NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu de Nibanme ni Kawaii Onna no Ko to Tomodachi ni Natta [WN] Chapter 60

Chapter 60 – Hubungan kita mulai sekarang (?)


[Bagian 1]

Sejak saat itu, kami tidak pernah masuk kelas sambil bergandengan tangan layaknya kekasih lagi. Namun, tindakan kami saat itu cukup meninggalkan dampak.

Setelah bertindak sebagai perwakilan panitia selama Festival Budaya, teman-teman sekelasku secara bertahap mengenali kehadiranku, tetapi aku masih bukan siapa-siapa.

Dibandingkan Umi, yang menjadi pusat perhatian kelas bersama Amami-san, aku bukanlah apa-apa.

Itu sebabnya tidak ada teman sekelasku yang mengira aku akan masuk ke kelas sambil bertingkah mesra dengan Umi.

Namun setelah itu, semuanya menjadi sibuk. Baik Umi dan aku harus berurusan dengan orang-orang yang menanyakan tentang hubungan kami sepanjang haru. Teman sekelasku, terutama anak laki-laki.. terus bertanya padaku bagaimana aku bisa memenangkan hati Umi, yang terkenal dingin karena selalu menolak pengakuan yang datang padanya.

Banyak hal yang terjadi dan hubungan kami akhirnya terungkap. Semua orang di kelas sangat terkejut saat mengetahui bahwa hubungan kami lebih dekat yang mereka harapkan. Baik Umi dan aku harus menghadapi rasa malu selama seminggu penuh.

Namun, tidak semuanya buruk. Kami berhasil memenuhi tujuan kami yang sebenarnya, yaitu menghapus kecanggungan antara Amami-san dan Umi.

“Umi~! Ayo kita pulang bersama!”

“Woah! … Yuu! Jangan mengejutkanku seperti itu!”

“Ehehe~ Maaf~!”

“Astaga, kalau kamu mau minta maaf, lakukanlah dengan benar..."

Aku melirik ke arah kursi Umi, untuk menemukan dia dan Amami-san bermain-main seperti biasanya. Mereka terlihat jauh lebih dekat dari sebelumnya.

Senyum malaikat Amami-san dan Umi, yang menerima senyum itu dengan senyumnya sendiri. 

Kalau dipikirkan lagi, seharusnya ada banyak cara bagi kita untuk memenuhi tujuan kita yang sebenarnya, tetapi tidak satupun dari itu akan memiliki efek langsung seperti ini.

Yah, apapun itu. Semuanya berakhir dengan baik, kami memenuhi tujuan kami dan aku bisa melihat ketegangan antara keduanya sudah menghilang, aku tidak bisa meminta lebih.

“Jadi, Umi, apa yang akan kamu lakukan hari ini? Melakukan sesuatu di rumahmu seperti biasa~?”

“Eh? A-Ah…”

Hari ini adalah hari Jumat, hari Jumat pertama setelah kekacauan yang dimulai di awal minggu.

'Aku mencintaimu…'

Itu juga hari Jumat pertama sejak Umi mengungkapkan perasaannya kepadaku.

Dan tentu saja, seperti janji kami sebelumnya.. Hari ini, kami akan bermain bersama.

“Ah, aku sering membuat alasan seperti itu padamu 'ya? Yah, maaf, Yuu.. Aku tidak bisa bermain denganmu hari ini, aku sudah punya janji dengan 'Dia' hari ini."

"Eee~ 'Dia' ya? Oh, tolong kenalin orang itu padaku dong? Aku juga ingin berteman dengan 'Dia' yang kamu maksud itu."

"Ah.. Maaf, Yuu. Dia bukan tipe orang yang mudah di ajak bergaul. Jadi, kalau kamu ada di sana... itu membuatnya gugup. Selain itu, kami berjanji untuk menghabiskan waktu berdua saja.. Maaf 'ya, Yuu."

"Hm~ begitu, ya.. Yah, mau bagaimana lagi~" kata Amami-san sambil mengirim pandangan dan kedipan ke arahku. 

“Maaf 'ya, Yuu... Aku akan menebusnya besok atau lusa."

"Fufu~, jangan khawatirkan aku. Nikmati saja waktumu dengan 'Dia' itu~"
 
"Tentu~"

Mengatakan itu, Umi meninggalkan Amami-san dan berjalan ke arahku. 

Saat ini, ruang kelas masih dipenuhi orang dan semua orang melihat ke arah kami.

“…Maaf membuatmu menunggu, Maehara.”

"Melakukannya seperti ini… Kau yakin tidak apa-apa dengan ini, Asanagi?”

“Mnm, kita ******n 'kan? Bukankah ini normal?"

“Y-Ya, kurasa.."

.... Yah, buat apa menyembunyikan hubungan kita sekarang. Toh, mereka semuat sudah mengetahuinya.

“…Kalau begitu, ayo pergi.”

“Mnm..!”

'Sialan! Kenapa Maehara, bukan aku!?'

'Ahh.. Jadi, keajaiban memang ada, ya...'

'Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan setelah ini~?'

'Ninacchi, hentikan! Ayo, biarkan saja mereka. Dan juga, ayo bermain denganku~'

'Eee~ Tapi, aku ingin tahu apa yang mereka berdua lakukan!'

Umi dan aku dengan cepat berjalan keluar kelas, meninggalkan semua orang di belakang. Kami lalu bergegas ke rumahku.

“Hei, Asanagi."

“Mm?”

"Tanganmu terlihat kesepian."

“…B-Baka.”

Dia mengatakan itu. Tapi, dia tidak melepaskan tanganku sampai kami memasuki rumahku.

Tapi, itu cerita untuk lain waktu…

* * *

Setelah itu, semuanya seperti biasa. Kami memesan pizza dari restoran biasa dengan nugget, kentang goreng dan onion ring sebagai cemilan bersama dengan sebotol coke.

“Kerja bagus, Umi.”

“Iya, aku sangat lelah, aku merasa ingin mati. Aku ingin bolos sekolah minggu depan."

"Aku mengerti perasaanmu. Kau tahu, mungkin sudah waktunya bagiku untuk menggunakan teknik rahasiaku."

"Teknik rahasia?"

""Seni berpura-pura sakit.""

Kami mengatakan itu secara bersamaan.

“Haha… Yah, aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya. Dulu ketika Ibuku tahu aku masuk angin, dia memarahiku dengan sangat buruk.”

"Kalau aku sih, tidak ada gunannya mencari alasan seperti itu..."

"Begitu?" 

Kami bersulang sambil saling menceritakan kisah konyol kami sebelum meneguk coke ke dalam tenggorokan kami.

Nanti saat kita dewasa, coke ini mungkin akan digantikan dengan bir dan kita akan merindukan rasa manis ini. Tapi, itu jauh di masa depan. Kita masih bisa menikmati rasa ini lebih lama lagi.

“…Nah, Umi.”

“Mm?”

"Soal yang kamu bisikkan padaku minggu lalu.."

“A-Ahh… I-itu… I-Iya…” 

Aku mengangkat topik saat aku sedang memotong pizza besar.

Memang benar, kami sudah menyatakan perasaan kami satu sama lain. Namun, tidak ada satupun dari kami yang benar-benar tahu apa yang akan kita lakukan mulai sekarang.

Meskipun Umi bilang, tidak apa-apa bagi kita untuk memulai hubungan kita dengan perlahan. Tapi tetap saja, aku membutuhkan jawaban yang jelas.

Aku ingin jawaban dari hubungan kita ini.. Apakah kita teman atau pacaran, yang mana?

“Umi, pengakuanmu minggu lalu… Caramu melakukannya, bukankah itu sedikit tidak adil?”

“Eh…”

Umi menegang saat menjatuhkan kentang goreng yang dipegangnya.

“Ah, aku tidak bermaksud untuk mengeluh atau apa. Hanya saja, saat kau membuat pengakuan itu, apa yang kau rasakan saat itu?"

“Ah… Umm…”

Aku memperhatikannya diam-diam saat dia perlahan mendapatkan kembali ketenangannya.

“…Um… Soalnya, aku merasa agak aneh saat itu dan aku melakukannya tanpa berpikir… Yah, aku mencintaimu, Maki… Dulu saat kita bermain di arcade, semuanya dengan Yuu… Maki, kamu selalu memprioritaskanku, terima kasih, aku mencintaimu…”

Dapat dimengerti. Hal-hal berantakan minggu lalu. Amami-san mengetahui tentang hubungan kami, lalu semuanya tentang menjaga jarak satu sama lain untuk sementara waktu.

“Yah, bagaimanapun, aku melakukan sesuatu yang bodoh, sungguh, mengaku padamu seperti itu… Aku menghabiskan seluruh akhir pekanku menggeliat di tempat tidur karena aku tidak bisa melupakannya… Serius, aku sangat bodoh…”

"Dan ketika kau mencoba meneleponku, kau ketakutan begitu melihat namaku di daftar kontakmu?"

“Ahaha, iya. Aku mencoba meneleponmu untuk membuat semacam alasan. Tapi, aku takut..."

Lalu dia menceritakan semuanya pada Amami-san dan itu membawa kami ke insiden 'kekasih'.

“Nee, Maki, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”

“Hm, tentu.”

“Maki… Apa kamu ingin pacaran denganku?”

“Hm...”

“…Apa kamu mau hubungan kita berubah menjadi sepasang kekasih?"

"…Mungkin…"

Aku sudah memikirkan perasaanku selama seminggu terakhir dan melalui itu, aku sampai pada suatu kesimpulan.

Hubunganku dengan Umi dimulai sebagai teman, tetapi pada titik tertentu, aku mulai menganggapnya sebagai lawan jenis. Terkadang hal-hal yang dia lakukan membuat jantungku berdetak lebih kencang dan keinginan untuk membuatnya menjadi milikku sendiri muncul dalam benakku.

Mungkinkah Umi juga merasakan hal yang sama?

“Kamu tahu… aku sedikit takut…”

"…Eh?"

Percakapan berjalan ke arah yang tidak kuduga.

“Apa kau ingin membicarakannya?”

“…Maaf karena menjadi gadis yang merepotkan…”

“…Yah, kau tidak perlu menahan diri, oke?”

"Terima kasih."

Aku tahu bahwa Asanagi Umi adalah gadis yang merepotkan, dia tidak perlu menjelaskannya untukku.




|| Previous || Next Chapter ||
8 comments

8 comments

  • Rinn
    Rinn
    20/2/22 22:30
    Owala gitu toh
    Reply
  • Spight
    Spight
    16/2/22 08:58
    "DIA" tanda bintang itu apa cuk
    gw suka si amami bilang kek gitu
    Reply
  • Danurendra
    Danurendra
    16/2/22 06:24
    Lanjut min, semangat nge tlnya
    Reply
  • Nanashi
    Nanashi
    15/2/22 21:18
    Gak serame chapter chapter sebelumnya.....mulai tenang.........
    • Nanashi
      Agik
      15/2/22 23:44
      Pada Ngilang :v
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    15/2/22 21:07
    Lanjut min 👍😁
    Reply
  • Oniscorn
    Oniscorn
    15/2/22 17:48
    Lanjut
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    15/2/22 17:05
    Sampai disini saya mulai sedikit bingung dengan alur certianya
    ga ketebak....
    Reply
close