NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kanojo no Ane wa... Kawatte Shimatta Hatsukoi no Hito V2 Epilog

Penerjemah: Chesky Aseka 

Proffreader: Chesky Aseka 


Epilog: Kita Tak Bisa Kembali Seperti Sebelumnya


“Kenapa?” 

Sebelum kencan festival musim panasnya dengan Kamome, Himawari ingin segera memberi tahu Tsuyu tentang keputusannya yang ia buat beberapa hari lalu.  

Terpaku pada pikiran itu, ia merasa sedikit tidak fokus bahkan saat menjalani kegiatan klub di sekolah.  

Teman-teman klubnya dengan mudah menyadari keadaannya dan bertanya apakah ada yang mengganggu pikirannya.  

Akibatnya, meskipun ia tidak bisa menceritakan secara spesifik masalah yang ia hadapi─ia didorong oleh teman-temannya untuk segera menyelesaikannya.  

Setelah membungkuk sebagai tanda terima kasih pada teman-temannya, Himawari pergi ke apartemen Tsuyu.  

Dan di sanalah ia menemukan Tsuyu bersama Kamome.  

Awalnya, ia mengira itu hanyalah kesalahpahaman.  

Pria bersama Tsuyu itu bukan Kamome.  

Itu pasti pacar Tsuyu atau orang lain, seseorang yang berbeda.  

Tapi, tidak peduli berapa kali ia melihat, tidak mungkin ia salah.  

Pria itu adalah Ooshima Kamome.  

Kenapa Kamome ada di sini?  

Menggenggam tangan Tsuyu, ia turun tangga bersama Tsuyu.  

Ruangan di atas itu adalah kamar Tsuyu.  

Kamome telah mengunjungi kamar Tsuyu?  

Kenapa?  

“Kenapa?”  

Ia mengulangi kata yang sama.  

Kamome dan Tsuyu yang ada di depannya menatap Himawari seolah melihat sesuatu yang tak bisa dipercaya─namun segera menundukkan pandangan mereka.  

Kenapa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?  

Berhenti.  

Tatapan penuh penyesalan, rasa sakit, permintaan maaf, seolah─  

“Kenapa kalian berdua bersama?”

Dengan suara gemetar, Himawari bertanya dengan jelas kali ini.  

“H-Himawari, ini...” 

Tsuyu mencoba bicara meskipun terbata-bata.  

“Tsuyu.” 

Kamome menghentikannya.  

Ia meletakkan tangannya di bahu Tsuyu dan dengan lembut menahannya.  

Tindakan Kamome itu seolah-olah ia melindungi Tsuyu.  

Mengapa kamu melakukan itu?  

Gak mungkin Kamome melindungi Tsuyu.  

Lagi pula, Kamome adalah korban Tsuyu.  

Tsuyu menggoda Kamome demi alasan egois dan setengah bermain-main. Kamome terluka oleh Tsuyu, jadi gak mungkin Kamome mau dekat dengan Tsuyu lagi.  

Kamome telah kembali padaku.  

Ia berjalan bersamaku, menjaga langkahnya seiring denganku.  

Itu benar, pasti ada alasannya.  

Pasti ada alasan kenapa Kamome-kun datang ke rumah Tsuyu-san tanpa memberitahuku.  

Kamome-kun, pasti ada alasan, kan?  

Aku nggak paham, aku tidak tahu, tapi pasti ada keadaan tertentu─

“Maaf, Himawari.”

Berhenti, kenapa kamu meminta maaf?  

Kamome-kun, kamu nggak tahu di mana rumah Tsuyu-san, kan?  

Aku juga nggak pernah ngasih tahu.  

Hari ini pertama kali kaum datang, kan?  

Maksudku, kamu bilang kamu nggak pernah bertemu Tsuyu-san lagi sejak itu, kan?  

“...Aku sudah beberapa kali bertemu Tsuyu sejak itu.”

...Bohong.  

Kamu membohongiku?  

“Iya, aku berbohong.”

Tidak, itu gak benar.  

Kamome-kun gak akan melakukan hal seperti itu.  

Kamome-kun gak akan melakukan hal seperti itu padaku.  

Kamome-kun itu tulus, jujur, dan tidak akan mengatakan kebohongan yang menyakitiku.  

Ia sangat menghargai diriku.  

Pasti ini hanya kesalahpahaman.  

Pasti ia sedang mencoba melindungi Tsuyu-san.  

...Benar, pasti, Tsuyu-san yang memanfaatkan Kamome-kun lagi.  

Mengambil keuntungan dari kebaikan hati Kamome-kun, untuk merebutnya dariku.  

Ia membohongi Kamome-kun.  

Itu kejam, bagaimana bisa? Tsuyu-san.  

Aku percaya padamu, Tsuyu-san.  

Aku ingin menjadi keluarga lagi denganmu, Tsuyu-san, kamu tahu?  

“Himawari, ini salahku. Aku hanya ingin membantu Tsuyu─”

Berhenti, Tsuyu-san.  

Jangan lakukan hal seburuk itu pada Kamome-kun.  

“Himawari, tenanglah.” 

Kamome-kun, gak apa-apa.  

Ini bukan salahmu.  

Aku akan melindungimu.  

Aku akan bicara dengan Tsuyu-san.  

Tsuyu-san, kumohon.  

Aku tidak bisa bicara denganmu jika kamu bersembunyi di balik Kamome-kun.  

Tunjukkan dirimu dengan benar.  

Saat aku mengatakan itu, tubuh Tsuyu-san bergetar dan ia menatap ke arahku dengan mata seolah melihat sesuatu yang menakutkan.  

“Himawari, kumohon, tenanglah.” 

Kamome di samping Himawari juga berbicara padanya dengan mata yang sedih.  

Hah? Aku berbicara dengan normal, kamu tahu?  

Kalian berdua bertingkah aneh.  

Kenapa kalian membuat wajah seperti itu?  

Aku berbicara... dengan normal... 

...Aku berbicara dengan normal, kan?  

Suaraku, aku gak tahu lagi.  

Aku gak tahu suara seperti apa yang aku keluarkan.  

Aku, aku─

“Menjauh dari Kamome-kun sekarang juga!”


◇◆◇◆◇◆


Himawari berteriak di hadapan mereka.  

Air mata mengalir tanpa henti, tubuhnya gemetar hebat, dan di sela-sela napasnya yang berat bercampur isakan, dia mengeluarkan suara seperti raungan.  

Kamome pernah melihat sebelumnya, saat emosinya yang terpendam meledak.  

Tidak, kali ini dia terlihat jauh lebih intens, seolah-olah telah kehilangan kewarasannya.  

“Himawari...”  

Ini seharusnya tidak terjadi─pikir Kamome.  

Pada akhirnya, dia tidak bisa melakukan apa pun.  

Tidak bisa meninggalkan Tsuyu, tidak mampu sepenuhnya bersama Himawari, bahkan ia tak bisa mewujudkan moralitas keliru untuk melindungi keduanya.  

Dan.  

Sekarang, dia akan melakukan dosa yang lebih besar terhadap Himawari.  

“Aku... memilih jalan terendah.” 

Kamome mengakui kepada Himawari.  

“Maksudmu apa?” 

“Tsuyu berbohong kepada Himawari demi melindungiku. Dia berkata bahwa dia mempermainkan dan memanfaatkan perasaanku, tetapi itu kebohongan. Dan pada akhirnya, aku tidak bisa meninggalkan Tsuyu.” 

Kamome berkata.  

“Sejak saat itu, aku telah bertemu Tsuyu berkali-kali, tanpa memberi tahu Himawari.” 

“...Gak, itu mustahil, karena, Kamome-kun...” 

“Aku berbohong. Aku membohongi Himawari.” 

Kamome menatap langsung ke arah Himawari.  

“Meskipun aku berbohong, aku tetap tenang. Aku bukan lagi Kamome yang dikenal Himawari.” 

“...Uh, ah, aaah.” 

Himawari mencengkeram rambutnya, mengacak-acaknya.  

“Lalu... apa yang telah aku lakukan selama ini? Tanpa memahami perasaan Kamome-kun atau perasaan Tsuyu-san, sendirian... apa yang telah aku lakukan?” 

Kepada Himawari, Kamome meminta maaf, berkata, Maaf.  

“Jangan minta maaf... Jangan minta maaf, Kamome-kun...” 

Air mata yang tak henti-hentinya mengalir, dia tampak seperti tidak lagi memahami emosi apa yang dia rasakan, tenggorokannya terisak-isak.  

“Tolong, jangan katakan apa-apa lagi...” 

Permintaan maaf itu.  

Sebuah tindakan yang setara dengan menyatakan bahwa Himawari bukanlah yang paling penting bagi Kamome.  

Seluruh tubuhnya terasa sakit.  

Dia ingin mati seperti ini.  

Kamome diliputi oleh dorongan semacam itu.  

Rasa bersalah yang dia rasakan terhadap Himawari mungkin adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dimaafkan tidak peduli seberapa besar dia mencoba menebusnya.  

Mungkin benar-benar tidak akan hilang kecuali dia mati.  

Di sana, Kamome melihat ke arah Tsuyu di belakangnya.  

Tsuyu juga kebingungan oleh perubahan Himawari dan menangis.  

Saat dia melihat pemandangan itu, sebuah kenangan dari masa kecil muncul kembali di benak Kamome─

Ketika bersama Tsuyu, kenangan masa lalunya yang samar menjadi jelas.  

Itulah mengapa dia mungkin mengingatnya sekarang.  

...Ahh.  

Mengikuti ingatannya, dia menyadari.  

Dia tahu betapa kejamnya dia telah bersikap terhadap Himawari.  

Namun demikian, dia tidak bisa lagi meninggalkan sisi Tsuyu.  

Ya, dia teringat.  

Di masa kecilnya─

Seorang gadis jujur dan polos yang tertawa seperti matahari, seorang gadis yang dia kagumi.  

Itulah kata-kata yang paling cocok untuk menggambarkan Tsuyu.  

Tetapi kenyataannya─kenyataannya.  

Kadang-kadang, bayangan kecil akan jatuh di balik ekspresi cerahnya.  

Ada saat-saat dia berbicara tentang ketidakharmonisan antara orang tuanya dan mengungkapkan kecemasannya.  

Mereka sering bertengkar, dan awalnya mereka akan berhenti dan tertawa ketika Tsuyu muncul, tetapi kini mereka semakin sering bertengkar tanpa peduli akan kehadirannya, begitu katanya.  

Tsuyu memiliki ketakutan gelap di matanya, bertanya-tanya apakah kehancuran akan datang kepadanya suatu hari nanti.  

“...Kadang-kadang, aku takut pada dunia ini, Kamome.” 

Dia teringat Tsuyu yang berkata demikian sambil menggenggam erat ujung jarinya.  

Kamome juga merasakan sisi gelap dalam diri Tsuyu.  

Kamome mengaitkan bayangan ibunya, yang telah meninggal karena sakit, dengan Tsuyu.  

Sosok yang memancarkan cahaya seperti matahari, sebuah aura ilahi.  

Namun Kamome tahu.  

Bahwa ibunya, saat berjuang melawan penyakitnya, berusaha untuk tidak menunjukkan penderitaannya kepadanya.  

Bahwa ada saat-saat di mana kecemasan dan rasa sakitnya terlihat sejenak.  

Itulah sebabnya─karena bayangan ibunya menyerupai Tsuyu, Kamome tahu bahwa Tsuyu adalah gadis yang rapuh.  

Dia tahu bayangan di balik senyum mataharinya, dan justru karena itu dia tertarik padanya.  

Bahkan setelah Tsuyu pindah karena keadaan keluarga, dia memulai olahraga lari untuk mengejarnya.  

Dia ingin berada di sisinya.  

Kamome menyadari hakikat dari cinta pertamanya ini.  

Dia telah terkutuk sejak mereka masih kecil.  

Dia harus berada di sisi gadis ini.  

Dia ingin menjadi penopangnya.  

Sebuah kutukan yang tulus, sederhana, yang terselubung dalam wujud cinta murni.  

“Himawari.” 

Kamome berkata.  

“Aku telah mengkhianati Himawari sejak awal.” 

“Kamome-kun...?” 

Apakah dia memahami maksud dari kata-kata Kamome atau tidak, apakah dia mengerti atau tidak, Himawari menatapnya dengan ekspresi kosong.  

“Aku telah mengkhianati Himawari berkali-kali. Berkali-kali, dan pastinya, aku akan terus mengkhianatimu.” 

Selama Tsuyu ada, dia akan terus mengkhianatinya.  

Ini adalah garis paralel.  

Seperti bayangan pada hari musim panas yang berdampingan, hubungan mereka telah menjadi sesuatu yang hanya akan memanjang tanpa pernah berpotongan.  

“Kita gak bisa lagi kembali menjadi sepasang kekasih yang normal.” 

“...Jangan.” 

Wajah seperti apa yang dia tunjukkan sekarang?  

Pasti, dia memiliki ekspresi penuh penderitaan.  

Himawari mungkin telah menebak sesuatu setelah melihat ekspresi Kamome.  

“Tunggu.”

Himawari, kebingungan dan menangis, memeluk erat Kamome.  

Kepada Himawari yang seperti itu, Kamome terus meminta maaf.  

Dia tidak memiliki hak untuk mengatakan apa pun kepada Himawari.  

Yang bisa dia lakukan hanyalah mengakui perasaannya yang sebenarnya dan dosa-dosanya dengan sikap dingin.  

“Berhenti, berhenti, jangan minta maaf, Kamome-kun, kumohon, kumohon─”

Mata Himawari menangkap Tsuyu.  

“Tsuyu-san... Tolong, Tsuyu-san... Kembalikan Kamome-kun...” 


◇◆◇◆◇◆


Melihat Himawari berteriak, Tsuyu merasakan sensasi seperti hatinya sedang dihancurkan.  

Dan pada saat yang sama, dia berpikir bahwa inilah saatnya.  

Dia merasa tidak ada waktu lain selain sekarang.  

Jika dia adalah “Tsuyu yang sebenarnya”, dia pasti akan mundur di sini.  

Jika dia sungguh peduli pada Kamome, dia bisa berperan sebagai penjahat, seperti yang dia lakukan pada awalnya.  

Tsuyu yang dikagumi Kamome, Tsuyu yang mengatakan dia menyukai Kamome, pasti akan melakukan itu.  

Namun─

Dia teringat Kamome, yang selalu ada di sisinya di saat-saat dia merasa kesepian.  

Senyumnya, suaranya yang memanggil namanya, hangatnya punggungnya, gairah yang terus membara, dan cinta yang sepanas miliknya yang Kamome curahkan padanya.  

Dia tidak bisa menutupinya dengan berpura-pura.  

Tsuyu menyadari bahwa dia tidak bisa lagi menjadi “Tsuyu yang dulu”.  

“Maafkan aku...” 

Dia menggenggam pakaian Kamome erat-erat dan menyembunyikan wajahnya di punggungnya.  

Tsuyu yang telah berubah tidak punya pilihan selain bergantung pada Kamome.  

“Gak... Kamome-kun, jangan...” 

Himawari meneteskan air mata dan memeluk erat Kamome.  

Permintaan maaf dan tangisan dari tiga orang yang telah berubah demi sesuatu yang berharga terus bergema.




◇◆◇◆◇◆


Ooshima Kamome akhirnya menyadari.  

Betapa besar tanggung jawab yang datang bersama dengan “mencuri hati seseorang”.

Dan betapa menakutkannya cinta bisa menjadi.  

Tindakan yang benar tidak selalu bisa menyelamatkan seseorang.  

Bahkan jika ia memutuskan untuk melakukan kesalahan, pada akhirnya ia tetap melukai orang lain dan dirinya sendiri.  

Tidak ada jawaban yang benar.  

Ia tidak bisa menghindari rasa sakit.  

Ia telah gagal.  

Ia benar-benar gagal dan mencapai titik terendah.  

Meski begitu─

Kamome memandang Tsuyu.  

Kamome memandang Himawari.  

Meski begitu, jika dia dimaafkan.  

Jika dia diizinkan untuk mengharapkan kebahagiaan mereka dan berusaha untuk itu─apakah salah baginya untuk menginginkan hal itu?  

Dia telah berubah, kehilangan, dan terjatuh.  

Jika bahkan dirinya yang seperti ini diizinkan untuk berharap dengan tulus─  

“Tsuyu, Himawari...” 

Dia memanggil nama dua orang yang sedang menangis itu.  

Dia ingin menyampaikan perasaannya, mengungkapkannya persis seperti adanya.  

Namun─justru pada saat ini, hatinya gemetar, dan dia tidak bisa mengeluarkan suara.  

“Aku minta maaf, Himawari, Tsuyu...” 

Dia tidak tahu apakah dia bisa kembali melangkah maju─tetapi.  

Jika dia diizinkan untuk mendukung mereka dari sisinya, jika dia diizinkan untuk menebus kesalahannya.  

Dia ingin melakukannya, apa pun harganya.  

Di antara keduanya, Ooshima Kamome berharap dengan sepenuh hati.


Previous Chapter | ToC | 

Post a Comment

Post a Comment

close