat mistis. Apakah adil jika mengatakan bahwa
ruangan ini indah?
"Ini seperti toko
tradisional Jepang."
Suasananya sangat khas Jepang.
Kalau Senpai atau Shion-san mengajakku keluar
untuk minum teh dan makan camilan, mungkin aku akan datang ke tempat seperti
ini. Namun, kehadiran atau atmosfer ruangan memiliki kualitas yang jauh lebih
tinggi.
"Yah, karena kita dari Wakuni mereka berusaha pasti memastikan kita tidak gugup, kan?"
"Seperti yang dikatakan
Takioto-san. Aku menghargai pertimbangan mereka, tapi
aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar pertimbangan? Aku merasa tidak nyaman
di sini."
Mungkin karena dia berada di
depan putri orang yang menyiapkan sajian, Yuika
berbicara kepada Senpai dengan
suara pelan.
"Menurutku itu bukan sesuatu
yang perlu dikhawatirkan. Anggap saja seperti makan malam bersama keluarga
teman. Namun, memang benar bahwa aku pun merasa sedikit terintimidasi melihat
suasana seperti ini."
Senpai menatap
gulungan yang tergantung sambil tersenyum kecut. Yuika dan aku mengikuti
pandangannya.
"Dengan gulungan itu, kita
bisa membeli mobil, atau bahkan membangun rumah murah."
"Mengapa mereka dengan
mudahnya menaruh barang-barang sekelas museum di sana?"
Keluarga Ludi tiba segera setelah
kami tiba.
Ketika mereka tiba, pertama-tama
kami bertukar salam.
Setelah kami memberikan
perkenalan singkat, keluarga Ludi kemudian memulai perkenalan singkat. Baiklah,
Kau bisa dengan mudah mengetahuinya
dengan mencari di web dengan kata kunci [Trèfle Empire Royal Family], jadi aku yakin semua orang sudah mengetahui hal
tersebut sebelumnya.
"Marc-Olivier Lucas de la
Trèfle."
Lelaki yang mengatakan ini adalah
seorang lelaki tampan berusia awal tiga puluhan dengan fitur wajah yang tegas.
Namun, dia adalah seorang Elf, dan
penampilannya tidak boleh disamakan dengan usianya. Dia adalah Kaisar para Elf dan telah hidup selama lebih dari seratus
tahun.
Tentu saja, aku tahu seperti apa
dia. Aku juga tahu bahwa saat pertama
kali bertemu Iori dalam game, dia menatapnya dengan tajam.
Iori berkata saat itu tulang punggungnya membeku, tapi itu bohong. Bukan hanya
kedinginan, tapi seperti kau tidak
merasa hidup. Namun syukurlah, hanya aku saja
yang menjadi sasaran tatapan kosong mutlak ini. Baiklah, aku rasa itulah yang dia pikirkan.
"Gomenne, Kousuke-kun.
Sepertinya suasana hati suamiku sedang buruk, dan beginilah biasanya dirinya, jadi jangan khawatir. Aku ibu Ludi, Sophia Chloe de la
Trefle. Jangan ragu untuk memanggilku Sophia."
Yang mengucapkan hal itu sambil
tersenyum adalah ibu Ludi. Sungguh tatapan
yang lembut dan hangat! Perbedaan suhu antara dia dan Kaisar Marc sangat drastis. Tapi aku tidak
bisa memanggilmu begitu saja.
Sophia terlihat sangat mirip
dengan Ludi. Warna mata Ludi seperti ayahnya, tetapi selain
itu dia mirip ibunya. Dengan Ludi berdiri di sampingnya, mereka tampak seperti
saudara perempuan.
Meskipun Ibu ludi tampak seusia dengan Nee-san, dia sebenarnya lebih tua dari
suaminya. Lagipula, membicarakan usia adalah hal yang tabu. Dan dia lebih kuat
(secara fisik) dari suaminya, sang kaisar.
"Aku L'il Inès de la Treifle. Senang bertemu
dengan mu."
Singkatnya, Lil-chan adalah
malaikat. Meski rasnya adalah Elf, dia
adalah malaikat bagi kita para hadirin sekalian. Bagaimana mungkin seorang anak
yang lucu, kecil, dan polos seperti itu bukan seorang malaikat? Makhluk itu
adalah malaikat. Oleh karena itu, dia adalah malaikat (Cuci otak).
Ludi dan keluarganya juga
memiliki seorang kakak perempuan, tetapi menurut Sophia, dia ada urusan di
rumah suaminya dan tidak bisa datang. Ngomong-ngomong, dia tidak muncul dalam game dan hampir tidak disebutkan sama sekali,
jadi dia adalah karakter misterius.
Setelah acara salam-salaman
selesai, tibalah saatnya untuk menyantap hidangan yang telah lama ditunggu!
Itu tidak terjadi.
Tampaknya keluarga Ludi memiliki
sesuatu yang benar-benar ingin mereka katakan pertama kali. Hal itu....
"Apakah kamu ingat saat kamu menyelamatkan Ludi dan Clarice dari mara bahaya di hotel?"
Berbicara tentang apa yang
terjadi di hotel, saat itulah aku bertemu
Ludi dan Clarice untuk pertama kalinya. Aku ingat.
Itulah yang terjadi. Ada pengkhianat di antara para Elf lalu Ludi dan
Clarice terpojok. Itulah pertama kalinya aku bertarung dengan benar...Aku heran
aku bisa selamat waktu itu. Walau
begitu, Aku tidak akan pernah melupakan
perasaan bahagia yang masih ada di tangan ku.
"Aku sangat berterima kasih. Terima kasih."
Pada saat yang sama, keluarga
Ludi, termasuk Ludi, dan Clarice juga membungkuk kepada ku.
"Angkatlah kepalamu,"
kataku sambil diam-diam panik, bertanya-tanya mengapa semua orang menundukkan
kepala. Namun mereka tidak mengangkat kepala mereka.
"Tentu saja, bukan hanya itu
saja, kudengar kamu telah menyelamatkannya dari bahaya berkali-kali. Dan keluarga Hanamura juga sangat baik menjaganya, sungguh
kami sangat merepotkan kalian, lebih tepat dikatakan bahwa kami sangat-sangat merepotkan
kalian."
Yang Mulia tidak seharusnya
menundukkan kepalanya. Apakah itu baik-baik
saja? Bagaimana pun, aku merasa seperti tidak hidup, jadi tolong
angkat kepalamu.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Ludi
jika kalian tidak ada di sana... Aku sangat
berterima kasih kepada kalian."
“Tidak, itu hanya kebetulan. Ojou-sama biasanya membantu kami di
sana-sini, dan tentu saja, Clarice dan para pelayan lainnya juga membantu kami
dengan berbagai cara…”
Aku mengatakan sesuatu yang tidak begitu
kumengerti, tapi berhasil membuatnya mengangkat kepalanya.
"Itulah mengapa akulah orang
yang paling berterima kasih pada Ludi."
Saat kami berdua saling mengucapkan terima kasih,
Clarice dengan serius menyarankan, "Takioto-sama juga berada dalam posisi
yang sulit, jadi bagaimana kalau kita mulai makan?"
Dan pesta makan malam pun
dimulai.
Baguslah Sophia-san mengizinkan kami duduk dan dia mengerti itu.
Aku dapat mengerti mengapa mereka ingin kita
bisa makan sambil menatap wajah satu sama lain dan berbicara satu sama lain.
Akan tetapi, menurutku tidak
tepat jika Yang Mulia Marc berdiri
di hadapanku sambil menatapku dengan ekspresi masam. Kurasa melegakan karena
Ludi duduk di sebelahku, di sebelah kiri.
"...Haha, ini sangat
lezat."
Saat aku mengatakan hal itu, Yang Mulia mengangguk.
Canggung~~~. Rasanya seperti sedang diawasi. Gelombang
kekuatan magis yang kurasakan saat Ludi membersihkan kotoran dari pakaianku
tadi mungkin berasal darinya.
Orang yang membalas ku adalah ibu Ludi, Sophia-san.
"Fufu, aku senang rasanya
sesuai dengan seleramu. Awalnya kupikir itu adalah hidangan khas Trèfle, tetapi
Trèfle memang punya beberapa hidangan unik... jadi kupikir mungkin lebih baik
memulai dengan nasi dari Wakuni, yang biasa kalian makan."
Ini adalah pertimbangan yang
sangat kami hargai.
"Juga makanan di sini sudah dibumbui untuk porsi
besar, jadi silakan dicoba."
"Hai, Ittadakimas."
Kekaisaran Trèfle adalah negeri
para Elf. Seperti yang diketahui sebagian
besar otaku, Elf menyukai sayuran. Selain itu,
bumbu-bumbunya sering memanfaatkan rasa alami bahan-bahannya.
Jadi menurutku Elf yang duduk diagonal di hadapanku dapat
dengan mudah menghabiskan sup tulang babi dan minyak bawang putih yang lezat
itu cukup langka.
"Kosuke? Ada apa?"
"...tidak, bukan apa-apa."
"Tegang? Fufu, apa kamu gugup? Ttaku Otou-sama, tolong
jangan melotot ke arah Kosuke terus."
Mendengar Ludi mengatakan hal
itu, Yang Mulia mendesah kecewa.
"Aku tidak melotot ke arahnya, ini hanya perilaku normalku."
Ibunya, Sophia-san, lalu menambahkan.
"Kamu bohong. Sayang, biasanya kamu tidak seperti ini. Kamu malah lebih [Deree] kalau ngobrol sama Lill."
Aku khawatir dengan tatapan yang mulia, jadi sangat membantu mendengar
Shopia-san mengatakan itu. Yah, bagiku juga disebut kalau aku suka [Dereeでれーっ] itu
agak gimana....
Ah, Yang Mulia sedang melotot ke
arah Sophia-san.
Haruskah aku
menindaklanjutinya?
"Yah, Lil-san dan Ludi-san
sama-sama cantik, jadi aku bisa membayangkan bagaimana perasaanmu."
Namun pernyataan itu mungkin
sedikit keliru.
"Hah!, Aku tidak akan memberikan Ludi dan Lil."
Yang mulia menoleh cepat-cepat untuk
menatapku dan berbicara dengan suara lebih rendah dan lebih kasar daripada
sebelumnya. Itu sungguh menakutkan.
"Ya ampun sayang. Itu hanya sanjungan, jadi
jangan bereaksi."
Yang bisa ku lakukan hanyalah tertawa, ahahaha. Baiklah,
kurasa aku hanya mencoba bersikap baik. Ngomong-ngomong, Sophia-san juga sangat cantik.
"Gomenne, Kosuke-kun."
"Ummm... Okaa-sama. Bolehkah aku bicara sebentar
dengan Kousuke-sama?"
Lil-chan, yang sebelumnya
berbicara dengan Senpai dan Yuika, bergabung dalam percakapan.
"Um, bolehkah aku menyentuh Stolamu?"
"Stola? Tentu saja."
Kataku, dan dia berdiri sambil
tersenyum.
"Lil, itu tidak sopan. Tunggu sampai selesai makan."
Ketika Sophia-san mengatakan hal itu, Lil-chan berkata,
"Aku minta maaf" dan duduk
sambil terlihat sangat sedih.
Tidak bagus. Wajah gadis kec..... Wajah sedih Lil-chan yang murung adalah pengaruh negatif pada dunia ini.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di
benakku, aku menuangkan sihir ke dalam
stolaku. Lalu aku mengambil saus tambahan di dekatku dengan tangan stola dan menghampirkannya pada Lil-chan.
"Lil-san, bagaimana kalau saus tambahan?"
"!Ah..."
Lil melirik ibunya, Sophia-sanl.
"Haa, Kosuke-kun ttara. Maaf ya. Lil,
tidak apa-apa."
"! Ehehe, terima kasih
banyak."
Sambil berkata demikian, dia
menyentuhnya dengan lembut.
"Wah, luar biasa. Ini sekeras yang pernah kudengar."
"Itu juga bisa dibuat lebih
lembut."
Aku mengubah kualitas energu magisku dan stola menjadi sedikit lebih
elastis.
"Wah, hebat! Kali ini
lembek!"
Dan dia menikmati stolaku. Dan
ketika aku mencoba mengembalikan Stola padaku,
"Kosuke-kun. Boleh aku minta
saus untukku
juga?"
kata Sophia-san. Rupanya Sophia juga ingin menyentuhnya.
Mendengar ini, Lil-chan cemberut.
"Mu, Ternyata
Okaa-sama juga ingin
menyentuhnya!"
"Tentu saja, aku juga
menahan diri. Lill, mulai sekarang, tolong tunggu sampai kamu selesai
makan."
Lil menatap Sophia-san dengan ekspresi tidak puas di
wajahnya.
"Jika kamu tidak melakukan itu, kejahatan akan mengambil
jiwamu loh."
Sophia-san memberitahu Lil-chan hal itu, dan dia menjawab dengan enggan.
"...Haai."
Aku merapikan Stolaku dan mengarahkannya
mendekati Sophia-san. Aku
mengulurkan Stolaku ke
arahnya, supaya dia bisa menyentuhnya juga. Dia juga tampak tertarik saat dia
menyentuhnya beberapa kali.
"Hebat sekali. Kudengar kamu juga bisa menerapkannya dengan atribut."
"Bisa dilakukan seperti ini.
Kalau aku menerapkan ini, Aku bisa mengatur ruang bahkan saat suhu luar sedang tinggi."
Setelah meng enchant atribut es, Sophia-san menyentuh Stola yang kini dingin itu dan bergumam,
"Sungguh luar biasa, baik dari segi kualitas maupun jumlah kekuatan sihirmu. Lebih baik dari yang pernah kudengar."
Rupanya dia tahu kalau aku adalah
tank magis. Mungkin melalui Clarice atau
Marino-san?
"Okaa-sama itu sungguh tidak adil!"
kata Lil-chan dengan marah. Aku
langsung memberi Stola yang
lain ke Lil-chan juga, dan dia mulai menikmatinya dengan wajah yang
sangat gembira, sambil berkata, "Hawawaw! Tsumetai des." Ah, aku
melingkarkan Stola di lehernya.
Dan kemudian, itu terjadi. Aku
merasakan sesuatu yang dingin di tulang belakangku. Bukan dinginnya stola yang
terenchant. Itu adalah suatu
suasana, atau mungkin niat membunuh, atau dinginnya psikologis.
"Takioto-kun. Terima
kasih."
Aku menoleh saat mendengar suara
Yang Mulia.
Lalu aku sadar bahwa penyebab
rasa dingin ini adalah tatapan seseorang. Itu juga milik Yang Mulia. Dia
mengucapkan terima kasih, tapi tidakkah dia menatapku dengan sedikit ekspresi
permusuhan? Aku takut, jadi mari kita ganti topik. Baiklah, sesuatu yang hangat
dibicarakan, Ah benar.
"Y-Ya. … K-kalau dipikir-pikir, Sophia-sama tadi bilang kalau jiwamu akan diambil, kan? Apa maksudnya?"
dan secara paksa mengubah pokok
bahasan. Ludi lalu tertawa.
"Ini adalah kisah lama yang
diceritakan kepada anak-anak nakal di Trèfle Empire. Dahulu kala, ada seorang
anak nakal yang menindas para elf. Anak itu terus melakukan hal-hal buruk
sehingga seorang [Arch elf]
tidak tahan melihatnya, jadi dia mengambil jiwanya dan mengubahnya menjadi
boneka. Kebetulan, para arch elf dikatakan sebagai spesies yang lebih tinggi
dari kita para elf."
"Itu cukup
menakutkan..."
Itulah hal yang membuat anak-anak
yang tidak patuh takut untuk berperilaku baik. Namahage juga memiliki aspek
seperti itu.
"Nah, Arch-Elf itu dikuasai
oleh kekuatan yang dimilikinya dan perlahan-lahan menjadi gila. Dia kemudian
mulai mendatangkan malapetaka dengan mengendalikan anak-anak yang jiwanya telah
dia cabut, tetapi spesies elf tingkat tinggi lainnya, "High Elf,"
tidak tahan melihatnya dan menyegelnya."
"Begitu ya"
Yuika mengangguk setuju saat Ludi
menjelaskan.
"Namun mereka mengancam kami
dengan mengatakan bahwa jika kami melakukan hal-hal buruk, Arch-Elf akan hidup
kembali dan mengambil jiwa kami, lalu mengendalikan kami lagi."
"Lil, sudah
sering mendengar cerita itu! Itu Ada di
buku bergambar, dan aku belum pernah bertemu Elf yang tidak dikenal itu."
Wah, jadi cerita tentang Arch Elf
cukup umum.
Baiklah, pada akhirnya kita harus
melawan Arch Elf. Untuk mengalahkannya, kita perlu membangunkan Ludi, jadi itu
mungkin akan memakan waktu yang cukup lama.
Kemudian pembicaraan beralih ke
senjata dan metode bertarung Yuika dan Senpai.
◇◆◇◆
Setelah beberapa saat penuh
ketegangan yang begitu intens hingga aku bahkan
tidak yakin apa yang kami bicarakan atau apa yang kami makan, kami pergi ke
hotel yang telah disiapkan untuk kami.
Aku ingat sedikit apa yang kita bicarakan. Ayah
saya hampir tidak berbicara sama sekali. Namun, saya mendapat kesan bahwa dia
memperhatikan putrinya berbicara dengan mata yang penuh kasih sayang.
Namun, tampaknya ibunya Ludi, Sophia-san, dan Adik
perempuannya, Lil, malah banyak mengobrol.
Khususnya Lil-chan tampaknya
belum cukup berbicara, karena ia ingin berbicara lagi besok, dan tentu saja
kami menjawab ya. Telah diputuskan bahwa kami akan pergi ke kastil tempat
keluarga Ludi tinggal besok pagi.
Jadi aku berpikir untuk mandi dan tidur nyenyak. Lalu Interkom di ruangan ku berdering.
Aku penasaran apakah itu Nanami atau Yuika? Aku melihat layar kamera di depan pintu dan
melihat Elf yang
luar biasa cantik.
"EeeEh, kenapa!?"
Kelihatannya sangat familiar. Ternyata itu Ibu Ludi. Aku segera bersiap, membukakan pintu dan
mempersilakannya masuk, sambil meminta maaf karena membuatnya menunggu.
"Maaf ya atas kemunculanku yang tiba-tiba ini."
"Tidak, Tidak apa-apa."
Un, aku penasaran ada hal apa. Aku tidak menyangka kalau ada Event seperti ini.
Mengapa? Pikiran-pikiran seperti itu berputar-putar dalam kepala ku.
"Bolehkah aku bicara
denganmu sekarang?"
"Te-tentu saja."
Aku mempersilahkannya
masuk menyuruhnya duduk di kursi. Saat aku menyalakan ketel yang disediakan hotel dan
mengobrak-abrik koper ku sambil
bertanya-tanya apakah aku membawa
daun teh terbaik, dia tertawa dan mengatakan kepada ku untuk tidak khawatir.
Namun aku tidak bisa begitu saja tidak mengeluarkan apa pun. Akhirnya aku membuat
teh yang biasa aku minum dan menaruhnya di hadapannya.
"Terima kasih"
"Jadi...apakah ada sesuatu?"
"Ada sesuatu yang
benar-benar ingin aku bicarakan padamu."
Dia memulai.
...Serius, situasi macam apa ini?
"A-apa itu?"
"Pertama-tama, apa
pendapatmu tentang Ludi, Kosuke?"
Aku agak khawatir tentang (('Pertama-tama')).
"Apakah kamu berbicara
tentang Ludi-san? Eeto..."
"Biasanya kamu memanggilnya dengan nama depannya kan. Panggil saja Ludi seperti biasa. Jadi, apa menurutmu Ludi itu imut?"
"Ya, dia manis. Menurutku dia gadis yang sangat
cerdas dan baik."
"Begitukah, yah kita bisa bicarakan itu lebih lanjut nanti, ini sudah larut, jadi
mari kita mulai saja."
Dia menatapku dengan senyum tipis
dan meneruskan bicaranya. Aku tidak tahu, tapi aku merasa dia bisa melihat isi
hatiku, seperti saat aku bicara dengan Marino-san.
"Nee, Kosuke-kun. Tahukah
kamu apa itu benih
kemungkinan?"
Tentu saja aku tahu itu.
"Apa hal nya itu? Ini pertama kalinya aku
mendengar kata itu."
Namun, aku merasa mengakui bahwa aku tahu akan menimbulkan masalah, jadi aku menepisnya. Akan tetapi, setelah berkata
demikian, sambil memikirkan mengapa dia bertanya kepada ku pada saat ini, aku sadar bahwa mungkin aku seharusnya bersikap jujur saja.
"Fufu, itu hal yang menarik
untuk dikatakan."
Hora, Sophia-san benar-benar tersenyum dan
menatapku.
Haaah~, aku tak
dapat menahan diri untuk tidak mendesah. Mungkin karena itulah cerita ini
muncul.
"Apakah Clarice sudah
menceritakannya padamu?"
Sophia-san mengangguk setuju.
"Ya, aku membuatnya berbicara. Tapi, bagaimana kalau Clarice datang ke hadapanmu dan ia mengatakan bahwa ia berpikir untuk berhenti, kamu biasanya akan menegurnya, kan?"
Tentu saja, Clarice dia akan berbicara. Aku tidak memintanya untuk
merahasiakannya atau apa pun, jadi dia bisa
memberi tahu Majikannya.
"Kamu tidak tahu nilainya itu, bukan?"
"Maa"
"Aku heran, mengapa kamu memberikannya padanya?"
Bahkan jika kau memikirkan alasannya.
"Kurasa itu karena dia selalu menjagaku sejak saat itu. Sebenarnya, Aku tidak ingin dia terlalu memikirkannya."
"Itu tidak mungkin, kan? Di negara ini saja tidak mungkin kami bisa mempersiapkan hal seperti
itu."
Jika orang luar melihat ini,
mereka akan bertanya, "Apakah aku
melakukan kesalahan?" Aku kira
kira seperti itu.
"Ah... begitu. Tapi yah, dia tidak
perlu terlalu mengkhawatirkannya."
"Aku yakin dia akan khawatir. Sejujurnya, ini
hidupnya, jadi aku pikir
dia boleh melakukan apa pun yang dia mau."
Tapi mari kita berhenti di situ.
Dan,
"Tetapi jika menyangkut
putri ku, ceritanya berbeda."
katanya.
"Kamu sedang berbicara tentang menjaga Ludi,
kan?"
Meski kupikir itu mungkin bukan
masalahnya, aku akan berpura-pura tidak menyadarinya.
"...Tidak. Kamu juga memberikannya pada Ludi, kan?"
Aku penasaran apakah Clarice
belum memberitahunya tentang Ludi? Bukanlah hal yang aneh baginya untuk
membicarakan hal itu, dan tidaklah aneh baginya untuk membicarakan hal itu.
"…………Ya. Apakah Clarice
berbicara denganmu?"
"Bagaimana ya
menjelaskannya? Meskipun dia belajar
di bawah bimbingan Marino-chan dan Hatsumi-chan, sihir yang Ludi gunakan tidak dapat dijelaskan dengan cara
itu. Ada mantra sihir yang dulu tidak
dapat kugunakan sama sekali, atau mantra sihir yang tidak berfungsi karena
tidak sesuai dengan kemampuannya."
Itu jelas merupakan efek dari
benih kemungkinan. Menurutku, itu aneh saja.
"Itu efek yang hanya kudengar
pada item legendaris. Apa yang harus kita lakukan?"
Sambil berkata demikian, dia
tersenyum kecut.
"Eeeto, Um-."
Ketika aku ragu mengatakannya, aku tertawa. Lalu aku meminta maaf dan mengatakan aku menyesal.
"Secara pribadi, aku lebih suka jika Sophia-sama tidak keberatan dengan kenyataan
bahwa aku memberikannya kepadanya."
“…Baiklah, kurasa aku akan
berhenti di situ saja untuk saat ini. Meski begitu, itu sesuai dengan apa yang
kudengar dari Marino-chan.”
Marino-chan, Nee.
"Aku sebenarnya tidak ingin bertanya,
tapi apa yang dikatakan Marino-san?"
"Dia memanggilmu pria jahat."
"Apa yang kau katakan Marino-san....."
"Aku hanya bercanda. Tapi dia sudah bilang kalau aku lengah, aku akan
jatuh."
"Bukankah itu hampir
sama?"
"Mungkin begitu."
"Ngomong-ngomong,
Sophia-sama, apakah tidak apa-apa jika Anda berada di kamar seorang pria dan berbicara seperti ini di malam hari?"
Aku memancarkan aura bahwa lebih baik pulang
dengan cara tidak langsung. Jika dia tetap di
sini, hidupku akan berakhir sia-sia.
Lalu dia menepukkan kedua
tangannya.
"Ah benar juga, ini tentang sebutan."
"Apa yang terjadi
tiba-tiba?"
"Menurutku cara menyapa
seseorang penting untuk bisa berteman. Aku merasa ada yang tidak beres. Ya.
Tolong ubahlah."
"Umm, anda Permaisuri, kan?"
"Itu mungkin benar secara
resmi, tapi aku ibu Ludi, tahu?"
Ibu temanmu, kan? Kakak
perempuan...tidak, usianya sudah lebih dari 100 tahun, jadi "Oba-san/bibi" adalah kata yang tabu.
Kemudian.
"Bagaimana kalau Sophia-san?"
"Soune, aku tidak keberatan kalau dipanggil
Okaa-san (Ibu) loh."
Hmm, tidak mungkin aku bisa memanggilnya begitu!
"Ha ha ha..."
Yang bisa ku lakukan hanyalah tersenyum kecut.
"Bolehkah aku memanggilmu
Kou-kun?"
Tentu saja, Sophia-san! Tapi saat aku dipanggil seperti itu,
jantungku jadi berdebar!
"Un, Kou-kun. Itu bagus. Korekara
yoroshiku ne~."
Lalu,
diia tiba-tiba berkata saat dia melihatku.
"Mungkinkah kamu mau tidur?"
"Be, gitulah"
"Maaf aku datang di saat
seperti ini... Ah benar
sekali!"
Setelah itu, dia berdiri dan
duduk di tempat tidur.
"Jika kamu mau, bagaimana kalau kita tidur bersama? Aku
bahkan akan menyanyikan lagu pengantar tidur untukmu. Saat aku menyanyikannya
untukmu, kamu akan langsung
tertidur."
"Hah? tidak, i-itu
adalah masalah . Lagian Aku
bukan anak Sophia-san!"
Ketika aku mengatakan ini dengan tidak sabar, Sophia-san mulai tertawa.
"Fufu, aku hanya bercanda.
Marino-chan bilang akan menyenangkan untuk menggodamu (menjahili), jadi dia memintaku untuk
mencobanya. Maaf."
Hei hei hei. Serius, Marino-san,
apa yang sudah kau katakan? Aku menerima layanan yang sangat baik. Itu yang
terbaik!
◇
Tempat yang kami datangi untuk
bermalam bukanlah Dungeon. Tentu
saja, kami semua ingin pergi ke sana, tetapi kastil yang kami kunjungi
dirancang agar indah dan nyaman untuk ditinggali.
Ini adalah kastil tempat keluarga
kerajaan, termasuk Ludi, tinggal.
Tidak seperti kastil yang bergaya
dan ramping di Disneyland, kastil ini memiliki kesan agak besar, yang
membuatnya (Dianeyland) begitu
lucu. Dari apa yang ku baca di
materi latar game, kastil
tersebut rupanya terinspirasi oleh Château de Chaumont di Prancis. Kelihatannya
begitu indah, aku pun
selalu ingin pergi ke sana
suatu hari nanti, tapi ternyata tujuannya bukan hanya pergi, tapi juga ibadah. Aku benar-benar datang ke sini. Aku yakin tidak ada orang lain yang dapat
memiliki pengalaman ini.
Sekarang, mengapa aku ada di tempat seperti ini?
Itu karena Lil-chan telah secara
resmi mengundangku. Lill tak sabar ingin bermain dengan Ludi, namun tampaknya
ia juga tak sabar ingin bertemu kami. Bahkan ketika dia sedang makan, dia
memamerkan hobi atau
kesehariannya di satu sisi. Saat dia
mengatakannya, aku merasa
seperti sedang memandangi keponakan atau cucu yang ceria dan hal itu membuat ku gembira.
Senyuman anak-anak sungguh
mengagumkan, apa pun jenis kelaminnya, begitu pula dengan anjing dan kucing,
sekadar melihat mereka bersenang-senang saja sudah membuat hatiku hangat.
Tapi ada yang aneh.
Aku pikir aku diundang oleh
Lil-chan. tidak diragukan lagi. Kemarin dia
memintaku untuk menunjukkan lebih banyak sihir dan
bermain dengan nya.
Aku merasa seperti diberi sebuah kehormatan yang
ku tahu tidak akan pernah terwujud,
seperti mengusap-usap kepalanya dan bahkan
jika aku harus memohon.
Namun, orang di depanku bukanlah
Lil-chan.
"…………"
Ada seorang lelaki tampan dengan
tatapan tajam yang membuat orang percaya bahwa itu adalah mata jahat dari
pembatuan.
Ya, itu ayahnya, Yang Mulia Marc. Dia menatapku.
"A, ano, apa yang terjadi?"
Kupikir aku akan dapat menghabiskan
waktu yang menyenangkan bersama Lil-chan. Akan tetapi, itu hanya berlangsung
sekitar sepuluh menit, di mana aku sempat
mengobrol sebentar dengan Lil-chan, yang melambaikan tangan dengan antusias di
depan istana.
Entah mengapa, Yang mulia malah memanggilku di antara semua yang
lain.
Dan keheningan ini.
"Ada sesuatu yang ingin aku
tanyakan padamu."
"Apakah ada sesuatu yang anda ingin tanyakan?"
Jika setidaknya Ludi atau
Clarisse ada di sini, aku akan merasa sedikit lebih baik. Namun, yang mulia ingin bicara denganku sendirian, dan Ludi mengatakan
kepada dia tidak bisa ikut, jadi hanya aku yang akan bertarung.
"Apa pendapatmu......tentang Ludi dan Lil?"
"Eeto, mungkin itu harta nasional?"
Yah, mereka
adalah kecantikan luar biasa yang telah memikat hati para penggemar
dan pemain di luar batas game erotis,
bukan hanya negara. Tentunya tidak ada seorang pun yang tidak menyukai Lil-chan, terutama karena aku adalah kawan yang mengikuti jejak Ludi dan
tetap mencintainya bahkan dalam fan disc yang dirilis kemudian. Yah, kalau saja
ada seseorang di sana tidak
seperti itu, aku pasti sudah meninjunya.
"...Benar, begitulah."
Setelah berkata demikian, dia
berbalik.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan hidup jika aku kehilangan kedua putri ku. Itu akan menjadi kehilangan besar bagi
negara. Namun, ada orang-orang yang mencoba membunuhnya."
Katanya. Tentu saja, aku dapat mengerti perasaan nya.
"Dan aku tahu itu. Aku berniat mempertaruhkan
nyawaku untuk melindungi orang-orang di sekitar Ludi agar dia bisa hidup dengan
tenang."
Sambil berkata demikian, Yang mulia dia mulai gemetar. Baiklah, aku tidak bermaksud mengatakan sesuatu yang akan
membuat nya kesal.
"Kuh Aku tidak menyerahkan
putriku...!"
"Ah, Nn?"
"Aku ragu untuk membicaralan... Lagian aku itu... .."
Sewaktu kami sedang berbicara, aku mendengar suara keras
di belakangku. Ketika aku
berbalik, Sophia-san ada di
sana, tersenyum, tetapi matanya tidak tersenyum. Terlebih lagi, karena beberapa
alasan, tubuhnya terbungkus oleh kekuatan magis yang kuat.
"SA-YA-NG. Aku penasaran apa yang sedang
kamu lakukan."
Kehadirannya begitu luar biasa
hingga aku merasakan seolah-olah suhu di dalam diriku tiba-tiba turun. Dan
tampaknya aku bukan
satu-satunya yang mengalami hal ini.
"Sophia. Aku baru saja berdiskusi sesuatu yang penting dengannya."
Aku tahu
Yang Mulia tidak bisa menatap mata istrinya, Sophia-san. Meski tampak muda, dia lebih tua dari Yang
Mulia dan aku tahu mereka sering bermain bersama. Lebih jauh lagi, aku tahu bahwa jika mereka bertarung, Yang Mulia
tidak akan mampu mengalahkannya, dengan atau tanpa sihir. Dia hanya bisa terserang tau...
"Kalau begitu aku akan
mengambil Kosuke-kun."
Dan dia memegang tanganku. Wah,
hebat sekali. Dia tipe senior, dan tangannya memancarkan kekuatan yang tidak
akan kau bayangkan dari penampilannya.
Sejujurnya, itu menakutkan.
Sophia-san membawaku dan kami
meninggalkan ruangan.
"Maaf ya...apakah suamiku mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Ah, tidak. Dia tidak melakukan sesuatu yang khusus."
"Un, aku mengerti. Aku akan membuatnya mengerti, jadi tidak apa-apa."
Dia pikir aku tidak
akan mendengarkan. Apa maksudnya agar dibuat mengerti
hal itu? Aku
merasakan ketakutan yang besar, tetapi pada saat yang sama, muncul keinginan
misterius dalam diri ku untuk
dapat mengerti.
Merasa agak bingung, aku dibawa ke suatu tempat yang tampak seperti
ruang penerima tamu. Tampaknya Ludi, Lil dan yang lainnya hanya bermain di
sana.
"Saya akan menceritakan rahasia Goshujin-sama saya hanya padamu, Lil-sama."
Itulah yang dikatakan Nanami. Dia
melihat wajahku dan tiba-tiba mulai berbicara tentang itu.
"Apakah itu sesuatu yang
istimewa?"
Lil-chan nampaknya tidak
menyadari kedatanganku, matanya berbinar-binar karena kegembiraan, seolah dia
baru saja memenangkan lotre untuk konsol permainan baru. Anak kecil itu
istimewa dan aku
menyayangi mereka. Ketika kau melihat
senyuman seperti itu, tidak ada yang dapat menghentikan mu.
"Ya. Itu suatu yang istimewa."
Kata Nanami sambil mengangkat
jari telunjuknya dan menempelkannya di bibir sebelum mengedipkan mata. Tolong
jangan katakan ini rahasia, bukan hanya semua orang tapi orang yang dimaksud
ada di sini.
Sebenarnya, aku punya begitu
banyak rahasia dalam pikiranku, sehingga hal itu membuatku merasa tidak enak. Tapi tolong berhenti bicara tentang Amaterasu Jougakuin.
"Ya, ini istimewa! Aku tidak akan memberi tahu
siapa pun!"
"...Sesungguhnya, Goshujin-sama kamu tahu, dia dapat bergerak lebih cepat dengan meluncur
di atas pantat nya daripada
dengan berjalan dengan kaki nya."
"......Eeeeeeeeh!"
Lil terkejut dan membuka matanya
lebar-lebar hingga matanya tampak seperti akan keluar dari kepalanya.
"Tidak heran kalau dia disebut Petir
Tsukuyomi."
"Ludi Onee-sama, benarkah itu?!"
"Itu setengah bohong."
"Oh, jadi itu setengah
bohong. Apakah itu setengah benar?!"
Itu tidak mungkin benar.
"Itu semua bohong."
Lil-chan berbalik saat mendengar
suaraku.
"Eeeeeh?! Kapan kamu datang?"
Menanggapi keterkejutannya,
Nanami tertawa, "Fufufu."
"Ini membuktikan bahwa Goshujin-sama bergerak dengan pantatnya. Si pantat tersembunyi."
"Jangan mengatakan hal-hal
yang tidak masuk akal."
"B-bagaimana bisa kau berjalan dengan pantatmu?!"
"Kamu tidak bisa
melakukannya kecuali kamu mulai dengan membelah pantatmu menjadi dua."
"Bukankah itu sudah rusak!"
Hei, seseorang hentikan ini! Ini
sungguh di luar kendali.
Nanami menyebabkan kebingungan
dan aku berulang kali berkomentar hingga
akhirnya Ludi mulai bergerak.
"Maaf Lil. Itu sebenarnya hanya bercanda"
Ludi mengatakan yang sebenarnya
pada Lil. Aku heran mengapa dia hampir
percaya aku bisa bergerak menggunakan pantatku.
Lil-chan, tertawa dan berkata
"Moo!" dengan marah, benar-benar
seorang malaikat. Memang ada
malaikat biologis di sini, tetapi dia adalah
malaikat dari dimensi yang berbeda.
Saat Nanami melihat Lil-chan mengeluh
pada Ludi dan Senpai yang menjahilinya, "Itu mengingatkanku,"
gumam Nanami dan menatap Yuika.
"Seorang pesaing kuat telah
muncul. Apa yang akan anda lakukan,
Yuika-sama?"
Yuika menatap bingung pada
kata-kata Nanami yang tidak dia mengerti.
"Apa itu saingan yang kuat?
Saingan yang kuat yang gimana?"
Nanami melirik Lil-chan.
"Tentu saja, dia dalam
posisi adik perempuan. Imoposi
(Imouto Position). Seorang adik perempuan sejati telah muncul."
"Hah? Apa maksudmu dengan
adik perempuan sejati? Tidak ada kebenaran atau kepalsuan dalam menjadi seorang
adik perempuan. Dan pertama-tama, aku bukanlah adik perempuan
Takioto-san."
Mendengar itu, Nanami memiringkan
kepalanya.
"? Tapi Yuika-sama adalah
saudara tiri
Iori-sama, kan?"
"...Yah, dia adalah Onii-chan
ku."
Nanami mengangguk setuju.
"Kalau begitu, kenapa tidak
memanggilku Goshujin-sama [Onii-chan ♥]?"
"Itu tidak baik! Jangan
bicara seolah-olah itu sudah jelas. Apakah dia dan
Takioto-san sudah menikah?! Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, bisakah
seseorang menerjemahkannya untukku?"
"Tapi tenang saja.
Yuika-sama adalah adik perempuan yang alami, adik perempuan yang ditakdirkan,
dan di atas segalanya, adik perempuan yang ada."
"Apa maksudnya memiliki
makhluk yang disebut adik perempuan? Ini pertama kalinya aku
mendengarnya."
Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak tahu
apakah dia saudara kandung atau saudara yang ditakdirkan.
“Lihat, selagi kita bicara,
Lil-sama mungkin akan mendapatkan lebih banyak ((‘Iomouto Point’)), jadi cepatlah dan lepas
pakaianmu, Yuika-sama…”
"Jadi apa itu poin adik
perempuan?!"
Apakah perlu melepas pakaian?
"Poin adik perempuanmu akan
naik saat kamu memakan es krim Goshujin-sama tanpa
izin, membangunkannya saat dia sedang tidur, bermain game dengannya, meminta
nasihat tentang sesuatu, atau menaklukkan Dungeon bersama
yang kalian ragu untuk ungkapkan dengan kata-kata. Kau tahu itu, kan?"
"Aku sudah melakukan semuanya, tapi aku tidak punya ide!"
"Sepertinya kamu sudah
mendapatkan banyak poin."
Sayangnya, sepertinya kau tidak perlu melepas pakaian. Jadi es krimku yang hilang itu ulahmu?
"!!! Seperti yang kuduga, Yuika-sama adalah adik
perempuan yang jahat...!"
"Aa-moo, aku tidak mengerti lagi. Jadi, aku
baik-baik saja sebagai adik perempuanku kan."
Tidak, itu tidak... baik? ...Onii-chan ? Onii, Chan!? Onii-channnnn!
Yuika mungkin seorang adik
perempuan yang jahat.
◇
"Ah, aku lelah."
Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak
berteriak. Setelah mandi, aku merasa
lelah sekali.
Berbicara dengan Lil-chan dan
Sophia-san memang menyenangkan, tetapi aku merasa ada tekanan aneh padaku.
Aku duduk di kursi dan mendesah.
Sekarang aku berpikir tentang apa yang harus ku lakukan selanjutnya. Aku melakukan olahraga
ringan bersama Senpai dan
Yuika sebelum mandi, jadi aku siap tidur sekarang. Tetapi entah mengapa aku merasa tidak dapat langsung tertidur.
Biasanya aku terjaga
sedikit lebih lama. Jadi aku
memutuskan untuk membaca sesuatu dan mengeluarkan buku dari tas ku.
Pada saat itulah terdengar
ketukan di pintu kamarku. Aku teringat banyak hal dan tubuh ku melonjak sesaat.
Mengingat kejadian kemarin, aku
menguatkan diri, namun Ludi lah yang masuk ke ruanganku.
"Apakah kamu baik-baik saja
sekarang?"
"Ah, tidak apa-apa."
Dia mengenakan gaun tidurnya.
Dia duduk di samping tempat
tidurku dan tertawa dengan sedikit nada lelah dalam suaranya.
"Maafkan ya Kousuke, tentang Ayah, Ibu, dan bahkan
Lil... pasti sulit, kan?"
Aku menggelengkan kepala dan
berkata, itu bukan
seperti itu.
"Itu sangat menyenangkan.
Ada beberapa momen sulit, tetapi lebih dari setengahnya disebabkan oleh lelucon
Nanami."
Pada akhirnya, karena suatu
alasan, kami semua bermain game bersama.
Kemungkinan besar dia membuat
semua lelucon konyol ini agar Lil-chan dan yang lainnya bisa akrab.
Ngomong-ngomong, ada pula teori yang mengatakan bahwa dia mengacaukan segalanya
karena dia menikmatinya.
"Kamu tahu, Lil, kurasa akhir-akhir ini dia merasa agak tidak nyaman karena apa yang
terjadi padaku."
"... Tentang sekte dewa jahat kan?"
"Ya, sebenarnya ibu datang
kepadaku untuk meminta nasihat. Dia bilang bahwa Lil tidak banyak tersenyum
akhir-akhir ini."
Kultus Dewa Jahat punya banyak
alasan untuk menargetkan keluarga Trèfle. Baru-baru ini, setelah serangan
terhadap Ludi, mereka meningkatkan keamanan dan berusaha menghindari kegiatan
yang tidak perlu.
"Hari ini kelihatannya
sangat menyenangkan."
Seolah-olah Ludi teringat sesuatu setelah mengatakan itu, dia
terkekeh.
"Baguslah. Aku juga
bersenang-senang."
Saat aku memperhatikan Ludi, aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Wajahnya lebih
dari biasanya...
"Ludi, bukankah kamu sangat lelah?"
Saat aku berkata demikian,
telinga Ludi berkedut. Lalu dia tersenyum kecut.
"...Apakah kamu
mengerti?"
"Tentu saja, menurutmu sudah berapa lama
kita bersama?...Bukankah sudah setengah
tahun?"
Rasanya kita sudah bersama
selamanya, tetapi jika dihitung jumlah hari, itu tidak terlalu lama.
"Fufu, itu benar. Tapi aku merasa Kosuke sudah
melihat hampir semua hal tentangku. Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa
kejadian yang sangat penting telah terjadi. Banyak juga yang terjadi hari
ini."
Itu tentu saja benar. Meski tidak
sebanyak tokoh protagonis dalam novel detektif atau manga, menurutku ada banyak
kejadian yang berbeda. Maksudku, aku yakin kami
mengalami hal-hal yang tidak akan pernah dialami orang normal seumur hidup
mereka. Hal-hal seperti kultus dewa jahat dan insiden Sakura-san.
Saat aku mengingat kembali
kejadian sebelumnya, aku tiba-tiba menyadari Ludi tengah menatapku.
"…………Nee, terima kasih, Kousuke."
"Ya. Jangan khawatir tentang
Lil-chan."
"Tidak, bukan itu."
"?"
"Termasuk semua hal hingga
saat ini."
"...Aku yang seharusnya bersyukur."
Ludi tertawa saat aku mengatakan itu.
"Menjadi anggota keluarga
kerajaan berarti banyak ikatan, ancaman terhadap hidup seseorang, dan kesulitan
lainnya. Namun, jika aku bisa
memilih hidup ku, aku ingin menjalani hidup yang sama lagi."
"Begitukah?"
"Ya, karena aku bertemu
Kosuke."
Dia mengatakan ini dan tertawa.
"Tentu saja, senang juga
bertemu dengan Yukine-san, Marino-san, Hatsumi-san,
Yuika-chan, Nanami, Rina-chan, Iori-kun, dan guru-guru lainnya. Bahkan dengan
misi kerajaan dan masalah dengan sekte dewa jahat, aku ingin menghabiskan waktu
yang sama lagi."
"Sekalipun ada sekte dewa
jahat, ya?"
Itu adalah insiden yang cukup
serius, tetapi apakah itu intinya?
"Ya. Karena jika terjadi
sesuatu, Kosuke akan melindungiku, kan?"
...Yah, ya, kurasa begitu.
"Tentu saja."
"Fufu."
Setelah itu, dia perlahan-lahan
menjatuhkan diri ke tempat tidur dan merentangkan tangannya.
"Kurasa aku lelah juga. Aku
mulai merasa mengantuk."
"Apakah tidak apa-apa kalau
tidur di sini?"
Dalam banyak hal.
"Tidak apa-apa, kalau itu
Kosuke... tidak apa-apa."
Dia tidak berdaya. ini juga biasa terjari di rumah. Lagian tidak ada musuh.
Setelah beberapa saat, napasnya
mulai teratur dan lembut.
"Tidak ada yang baik tentang
hal itu."
Aku memindahkannya ke tengah tempat tidur dan
menutupinya dengan futon. Aku
memandang wajah Ludi yang sedang tidur, membayangkan bagaimana jadinya jika ibu
dan ayahnya melihat kami.
Sungguh indah. Suara napas lembut
terdengar dari bibirnya yang tipis dan berbentuk indah di kulitnya yang putih
dan halus. Benarkah? Kukira. dia tidur
nyenyak. Dia tampaknya tidak sadar bahwa dirinya telah ditipu sedikit.
"...Maa, iika."
Aku tidak tahu mengapa, tetapi ketika aku melihat wajah tidurnya ini, aku merasa
seperti aku bisa
melakukan apa saja, sepertinya aku bisa
mengaturnya.
Lagipula, membangunkannya dan
membawanya ke kamarnya akan menjadi tidak sopan.
Jadi apa yang harus ku lakukan? Aku menggeledah koperku untuk
melihat apakah ada sesuatu yang bisa kutemukan untuk menghabiskan waktu. Lalu aku mengambil buku dan mengalihkan pandanganku ke Ludi.
Aku memperhatikan lipatan kasur yang naik turun secara
berkala serta sosok gadis itu, tetapi kemudian aku mengalihkan pandangan dan asyik membaca
buku.
Lalu aku tidur sampai Clarice datang.
Post a Comment