NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mushoku Tensei: Redundancy Jilid 3 Bab 9

 Penerjemah: Kryma

Proffreader: Kryma


Bab 9

“Saat Aisha Berhenti Menjadi Pelayan”



Aku membawa mereka berdua kembali ke rumah.

Melihat perut Aisha yang besar, Lilia langsung jatuh terduduk lemas.

Ia tidak sampai pingsan, tetapi setelah jatuh terduduk, ia langsung bangkit dan lari ke dapur. Ia kembali sambil membawa pisau dapur, jadi aku buru-buru menahannya.

"Lepaskan saya, sudah, tidak ada cara lain untuk menebusnya selain dengan ini...!"

Aku merebut pisau dari Lilia yang berteriak, lalu menjelaskan apa yang terjadi di tempat pelarian Aisha dan apa yang kami bicarakan, dan memberitahunya bahwa aku sudah bisa menerimanya.

Mendengar itu, Lilia, meskipun dengan wajah yang sangat lelah, akhirnya bisa tenang.

Akan tetapi, ia langsung jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur.

Wajah Lilia begitu pucat hingga membuatku berpikir, apa Lilia wanita selemah ini?

Selama setahun ini ia memang nyaris tumbang karena tekanan batin, jadi mau bagaimana lagi.

Sambil merawat Lilia yang terbaring sakit, aku berbicara panjang lebar dengannya.

Bahwa aku memang punya pemikiran tersendiri soal pernikahan antar kerabat.

Tetapi, Ars dan Aisha, meskipun menyimpang, mereka serius.

Bahwa Ars telah membulatkan tekadnya selama setahun ini, dan Aisha juga telah bertumbuh.

Dan bahwa aku, sebisa mungkin, berpikir setiap orang berhak untuk hidup bebas.

Aku menceritakan hal-hal itu perlahan-lahan di hadapan Lilia yang hanya terdiam.

"Saya adalah wanita pendosa. Saya telah menggoda Tuan Paul, dan membuat Nyonya Zenith marah dan sedih."

"Karena dia adalah putri saya, saya berpikir bahwa anak itu telah berani merayu Tuan Ars."

"Selama setahun ini, saya berkali-kali berpikir, andai saja anak itu tidak pernah lahir."

"Tentu saja saya tidak berniat mengatakannya pada Aisha. Karena saya sudah mengakuinya pada Nyonya Zenith dan sudah dimarahi."

Di dalam kamar Lilia, ada Zenith yang duduk di kursi.

Seperti biasa, ekspresinya kosong, tidak jelas apa yang sedang ia lihat.

Akan tetapi, bahkan dalam kondisi seperti ini, Zenith tetap mendengarkan pembicaraan kami dan mengamati tindakan kami.

Jika saja ia sampai mengucapkan "andai saja ia tidak pernah lahir", ia pasti akan dipukul oleh Zenith.

Aku pun akan marah.

Makna dari diskusi yang kami berempat—Paul, Zenith, aku, dan Lilia—lakukan pada hari itu akan menjadi sia-sia.

Kebahagiaan di hari kelahiran Norn dan Aisha akan lenyap.

"Jika hanya sebatas 'berhubungan' mungkin masih bisa dimaafkan, tetapi saat melihat perut Aisha yang membesar, saya berpikir ia telah melakukan sesuatu yang tidak bisa ditarik kembali."

"...Pada akhirnya, anak itu adalah putri saya. Di dalam dirinya mengalir darah succubus rendahan, yang mencoba mencari tempatnya dengan merayu tuan yang seharusnya ia lindungi."

"Meskipun ia tidak sengaja membuat Tuan Ars menyukainya... sudah pasti Aisha-lah yang telah memengaruhi hati Tuan Ars."

Menanggapi itu, aku menjawab bahwa ia salah.

Sama sekali tidak rendahan. Hubungan tuan dan pelayan itu hanyalah kebetulan. Kebetulan saja kami berada dalam hubungan seperti itu. Jika kau menyukai seseorang, kau akan berusaha agar ia memperhatikanmu. Jika begitu, pihak satunya pun pasti akan terpengaruh.

Itu adalah hal yang wajar.

Aisha dan Ars hanya terlalu dekat, dan usia mereka terlalu terpaut jauh. Ars memang mungkin masih kekanak-kanakan, tetapi Aisha pun, meskipun usianya lebih tua, ia juga masih kekanak-kanakan... begitulah aku mencoba meyakinkannya.

"Rudeus-sama, apa yang sebenarnya harus saya lakukan?"

"Saya telah memikirkannya matang-matang, berbicara dengan Aisha, dan akhirnya bisa menerimanya. Lilia-san juga, sebaiknya Anda mencoba berbicara dengan tenang bersama Aisha dan Ars, bertiga."

"..."

"Jika Anda melakukannya, Anda pasti akan mengerti."

Bahwa meskipun masih kekanak-kanakan, Ars juga bertindak atas kemauannya sendiri.

Bahwa Aisha, dengan caranya sendiri, menyukai dan mencintai Ars.

Bahwa meskipun Ars mungkin terbimbing untuk menyukai Aisha, ia sama sekali tidak ditipu.

"Saya mengerti."

Kalau begitu, apa sebaiknya kubawa mereka berdua sekarang? Atau, apa sebaiknya menunggu sedikit lebih lama?

"Sekarang saja, tidak apa-apa."

Aku mengangguk mendengar kata-kata itu dan keluar dari ruangan.

Aku kembali ke ruang keluarga, dan sambil dihujani berbagai pertanyaan oleh anak-anak lain, aku memanggil Aisha dan Ars yang sedang duduk dengan khidmat.

"Ya."

"Ada apa?"

Aku menceritakan kondisi Lilia dan menyampaikan perasaannya.

Bahwa ia berpikir semua ini adalah salahnya.

Bahwa ia berpikir Ars pastilah telah ditipu oleh Aisha.

Dan bahwa ia sangat depresi karena hasil ini.

Terakhir, saat aku menyuruh mereka berdua untuk pergi berbicara dengan Lilia-san, mereka mengangguk dan berdiri.

Saat mereka berdua hendak keluar dari ruang keluarga, aku tiba-tiba menghentikan mereka.

"Hei."

Ada sesuatu yang harus kukatakan.

Pertama, tiga poin untuk Ars.

Satu, anggap Lilia yang akan kau temui sekarang bukan sebagai nenekmu, melainkan sebagai ibu dari orang yang berharga bagimu.

Dua, pahami bahwa kau tidak bisa melindungi orang berharga itu sepenuhnya dari segala hal, dan telah menempatkannya dalam kesulitan seperti ini.

Dan tiga, pahami bahwa kau adalah pihak yang akan 'menerima' putrinya yang berharga dari sang ibu.

Selanjutnya, tiga poin lagi.

Satu, yang dibutuhkan Ars sekarang adalah 'mengetahui'.

Mengetahui seberapa besar ia telah membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Di mana letak kesalahan dari tindakannya. Dan juga, di mana letak kesalahan dari tindakan Aisha. Di mana letak kelemahan Aisha.

Dua, ia harus 'berpikir'.

Apa yang seharusnya ia lakukan kali ini untuk melindungi Aisha. Apa yang harus ia pelajari untuk ke depannya. Dan untuk itu, pertama-tama ia harus mengetahui perasaan Lilia. Perasaan yang sesungguhnya dari sang ibu yang lebih dari siapa pun telah mengkhawatirkan dan mengawasi Aisha.

Dan tiga, di atas semua itu, ia harus bisa 'meyakinkan'.

Jika ia ingin bersama dengan Aisha, maka pertama-tama, ia harus bisa meyakinkan Lilia.

"Baik! Saya mengerti!"

Ars mengangguk dengan ekspresi yang sama persis seperti Eris. Aku sedikit cemas, tetapi ia pasti akan berusaha.

Aku pun memberitahu Aisha untuk menceritakan dengan jujur isi percakapan kami tadi dan juga proses bagaimana perasaannya berkembang hingga memutuskan untuk kawin lari. Tanpa berpikir seperti biasanya, 'kalau begini dia pasti akan diam', atau 'kalau aku berbohong begini dia pasti akan menerimanya', atau 'aku pasti bisa melewati situasi ini'. Lilia mungkin akan marah, bahkan murka, tetapi terimalah semua itu dan bicaralah, kataku.

Bahwa itulah artinya berbicara dari hati ke hati.

"Saya mengerti."

Sama seperti Ars, Aisha mengangguk dengan wajah serius.

Aku bergumam, "Semangat," dan mengantar kepergian mereka berdua dengan pandanganku.

Setelah itu, aku tidak tahu percakapan seperti apa yang mereka bertiga—Aisha, Ars, dan Lilia—lakukan.

Diskusi itu berlangsung lama, entah lima jam, enam jam, atau mungkin lebih.

Di tengah-tengahnya, aku beberapa kali mendengar suara jeritan Lilia. Sekali, aku juga mendengar jeritan Aisha.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, jeritan itu semakin berkurang, dan akhirnya lenyap.

Dan, pembicaraan pun selesai.

Saat turun, Lilia tampak sangat kelelahan, tetapi wajahnya terlihat lebih lega dari yang kuduga. Mungkin ganjalan di hatinya belum sepenuhnya hilang, tetapi kurasa semacam pemahaman telah lahir di dalam dirinya.

Setelah itu, Aisha dan Ars meminta maaf pada keluarga.

Maaf telah membuat kalian khawatir. Maaf telah merepotkan. Maaf telah berkhianat.

Mereka berkata begitu sambil menundukkan kepala.

Untuk saat ini, tidak ada seorang pun di keluarga kami yang menghakimi mereka atas masalah itu.

Lucy memang menatap tajam pada Ars, dan Norn memarahi Aisha, tetapi hanya sebatas itu.

Justru, kurasa suasana lega yang mengalir.

Setelah itu, kami berbicara tentang nasib Aisha dan Ars.

Ini menjadi masalah yang sedikit rumit.

Pertama, diputuskan bahwa Aisha akan diusir dari keluarga. Untuk sementara, namanya akan dihapus dari daftar keluarga Greyrat.

Ini adalah usulan dari Aisha sendiri.

Memberi sanksi pada seorang pengkhianat. Ini adalah hal yang diperlukan di dunia mana pun. Katanya, ini diperlukan untuk menjaga wibawa keluarga Greyrat dan agar tidak diremehkan oleh orang lain.

Meskipun begitu, aku tidak berniat menghukum Aisha sekejam itu.

Pengusiran itu, pada dasarnya hanyalah untuk pihak luar.

Kami terpaksa melakukannya karena jika kami tidak menunjukkan pada dunia bahwa keluarga Greyrat telah menjatuhkan sanksi pada Aisha, yang namanya wibawa itu akan memudar.

Meskipun, kurasa ini tidak begitu berarti.

Bagaimanapun juga, rencananya beberapa tahun lagi Aisha akan menikah dengan Ars dan kembali ke keluarga Greyrat.

Setelah melahirkan, Aisha akan meninggalkan nama Greyrat dan secara resmi akan diasingkan.

Meskipun disebut diasingkan, tujuannya adalah Kerajaan Asura, di mana ia akan bersekolah di Akademi Kerajaan.

Dari kejadian kali ini, ia juga menyadari ketidakdewasaannya sendiri.

Bukannya ia akan menjadi manusia yang sempurna hanya dengan bersekolah... tetapi sepertinya ada hal-hal yang ingin ia pelajari kembali.

Ia berkata bahwa ia ingin menjadi lebih toleran terhadap kegagalan orang lain.

Ia akan terpisah dari Ars selama beberapa tahun.

Dan kemudian, hukuman atas insiden kali ini.

Ini, sebagai hukuman yang sesungguhnya untuk Aisha, diputuskan bahwa aku yang akan mengasuh anak yang akan lahir.

Selama beberapa tahun hingga Ars dewasa dan bisa menikah, Aisha tidak boleh bertemu dengan anaknya.

Setelah melahirkan, Aisha akan diperlihatkan wajah anaknya sekali saja, lalu mereka akan dipisahkan.

Itulah hukuman yang dijatuhkan pada Aisha.

Aku tidak tahu apa ini benar-benar akan menjadi sebuah hukuman... tetapi karena aku merasa sangat tahu rasa sakitnya tidak bisa bertemu dengan anak, secara pribadi kurasa ini sudah cukup.

Yah, kesampingkan dulu soal Aisha, aku merasa sedikit ragu untuk memisahkan seorang anak yang tidak berdosa dari ibunya.

Kasihan anaknya.

Tentu saja, aku berniat untuk merawatnya dengan penuh tanggung jawab... tetapi mungkin saja, ini akan meninggalkan luka yang dalam di hati sang anak.

Saat memikirkan itu, sejujurnya ada bagian dari diriku yang berpikir, sudahlah, biarkan saja Aisha tinggal di rumah dan hidup bermesraan dengan Ars.

Akan tetapi, insiden kali ini tetap saja mengharuskan Aisha menerima semacam hukuman.

Ia harus merenungkan dan merasakan sepenuhnya akibat dari perbuatan salahnya, akibat dari kegagalan besarnya.

Memikirkan hal itu, satu-satunya yang bisa kulakukan adalah mencurahkan kasih sayang yang lebih besar dari seorang ibu kandung pada anak yang akan lahir nanti.

Apakah Aisha bisa benar-benar tumbuh dewasa dengan hidup sendiri, terpisah dari Ars?

Hal itu akan kuawasi, tidak, kami akan mengawasinya dengan baik.

Sementara itu, Ars akan kembali ke rumah kami dan melanjutkan sekolahnya.

Untuk menanggung dosa yang setara dengan Aisha, Ars masih terlalu kecil.

Merenungkan insiden kali ini dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk tumbuh dengan sekuat tenaga, itulah yang akan menjadi tanggung jawabnya.

Dan kemudian, setelah Ars dewasa, lulus sekolah, dan diakui sebagai seorang pria mandiri olehku dan Eris, setelah itu ia boleh melakukan apa pun yang ia suka.

Boleh melakukan apa pun yang ia suka itu artinya, tidak masalah jika ia pergi ke Kerajaan Asura untuk menikahi Aisha atau apa pun. Sebaliknya, itu juga berarti, 'jemputlah Aisha dengan penuh tanggung jawab'.

Bagi Ars, berpisah dari Aisha pastilah hal yang tidak ia sukai.

Akan tetapi, melihat hasil pertarungannya dengan Eris tempo hari dan melihat Aisha dengan lingkaran hitam di bawah matanya, ia mengangguk dengan khidmat.

Secara mental dan fisik ia memang belum dewasa, tetapi kesiapan hati dan semangatnya sudah sempurna. Lagi pula ia adalah putra Eris, jadi soal itu aku tidak khawatir.

Ars pasti akan tumbuh dewasa dan akan datang menjemput Aisha.

Pada akhirnya, dunia luar akan mengetahui bahwa "Ars telah bertunangan, dan Aisha telah menikah."

Orang-orang mungkin akan bingung apakah Aisha pada akhirnya diasingkan atau menikah, tetapi biarlah.

Membiarkannya ambigu akan membuat kebenarannya sulit untuk dipahami.

Dan, kita tidak seharusnya menyebarkan skandal ini pada orang-orang yang tidak begitu mengenal kita.

Setelah itu, aku membawa Ars dan Aisha berkeliling ke berbagai tempat dan menyuruh mereka menundukkan kepala untuk meminta maaf.

Kepada orang-orang yang telah membantu dalam pencarian kali ini.

Aku menceritakan semua yang terjadi pada mereka dengan jujur.

Tentu saja, karena merekalah yang telah kurepotkan, aku juga berbicara jujur mengenai nasib Aisha dan Ars.

Zanoba, seperti biasa, tertawa riang, "Hahahahaha, syukurlah mereka sudah ketemu, ya!"

Ariel bertanya dengan nada mencurigakan, "Jika Aisha diasingkan, berarti tidak apa-apa jika saya yang memungutnya, 'kan?", tetapi aku menolaknya.

Orsted, seperti biasa, hanya mengangguk dengan wajahnya yang menakutkan.

Alec, yang mencari di sekitar Benua Iblis, sepertinya berhasil menemukan Kishirika dan dengan wajah sombong memberitahuku tempat persembunyiannya, tetapi sudah terlambat.

Ruijerd memasang wajah yang sedikit rumit, tetapi juga lega dengan akhir dari masalah ini.

Perugius tertawa meremehkan, "Hah, jadi akhirnya tertangkap juga." Sepertinya, ia secara pasif ikut membantu Aisha dalam pelariannya. Nanti akan kuadukan pada Orsted.

Saat aku pergi ke markas Kelompok Tentara Bayaran, orang-orang yang sepertinya berpihak pada Aisha langsung menunduk ketakutan, berdiri tegap, dan menatap kosong ke udara.

Di antara mereka, ada beberapa orang yang telah mengkhianatiku dan berpihak pada Aisha.

Meskipun begitu, kurasa tidak perlu kupermasalahkan.

Pasti banyak dari mereka yang kelemahannya dipegang oleh Aisha, dan ada juga yang memihakku seperti Linia dan Pursena. Dengan memaafkan kejadian kali ini, aku juga bisa membuat mereka berutang budi.

Lagi pula, ini bukanlah pengkhianatan besar-besaran karena hasutan Hitogami, melainkan hanya pertikaian internal.

Lagipula, kalaupun aku ingin melakukan sesuatu, ini adalah organisasi yang sudah kubangun di seluruh dunia.

Menghancurkannya akan sangat merepotkan, dan di antara anggotanya ada yang sudah punya pengetahuan tentang lingkaran sihir teleportasi dan batu tulis komunikasi. Sekarang ini kerugiannya lebih banyak.

Ngomong-ngomong, mungkin karena sejak awal memihakku, Linia dan Pursena dengan angkuhnya menghakimi para pengkhianat.

Padahal mereka hampir tidak melakukan apa-apa...

Yah, mungkin ini bisa mengarah pada pembersihan internal, jadi biarkan saja.

Meskipun begitu, para anggota kelompok tentara bayaran yang kali ini memihak Aisha, meskipun mereka ketakutan, tidak ada satu pun yang mengatakan hal-hal seperti "Aku disuruh Aisha" atau "Aku diancam jadi tidak punya pilihan lain".

Aisha, bagaimanapun juga, ternyata dicintai oleh mereka.

Kali ini, aku sangat berharap Aisha bisa mengerti hal itu dengan benar.

Intinya, tidak ada yang marah.

Aku sangat bersyukur.

Dan begitulah, permintaan maaf pun selesai, dan waktu untuk melahirkan pun tiba.

★ ★ ★

Anak dari Aisha dan Ars. Cucu pertamaku, adalah seorang anak laki-laki.

Namanya Leroy.

Leroy Greyrat.

Ia adalah anak yang cerdas seperti Aisha, suka dada besar seperti Ars, dan sepertinya akan tumbuh bebas seperti mereka berdua.

Saat kutanya apa mereka tidak akan menggunakan huruf pertama dari nama orang tua atau kakek-neneknya, aku ditertawakan dan dijawab, "Aku 'kan bukan Kakak."

Meskipun begitu, walaupun ini adalah cucu pertamaku, aku tidak begitu merasakannya.

Mungkin karena rasanya baru beberapa tahun yang lalu Chris masih seperti bayi. Entah kenapa, rasanya seperti aku baru saja punya anak laki-laki baru.

Padahal aku sudah jadi kakek...

Cara Aisha menangani bayi yang baru lahir, seperti yang sudah kuduga, sangatlah mahir.

Tidak disangka ini adalah anak pertamanya.

Tetapi, tidak perlu dipikirkan lagi, dari Lucy sampai Chris, semuanya Aisha yang merawat.

Bukannya ia merawat mereka sendirian, tetapi Aisha ikut melakukan segalanya.

Kalau begitu, sekarang setelah ia benar-benar menjadi seorang ibu, ia pasti bisa melakukan apa saja.

Dan, keluarga kami, semuanya akan membantu mengurus anak.

Meskipun telah terjadi hal seperti itu, semua orang menerima Leroy dan menyayanginya.

Aku sangat senang melihatnya.

Terutama Lilia, ia berubah total begitu Leroy lahir. Ia menyayangi Leroy sampai-sampai tidak bisa dipercaya bahwa dulu ia begitu menentang pernikahan Aisha dan Ars.

Tapi, bukannya aku tidak mengerti.

Jika dipikir-pikir bahwa aku dan Lilia tidak punya hubungan darah, maka bagi Lilia, ini adalah cucu pertamanya.

Jika perasaan tidak enaknya tentang fakta bahwa Ars adalah putraku sudah hilang, ia pasti tidak akan ragu untuk menyayanginya. Aku yakin Lilia akan baik-baik saja, tapi aku jadi khawatir ia akan terlalu memanjakannya.

Ars, dengan wajah serius, sedang berlatih mengganti popok bayi.

Saat ini, Ars sedang proaktif belajar cara merawat bayi dari Aisha dan Lilia. Meskipun aku yang akan mengasuh bayi itu, sebagian besar perawatannya akan dilakukan oleh Ars.

Tentu saja, aku akan membantunya. Tetapi mulai sekarang, Ars harus belajar perannya sebagai seorang ayah.

Ia memang menjadi ayah di usia dua belas tahun yang masih sangat muda, tetapi ia harus mengambil tanggung jawab itu.

Ars menyadari hal itu dan mengerjakan segalanya dengan sekuat tenaga. Tentu saja ia tetap bersekolah, dan latihannya dengan Eris pun semakin intens. Sepertinya ia juga berusaha keras dalam berbagai hal lainnya.

Semua demi menjemput Aisha suatu saat nanti.

"..."

Meskipun begitu, apa anak-anakku yang lain juga akan menikah satu per satu seperti ini, dan cucuku akan terus bertambah?

Ars memang terlalu cepat, tetapi Lucy sudah memasuki usia yang pas.

Sebelum dewasa ia sepertinya berpacaran dengan Clive, tetapi sekarang karena Clive sudah pindah ke Millis, hubungan mereka merenggang. Mungkin mereka sudah membuat janji untuk masa depan sebelum pindah, tetapi kenyataan itu kejam.

Tidak aneh jika Lucy menemukan cinta yang baru di Akademi Kerajaan Asura dan punya pacar lain.

Lara sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu... tapi, bisa saja anak seperti dia tiba-tiba membawa seseorang pulang.

Ia masih saja lengket dengan Leo seperti biasa.

Jadi mungkin semuanya akan dimulai saat ia menemukan seseorang yang bisa memenuhi standar Leo...

Untuk Sieg dan anak-anak yang lebih kecil, kurasa masih terlalu cepat.

Begitulah pikirku, tetapi Ars yang kukira juga masih terlalu cepat malah sudah punya anak, jadi aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

Dan mungkin saja, pasangannya nanti akan serumit kasus kali ini.

Misalnya, ternyata Chris punya selera om-om yang parah, dan begitu ia dewasa ia akan membawa pulang seorang pengangguran NEET gemuk berusia tiga puluh empat tahun...

Saat itu mungkin aku akan refleks berkata tidak boleh, tetapi aku akan berusaha untuk berdiskusi baik-baik.

Kalau dia pengangguran dan seorang NEET, mungkin aku malah bisa akrab dengannya.

Tidak, kalau hanya akrab saja rasanya kurang, jadi aku mau ia menunjukkan sisi yang sedikit lebih baik dari itu.

"Aduh, aduh, mau nenen, ya~, Leroy-kun ini manja, ya~."

"Aisha, jangan terlalu memanjakannya."

"Baik, Ibu."

Leroy membenamkan wajahnya di dada Aisha dengan ekspresi bahagia.

Lilia duduk di sebelahnya dengan senyum lembut.

Ars memasang wajah seolah berkata, "Mau bagaimana lagi."

Kau memasang wajah seperti itu, Ars, tapi lihat deh sifat suka dadanya itu, sama persis denganmu waktu kecil, lho.

...Lho? Kalau begitu, apa mungkin nanti Leroy saat berumur sepuluh tahun akan 'didekati' oleh Lily atau Chris...? Apa aku akan menjadi kakek buyut di usia empat puluhan?

Tidak, tidak, tidak mungkin.

"..."

Yah, aku tidak tahu akan seperti apa bentuknya, tetapi saat yang tak terhindarkan itu tiba, mungkin ia akan datang dalam bentuk yang tidak terduga.

Saat itu, aku ingin bisa menanganinya dengan tenang, tidak panik seperti kali ini.

Sambil melihat mereka bertiga yang tampak bahagia, meskipun hanya sesaat, aku berpikir begitu.

Dan kemudian, waktu perpisahan pun tiba.

Aisha mengenakan pakaian bepergian yang sama sekali berbeda dari seragam pelayannya yang biasa, berdiri di depan pintu sambil membawa tas.

Di dalam tasnya, ada beberapa helai pakaian dan barang-barang dari kamarnya.

Akan tetapi, di dalamnya tidak ada seragam pelayan.

Seragam pelayan yang telah ia kenakan selama bertahun-tahun telah disimpan di gudang bawah tanah.

"Selamat tinggal, Leroy-kun..."

Aisha memeluk Leroy.

Anak yang baru ia sayangi selama beberapa hari.

Aisha sempat berkata bahwa hukuman berpisah dengan anak itu terlalu ringan, tetapi saat ia memeluk Leroy, air matanya berderai.

Ars juga menangis, dan Lilia juga menangis.

Hanya dengan melihat itu saja, aku tahu bahwa Leroy sama sekali bukanlah anak yang lahir tanpa diinginkan, dan aku pun ikut menangis.

"Kalau begitu, Ibu, Kakak, tolong jaga Leroy-kun."

Aisha menyerahkan Leroy pada Lilia.

Leroy menatap Aisha dengan wajah bingung, tetapi seolah merasakan sesuatu, ia pun langsung menangis.

Apa ia secara naluriah merasakan perpisahannya dengan sang ibu?

Aisha mengelus kepala Leroy yang menangis dan dengan lembut mencium wajahnya.

"Ars-kun. Ayo kita sama-sama berjuang, ya."

"Iya."

Ars mengangguk.

Ia masih kecil. Tingginya pun kira-kira sama dengan Aisha.

Tetapi, saat mereka bertemu lagi nanti, ia pasti sudah akan jauh lebih tinggi dari Aisha.

"Baiklah, semuanya... saya berangkat."

Terakhir, Aisha mengucapkan 'saya berangkat' pada semua orang yang mengantarnya.

Bukan 'selamat tinggal' ataupun 'maaf', melainkan 'saya berangkat'.

Aku senang dengan pilihan katanya itu.

Aisha berjalan sampai ke gerbang, lalu sekali lagi menoleh ke belakang.

Ia menatap ketiga istriku, menatap anak-anak. Lalu menundukkan kepalanya.

Kemudian ia mengelus Beat yang melilit di pilar gerbang sekali, lalu berjalan keluar.

"...Hei, Sylphie, Roxy, Eris."

Dalam perjalanan kembali ke rumah, aku memanggil ketiga istriku.

Mereka bertiga berhenti dan menatapku.

Wajah mereka tampak bingung.

"Ada yang ingin kubicarakan. Boleh aku minta kalian datang ke kamar tidur?"

"...Pembicaraan penting?"

"Iya, pembicaraan penting."

Dulu kupikir ini tidak perlu. Sampai sekarang pun aku masih berpikir begitu.

Tetapi, aku memutuskan untuk mengatakannya. Karena kepergian Aisha, aku merasa aku harus mengatakannya.

Tentang ingatanku dari kehidupanku yang dulu.

Tentang orang seperti apa diriku di kehidupanku yang dulu.

Untuk ke depannya, aku akan berbicara, mendengar, dan bermain dengan anak-anak.

Saat itu, aku pasti akan mengulangi hal yang sama seperti kali ini.

Tidak peduli seberapa hati-hatinya diriku, tidak peduli seberapa aku memahaminya di kepala, ada kalanya tubuh ini tidak mau menurut.

Bagaimanapun juga, pasti masih banyak sekali ingatan dari kehidupanku yang dulu yang tidak kuingat tetapi masih mengganjal.

Aku ingin para istriku mengetahui hal itu.

Dan kemudian, saat aku kembali terhambat oleh sesuatu yang tidak kumengerti, aku ingin mereka menolongku.

"Sangat penting, ya."

Aku yakin mereka tidak akan kecewa.

Sambil memegang keyakinan itu, aku pun berjalan menuju kamar tidur.

★ ★ ★

Empat tahun kemudian.

Ars telah diwariskan teknik Pedang Cahaya dari Eris.

Aliran Dewa Pedang Peringkat Suci. Sihir Angin Peringkat Suci.

Sihir Air dan Sihir Api masing-masing Peringkat Mahir. Meskipun ia agak lemah dalam sihir tanah dan penyembuhan, ia tetap bisa menguasainya di Peringkat Menengah tanpa rapalan.

Karena sempat tinggal kelas, ia tidak bisa menjadi lulusan terbaik, tetapi ia lulus dari Universitas Sihir dengan nilai yang sangat memuaskan.

Setidaknya, jika dibandingkan dengan empat tahun yang lalu, ini adalah sebuah lompatan besar.

Melihat apa yang telah ia lakukan selama empat tahun ini, tidak akan ada yang berpikir bahwa ia tidak berusaha.

Pada hari kelulusan, aku bertanya padanya, apa ia sudah menjadi dewasa sepenuhnya, apa ia sudah mendapatkan kekuatan untuk bisa melindungi Aisha baik secara mental maupun fisik.

Ia menjawab bahwa ia tidak tahu.

Ia berkata bahwa ia telah merenungkan kejadian hari itu, dan ia tahu ia tidak bisa terus seperti dulu. Tetapi karena perasaannya pada Aisha tidak berubah sejak hari itu, ia akan berusaha sekuat tenaga.

Aku puas dengan jawaban itu dan berkata, "Aku menaruh harapan padamu."

Mendengar itu, Ars memasang wajah terkejut dan menatapku lekat-lekat.

Lalu, setelah mengangguk dengan penuh semangat sambil berkata "BAIK!", ia juga bertarung tanding dengan Eris dan mendapatkan pengakuannya.

Setelah itu, ia pergi ke Kerajaan Asura untuk menjemput Aisha, yang telah lulus dari Akademi Kerajaan Asura dan bekerja di bawah Ariel.

Dalam empat tahun ini, Aisha telah sedikit berubah.

Ia mulai berusaha untuk mencoba memahami perasaan orang lain.

Ia tidak lagi memanfaatkan kelemahan orang lain, hampir tidak pernah lagi meminta sesuatu yang egois, sisi penuh perhitungan dari tindakannya pun menghilang, dan ia mulai meluangkan waktu untuk setiap hal, mencari solusi yang 'terbaik', bukan yang 'paling optimal'.

Mungkin, itu bisa juga berarti bahwa kekuatan Aisha yang dulu telah hilang.

Karena Aisha yang sekarang mungkin tidak akan lagi menggunakan cara-cara memaksa demi mendapatkan solusi yang paling optimal, seperti memanfaatkan atau memegang kelemahan orang lain.

Akan tetapi, aku menganggap itu sebagai sebuah "pertumbuhan".

Saat ini, mereka berdua telah membeli sebuah rumah di Kota Sihir Sharia dan tinggal di sana.

Bertiga, Ars, Aisha, dan Leroy.

Tentu saja, hubungan mereka dengan keluarga kami sangatlah dekat.

Mereka bertiga sering datang bermain ke rumahku, dan kami menyambut mereka.

Aisha, seperti dulu, akan membantu pekerjaan rumah atau merawat taman.

Tetapi, ia tidak lagi mengenakan seragam pelayan.

Ia sudah berhenti mengenakan seragam pelayan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close