NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ippanjin no Ore o Geinouka Joshi-tachi ga Nigashite Kurenai Ken [LN] Bahasa Indonesia Volume 1 Prologue

 Penerjemah: Hanzel

Proffreader: Rion


Prologue

Rahasia yang Dipendam


Malam sebelum upacara masuk SMA.

Aoi Yuto duduk di dekat jendela apartemennya, merasakan hembusan angin malam musim semi yang masuk, sambil membuka novel roman yang sudah berkali-kali ia baca.

Novel ini, yang juga diadaptasi menjadi sebuah film, memiliki alur cerita yang mengharukan. Ditambah dengan akting sang pemeran utama yang begitu memikat penonton, film tersebut menyapu bersih berbagai penghargaan film pada tahun perilisannya, hingga kini tetap dikenang sebagai sebuah karya besar.

Aku sudah menonton film itu puluhan kali hanya karena aktornya. Bahkan, dialog, ekspresi, dan gerakan matanya sudah terpatri dalam ingatanku.

"Kamu bisa mandi dulu kalau mau... Eh, membacanya lagi, Yuto?"

Ibuku, yang baru saja keluar dari kamar mandi, duduk di sebelah, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Ya, begitulah. Kalau membaca bukunya dulu baru menonton filmnya, kualitasnya terasa semakin luar biasa. Ibu juga harus coba baca novel aslinya."

Menyematkan pembatas halaman, aku meletakkan buku di atas meja, lalu meregangkan tubuh yang kaku akibat membaca terlalu lama sebelum menyandarkan diri lebih dalam ke sofa.

"Ibu tak terlalu suka cerita roman... Lagipula, kamu pasti tahu kalau tujuan ibu adalah ayahmu, bukan?"

Ia tertawa kecil, lalu mulai merawat rambutnya sambil bersenandung.

Saat berbicara tentang ayah, ibu selalu terlihat bahagia.

Ayah kandungku, Hokujou Yuya, adalah seorang aktor berbakat yang begitu terkenal hingga tak ada orang di negeri ini yang tidak mengenalnya.

Bahkan, dalam film yang diadaptasi dari novel yang tadi kubaca, ayah juga berperan sebagai pemeran utamanya.

"Oh, ayah dapat peran utama lagi. Kita harus menontonnya nanti."

Ibu mengambil remote yang tergeletak di atas meja dan menyalakan TV. Di pojok kanan layar, sebuah berita menampilkan topik tentang Hokujou Yuuya yang kembali menjadi pemeran utama, sementara seorang pembawa berita wanita sedang mewawancarainya.

Aku melirik ke samping dan melihat wajah ibu yang tampak begitu bahagia saat menonton siaran itu.


---Ibuku tak pernah menikah.

Dari cerita ibu, ia mengenal ayah melalui orang tuanya yang memiliki hubungan dengan industri pertelevisian. Karena merupakan penggemar berat ayah, ibu mulai sering berinteraksi dengannya, hingga pada akhirnya beliau mengandung diriku.

Dulu, ayah adalah aktor yang dipromosikan agensinya sebagai "pria tampan kelas nasional" dan memiliki banyak penggemar wanita. Karena itulah, ia sempat mempertimbangkan untuk meninggalkan dunia hiburan. Namun, ibu dengan penuh tekad memohon kepadanya, "Jika kamu membiarkanku melahirkan anak ini, aku takkan meminta apa pun darimu. Aku hanya ingin kamu tetap melanjutkan kariermu."

Sebagai hasilnya, keberadaanku tidak pernah diumumkan ke publik, sementara Hokujou Yuya tetap melanjutkan kariernya dan memberikan dukungan finansial kepada kami.

Berkat itu, kami tak pernah mengalami kesulitan ekonomi, bahkan bisa tinggal di apartemen mewah yang terasa terlalu luas untuk hanya kami berdua.

Saat melahirkanku, ibu masih sangat muda dan bahkan menyembunyikan identitas ayah dari orang tuanya. Karena itu, kakek---ayah dari ibuku---mengusirnya dari rumah.

Akibat kejadian itu pula, sejak kecil aku tak pernah bertemu dengan sanak saudara dari pihak ibu, kecuali nenek yang sesekali datang menemuiku.

"Ayo, cepat mandi lalu tidur. Besok sekolah sudah dimulai. Kalau wajahmu terlihat suram karena kurang tidur, kamu takkan bisa punya teman ataupun pacar, lho?"

Aku menahan diri untuk tidak membalas bahwa wajahku tetap akan terlihat suram, entah kurang tidur atau tidak. Kemudian, aku bangkit dan bersiap menuju kamar mandi.

"Ah, tapi jangan langsung cari-cari pacar di hari pertama, ya? Setidaknya, kenali orangnya dulu sebelum memutuskan hal seperti itu."

"Aku tidak akan punya pacar, baik di hari pertama maupun setelahnya."

Apakah semua ibu dari anak laki-laki di usia remaja seperti ini? Ia benar-benar menghentikanku hanya untuk mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Aku hanya bisa menghela napas kecil.

"Tidak mungkin. Kamu sangat mirip dengan ayahmu saat muda, ditambah lagi ada darahku di dalam dirimu. Bisa saja para senior nanti yang justru mendekatimu."

"…Aku benar-benar mirip ayah?"

Aku merasa tersentak oleh ucapannya yang bernada menggoda.

"Hmm... Dulu mungkin kamu masih lima puluh persen mirip denganku. Tapi sekarang, kurasa sudah sekitar delapan puluh persen mirip ayahmu."

Dari situ, muncul satu kekhawatiran di benakku.

"…Apa tak ketahuan? Kalau aku dan ayah punya hubungan darah?"

Saat aku mengungkapkan kegelisahanku, ibu hanya tertawa dan menepisnya dengan santai.

"Hanya karena wajah mirip, tidak akan ada yang langsung mengira kamu anaknya. Kecuali kalau ada seseorang dengan intuisi super tajam, tapi kalaupun ada, kita bisa saja bilang kalau kamu itu hanya kerabat jauh."

"…Yah, mungkin ibu benar."

Meskipun masih menyisakan sedikit kecemasan di hatiku, aku tetap melangkah ke ruang ganti.

"…Mirip, ya...?"

Berdiri di depan cermin wastafel, aku menatap bayanganku dan bergumam pelan, tanpa benar-benar mengharapkan jawaban. Aku sendiri tak bisa melihat kemiripan itu, tapi jika ibu mengatakan dengan yakin bahwa aku mirip ayah, maka mungkin memang begitulah adanya.

Jika rahasia ini terbongkar, sudah pasti karier Hokujou Yuya akan ternoda. Ia akan mendapat banyak komentar negatif, dan ibu, yang melihat semua itu, pasti akan terluka.

Aku juga tidak ingin hal itu terjadi.

"…Terlalu memikirkannya juga tak baik, bukan?"

Aku hanya perlu menjalani kehidupan baruku mulai besok sebagai seorang siswa SMA biasa---sebagai orang yang tumbuh dalam lingkungan normal seperti kebanyakan orang.

Setelah menyimpulkan hal itu dalam benakku, perasaanku terasa sedikit lebih ringan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment


close