NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ushiro no Seki no Gal ni Sukarete Shimatta V1 Chapter 5 Part 1

Chapter 5 - Bahkan Seorang Penyendiri Tidak Ingat Festival Sekolah? (3 November - 5 November)


[Bagian 1]

Kalender telah berganti ke bulan November, tetapi keseharian Sandai tetap sama. 

Seperti saat ini, masih belum bisa menemukan pilihan yang baik meskipun secara aktif mencari pekerjaan paruh waktu sambil menarik perhatian di sekolah.

Berbicara tentang sesuatu yang bisa disebut perubahan... Shino sudah mulai membuatkan makan siang untuknya dan seharusnya hanya itu saja.

Sandai sekarang akan makan siang bersama dengan Shino setelah mereka benar-benar berhenti menyembunyikan hubungan mereka, tetapi hal ini telah menyebabkan Shino membuatkan makan siang untuknya sekarang.

Melihat guru keluar setelah bel tanda berakhirnya pelajaran pertama bergema, Sandai menguap dan berbalik untuk menemukan pacarnya duduk di belakangnya sambil mengorak-arik isi tasnya dan mengeluarkan dua kotak makan siang yang dihias dengan mencolok.

"Ini waktunya makan siang~"

"Ah, sudah waktunya makan siang 'ya..."

Ketika dia membuka tutup kotak makan siang dan bertanya-tanya apa yang akan menjadi makan siang hari ini, sebuah hati berwarna merah muda besar yang gila muncul.

"Aku mencoba membuat hati dari benang ikan merah muda~"

"Ooh!"

"Jadi aku membuatnya dengan itu, mencoba mengekspresikan perasaanku dan sebenarnya hati itu hampir mencuat keluar... Karena 'cintaku' terlalu besar untuk benar-benar muat dalam sesuatu seperti wadah."

"Aku akan menerima semuanya bahkan jika itu mencuat keluar."

Meskipun perasaan mereka sedikit mati rasa, itu adalah pertukaran yang sama sekali tidak memalukan bagi mereka berdua. Tapi itu hanya terjadi pada mereka berdua, sehingga teman-teman sekelas di sekitarnya yang sedang ditunjukkan itu berubah merah padam dan menundukkan kepala mereka serempak.

Dari mereka, anak laki-laki dan perempuan seusia yang suka bergosip, menjadi diam sekarang karena mereka berdua benar-benar menggoda di depan mereka.

'Jangan diam saja, seseorang tolong hentikan kedua bucin itu atau hatiku tidak akan bisa menahannya lagi!'

'Ngomong apaan lu ngab, hatilu kan udah lama hancur. Lol'

'Ugh, punya sohib gini amat yak..'

'Kesampingkan omonganmu.. Mereka berdua benar-benar luar biasa, ya..'

'Jadi Yuizaki-san pandai memasak. Aku tidak tahu.'

'Uh-huh.'

Seperti yang dikatakan para karakter sampingan... Shino pandai dalam hal memasak dan dia juga bisa membuat manisan, kue dan sebagainya. Jadi, soal rasa.. sama sekali tidak ada kekurangan dalam rasa makan siang yang dibuatnya.

Namun, Shino sama sekali tidak puas dengan status quo karena dia telah mengamati reaksi Sandai yang acuh tak acuh selama makan dan menyempurnakan setiap hari.

Shino harus tahu bahwa Sandai adalah seorang pria yang tidak akan mengajukan keluhan apa pun bahkan jika itu tidak enak, tetapi dia tidak akan dimanjakan oleh hal itu dan membiarkan kompromi apa pun.

Sandai tidak mengatakan bahwa tidak apa-apa baginya untuk tidak berusaha keras. Lagipula, tidak ada gunanya untuk menyiramkan air dingin pada antusiasme orang yang bersangkutan dan dia mungkin akan menemukan cara untuk mengambil jalan pintas dengan caranya sendiri tidak lama lagi.

Selain itu, Sandai percaya kata-kata seperti 'lebih baik seperti ini dan seperti itu,' jika terlalu jauh, hanya akan memaksakan rasa nilai seseorang.

Sandai tahu betul tentang hal yang sangat penting yang cenderung diabaikan semua orang: 'Jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin kau lakukan kepadamu'.

Sebagai hasil dari menjadi seorang penyendiri yang terus menjaga jarak dari orang lain, dia mampu melihat bagian-bagian yang terlalu dekat untuk dilihat.

Seorang penyendiri adalah status yang cenderung dianggap negatif secara umum. Tapi anehnya, dia juga memiliki pesona yang tidak dimiliki oleh orang biasa.

Mungkin, itu bisa menjadi 'Rubah dan Anggur'.

Banyak orang merasa bahwa mereka tidak tahu bagaimana menghadapi penyendiri, bahwa mereka tidak tahu apa yang dipikirkan oleh seorang penyendiri, tetapi tidak mendekat akhirnya membuatnya seperti diskriminasi, sehingga mereka memutuskan bahwa 'Seorang penyendiri adalah keberadaan yang tidak baik' dan mengamankan pembenaran untuk menjauh.

Ini adalah hal yang mengerikan. Tapi di sisi lain, ini juga merupakan buah istimewa yang hanya bisa didapatkan oleh mereka yang telah mendekat tanpa rasa takut, hanya mereka yang telah memberikan yang terbaik untuk mengulurkan tangan mereka-misalnya, hanya gadis seperti Shino, yang akan bisa mendapatkannya.

Orang yang bersangkutan tampaknya tidak menyadari, bagaimanapun juga...

* * *

Meskipun sama untuk sekolah manapun, jumlah pelajaran di sore hari lebih sedikit daripada pelajaran di pagi hari dan itu sama untuk sekolah yang Sandai dan Shino hadiri.

Setelah makan siang, sepulang sekolah akan segera tiba.

Maka, dengan berakhirnya kehidupan sekolah hari ini, mereka meninggalkan ruang kelas bersama-sama. Namun, tiba-tiba, seorang siswa laki-laki berkacamata dan rambut yang dibelah ke satu sisi berdiri di jalan dengan tangan terbuka lebar.

Siswa laki-laki ini seharusnya adalah ketua kelas. Itu adalah wajah yang bahkan Sandai setidaknya bisa mengingatnya dengan baik.

"Tunggu, pasangan bucin.."

Baik Sandai maupun Shino tidak ingat telah melakukan sesuatu untuk mendapatkan peringatan. Jadi, mereka dengan cepat berjalan melewati ketua kelas seperti tidak terjadi apa-apa.

Dan kemudian, "Sudah kubilang, tunggu sebentar!" Ketua kelas sekali lagi berdiri menghalangi mereka, menunjukkan sikap tidak membiarkan mereka lewat dengan cara apapun.

Nih orang maunya apaan sih? Mungkin itu yang di pikirkan Shino dan Sandai saat mereka menghela napas dan Shino mengangkat bahunya.

"... Ada apa sih!?"

"Seingatku, aku tidak punya urusan denganmu, Ketua kelas.."

"Aku tahu kalian tidak punya urusan denganku... Tidak, bukan itu maksudku.. Aku punya urusan dengan kalian. Aku mendengar kalian berpacaran 'benar, bukan? Aku di sini bukan untuk menanyakan sesuatu seperti 'Bagaimana kalian bisa pacaran, padahal kalian jarang mengobrol di kelas sebelumnya?' atau semacamnya... Aku juga tidak mencoba untuk mengganggu hubungan kalian. Tidak, maksudku, lihatlah sekeliling kalian!"

Ketika mereka melihat sekeliling seperti yang diperintahkan, di sana penuh dengan banyak siswa/i yang membuat papan tanda dan dekorasi.

"Kalian mengerti, bukan!? Ini adalah Festival Sekolah! Jangan coba-coba melarikan diri dan bermesraan! Kita hanya punya waktu seminggu lagi di sini!"

Memang sudah waktunya untuk Festival Sekolah. Acara sekolah adalah hal yang asing bagi Sandai. Jadi, dia benar-benar melupakannya.

Sebagai catatan tambahan. Bukan Sandai saja yang lupa tentang Festival Sekolah, tetapi Shino tampaknya juga lupa.

"A-Aku sangat sibuk dengan pekerjaan paruh waktuku sehingga aku tidak punya waktu untuk berpartisipasi, makanya aku lupa? Lagian, nggak ada gunanya juga berpartisipasi mengingat tidak banyak hal yang kau ikuti? Maksudku, aku juga punya pekerjaan hari ini."

"Sedangkan aku, aku itu seorang penyendiri, kau tahu? Dengan kata lain.... Acara sosial? Nah, itu sebabnya... Festival Sekolah... Aku menganggapnya sebagai acara yang harus diabaikan."

"Aku bisa menerima alasan Yuizaki-san. Tapi, ada apa denganmu, Fujiwara-kun. Alasanmu itu sangat konyol. Mana mungkin seorang penyendiri bisa mendapatkan seorang pacar yang cantik?! Tidak, lupakan soal itu. Bagaimanapun juga, aku mengerti kalian punya alasan sendiri. Aku tahu itu, tetapi aku ingin setidaknya ikut berpartisipasi sebisa kalian. Kalian mungkin tidak tahu kelas kita akan mengadakan tema apa melihat kelakuan kalian. Tapi, kelas kita sudah memutuskan Kafe.."

Ketua kelas berlutut di lantai dan dengan lancar bersujud.

Itu adalah gerakan yang begitu indah sehingga orang mungkin yakin bahwa itu adalah bagian dari semacam ritual keagamaan dan bahkan mendapat keagungan yang aneh untuk itu.

"Ini tidak wajib dan aku tahu ini mendadak bagi kalian. Jadi, tidak apa-apa bagi kalian untuk pergi hari ini. ...Persiapan untuk festival sekolah akan berjalan lancar bahkan jika kita kekurangan sekitar dua orang, tetapi itu tidak akan membuat kenangan seperti bagaimana kita semua telah bekerja keras bersama-sama, kan? Sebagai ketua kelas, aku ingin memastikan bahwa festival ini akan tetap ada dalam ingatan semua orang dengan mengajak semua orang berpartisipasi. Ini adalah acara sekali setahun dalam 3 tahun kehidupan SMA kita. Kalian mungkin berpikir bahwa kita memiliki waktu terakhir yang tersisa tahun depan karena kita berada di kelas 2, tetapi itu salah. ...Tahun depan akan menjadi sibuk karena ujian masuk Universitas dan akan ada orang-orang yang melakukan dorongan terakhir juga. Itulah mengapa tahun ini pada dasarnya adalah festival sekolah terakhir di mana semua orang bisa berpartisipasi."

Sandai dan Shino saling memandang. Mereka mencoba untuk menghindari hal ini, tetapi dengan perasaan penuh gairah seperti itu yang ditunjukkan secara langsung dalam posisi bersujud, mereka benar-benar akan menjadi orang jahat jika mereka mengabaikannya.

"Aku mohon pada kalian! Kumohon...!!"

Diteriaki oleh ketua kelas seolah-olah itu adalah dorongan terakhir, mereka merenung, menatap satu sama lain dan mengangguk, menundukkan kepala mereka.

"Oooh... gairahku yang menggebu-gebu pasti telah sampai padamu!"

Tampaknya diliputi emosi, ketua kelas berdiri dan mencoba memeluk Sandai sambil menangis.

Saat berikutnya-

Shino langsung menyipitkan matanya dan mendaratkan tendangan tepat ke arah perut ketua kelas. Mungkin mengenai bagian yang paling buruk, ketua kelas itu jatuh berlutut dan membungkuk ke depan.

"A-Aduh, duh..."

"Makanya, jangan seenaknya memeluk pacar orang lain, bahkan jika itu seorang pria aku tidak akan mengizinkannya.."

"M-Maaf, aku hanya terbawa suasana. Jadi.."

"Sudah kubilang, tidak boleh, kan? Apa kau tidak mendengarkanku? Kalau kau mencobanya lagi, aku akan menginjak-injak bagian terpenting dari seorang pria."

".... O-Oke, aku mengerti.. Ini salahku. Aku tidak akan melakukannya lagi. J-Jadi, tolong jangan mengatakan hal-hal menakutkan seperti itu. Matamu terlihat serius di sana, Yuizaki-san. Canda.."

"Hah? Siapa juga yang bercanda? Aku serius.. lu mau gw injek-injek?"

"....."

Ketua kelas itu terdiam, dikuasai oleh ucapan Shino yang sangat serius dan pedas.

Alasan kemarahan Shino yang telah terwujud dalam arah kekerasan mungkin karena tindakan ketua kelas yang akan melibatkan Sandai dan karena dia buruk terhadap laki-laki, membuatnya menjadi lebih emosi. Tapi.... Sandai merasa seperti dia akhirnya melihat sisi mengejutkan dari dirinya.

"Dia bilang tidak apa-apa bagi kita untuk pergi hari ini. Jadi, ayo kita pergi. Mari kita bertanya-tanya apakah ada yang ingin membantu festival sekolah besok. Aku libur besok. Jadi, itu juga tepat untukku. ...Nee, Sandai.. ada dengan wajahmu itu?"

"E-Eh? Bukan apa-apa kok."

"Muu, kamu aneh sekali Apa yang salah?"

Karena Sandai, tidak peduli apa, tidak bisa mengatakan bahwa dia takut, dia memutuskan untuk menghindar.

"Meski kau mengatakan, aku aneh. Sejak awal aku aneh karena bisa berpacaran denganmu, Shino. Pokoknya, hanya kamu saja yang aku pikirkan dan itu prioritas utamaku, siapapun akan setuju bahwa aku adalah pria yang menjadi aneh."

Dia merasa itu sedikit terlalu terang-terangan, tetapi berkat juga mencampurkan apa yang benar-benar dia pikirkan, Shino benar-benar menerimanya tanpa menyadarinya. Pipinya berubah menjadi merah padam dan dia tiba-tiba memalingkan muka.

"Tidak aneh memikirkan pacarmu... Itu sudah jelas."

"Begitu...? Hei, kenapa kau memalingkan wajahmu dariku? Apa kau merasa malu?"

"Aku tidak malu atau apapun."

"Lalu kenapa kau tidak mentap wajahku?"

"Tidak ada apa-apa. Jangan khawatir tentang hal itu."

Ketika Shino menatap Sandai dengan hanya mata cela yang bergerak, dia segera mengembalikan tatapannya kembali.

Tiba-tiba angin masuk melalui jendela.

Angin bertiup melalui rambut Shino dan ujung rambutnya yang berkibar menggelitik hidung Sandai.

"Aa... achooo!" Dia bersin, dan ingus juga ikut keluar. "Sial... Kau punya sesuatu untuk dilap?" Sandai bertanya dan Shino mengeluarkan sapu tangan dari tasnya.

"....Muu, biar aku saja yang melakukannya," katanya dan mulai menyeka bibir atas Sandai dengan lembut.

"A-Aku bisa melakukannya sendiri."

"Sudah, nggak apa-apa.. Kamu seperti bayi.. Cup, cup... Ehehe..",

Merasakan semacam rasa malu yang belum pernah dirasakan sebelumnya karena diperlakukan pada tingkat yang sama seperti bayi, Sandai menjadi merah padam sampai ke telinganya, hanya untuk Shino yang tersenyum tampak terhibur dengan itu.

Melihat senyuman polosnya itu, Sandai merasa bersalah karena merasa takut pada Shino beberapa saat yang lalu. Sebelumnya, Shino membuat pose siap bertarung dihadapan ketua kelas. Namun, sekarang dia bersikap lemah lembut didepan Sandai.

Bahkan Sandai tidak perlu merasa takut.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close