NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Make Heroine ga Oosugiru Volume 8 Prolog

Penerjemah: Flykitty

Proffreader: Flykitty


 Prolog


Setelah jam sekolah, di ruang perpustakaan SMA Tsuwabuki.


Aku mengangkat wajah dari buku di tanganku dan meregangkan badan di balik meja peminjaman.


Menjelang akhir Mei, ujian tengah semester sudah selesai, dan perpustakaan sepi.


"Nggak ada pengunjung hari ini ya."


"Ka-karena itu malah bagus, kan. Jadi kita nggak perlu ngobrol."


Yang menjawab tanpa mengangkat wajah dari bukunya adalah Wakil Ketua Klub Sastra, Komari Chika.


Hari ini kami berdua berjaga di meja resepsionis, membantu tugas sebagai panitia perpustakaan.


──Sudah satu bulan sejak kelahiran kembali Klub Sastra.


Status penangguhan sementara dicabut, dan kegiatan kembali dimulai. Hari-hari berjalan lebih damai dari perkiraan. Justru saat klub ditangguhkan sementara dulu, rumahku dijadikan ruang klub pengganti, dan itu benar-benar neraka.


Kalau ada yang bilang aku berlebihan, coba bayangkan perasaan seorang siswa laki-laki SMA yang koleksi bukunya di balik rak dibaca bergiliran oleh para anggota cewek.


Tapi hari-hari memalukan itu sudah berakhir. Sudah berakhir──


Dengan perasaan santai, aku membalik halaman ensiklopedia burung.


"Komari, kau tahu nggak? Elang peregrine itu masih satu kerabat dengan burung parkit."


"Ka-kau, apa otakmu sudah berubah jadi parkit?"


Baru saja dia mengangkat wajah, langsung komentar begitu.

Aku mengangkat bahu dan mendorong ensiklopedia ke arahnya.


"Ini beneran, lho. Katanya hasil analisis DNA terbaru yang nemuin itu."


"Ugh... be-beneran."


Tuh, memang bener. Cobalah percaya padaku sedikit. Sambil mengintip ke arah ensiklopedia, Komari bergumam pelan.


"K-kau, sejak kapan tertarik sama burung?"


"Ah, kupikir aku juga harus mulai punya hobi outdoor yang kekinian gitu."


"Ke-kenapa burung?"


"Soalnya burung bisa dinikmati cuma dari suara kicauannya tanpa harus lihat langsung. Katanya kalau sudah setingkat Tanaka-sensei, cukup ngebayangin daerah mana burung itu ada aja, dia udah puas tanpa lihat wujudnya langsung."


"I-itu... kayaknya nggak cocok buat anak muda, deh."


Eh, masa sih? Burung itu ada di luar, lho.


"Di sekolah kita juga ada klub pengamat burung, kan? Itu juga hobi anak muda."


"Ta-tapi klub itu sekarang lagi ditangguhkan tanpa batas waktu, soalnya mereka bukan cuma lihat burung doang."


Kalau dipikir-pikir, malah terasa sangat anak muda juga, sih. Komari mendorong balik ensiklopedianya sambil melirik ke arahku.


"N-ngomong-ngomong, akhir-akhir ini anak itu masih datang, nggak? Ya, a-anak baru itu..."


Hm? Maksudnya Shiratama-san, ya.


"Sepertinya hampir setiap hari, deh. Soalnya pas sadar, dia udah ada di sana aja."


"Eh?! Se-setiap hari?"


"Hmm? Shiratama-san itu kan emang tiap hari ada di ruang klub. Kau juga tahu, kan?"


"…Ma-mampus kau."


Kenapa aku dimaki.


Ngomong-ngomong, waktu klubnya baru aktif lagi, dia sempat datang ke rumah tanpa bilang-bilang, terus Yoshiki malah langsung ngusir dia dari depan pintu. Kayaknya dua orang itu nggak bisa lebih akur dikit, ya...?


Setelah insiden di gedung pernikahan, Shiratama-san benar-benar jadi bagian dari Klub Sastra.


Yanami bisa dikendalikan dengan cemilan, dan Yakishio tetap jadi Yakishio seperti biasa.


Komari, yang sempat aku khawatirkan, sekarang kalau sedang dalam kondisi bagus sudah bisa ngobrol sampai dua kata sama Shiratama-san.


Sedangkan Shiratama-san sendiri, kadang terlihat ngobrol sama Tanaka-sensei di lorong sekolah.


Kalau orang nggak tahu latar belakangnya, pasti mengira mereka cuma guru dan murid yang akrab.


Nggak ada yang bakal menyangka kalau dia itu si kucing liar yang mencoba merebut kakak ipar dari kakaknya──


Saat itu, seseorang menyodorkan sebuah buku ke mejaku. Ternyata ada pengunjung, ya.


Judul buku yang kuambil itu adalah [Memulai Hidup Sehari-hari dengan Pengobatan Herbal yang Lembut]


Nama di kartu peminjam──Tiara Basori.


"U-um, mau pinjam buku ini."


"Ah, baik. Aku proses dulu, ya."


Wakil ketua OSIS. Ciri khasnya rambut dikuncir ketat. Dari penampilannya memang terlihat serius, tapi... mungkin orangnya agak aneh juga.




Selama aku memproses peminjamannya, Tiara-san tampak gelisah dan menoleh ke sekeliling.


"Uhm, sudah selesai, lho."


"Eh? A-ah, maaf ya."


Meski sudah menerima bukunya, Tiara-san tidak langsung pergi dari tempatnya.


"Ada buku lain yang lagi kau cari?"


"U-uh, sebenarnya hari ini aku ke sini karena ingin bicara dengan Nukumizu-san."


"Hah?"


Tiara-san melirik ke arah Komari yang membeku, lalu berdeham pelan.


"Nu-Nukumizu-san! A-aku datang ke sini karena ada permintaan untukmu!"


"Hah?"


"…………"


Kenapa malah diam sekarang.


Komari menyenggolku dari bawah meja, jadi terpaksa aku membuka mulut.


"Uhm... maksudmu permintaan seperti apa?"


"A-ah! Iya! Jadi, maksudku itu, aku ingin... bukan, maksudku aku pada Nukumizu-san itu... ah, aduh!"


Tiara-san membungkuk ke depan, menepuk meja keras-keras.


"Jadi maksudku──aku menginginkanmu!"


…Apa yang barusan dia katakan.


Sambil terengah-engah, Tiara-san kudekati dan bicara pelan.


"Uhm, Tiara-san. Sekarang aku lagi jaga perpustakaan, jadi bisa tunggu sampai tugasku selesai?"


"…A-ah, baik. Aku akan menunggu. Dan tolong jangan panggil aku pakai nama depan."


Tiara-san menunduk sopan, lalu duduk di kursi dekat meja peminjaman. Melihat dia mulai membaca buku, aku menarik napas dalam-dalam diam-diam agar tak ketahuan.


...Yah, sepertinya akan ada masalah baru lagi.


Dan Komari, tolong jangan menendangku dari bawah meja.


Previous Chapter | Next Chapter

2

2 comments

  • Muhammad Fikri Riyadi
    Muhammad Fikri Riyadi
    23/6/25 12:31
    aowkaowkaow apalah tiara ini
    Reply
  • ⊱Lottie⊰
    ⊱Lottie⊰
    20/5/25 17:43
    Makasih min
    Reply
close