NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Magical Explorer Volume 10 Chapter 3

 

Selamat datang di Kekaisaran Trèfle

 

"Kota ini cukup modern."

Senpai mengomentari pemandangan dari jendela limusin.

Pohon-pohon ditanam di sepanjang jalan, bunga-bunga ditanam di berbagai tempat, dan rumput kehijauan tumbuh subur di mana-mana. Akan tetapi, di antara semuanya ada pula beberapa rumah biasa yang avant-garde. Ada juga yang seperti monorel yang ditenagai oleh sihir.

"Itu hanya berlaku di beberapa daerah. Daerah lain cenderung memiliki arsitektur yang lebih alami dan jaringan transportasi yang kurang berkembang."

Tampaknya kota-kota dengan sejumlah besar orang dari negara lain dan khususnya imigran cenderung lebih radikal.

"Umumnya, orang-orang lebih suka arsitektur yang memungkinkan mereka mendengar suara alam. Jadi, meskipun kami memiliki teknologi dan uang untuk membangun gedung seperti di Wakuni, kami memilih untuk membangun bangunan kayu atau tinggal di rumah pohon. Tentu saja, ada juga orang yang lebih suka tempat yang dilengkapi dengan peralatan sihir terbaru."

Ludi menambahkan lebih lanjut.

"Fumu. Ini adalah ibu kota Kekaisaran, dan berbagai orang datang ke sini, jadi tempat ini dikembangkan untuk mengakomodasi hal itu."

Yuika mengangguk setuju mendengar perkataan Senpai.

"Jadi itu sebabnya ada begitu banyak toko bagus yang ditujukan untuk turis. Ah, Takioto-san. Sebenarnya, aku berulang tahun setiap bulan. Kau tahu itu, kan?"

Dia melirik tongkat jalan yang terlihat mahal itu. Mungkin itu lelucon, tetapi dia mungkin meminta hadiah setiap bulan. Tapi itu...

"Apakah dapat diterima jika kita menua dua belas kali lebih cepat dari rata-rata orang...?"

"Aku tidak peduli apa yang kamu berikan padaku, yang penting aku bisa mendapatkannya. Usia adalah masalah sepele."

"Goshujin-sama, saya sebenarnya akan merayakan ulang tahun dalam enam bulan lagi. Kalau boleh, saya ingin rambut, kuku kaki, dan bagian kulit anda."

"Oi, kau akan gunakan itu untuk apa, sihir kutukan atau semacamnya kah?"

Itu sungguh menakutkan. Aku tidak akan memberikannya padamu.

"Jika itu sesuatu dari Imperial Nation, aku akan memberikannya kepadamu sebagai hadiah, oke?"

"Ludi-san adalah sahabat baikku, bagaimana aku bisa menerima hal-hal darimu secara cuma-cuma!"

"Are? Apa aku tidak termasuk dalam kategori teman penting?"

Baiklah, jangan kita pikirkan terlalu dalam.

"Jadi, ke mana kita akan pergi setelah ini?"

Aku memanggil Clarice.

"Karena kali ini mereka akan bertemu dengan teman-teman sekolah Ludi-sama, kami telah memesan restoran jadi kalian jangan terlalu gugup."

"Ini makan siang untuk menyapa ya"

Jika kau bertanya kepada ku apakah aku akan gugup atau tidak, Aku akan mengatakan aku akan sangat gugup. Lagipula, restoran yang disiapkan oleh Yang Mulia sangat mewah, bukan? Apalagi, rasanya seperti makan malam dengan presiden negara lain, tahu? Ya, ku rasa itu lebih baik daripada ruangan khusus untuk penonton.

Itulah yang kupikirkan, tetapi kukira itu memang sesuai dugaanku. Kamar yang kami lihat sangat mewah.

Ini mungkin bukan kemewahan yang gemerlap dengan hiasan emas dan perak. Meskipun aku yakin mereka menggunakan bahan berkualitas tinggi, kayu, tikar tatami, dan gulungan gantung semuanya terlihat sederhana. Namun penempatannya di lokasi yang eksklusif, dan sinar matahari yang masuk melalui layar shoji yang terbuka, membuat tempat itu tampak seperti tempat mistis. Apakah adil jika mengatakan bahwa ruangan ini indah?

"Ini seperti toko tradisional Jepang."

Suasananya sangat khas Jepang. Kalau Senpai atau Shion-san mengajakku keluar untuk minum teh dan makan camilan, mungkin aku akan datang ke tempat seperti ini. Namun, kehadiran atau atmosfer ruangan memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi.

"Yah, karena kita dari Wakuni mereka berusaha pasti memastikan kita tidak gugup, kan?"

"Seperti yang dikatakan Takioto-san. Aku menghargai pertimbangan mereka, tapi aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar pertimbangan? Aku merasa tidak nyaman di sini."

Mungkin karena dia berada di depan putri orang yang menyiapkan sajian, Yuika berbicara kepada Senpai dengan suara pelan.

"Menurutku itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Anggap saja seperti makan malam bersama keluarga teman. Namun, memang benar bahwa aku pun merasa sedikit terintimidasi melihat suasana seperti ini."

Senpai menatap gulungan yang tergantung sambil tersenyum kecut. Yuika dan aku mengikuti pandangannya.

"Dengan gulungan itu, kita bisa membeli mobil, atau bahkan membangun rumah murah."

"Mengapa mereka dengan mudahnya menaruh barang-barang sekelas museum di sana?"

Keluarga Ludi tiba segera setelah kami tiba.

Ketika mereka tiba, pertama-tama kami bertukar salam.

Setelah kami memberikan perkenalan singkat, keluarga Ludi kemudian memulai perkenalan singkat. Baiklah, Kau bisa dengan mudah mengetahuinya dengan mencari di web dengan kata kunci [Trèfle Empire Royal Family], jadi aku yakin semua orang sudah mengetahui hal tersebut sebelumnya.

"Marc-Olivier Lucas de la Trèfle."

Lelaki yang mengatakan ini adalah seorang lelaki tampan berusia awal tiga puluhan dengan fitur wajah yang tegas. Namun, dia adalah seorang Elf, dan penampilannya tidak boleh disamakan dengan usianya. Dia adalah Kaisar para Elf dan telah hidup selama lebih dari seratus tahun.

Tentu saja, aku tahu seperti apa dia. Aku juga tahu bahwa saat pertama kali bertemu Iori dalam game, dia menatapnya dengan tajam. Iori berkata saat itu tulang punggungnya membeku, tapi itu bohong. Bukan hanya kedinginan, tapi seperti kau tidak merasa hidup. Namun syukurlah, hanya aku saja yang menjadi sasaran tatapan kosong mutlak ini. Baiklah, aku rasa itulah yang dia pikirkan.

"Gomenne, Kousuke-kun. Sepertinya suasana hati suamiku sedang buruk, dan beginilah biasanya dirinya, jadi jangan khawatir. Aku ibu Ludi, Sophia Chloe de la Trefle. Jangan ragu untuk memanggilku Sophia."





Yang mengucapkan hal itu sambil tersenyum adalah ibu Ludi. Sungguh tatapan yang lembut dan hangat! Perbedaan suhu antara dia dan Kaisar Marc sangat drastis. Tapi aku tidak bisa memanggilmu begitu saja.

Sophia terlihat sangat mirip dengan Ludi. Warna mata Ludi seperti ayahnya, tetapi selain itu dia mirip ibunya. Dengan Ludi berdiri di sampingnya, mereka tampak seperti saudara perempuan.

Meskipun Ibu ludi tampak seusia dengan Nee-san, dia sebenarnya lebih tua dari suaminya. Lagipula, membicarakan usia adalah hal yang tabu. Dan dia lebih kuat (secara fisik) dari suaminya, sang kaisar.

"Aku L'il Inès de la Treifle. Senang bertemu dengan mu."

Singkatnya, Lil-chan adalah malaikat. Meski rasnya adalah Elf, dia adalah malaikat bagi kita para hadirin sekalian. Bagaimana mungkin seorang anak yang lucu, kecil, dan polos seperti itu bukan seorang malaikat? Makhluk itu adalah malaikat. Oleh karena itu, dia adalah malaikat (Cuci otak).

Ludi dan keluarganya juga memiliki seorang kakak perempuan, tetapi menurut Sophia, dia ada urusan di rumah suaminya dan tidak bisa datang. Ngomong-ngomong, dia tidak muncul dalam game dan hampir tidak disebutkan sama sekali, jadi dia adalah karakter misterius.

Setelah acara salam-salaman selesai, tibalah saatnya untuk menyantap hidangan yang telah lama ditunggu!

Itu tidak terjadi.

Tampaknya keluarga Ludi memiliki sesuatu yang benar-benar ingin mereka katakan pertama kali. Hal itu....

"Apakah kamu ingat saat kamu menyelamatkan Ludi dan Clarice dari mara bahaya di hotel?"

Berbicara tentang apa yang terjadi di hotel, saat itulah aku bertemu Ludi dan Clarice untuk pertama kalinya. Aku ingat. Itulah yang terjadi. Ada pengkhianat di antara para Elf lalu Ludi dan Clarice terpojok. Itulah pertama kalinya aku bertarung dengan benar...Aku heran aku bisa selamat waktu itu. Walau begitu, Aku tidak akan pernah melupakan perasaan bahagia yang masih ada di tangan ku.

"Aku sangat berterima kasih. Terima kasih."

Pada saat yang sama, keluarga Ludi, termasuk Ludi, dan Clarice juga membungkuk kepada ku.

"Angkatlah kepalamu," kataku sambil diam-diam panik, bertanya-tanya mengapa semua orang menundukkan kepala. Namun mereka tidak mengangkat kepala mereka.

"Tentu saja, bukan hanya itu saja, kudengar kamu telah menyelamatkannya dari bahaya berkali-kali. Dan keluarga Hanamura juga sangat baik menjaganya, sungguh kami sangat merepotkan kalian, lebih tepat dikatakan bahwa kami sangat-sangat merepotkan kalian."

Yang Mulia tidak seharusnya menundukkan kepalanya. Apakah itu baik-baik saja? Bagaimana pun, aku merasa seperti tidak hidup, jadi tolong angkat kepalamu.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Ludi jika kalian tidak ada di sana... Aku sangat berterima kasih kepada kalian."

“Tidak, itu hanya kebetulan. Ojou-sama biasanya membantu kami di sana-sini, dan tentu saja, Clarice dan para pelayan lainnya juga membantu kami dengan berbagai cara…”

Aku mengatakan sesuatu yang tidak begitu kumengerti, tapi berhasil membuatnya mengangkat kepalanya.

"Itulah mengapa akulah orang yang paling berterima kasih pada Ludi."

Saat kami berdua saling mengucapkan terima kasih, Clarice dengan serius menyarankan, "Takioto-sama juga berada dalam posisi yang sulit, jadi bagaimana kalau kita mulai makan?"

Dan pesta makan malam pun dimulai.

Baguslah Sophia-san mengizinkan kami duduk dan dia mengerti itu.

Aku dapat mengerti mengapa mereka ingin kita bisa makan sambil menatap wajah satu sama lain dan berbicara satu sama lain.

Akan tetapi, menurutku tidak tepat jika Yang Mulia Marc berdiri di hadapanku sambil menatapku dengan ekspresi masam. Kurasa melegakan karena Ludi duduk di sebelahku, di sebelah kiri.

"...Haha, ini sangat lezat."

Saat aku mengatakan hal itu, Yang Mulia mengangguk.

Canggung~~~. Rasanya seperti sedang diawasi. Gelombang kekuatan magis yang kurasakan saat Ludi membersihkan kotoran dari pakaianku tadi mungkin berasal darinya.

Orang yang membalas ku adalah ibu Ludi, Sophia-san.

"Fufu, aku senang rasanya sesuai dengan seleramu. Awalnya kupikir itu adalah hidangan khas Trèfle, tetapi Trèfle memang punya beberapa hidangan unik... jadi kupikir mungkin lebih baik memulai dengan nasi dari Wakuni, yang biasa kalian makan."

Ini adalah pertimbangan yang sangat kami hargai.

"Juga makanan di sini sudah dibumbui untuk porsi besar, jadi silakan dicoba."

"Hai, Ittadakimas."

Kekaisaran Trèfle adalah negeri para Elf. Seperti yang diketahui sebagian besar otaku, Elf menyukai sayuran. Selain itu, bumbu-bumbunya sering memanfaatkan rasa alami bahan-bahannya.

Jadi menurutku Elf yang duduk diagonal di hadapanku dapat dengan mudah menghabiskan sup tulang babi dan minyak bawang putih yang lezat itu cukup langka.

"Kosuke? Ada apa?"

"...tidak, bukan apa-apa."

"Tegang? Fufu, apa kamu gugup? Ttaku Otou-sama, tolong jangan melotot ke arah Kosuke terus."

Mendengar Ludi mengatakan hal itu, Yang Mulia mendesah kecewa.

"Aku tidak melotot ke arahnya, ini hanya perilaku normalku."

Ibunya, Sophia-san, lalu menambahkan.

"Kamu bohong. Sayang, biasanya kamu tidak seperti ini. Kamu malah lebih [Deree] kalau ngobrol sama Lill."

Aku khawatir dengan tatapan yang mulia, jadi sangat membantu mendengar Shopia-san mengatakan itu. Yah, bagiku juga disebut kalau aku suka [Dereeでれーっ] itu agak gimana....

Ah, Yang Mulia sedang melotot ke arah Sophia-san. Haruskah aku menindaklanjutinya?

"Yah, Lil-san dan Ludi-san sama-sama cantik, jadi aku bisa membayangkan bagaimana perasaanmu."

Namun pernyataan itu mungkin sedikit keliru.

"Hah!, Aku tidak akan memberikan Ludi dan Lil."

Yang mulia menoleh cepat-cepat untuk menatapku dan berbicara dengan suara lebih rendah dan lebih kasar daripada sebelumnya. Itu sungguh menakutkan.

"Ya ampun sayang. Itu hanya sanjungan, jadi jangan bereaksi."

Yang bisa ku lakukan hanyalah tertawa, ahahaha. Baiklah, kurasa aku hanya mencoba bersikap baik. Ngomong-ngomong, Sophia-san juga sangat cantik.

"Gomenne, Kosuke-kun."

"Ummm... Okaa-sama. Bolehkah aku bicara sebentar dengan Kousuke-sama?"

Lil-chan, yang sebelumnya berbicara dengan Senpai dan Yuika, bergabung dalam percakapan.

"Um, bolehkah aku menyentuh Stolamu?"

"Stola? Tentu saja."

Kataku, dan dia berdiri sambil tersenyum.

"Lil, itu tidak sopan. Tunggu sampai selesai makan."

Ketika Sophia-san mengatakan hal itu, Lil-chan berkata, "Aku minta maaf" dan duduk sambil terlihat sangat sedih.

Tidak bagus. Wajah gadis kec..... Wajah sedih Lil-chan yang murung adalah pengaruh negatif pada dunia ini.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di benakku, aku menuangkan sihir ke dalam stolaku. Lalu aku mengambil saus tambahan di dekatku dengan tangan stola dan menghampirkannya pada Lil-chan.

"Lil-san, bagaimana kalau saus tambahan?"

"!Ah..."

Lil melirik ibunya, Sophia-sanl.

"Haa, Kosuke-kun ttara. Maaf ya. Lil, tidak apa-apa."

"! Ehehe, terima kasih banyak."

Sambil berkata demikian, dia menyentuhnya dengan lembut.

"Wah, luar biasa. Ini sekeras yang pernah kudengar."

"Itu juga bisa dibuat lebih lembut."

Aku mengubah kualitas energu magisku dan stola menjadi sedikit lebih elastis.

"Wah, hebat! Kali ini lembek!"

Dan dia menikmati stolaku. Dan ketika aku mencoba mengembalikan Stola padaku,

"Kosuke-kun. Boleh aku minta saus untukku juga?"

kata Sophia-san. Rupanya Sophia juga ingin menyentuhnya. Mendengar ini, Lil-chan cemberut.

"Mu, Ternyata Okaa-sama juga ingin menyentuhnya!"

"Tentu saja, aku juga menahan diri. Lill, mulai sekarang, tolong tunggu sampai kamu selesai makan."

Lil menatap Sophia-san dengan ekspresi tidak puas di wajahnya.

"Jika kamu tidak melakukan itu, kejahatan akan mengambil jiwamu loh."

Sophia-san memberitahu Lil-chan hal itu, dan dia menjawab dengan enggan.

"...Haai."

Aku merapikan Stolaku dan mengarahkannya mendekati Sophia-san. Aku mengulurkan Stolaku ke arahnya, supaya dia bisa menyentuhnya juga. Dia juga tampak tertarik saat dia menyentuhnya beberapa kali.

"Hebat sekali. Kudengar kamu juga bisa menerapkannya dengan atribut."

"Bisa dilakukan seperti ini. Kalau aku menerapkan ini, Aku bisa mengatur ruang bahkan saat suhu luar sedang tinggi."

Setelah meng enchant atribut es, Sophia-san menyentuh Stola yang kini dingin itu dan bergumam, "Sungguh luar biasa, baik dari segi kualitas maupun jumlah kekuatan sihirmu. Lebih baik dari yang pernah kudengar."

Rupanya dia tahu kalau aku adalah tank magis. Mungkin melalui Clarice atau Marino-san?

"Okaa-sama itu sungguh tidak adil!"

kata Lil-chan dengan marah. Aku langsung memberi Stola yang lain ke Lil-chan juga, dan dia mulai menikmatinya dengan wajah yang sangat gembira, sambil berkata, "Hawawaw! Tsumetai des." Ah, aku melingkarkan Stola di lehernya.

Dan kemudian, itu terjadi. Aku merasakan sesuatu yang dingin di tulang belakangku. Bukan dinginnya stola yang terenchant. Itu adalah suatu suasana, atau mungkin niat membunuh, atau dinginnya psikologis.

"Takioto-kun. Terima kasih."

Aku menoleh saat mendengar suara Yang Mulia.

Lalu aku sadar bahwa penyebab rasa dingin ini adalah tatapan seseorang. Itu juga milik Yang Mulia. Dia mengucapkan terima kasih, tapi tidakkah dia menatapku dengan sedikit ekspresi permusuhan? Aku takut, jadi mari kita ganti topik. Baiklah, sesuatu yang hangat dibicarakan, Ah benar.

"Y-Ya. … K-kalau dipikir-pikir, Sophia-sama tadi bilang kalau jiwamu akan diambil, kan? Apa maksudnya?"

dan secara paksa mengubah pokok bahasan. Ludi lalu tertawa.

"Ini adalah kisah lama yang diceritakan kepada anak-anak nakal di Trèfle Empire. Dahulu kala, ada seorang anak nakal yang menindas para elf. Anak itu terus melakukan hal-hal buruk sehingga seorang [Arch elf] tidak tahan melihatnya, jadi dia mengambil jiwanya dan mengubahnya menjadi boneka. Kebetulan, para arch elf dikatakan sebagai spesies yang lebih tinggi dari kita para elf."

"Itu cukup menakutkan..."

Itulah hal yang membuat anak-anak yang tidak patuh takut untuk berperilaku baik. Namahage juga memiliki aspek seperti itu.

"Nah, Arch-Elf itu dikuasai oleh kekuatan yang dimilikinya dan perlahan-lahan menjadi gila. Dia kemudian mulai mendatangkan malapetaka dengan mengendalikan anak-anak yang jiwanya telah dia cabut, tetapi spesies elf tingkat tinggi lainnya, "High Elf," tidak tahan melihatnya dan menyegelnya."

"Begitu ya"

Yuika mengangguk setuju saat Ludi menjelaskan.

"Namun mereka mengancam kami dengan mengatakan bahwa jika kami melakukan hal-hal buruk, Arch-Elf akan hidup kembali dan mengambil jiwa kami, lalu mengendalikan kami lagi."

"Lil,  sudah sering mendengar cerita itu! Itu Ada di buku bergambar, dan aku belum pernah bertemu Elf yang tidak dikenal itu."

Wah, jadi cerita tentang Arch Elf cukup umum.

Baiklah, pada akhirnya kita harus melawan Arch Elf. Untuk mengalahkannya, kita perlu membangunkan Ludi, jadi itu mungkin akan memakan waktu yang cukup lama.

Kemudian pembicaraan beralih ke senjata dan metode bertarung Yuika dan Senpai.

 

◆◇◆

 

Setelah beberapa saat penuh ketegangan yang begitu intens hingga aku bahkan tidak yakin apa yang kami bicarakan atau apa yang kami makan, kami pergi ke hotel yang telah disiapkan untuk kami.

Aku ingat sedikit apa yang kita bicarakan. Ayah saya hampir tidak berbicara sama sekali. Namun, saya mendapat kesan bahwa dia memperhatikan putrinya berbicara dengan mata yang penuh kasih sayang.

Namun, tampaknya ibunya Ludi, Sophia-san, dan Adik perempuannya, Lil, malah banyak mengobrol.

Khususnya Lil-chan tampaknya belum cukup berbicara, karena ia ingin berbicara lagi besok, dan tentu saja kami menjawab ya. Telah diputuskan bahwa kami akan pergi ke kastil tempat keluarga Ludi tinggal besok pagi.

Jadi aku berpikir untuk mandi dan tidur nyenyak. Lalu Interkom di ruangan ku berdering.

Aku penasaran apakah itu Nanami atau Yuika? Aku melihat layar kamera di depan pintu dan melihat Elf yang luar biasa cantik.

"EeeEh, kenapa!?"

Kelihatannya sangat familiar. Ternyata itu Ibu Ludi. Aku segera bersiap, membukakan pintu dan mempersilakannya masuk, sambil meminta maaf karena membuatnya menunggu.

"Maaf ya atas kemunculanku yang tiba-tiba ini."

"Tidak, Tidak apa-apa."

Un, aku penasaran ada hal apa. Aku tidak menyangka kalau ada Event seperti ini. Mengapa? Pikiran-pikiran seperti itu berputar-putar dalam kepala ku.

"Bolehkah aku bicara denganmu sekarang?"

"Te-tentu saja."

Aku mempersilahkannya masuk menyuruhnya duduk di kursi. Saat aku menyalakan ketel yang disediakan hotel dan mengobrak-abrik koper ku sambil bertanya-tanya apakah aku membawa daun teh terbaik, dia tertawa dan mengatakan kepada ku untuk tidak khawatir.

Namun aku tidak bisa begitu saja tidak mengeluarkan apa pun. Akhirnya aku membuat teh yang biasa aku minum dan menaruhnya di hadapannya.

"Terima kasih"

"Jadi...apakah ada sesuatu?"

"Ada sesuatu yang benar-benar ingin aku bicarakan padamu."

Dia memulai.

...Serius, situasi macam apa ini?

"A-apa itu?"

"Pertama-tama, apa pendapatmu tentang Ludi, Kosuke?"

Aku agak khawatir tentang (('Pertama-tama')).

"Apakah kamu berbicara tentang Ludi-san? Eeto..."

"Biasanya kamu memanggilnya dengan nama depannya kan. Panggil saja Ludi seperti biasa. Jadi, apa menurutmu Ludi itu imut?"

"Ya, dia manis. Menurutku dia gadis yang sangat cerdas dan baik."

"Begitukah, yah kita bisa bicarakan itu lebih lanjut nanti, ini sudah larut, jadi mari kita mulai saja."

Dia menatapku dengan senyum tipis dan meneruskan bicaranya. Aku tidak tahu, tapi aku merasa dia bisa melihat isi hatiku, seperti saat aku bicara dengan Marino-san.

"Nee, Kosuke-kun. Tahukah kamu apa itu benih kemungkinan?"

Tentu saja aku tahu itu.

"Apa hal nya itu? Ini pertama kalinya aku mendengar kata itu."

Namun, aku merasa mengakui bahwa aku tahu akan menimbulkan masalah, jadi aku menepisnya. Akan tetapi, setelah berkata demikian, sambil memikirkan mengapa dia bertanya kepada ku pada saat ini, aku sadar bahwa mungkin aku seharusnya bersikap jujur ​​saja.

"Fufu, itu hal yang menarik untuk dikatakan."

Hora, Sophia-san benar-benar tersenyum dan menatapku.

Haaah~, aku tak dapat menahan diri untuk tidak mendesah. Mungkin karena itulah cerita ini muncul.

"Apakah Clarice sudah menceritakannya padamu?"

Sophia-san mengangguk setuju.

"Ya, aku membuatnya berbicara. Tapi, bagaimana kalau Clarice datang ke hadapanmu dan ia mengatakan bahwa ia berpikir untuk berhenti, kamu biasanya akan menegurnya, kan?"

Tentu saja, Clarice dia akan berbicara. Aku tidak memintanya untuk merahasiakannya atau apa pun, jadi dia bisa memberi tahu Majikannya.

"Kamu tidak tahu nilainya itu, bukan?"

"Maa"

"Aku heran, mengapa kamu memberikannya padanya?"

Bahkan jika kau memikirkan alasannya.

"Kurasa itu karena dia selalu menjagaku sejak saat itu. Sebenarnya, Aku tidak ingin dia terlalu memikirkannya."

"Itu tidak mungkin, kan? Di negara ini saja tidak mungkin kami bisa mempersiapkan hal seperti itu."

Jika orang luar melihat ini, mereka akan bertanya, "Apakah aku melakukan kesalahan?" Aku kira kira seperti itu.

"Ah... begitu. Tapi yah, dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya."

"Aku yakin dia akan khawatir. Sejujurnya, ini hidupnya, jadi aku pikir dia boleh melakukan apa pun yang dia mau."

Tapi mari kita berhenti di situ. Dan,

"Tetapi jika menyangkut putri ku, ceritanya berbeda."

katanya.

"Kamu sedang berbicara tentang menjaga Ludi, kan?"

Meski kupikir itu mungkin bukan masalahnya, aku akan berpura-pura tidak menyadarinya.

"...Tidak. Kamu juga memberikannya pada Ludi, kan?"

Aku penasaran apakah Clarice belum memberitahunya tentang Ludi? Bukanlah hal yang aneh baginya untuk membicarakan hal itu, dan tidaklah aneh baginya untuk membicarakan hal itu.

"…………Ya. Apakah Clarice berbicara denganmu?"

"Bagaimana ya menjelaskannya? Meskipun dia belajar di bawah bimbingan Marino-chan dan Hatsumi-chan, sihir yang Ludi gunakan tidak dapat dijelaskan dengan cara itu. Ada mantra sihir yang dulu tidak dapat kugunakan sama sekali, atau mantra sihir yang tidak berfungsi karena tidak sesuai dengan kemampuannya."

Itu jelas merupakan efek dari benih kemungkinan. Menurutku, itu aneh saja.

"Itu efek yang hanya kudengar pada item legendaris. Apa yang harus kita lakukan?"

Sambil berkata demikian, dia tersenyum kecut.

"Eeeto, Um-."

Ketika aku ragu mengatakannya, aku tertawa. Lalu aku meminta maaf dan mengatakan aku menyesal.

"Secara pribadi, aku lebih suka jika Sophia-sama tidak keberatan dengan kenyataan bahwa aku memberikannya kepadanya."

“…Baiklah, kurasa aku akan berhenti di situ saja untuk saat ini. Meski begitu, itu sesuai dengan apa yang kudengar dari Marino-chan.”

Marino-chan, Nee.

"Aku sebenarnya tidak ingin bertanya, tapi apa yang dikatakan Marino-san?"

"Dia memanggilmu pria jahat."

"Apa yang kau katakan Marino-san....."

"Aku hanya bercanda. Tapi dia sudah bilang kalau aku lengah, aku akan jatuh."

"Bukankah itu hampir sama?"

"Mungkin begitu."

"Ngomong-ngomong, Sophia-sama, apakah tidak apa-apa jika Anda berada di kamar seorang pria dan berbicara seperti ini di malam hari?"

Aku memancarkan aura bahwa lebih baik pulang dengan cara tidak langsung. Jika dia tetap di sini, hidupku akan berakhir sia-sia.

Lalu dia menepukkan kedua tangannya.

"Ah benar juga, ini tentang sebutan."

"Apa yang terjadi tiba-tiba?"

"Menurutku cara menyapa seseorang penting untuk bisa berteman. Aku merasa ada yang tidak beres. Ya. Tolong ubahlah."

"Umm, anda Permaisuri, kan?"

"Itu mungkin benar secara resmi, tapi aku ibu Ludi, tahu?"

Ibu temanmu, kan? Kakak perempuan...tidak, usianya sudah lebih dari 100 tahun, jadi "Oba-san/bibi" adalah kata yang tabu. Kemudian.

"Bagaimana kalau Sophia-san?"

"Soune, aku tidak keberatan kalau dipanggil Okaa-san (Ibu) loh."

Hmm, tidak mungkin aku bisa memanggilnya begitu!

"Ha ha ha..."

Yang bisa ku lakukan hanyalah tersenyum kecut.

"Bolehkah aku memanggilmu Kou-kun?"

Tentu saja, Sophia-san! Tapi saat aku dipanggil seperti itu, jantungku jadi berdebar!

"Un, Kou-kun. Itu bagus. Korekara yoroshiku ne~."

Lalu, diia tiba-tiba berkata saat dia melihatku.

"Mungkinkah kamu mau tidur?"

"Be, gitulah"

"Maaf aku datang di saat seperti ini... Ah benar sekali!"

Setelah itu, dia berdiri dan duduk di tempat tidur.

"Jika kamu mau, bagaimana kalau kita tidur bersama? Aku bahkan akan menyanyikan lagu pengantar tidur untukmu. Saat aku menyanyikannya untukmu, kamu akan langsung tertidur."


"Hah? tidak, i-itu adalah masalah . Lagian Aku bukan anak Sophia-san!"

Ketika aku mengatakan ini dengan tidak sabar, Sophia-san mulai tertawa.

"Fufu, aku hanya bercanda. Marino-chan bilang akan menyenangkan untuk menggodamu (menjahili), jadi dia memintaku untuk mencobanya. Maaf."

Hei hei hei. Serius, Marino-san, apa yang sudah kau katakan? Aku menerima layanan yang sangat baik. Itu yang terbaik!

 

 

Tempat yang kami datangi untuk bermalam bukanlah Dungeon. Tentu saja, kami semua ingin pergi ke sana, tetapi kastil yang kami kunjungi dirancang agar indah dan nyaman untuk ditinggali.

Ini adalah kastil tempat keluarga kerajaan, termasuk Ludi, tinggal.

Tidak seperti kastil yang bergaya dan ramping di Disneyland, kastil ini memiliki kesan agak besar, yang membuatnya (Dianeyland) begitu lucu. Dari apa yang ku baca di materi latar game, kastil tersebut rupanya terinspirasi oleh Château de Chaumont di Prancis. Kelihatannya begitu indah, aku pun selalu ingin pergi ke sana suatu hari nanti, tapi ternyata tujuannya bukan hanya pergi, tapi juga ibadah. Aku benar-benar datang ke sini. Aku yakin tidak ada orang lain yang dapat memiliki pengalaman ini.

Sekarang, mengapa aku ada di tempat seperti ini?

Itu karena Lil-chan telah secara resmi mengundangku. Lill tak sabar ingin bermain dengan Ludi, namun tampaknya ia juga tak sabar ingin bertemu kami. Bahkan ketika dia sedang makan, dia memamerkan hobi atau kesehariannya di satu sisi. Saat dia mengatakannya, aku merasa seperti sedang memandangi keponakan atau cucu yang ceria dan hal itu membuat ku gembira.

Senyuman anak-anak sungguh mengagumkan, apa pun jenis kelaminnya, begitu pula dengan anjing dan kucing, sekadar melihat mereka bersenang-senang saja sudah membuat hatiku hangat.

Tapi ada yang aneh.

Aku pikir aku diundang oleh Lil-chan. tidak diragukan lagi. Kemarin dia memintaku untuk menunjukkan lebih banyak sihir dan bermain dengan nya.

Aku merasa seperti diberi sebuah kehormatan yang ku tahu tidak akan pernah terwujud, seperti mengusap-usap kepalanya dan bahkan jika aku harus memohon.

Namun, orang di depanku bukanlah Lil-chan.

"…………"

Ada seorang lelaki tampan dengan tatapan tajam yang membuat orang percaya bahwa itu adalah mata jahat dari pembatuan.

Ya, itu ayahnya, Yang Mulia Marc. Dia menatapku.

"A, ano, apa yang terjadi?"

Kupikir aku akan dapat menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama Lil-chan. Akan tetapi, itu hanya berlangsung sekitar sepuluh menit, di mana aku sempat mengobrol sebentar dengan Lil-chan, yang melambaikan tangan dengan antusias di depan istana.

Entah mengapa, Yang mulia malah memanggilku di antara semua yang lain.

Dan keheningan ini.

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu."

"Apakah ada sesuatu yang anda ingin tanyakan?"

Jika setidaknya Ludi atau Clarisse ada di sini, aku akan merasa sedikit lebih baik. Namun, yang mulia ingin bicara denganku sendirian, dan Ludi mengatakan kepada dia tidak bisa ikut, jadi hanya aku yang akan bertarung.

"Apa pendapatmu......tentang Ludi dan Lil?"

"Eeto, mungkin itu harta nasional?"

Yah, mereka adalah kecantikan luar biasa yang telah memikat hati para penggemar dan pemain di luar batas game erotis, bukan hanya negara. Tentunya tidak ada seorang pun yang tidak menyukai Lil-chan, terutama karena aku adalah kawan yang mengikuti jejak Ludi dan tetap mencintainya bahkan dalam fan disc yang dirilis kemudian. Yah, kalau saja ada seseorang di sana tidak seperti itu, aku pasti sudah meninjunya.

"...Benar, begitulah."

Setelah berkata demikian, dia berbalik.

"Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan hidup jika aku kehilangan kedua putri ku. Itu akan menjadi kehilangan besar bagi negara. Namun, ada orang-orang yang mencoba membunuhnya."

Katanya. Tentu saja, aku dapat mengerti perasaan nya.

"Dan aku tahu itu. Aku berniat mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi orang-orang di sekitar Ludi agar dia bisa hidup dengan tenang."

Sambil berkata demikian, Yang mulia dia mulai gemetar. Baiklah, aku tidak bermaksud mengatakan sesuatu yang akan membuat nya kesal.

"Kuh Aku tidak menyerahkan putriku...!"

"Ah, Nn?"

"Aku ragu untuk membicaralan... Lagian aku itu... .."

Sewaktu kami sedang berbicara, aku mendengar suara keras di belakangku. Ketika aku berbalik, Sophia-san ada di sana, tersenyum, tetapi matanya tidak tersenyum. Terlebih lagi, karena beberapa alasan, tubuhnya terbungkus oleh kekuatan magis yang kuat.

"SA-YA-NG. Aku penasaran apa yang sedang kamu lakukan."

Kehadirannya begitu luar biasa hingga aku merasakan seolah-olah suhu di dalam diriku tiba-tiba turun. Dan tampaknya aku bukan satu-satunya yang mengalami hal ini.

"Sophia. Aku baru saja berdiskusi sesuatu yang penting dengannya."

Aku tahu Yang Mulia tidak bisa menatap mata istrinya, Sophia-san. Meski tampak muda, dia lebih tua dari Yang Mulia dan aku tahu mereka sering bermain bersama. Lebih jauh lagi, aku tahu bahwa jika mereka bertarung, Yang Mulia tidak akan mampu mengalahkannya, dengan atau tanpa sihir. Dia hanya bisa terserang tau...

"Kalau begitu aku akan mengambil Kosuke-kun."

Dan dia memegang tanganku. Wah, hebat sekali. Dia tipe senior, dan tangannya memancarkan kekuatan yang tidak akan kau bayangkan dari penampilannya. Sejujurnya, itu menakutkan.

Sophia-san membawaku dan kami meninggalkan ruangan.

"Maaf ya...apakah suamiku mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Ah, tidak. Dia tidak melakukan sesuatu yang khusus."

"Un, aku mengerti. Aku akan membuatnya mengerti, jadi tidak apa-apa."

Dia pikir aku tidak akan mendengarkan. Apa maksudnya agar dibuat mengerti hal itu? Aku merasakan ketakutan yang besar, tetapi pada saat yang sama, muncul keinginan misterius dalam diri ku untuk dapat mengerti.

Merasa agak bingung, aku dibawa ke suatu tempat yang tampak seperti ruang penerima tamu. Tampaknya Ludi, Lil dan yang lainnya hanya bermain di sana.

"Saya akan menceritakan rahasia Goshujin-sama saya hanya padamu, Lil-sama."

Itulah yang dikatakan Nanami. Dia melihat wajahku dan tiba-tiba mulai berbicara tentang itu.

"Apakah itu sesuatu yang istimewa?"

Lil-chan nampaknya tidak menyadari kedatanganku, matanya berbinar-binar karena kegembiraan, seolah dia baru saja memenangkan lotre untuk konsol permainan baru. Anak kecil itu istimewa dan aku menyayangi mereka. Ketika kau melihat senyuman seperti itu, tidak ada yang dapat menghentikan mu.

"Ya. Itu suatu yang istimewa."

Kata Nanami sambil mengangkat jari telunjuknya dan menempelkannya di bibir sebelum mengedipkan mata. Tolong jangan katakan ini rahasia, bukan hanya semua orang tapi orang yang dimaksud ada di sini.

Sebenarnya, aku punya begitu banyak rahasia dalam pikiranku, sehingga hal itu membuatku merasa tidak enak. Tapi tolong berhenti bicara tentang Amaterasu Jougakuin.

"Ya, ini istimewa! Aku tidak akan memberi tahu siapa pun!"

"...Sesungguhnya, Goshujin-sama kamu tahu, dia dapat bergerak lebih cepat dengan meluncur di atas pantat nya daripada dengan berjalan dengan kaki nya."

"......Eeeeeeeeh!"

Lil terkejut dan membuka matanya lebar-lebar hingga matanya tampak seperti akan keluar dari kepalanya.

"Tidak heran kalau dia disebut Petir Tsukuyomi."

"Ludi Onee-sama, benarkah itu?!"

"Itu setengah bohong."

"Oh, jadi itu setengah bohong. Apakah itu setengah benar?!"

Itu tidak mungkin benar.

"Itu semua bohong."

Lil-chan berbalik saat mendengar suaraku.

"Eeeeeh?! Kapan kamu datang?"

Menanggapi keterkejutannya, Nanami tertawa, "Fufufu."

"Ini membuktikan bahwa Goshujin-sama bergerak dengan pantatnya. Si pantat tersembunyi."

"Jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal."

"B-bagaimana bisa kau berjalan dengan pantatmu?!"

"Kamu tidak bisa melakukannya kecuali kamu mulai dengan membelah pantatmu menjadi dua."

"Bukankah itu sudah rusak!"

Hei, seseorang hentikan ini! Ini sungguh di luar kendali.

Nanami menyebabkan kebingungan dan aku berulang kali berkomentar hingga akhirnya Ludi mulai bergerak.

"Maaf Lil. Itu sebenarnya hanya bercanda"

Ludi mengatakan yang sebenarnya pada Lil. Aku heran mengapa dia hampir percaya aku bisa bergerak menggunakan pantatku.

Lil-chan, tertawa dan berkata "Moo!" dengan marah, benar-benar seorang malaikat. Memang ada malaikat biologis di sini, tetapi dia adalah malaikat dari dimensi yang berbeda.

Saat Nanami melihat Lil-chan mengeluh pada Ludi dan Senpai yang menjahilinya, "Itu mengingatkanku," gumam Nanami dan menatap Yuika.

"Seorang pesaing kuat telah muncul. Apa yang akan anda lakukan, Yuika-sama?"

Yuika menatap bingung pada kata-kata Nanami yang tidak dia mengerti.

"Apa itu saingan yang kuat? Saingan yang kuat yang gimana?"

Nanami melirik Lil-chan.

"Tentu saja, dia dalam posisi adik perempuan. Imoposi (Imouto Position). Seorang adik perempuan sejati telah muncul."

"Hah? Apa maksudmu dengan adik perempuan sejati? Tidak ada kebenaran atau kepalsuan dalam menjadi seorang adik perempuan. Dan pertama-tama, aku bukanlah adik perempuan Takioto-san."

Mendengar itu, Nanami memiringkan kepalanya.

"? Tapi Yuika-sama adalah saudara tiri Iori-sama, kan?"

"...Yah, dia adalah Onii-chan ku."

Nanami mengangguk setuju.

"Kalau begitu, kenapa tidak memanggilku Goshujin-sama [Onii-chan ♥]?"

"Itu tidak baik! Jangan bicara seolah-olah itu sudah jelas. Apakah dia dan Takioto-san sudah menikah?! Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, bisakah seseorang menerjemahkannya untukku?"

"Tapi tenang saja. Yuika-sama adalah adik perempuan yang alami, adik perempuan yang ditakdirkan, dan di atas segalanya, adik perempuan yang ada."

"Apa maksudnya memiliki makhluk yang disebut adik perempuan? Ini pertama kalinya aku mendengarnya."

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak tahu apakah dia saudara kandung atau saudara yang ditakdirkan.

“Lihat, selagi kita bicara, Lil-sama mungkin akan mendapatkan lebih banyak ((‘Iomouto Point’)), jadi cepatlah dan lepas pakaianmu, Yuika-sama…”

"Jadi apa itu poin adik perempuan?!"

Apakah perlu melepas pakaian?

"Poin adik perempuanmu akan naik saat kamu memakan es krim Goshujin-sama tanpa izin, membangunkannya saat dia sedang tidur, bermain game dengannya, meminta nasihat tentang sesuatu, atau menaklukkan Dungeon bersama yang kalian ragu untuk ungkapkan dengan kata-kata. Kau tahu itu, kan?"

"Aku sudah melakukan semuanya, tapi aku tidak punya ide!"

"Sepertinya kamu sudah mendapatkan banyak poin."

Sayangnya, sepertinya kau tidak perlu melepas pakaian. Jadi es krimku yang hilang itu ulahmu?

"!!! Seperti yang kuduga, Yuika-sama adalah adik perempuan yang jahat...!"

"Aa-moo, aku tidak mengerti lagi. Jadi, aku baik-baik saja sebagai adik perempuanku kan."

Tidak, itu tidak... baik? ...Onii-chan ? Onii, Chan!? Onii-channnnn!

Yuika mungkin seorang adik perempuan yang jahat.



"Ah, aku lelah."

Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak berteriak. Setelah mandi, aku merasa lelah sekali.

Berbicara dengan Lil-chan dan Sophia-san memang menyenangkan, tetapi aku merasa ada tekanan aneh padaku.

Aku duduk di kursi dan mendesah.

Sekarang aku berpikir tentang apa yang harus ku lakukan selanjutnya. Aku melakukan olahraga ringan bersama Senpai dan Yuika sebelum mandi, jadi aku siap tidur sekarang. Tetapi entah mengapa aku merasa tidak dapat langsung tertidur. Biasanya aku terjaga sedikit lebih lama. Jadi aku memutuskan untuk membaca sesuatu dan mengeluarkan buku dari tas ku.

Pada saat itulah terdengar ketukan di pintu kamarku. Aku teringat banyak hal dan tubuh ku melonjak sesaat.

Mengingat kejadian kemarin, aku menguatkan diri, namun Ludi lah yang masuk ke ruanganku.

"Apakah kamu baik-baik saja sekarang?"

"Ah, tidak apa-apa."

Dia mengenakan gaun tidurnya.

Dia duduk di samping tempat tidurku dan tertawa dengan sedikit nada lelah dalam suaranya.

"Maafkan ya Kousuke, tentang Ayah, Ibu, dan bahkan Lil... pasti sulit, kan?"

Aku menggelengkan kepala dan berkata, itu bukan seperti itu.

"Itu sangat menyenangkan. Ada beberapa momen sulit, tetapi lebih dari setengahnya disebabkan oleh lelucon Nanami."

Pada akhirnya, karena suatu alasan, kami semua bermain game bersama.

Kemungkinan besar dia membuat semua lelucon konyol ini agar Lil-chan dan yang lainnya bisa akrab. Ngomong-ngomong, ada pula teori yang mengatakan bahwa dia mengacaukan segalanya karena dia menikmatinya.

"Kamu tahu, Lil, kurasa akhir-akhir ini dia merasa agak tidak nyaman karena apa yang terjadi padaku."

"... Tentang sekte dewa jahat kan?"

"Ya, sebenarnya ibu datang kepadaku untuk meminta nasihat. Dia bilang bahwa Lil tidak banyak tersenyum akhir-akhir ini."

Kultus Dewa Jahat punya banyak alasan untuk menargetkan keluarga Trèfle. Baru-baru ini, setelah serangan terhadap Ludi, mereka meningkatkan keamanan dan berusaha menghindari kegiatan yang tidak perlu.

"Hari ini kelihatannya sangat menyenangkan."

Seolah-olah Ludi  teringat sesuatu setelah mengatakan itu, dia terkekeh.

"Baguslah. Aku juga bersenang-senang."

Saat aku memperhatikan Ludi, aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Wajahnya lebih dari biasanya...

"Ludi, bukankah kamu sangat lelah?"

Saat aku berkata demikian, telinga Ludi berkedut. Lalu dia tersenyum kecut.

"...Apakah kamu mengerti?"

"Tentu saja, menurutmu sudah berapa lama kita bersama?...Bukankah sudah setengah tahun?"

Rasanya kita sudah bersama selamanya, tetapi jika dihitung jumlah hari, itu tidak terlalu lama.

"Fufu, itu benar. Tapi aku merasa Kosuke sudah melihat hampir semua hal tentangku. Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa kejadian yang sangat penting telah terjadi. Banyak juga yang terjadi hari ini."

Itu tentu saja benar. Meski tidak sebanyak tokoh protagonis dalam novel detektif atau manga, menurutku ada banyak kejadian yang berbeda. Maksudku, aku yakin kami mengalami hal-hal yang tidak akan pernah dialami orang normal seumur hidup mereka. Hal-hal seperti kultus dewa jahat dan insiden Sakura-san.

Saat aku mengingat kembali kejadian sebelumnya, aku tiba-tiba menyadari Ludi tengah menatapku.

"…………Nee, terima kasih, Kousuke."

"Ya. Jangan khawatir tentang Lil-chan."

"Tidak, bukan itu."

"?"

"Termasuk semua hal hingga saat ini."

"...Aku yang seharusnya bersyukur."

Ludi tertawa saat aku mengatakan itu.

"Menjadi anggota keluarga kerajaan berarti banyak ikatan, ancaman terhadap hidup seseorang, dan kesulitan lainnya. Namun, jika aku bisa memilih hidup ku, aku ingin menjalani hidup yang sama lagi."

"Begitukah?"

"Ya, karena aku bertemu Kosuke."

Dia mengatakan ini dan tertawa.

"Tentu saja, senang juga bertemu dengan Yukine-san, Marino-san, Hatsumi-san, Yuika-chan, Nanami, Rina-chan, Iori-kun, dan guru-guru lainnya. Bahkan dengan misi kerajaan dan masalah dengan sekte dewa jahat, aku ingin menghabiskan waktu yang sama lagi."

"Sekalipun ada sekte dewa jahat, ya?"

Itu adalah insiden yang cukup serius, tetapi apakah itu intinya?

"Ya. Karena jika terjadi sesuatu, Kosuke akan melindungiku, kan?"

...Yah, ya, kurasa begitu.

"Tentu saja."

"Fufu."

Setelah itu, dia perlahan-lahan menjatuhkan diri ke tempat tidur dan merentangkan tangannya.

"Kurasa aku lelah juga. Aku mulai merasa mengantuk."

"Apakah tidak apa-apa kalau tidur di sini?"

Dalam banyak hal.

"Tidak apa-apa, kalau itu Kosuke... tidak apa-apa."

Dia tidak berdaya. ini juga biasa terjari di rumah. Lagian tidak ada musuh.

Setelah beberapa saat, napasnya mulai teratur dan lembut.

"Tidak ada yang baik tentang hal itu."

Aku memindahkannya ke tengah tempat tidur dan menutupinya dengan futon. Aku memandang wajah Ludi yang sedang tidur, membayangkan bagaimana jadinya jika ibu dan ayahnya melihat kami.

Sungguh indah. Suara napas lembut terdengar dari bibirnya yang tipis dan berbentuk indah di kulitnya yang putih dan halus. Benarkah? Kukira. dia tidur nyenyak. Dia tampaknya tidak sadar bahwa dirinya telah ditipu sedikit.

"...Maa, iika."

Aku tidak tahu mengapa, tetapi ketika aku melihat wajah tidurnya ini, aku merasa seperti aku bisa melakukan apa saja, sepertinya aku bisa mengaturnya.

Lagipula, membangunkannya dan membawanya ke kamarnya akan menjadi tidak sopan.

Jadi apa yang harus ku lakukan? Aku menggeledah koperku untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa kutemukan untuk menghabiskan waktu. Lalu aku mengambil buku dan mengalihkan pandanganku ke Ludi.

Aku memperhatikan lipatan kasur yang naik turun secara berkala serta sosok gadis itu, tetapi kemudian aku mengalihkan pandangan dan asyik membaca buku.

Lalu aku tidur sampai Clarice datang.



0

Post a Comment



close