NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tenshi no Mune ni, sayonara no Hanataba wo ~Yomei Minus na watashi ga Shinu made ni shitai Hitotsu no koto~ V1 Prologue

 


Penerjemah: Flykitty

Proffreader: Flykitty


Prologue

Flower ‐ Mawar yang paling indah di dunia


Sekarang, ini hanyalah cerita dari masa lalu.


Di sebuah tempat yang dikelilingi oleh banyak mawar, seorang gadis terbangun.


Meski hanya mawar yang paling indah dari seluruh dunia yang dikumpulkan di sana, bunga yang paling menawan adalah gadis itu.


Siapa pun yang ditanya pasti akan sepakat dan mengatakan hal yang sama.


Namanya adalah Ai.


Dia adalah seorang malaikat.


Namun, saat ia terbangun, sayap yang seharusnya ada di punggungnya telah menghilang.


Meskipun kehilangan sayap yang bisa disebut sebagai lambang malaikat, dan rambutnya yang seputih salju berubah menjadi hitam gelap, dan mata merahnya yang dulu seperti matahari terbenam kini berwarna biru seperti langit, yang paling mengejutkan bagi Ai adalah ia bisa merasakan aliran angin tak terlihat di seluruh tubuhnya.


Namun, rasa bahagia yang memenuhi dadanya oleh aroma mawar dan pipinya yang terkena angin hanya berlangsung sekejap.


Segera setelah itu, dari mata indahnya, perasaan yang mirip dengan matahari terbenam mulai menetes.


Itu terasa manis dan sangat hangat, tetapi entah mengapa terasa sangat menyakitkan.


Hujan yang disebut air mata mulai membasahi pipi dan tangan Ai dengan deras.


Tengah dadanya terasa sangat sakit, seolah ada lubang yang menganga di sana.


Deg-deg.


Rasa sakitnya, entah bagaimana, terasa mirip dengan detak jantung.


Deg-deg.


Terlalu menyakitkan, terlalu menyedihkan, dan tidak ada yang bisa dilakukan.


Deg-deg.


Bahkan bernapas pun terasa sulit.

Deg-deg.


Jiwa yang paling indah dan murni di dunia, yang tidak tahu alasan mengapa dadanya begitu sakit, menangis sendirian tanpa henti.


Dia menangis terisak-isak.


Dia menangis sampai matanya bengkak.


Dia menangis sambil menggaruk dadanya.


Berapa lama waktu berlalu, tidak ada yang tahu.


Meski dadanya masih sakit, meski air matanya belum mengering, Ai perlahan berdiri di tengah mawar yang sedang mekar.


Dia memutuskan untuk berhenti menangis dan pergi dari taman bunga yang indah ini.


──Saat ia menyeka air mata dari matanya dengan telapak tangan, dunia terlihat sedikit lebih jelas.



Banyak waktu yang telah berlalu.


Banyak tempat yang telah dikunjunginya.

Banyak orang yang telah ditemuinya, dan berpisah dengannya.


Meskipun begitu, sayap yang indah belum juga kembali ke punggung malaikat.



Di atap gedung tertinggi di kota, terdapat bayangan seorang gadis yang tampak berusia sekitar pertengahan remaja, masih menyimpan sedikit sisi kekanak-kanakannya.


Rambut hitam dan mata biru.


Di punggung kecilnya, ada sebuah ransel dengan sayap buatan yang dijahitkan. Dengan bangganya dia memegang boneka kelinci di pelukannya.


Di bawah gadis itu, yang menyatu dengan kegelapan malam, tampak cahaya gemerlap seperti bintang-bintang yang jatuh dari langit.


Cahaya lampu depan mobil yang melaju di jalan raya membentuk garis-garis yang bersinar, angin kencang yang mirip dengan auman binatang menggerakkan poni gadis itu, naik lebih tinggi seakan mencoba meraih bulan.


Bibir merah Ai tersenyum dalam senyuman bahagia.


"Apa yang sedang kamu lihat, Ai?"


"Eh? Dunia manusia, Dia."


"Apakah itu menyenangkan?"


"Bukan menyenangkan sih, tapi indah. Bersinar gemerlapan, seperti bintang-bintang di langit."


"Buang-buang waktu aja."


Kata-kata yang dingin itu melayang di malam hari dengan suara seorang pria.


Tak ada sosok lain selain Ai di sana. Orang yang diajaknya bicara, yang disebut 'Dia', adalah boneka di pelukannya.


Terlepas dari penampilannya yang lucu, boneka itu adalah sahabat penting Ai yang sangat lancang.


"Lalu, ada apa?"


"Aku merasakan keberadaan baru. Aku akan menuntunmu, jadi mari turun ke bawah dulu──"


"Oke!!"


Tanpa menunggu, Ai sudah berdiri di tepi gedung.


Segera, Dia bertanya dengan suara tidak senang.


"Tunggu. Apa yang akan kau lakukan?"


"Kamu tahu, kan?"


Senyum di bibir merah Ai semakin dalam, menampilkan giginya yang putih.


"Aku tidak ingin tahu. Dengar, teknologi manusia sudah maju. Sekarang, kamu bisa turun ke bawah dengan aman, nyaman, cepat, dan tanpa risiko. Jadi..."


"Caraku lebih nyaman, lebih cepat, dan lebih mudah."


"Faktor yang paling penting sekarang, yaitu keamanan. Apa kamu lupa?, aku ingatkan lagi ya. Manusia itu tidak bisa terbang."


"Memang tubuh ini mirip manusia, tapi aku adalah malaikat, dan kamu adalah iblis, kan?"


"Kau malaikat jatuh yang kehilangan sayapmu."


"…Aku bisa saja menjatuhkanmu lho, Dia."


"Hentikan itu. Baiklah, aku paham. Aku tidak akan menghentikanmu lagi. Lakukan sesukamu. Tapi aku juga akan melakukan sesukaku. Aku akan turun dengan lift, seperti saat kita naik──"


Dia berusaha kabur dari pelukan Ai, tapi Ai menggenggamnya dengan sangat erat dan tidak membiarkannya pergi.


Dengan menambahkan kekuatan, Ai berkata, "Satu, dua... tiga! Bwoooom!!"


Tubuh gadis itu, bersama dengan bonekanya, terlempar ke dalam malamnya langit.


"Dasar bodoh! Kau akan mati, dasar malaikat bodoh!!"


"Hahaha. Tenang saja. Ayo kita terbang!!"


Malaikat yang kehilangan sayap itu tertawa sambil diterpa angin di seluruh tubuhnya.


Meskipun gravitasi segera menariknya turun ke bumi, dia tetap terlihat gembira.


Bukan terbang, tapi jatuh.


Gadis itu jatuh.


Malaikat itu jatuh.


Ke dunia manusia.


Untuk menenun kisah perpisahan yang baru.



Ai adalah malaikat yang tidak memiliki sayap.


Dia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.


Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencarinya dengan dua kakinya.


Flower - fin.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close