NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 8 Chapter 1

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 1 

Tersadar dari Mimpi Dongeng


Matogi Kei. Nama itu sudah sering kudengar keluar dari mulut Yuuka maupun Raimu. Sebelum aku bisa mengingat apa pun, namanya sudah menggemparkan seluruh Jepang—seorang model top legendaris. Hanya saja… aku sendiri hanya tertarik pada dunia dua dimensi, atau paling jauh dua setengah dimensi.


Jadi, tentang orang seperti apa dia dan prestasi apa yang pernah diraihnya, aku nyaris tidak tahu.


—Kalau hanya berdasarkan cerita yang kudengar dari Yuuka dan yang lainnya. Setelah pensiun dari dunia model, Matogi Kei dikabarkan sempat menghilang dari industri untuk sementara waktu. Lalu, ketika ia mendirikan agensi seiyuu “60P Production” bersama Rokujou Reika-san, namanya kembali dikenal masyarakat.


Andaikan… Direktur Rokujou dan dia tidak mendirikan “60P Production,” mungkin Izumi Yuuna, bahkan Yuuna-chan, juga tidak akan pernah ada.


Dalam arti seperti itu, dia adalah orang yang menyelamatkan hatiku—benar-benar orang yang sangat berjasa bagiku. Dan sekarang, aku untuk pertama kalinya bertemu langsung dengan Matogi Kei. Sepasang mata bulat dan tajam. Rambut hitam berkilau. Tingginya dengan mudah melebihi 170 cm; untuk seorang wanita, itu cukup menjulang. Saat masih menjadi model top, Matogi Kei pernah dipuji-puji masyarakat sebagai “wanita tercantik sepanjang masa.”


Ya… kalau melihat dari segi usia, mungkin memang dia masih terlihat cantik. Barangkali. Tapi aku sama sekali tidak menganggapnya “wanita tercantik sepanjang masa.” Karena bagiku, orang ini bukanlah

mantan model top yang seolah hidup di luar dunia nyata…


“—Yuuichi?”

“…Ibu?”


Begitu aku spontan memanggilnya seperti itu, mendadak kepalaku terasa benar-benar kosong.


Aku tidak tahu lagi apa yang harus kuucapkan. Namun, aku juga tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Aku hanya bisa berdiri terpaku di tempat itu. Dan kurasa, dia pun merasakan hal yang sama.


Dia. Matogi Kei. —Ibuku. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia menatap lurus padaku.


Yuuka, Raimu, Hachikawa-san, Direktur Rokujou. Orang-orang lain di sekitar kami juga tampaknya menangkap suasana yang tidak biasa itu, hingga terdiam semuanya.


“…Ibu, kau bilang? Maksudnya apa ini, Yuuichi?”


Dalam suasana berat yang menyelimuti lounge “60P Production,” orang pertama yang memecah keheningan adalah Raimu. Dengan rambut panjang ungu mengalir dan busana bergaya gotik—masih dalam kostum Shinomiya Raimu.


“…Matogi-san? Ibunya Yuuichi-kun…?”


Sebaliknya, Hachikawa-san berbisik dengan wajah melongo, seperti bergumam. Karena terlalu terkejut, ia menggenggam rambut depannya sampai berantakan—padahal biasanya potongan bob pendeknya selalu rapi.


“…”


Di sebelahnya, Direktur “60P Production,” Rokujou Reika-san, hanya berdiri diam dengan tangan bersilang. Rambutnya yang bergelombang dan setelan abu-abunya tetap tak terusik. Direktur Rokujou hanya menatap lurus——ke arah Matogi Kei.


…Aku sangat mengerti perasaan bingung mereka. Karena orang yang paling terkejut di sini adalah aku sendiri.


Sakata Kyouko. Itulah nama ibuku. Tidak, karena sudah bercerai dengan ayahku, seharusnya sekarang ia “Arato Kyouko.” Tapi entah kenapa, aku tidak ingin memanggilnya begitu.


—Tepat sebelum aku naik kelas dua SMP, Ibu meninggalkan rumah. Sejak saat itu, aku maupun Nayu tidak pernah bertemu dengannya lagi. Dan kini, kami bertemu kembali dengan cara yang sama sekali tak terduga ini. Tidak wajar kalau aku tidak terguncang.


“…Yuu-kun.”


Yuuka menarik ujung bajuku erat-erat, menatapku dari bawah. Yang terlihat di mataku saat ini adalah Izumi Yuuna, sang seiyuu. Rambut cokelat kembar dua yang diikat wig. Tunik merah muda yang manis dipadu rok mini kotak-kotak. Seiyuu terbaik yang memancarkan kilau seperti Yuuna-chan dari “Arisute,” yang begitu kucintai. Namun, ekspresinya yang sedikit berkaca-kaca itu adalah wajah asli Watanae Yuuka—gadis yang polos, manja, dan menenangkan hatiku.


Suatu hari, tiba-tiba dia menjadi tunanganku. Gadis paling berharga, yang tiada tandingannya—yang paling kuanggap penting di dunia ini.


“Tidak apa-apa, Yuu-kun?”


“…Iya. Terima kasih, Yuuka.”


Aku menggenggam erat tangan kecil Yuuka.

Sekejap kemudian, aku merasakan kabut dalam pikiranku tersibak.


“Tidak apa-apa. Itu hal sepele, jangan dipikirkan. Lagipula, yang jauh lebih penting sekarang adalah skandal Yuuka.”


“…Benar juga. Maafkan aku, Izumi-san.”


Menanggapi ucapanku, Matogi Kei juga berkata dengan nada datar.


“Padahal ini masalah besar bagi Izumi-san—tapi aku malah menimbulkan keributan karena hal sepele.”


—Hal sepele, ya.


Dadaku sedikit terasa perih. Tapi memang benar… itu benar-benar hal yang tidak seberapa.


“Reika. Untuk saat ini, bolehkah aku menyerahkan situasi ini padamu? Untuk penanganan akhir, aku sendiri yang akan bertindak. Sebagai direktur eksekutif sekaligus kepala divisi pelatihan aktor.”


Dengan tatapan menunduk, Matogi Kei berkata demikian. Lalu ia segera membalikkan badan, hendak meninggalkan kami di lounge.


“Kyouko.”


Ia dipanggil dengan nama lain oleh Direktur Rokujou. Langkah Matogi Kei terhenti.


“Tentu saja aku akan segera mengambil langkah terkait masalah Izumi. Tetapi… Kyouko. Bukankah ada hal lain yang lebih penting bagimu? ‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta,’ Sakata Yuuichi-kun, adalah… milikmu, Kyouko—”


“—Aku bukan ‘Kyouko,’ Reika.”

Tanpa menoleh, Matogi Kei menanggapi dengan dingin. Lalu perlahan ia kembali melangkah.


“Aku hanyalah Matogi Kei. Aku bukan lagi ‘Sakata Kyouko.’ Sekarang… aku tidak punya hak lagi untuk memakai nama itu.”



Setelah Matogi Kei meninggalkan lounge. Ketegangan yang menekan suasana pun mendadak terlepas, dan rasa lelah langsung menyerangku. Atas saran Hachikawa-san, aku pun duduk di sofa dekat jendela.


“…Gila. Memang beda ya, sofa milik agensi seiyuu…”


Saking nyamannya sandaran punggung itu, aku sampai berkomentar. Sofa ini benar-benar empuk luar biasa.


…Hm? Sebelah kanan sini malah lebih empuk lagi?


Waduh, ini bahaya. Rasanya seperti marshmallow, kelembutan yang bisa bikin orang jadi malas bergerak—


“Ehehe~ Nih, Yuu-kun… munyu~!”


“Eh, Yuuka!? Apa yang kau lakukan!?”


Kupikir itu sandaran sofa—ternyata dada Yuuka. 


Aku tahu ini terdengar aneh, tapi aku sendiri pun tak mengerti apa yang sedang kukatakan. Aku buru-buru berguling jatuh dari sofa. Menatapku dari atas, tunanganku yang sedang berpenampilan sebagai Izumi Yuuna berkata dengan santai,


“Apa lagi? Karena Yuu-kun terlihat lelah, kupikir kalau kupeluk dengan payudara yang kusukai, mungkin saja HP-mu bisa pulih sedikit!”


“Apakah kau bodoh!? Pertimbangkan tempat dan waktunya! Kita ini di mana? Ini kantor agensi seiyuu, tahu!?”


“…Kalau begitu, bisa tahan sampai kita pulang nanti, Yuu-kun?”


“Bukan itu masalahnya! Kenapa percakapannya jadi seolah-olah aku yang minta begitu!? Aku sama sekali tidak pernah menginginkan hal semacam itu, oke!?”


Percakapan konyol seperti di rumah. Bukan membuatku pulih, malah rasanya tenagaku justru terkuras.


“…Haaaah. Aku jadi lemas, benar-benar.”


Hachikawa-san mendesah panjang, lalu menatapku dengan tajam.


“Bahkan sampai pulang ke rumah pun kau tak bisa menahan diri… Memang begitulah, nafsu anak lelaki belasan tahun tak pernah ada batasnya, ya…”


“Tunggu sebentar, Hachikawa-san. Kenapa aku diperlakukan seperti binatang buas begitu?”


“Hahaha! Sudahlah, Hachikawa.”


Menyela dengan paksa, Direktur Rokujou tertawa terbahak-bahak.


“Laki-laki, berapa pun usianya, selalu lebih suka yang besar—itu sudah hukum alam. Benar, Shinomiya?”


“Tidak usah melibatkan saya.”


Tanpa jeda sedetik pun, Raimu langsung menjawab.


Ekspresinya benar-benar seperti ‘Shinomiya Ranmu.’ 

Yah, wajar sih. Memang begitu satu-satunya cara untuk menghindarinya. Aku paham, aku mengerti. Tapi… Raimu? Bisakah kau hentikan gerakan tanganmu yang seolah-olah melindungi dadamu?


Disamakan dengan monster cabul oleh gadis yang dulu pernah kusukai… rasanya cukup menusuk hati.


“Izumi, maafkan kami. Seharusnya tidak perlu membuatmu ikut canggung. Tapi berkatmu, suasana di sini jadi sedikit lebih ringan.”


Ucap Direktur Rokujou, lalu menoleh pada Yuuka. Sementara Yuuka, dengan wajah kikuk, menatapnya sambil gelisah.


“Tidak, bukan karena aku ingin mencairkan suasana… Aku hanya ingin menyemangati Yuu-kun, tapi malah keterlaluan. Maafkan aku…”


“Oh? Jadi tadi itu sama sekali bukan perhitungan, tapi benar-benar tindakan alami, begitu? Hahaha! Kau memang gadis yang menarik, Izumi.”


Setelah tertawa lepas seperti itu, Direktur Rokujou tiba-tiba berganti ekspresi menjadi serius.


Sangat berbeda dengan dirinya yang barusan melontarkan candaan.


“Baiklah, sekarang mari kita bicarakan soal yang sebenarnya. MeTuber bergaya exposé ‘Kamagami’ kemarin mendapat bocoran skandal tentang Izumi dan ‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta.’ Saat ini memang belum ada pergerakan, tapi kemungkinan besar… dalam waktu dekat ia akan mengunggah video yang membongkar skandal itu.”


“…Iya.”


“Jika video itu diunggah, kami akan segera mengambil langkah hukum. Bila di dalam video terdapat bumbu atau kebohongan, kantor akan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa hal itu tidak berdasar. ‘60P Production’ bersumpah akan melakukan segala cara untuk melindungi Izumi Yuuna. Namun—”


Direktur Rokujou perlahan mengalihkan pandangannya kepada Raimu. Seolah sudah menangkap maksud itu, Raimu menggigit bibir lalu berkata,


“…Maksud Anda, waktunya kurang tepat? Begitu, Direktur Rokujou?”


“Benar. Tinggal kurang dari dua minggu menuju acara perkenalan kedua ‘Hachinin no Alice.’ Sorotan terhadap ‘Arisute’ sudah pasti semakin tinggi. Terlebih lagi kali ini… Yuuna berhasil naik peringkat secara drastis. Tentu saja, perhatian publik terhadap Izumi Yuuna juga semakin besar.”


—Apa yang dikatakan Direktur Rokujou memang tepat. Di dalam game mobile populer Love Idol Dream! Alice Stage☆ sedang berlangsung proyek pemungutan suara—‘Pemilihan Delapan Alice ke-2.’ Dan para pengisi suara yang terpilih sebagai delapan Alice idol akan tampil bersama dalam acara perkenalan besar-besaran.


Bagi para penggemar ‘Arisute,’ ini jelas sebuah festival yang tidak mungkin tidak meriah. Justru karena itu—bagaimana jika skandal muncul tepat pada momen ini?


“Artinya… kemungkinan besar akan terjadi keributan besar, kan?”


Ucap Yuuka dengan tenang.


“Betul. Itu benar, Izumi. Tidak hanya di internet, bahkan di lokasi acara pun potensi keributan harus diperhitungkan.”


“—Kalau mereka bisa membakar, biar saja mereka coba bakar.”


Mendahului kata-kata Direktur Rokujou, Raimu berucap dengan suara yang sarat amarah.


“Api busuk seperti itu… tak akan mampu mengakhiri ‘Arisute,’ atau Yuuna. Tidak akan pernah bisa—dan tidak akan kubiarkan.”


“Ranmu… iya, kau benar! Yuuna. Aku juga, sebagai bagian dari ‘60P Production,’ sebagai manajermu, Izumi Yuuna, akan mengerahkan seluruh tenaga! Karena itu, mari kita lewati masa sulit ini, dan jadikan acara perkenalan itu yang terbaik!!”


“Raimu… Hachikawa-san…”


Mendengar ucapan mereka berdua, aku tanpa sadar merasakan mataku panas. Demi ‘Arisute.’ Demi Izumi Yuuna, sang seiyuu. Baik kantor, maupun Raimu dan Hachikawa-san, semua berusaha keras untuk bergerak. Melihat hal seperti ini… aku yakin, Yuuka pasti akan menitikkan air mata bahagia—


“…Ehehe. Terima kasih banyak, seperti biasa. Ranmu-senpai, Kurumi-san. Terima kasih, tapi—maafkan aku.”


Berlawanan dengan dugaanku. Yuuka menjawab dengan suara lemah.


“‘Maaf,’ ya. Bisa kau jelaskan maksud sebenarnya dari kata itu, Izumi?”


“Baik, Direktur Rokujou. Saya… benar-benar senang ketika Yuuna terpilih sebagai ‘Alice kedelapan.’ Sampai-sampai saya melompat kegirangan, benar-benar bahagia. Karena itu… aku tidak ingin teman-teman sesama pengisi suara, yang seharusnya ikut merasakan kebahagiaan yang sama, justru merasa sedih karenanya.”


“Apa yang kau bicarakan, Yuuna? Ini bukan soal pemeran lain! Yang ingin didengar Direktur Rokujou, yang ingin kami dengar, adalah 

perasaanmu sendiri—”


“—Aku hanya… ingin kita semua bisa tertawa bersama!!”


Memotong kata-kata Raimu, Yuuka tiba-tiba bersuara lantang—sesuatu yang jarang ia lakukan.


Dari pipinya mengalir tetesan bening yang lembut.


“Yuuna yang kusayangi selalu memberikan segalanya. Meski kadang terlalu terburu-buru hingga membuat kesalahan konyol. Tapi Yuuna—selalu ingin semua orang bisa tertawa bersama, kapan pun juga. Karena itu, aku juga… sama sekali tidak ingin melihat siapa pun menunjukkan wajah sedih.”


Watanae Yuuka, ternyata gadis yang cukup keras kepala. Terutama bila sudah memutuskan untuk bertindak demi seseorang. Padahal biasanya ia gadis ceria, polos, penuh perhatian, dan cenderung manja.


—Justru karena ia Yuuka yang seperti itu. Dalam situasi seperti ini, wajar kalau ia menjawab dengan cara yang mementingkan orang-orang di sekitarnya.


“Direktur Rokujou—tolong.”


Lalu, dengan senyum tenang di wajahnya, Yuuka berkata:


“Jika nanti aku benar-benar terlibat skandal dan menjadi bahan keributan… tolong izinkan aku mengundurkan diri dari acara perkenalan itu.”


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close