NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kare to Hitokui no Nichijou V1 Chapter 2 Part1 Bahasa Indonesia

Chapter 2: His Life With his Childhood Friend and man-eater


Part 1

Aku telah bermimpi, mimpi dimana penuh dengan kegelapan. Dipukuli tanpa bisa menahannya, aku hanya bisa menanggung rasa sakit.. tiba-tiba aku mendengar suara orang kesakitan. Suara itu berasal dari orang-orang yang memukuliku tadi.

Kemudian, teriakan.

Ini bukanlah akhir.. ini sebuah awalan.

 "?"

Aku tiba-tiba terbangun.

 "Jadi, itu hanya mimpi.."

Cara bangun seperti ini sungguh mengerikan, seluruh tubuhku di basahi oleh keringat.. karena aku semalaman tidur di lantai tanpa beralas. Ketika aku memikirkan kenapa aku tidur di lantai.. jadi ini alasanya.

Aku menyadari sesuatu, seluruh mimpi burukku bukan sekedar mimpi belaka. Dari celah selimut, aku bisa melihat paha milik Kuroe.. itulah mimpi buruk yang kubicarakan.

 "Kalau saja ini cuma mimpi, itu akan lebih baik.."

Tapi sekarang Kuroe tidur di tempat tidur miliknya, itu adalah realita yang nyata. Hal tersebut membuat Tooya merasa semua kejadian kemarin adalah kenyataan.

 "Hmm, m..  sudah pagi.?"

Kuroe juga sudah bangun, dia masih telanjang sama seperti tadi nalam. Saat Tooya memperhatikanya Kuroe perlahan berdiri dari tempat tidur, melihat hal itu Tooya dengan tergesa-gesa mengalihkan pandanganya.

 "Pakai dulu pakaianmu, kalau mau keluar."

 "Um, iya."

Dengan nada rendah dia menjawab, sementara itu Tooya menunggu di depan pintu.. Hari ini Kuroe tidak menggoda Tooya seperti kemarin malam.. apa mungkin Kuroe lemah di pagi hari?

 "...Selesai."

Mendengar itu dia kembali ke kamaranya, Kuroe sudah memakai pakaiannya tetapi kelihatanya dia masih mengantuk.

  "Sekarang giliranku ganti baju."

Kemarin Tooya masih mengenakan seragam saat tidur. Setidaknya sekarang dia garis mengganti pakaian yang basah karena keringat.

 "Um."

Angguk Kuroe.

 "...."

Kuroe masih di dalam kamar.

 "Anu, aku mau ganti baju dulu."

 "Um."

Angguk Kuroe kembali.

 "Anu, Kuroe-san... aku mau ganti baju dulu." kataku sekali lagi.

 "Um."

Dia bahkan tidak bergerak.

 "Tidak, tidak.. kubilang aku mau ganti baju dulu, jadi bisakah kau menunggu di luar.?"

 "Ganti saja sesukamu.. aku tidak keberatan."

 "Aku yang keberatan!!"

 "Hmm..?"

Aku berteriak.. Kuroe memiringkan kepalanya dengan wajah lelah.

 "...Kau sudah melihatku telanjang, bukan?"

 "A-Apa!?"

 "Tapi kau tidak mau memperlihatkan kepadaku tubuh telanjangmu."

 "Itu kau yang menunjukannya kepadaku!"

Tooya berteriak untuk membuat bantahan.

 "Master, benar-benar orang yang dingin." gumam Kuroe.

 "Tidak, bukan itu masalahnya."

 "Pelit.."

Dia mulai merajuk dan memasang muka cemberut.

 "Aku juga perempua, pastinya aku tertarik dengan tubuh telanjang laki-laki."

 "Lebih tepatnya, kau itu monster yang sudah hidup ratusan tahun. Kau tidak berhak menyebut dirimu perempuan."

Kuroe menggelengkan kepakanya karena ketidaksetujuan

 "Master benar-benar tidak mengerti hati perempuan."

 "Daripada perasaan perempuan, aku merasakan tatapan anak kecil yang benar-benar ingin memotong kodok secara terbuka."

Jelas, di lihat dari samping Kuroe membuat senyum nakal.

 "Jadi, sekarang kau sudah sepenuhnya bangun kan."

 "Um.."

Anggukan sederhana darinya.

 "Fiuhh.."

Aku mengambil napas dalam dan meneriakan.

 "Keluarlah!"

 "Iya, iya.. aku mengerti."

Tanpa penyesalan di wajahnya, Kuroe keluar dari kamar.

 "Master aku punya permintaan.."

Setelah di usir barusan, Kuroe tiba-tiba mengatakan hal itu.

 "...Apa itu?"

Aku kebingungan. Meskipun Kuroe tidur dan bangun cukup mudah, tapi itu tetap saja tidak membuat orang melupakan bahwa dia monster yang dengan mudahnya membunuh orang.

 "Aku ingin meminta waktu 1 jam untuk sendirian."

 "... Kau pikir aku akan mengizinkannya."

Karena rasa takut tidak bisa mengawasinya, Tooya memberikan perintah untuk tidak membiarkanya pergi dari sisinya.

 "Aku janji.. aku tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan orang lain."

 ".. Aku tidak bisa percaya apapun yang kau katakan."

Itu tidak mungkin.

 "Ini juga demi kebaikan Master sendiri."

 "Untukku..?"

Tooya merasa bahwa kemarin mereka melakukan komitmen yang sama.

 "Kau mau pergi ke sekolah.?"

Ketika aku melihat jam, sudah menunjukan pukul 7:30 biasanya aku berangkat sekolah jam 8:00 dan memakan waktu 30 menit untuk sampai ke sekolah. Dan juga, tidak masalah bagiku jika hari ini aku libur setelah kejadian kemarin.

 "Tidak, tidak.. aku lebih baik pergi."

Kuroe tersenyum padaku.

 "Kau juga tidak mau menambah keraguan yamg tak perlu, 'kan.?"

 "Keraguan yang tidak perlu..?"

Tidak mengerti akan kalimat itu, aku berbalik ke arah Kuroe.

 "Kau tahu, 3 orang kemarin. Kalau orang-oramg berpikir Master yang membunuh mereka bukankah itu merepotkan.?"

 "Tsu!?"

Wajah Tooya menegang.

 "Tidak ada gunanya mengatakan mereka tidak muncul lagi, meskipun tidak ada mayatnya. Tetap saja masih ada beberapa kegemparan.. ketika saat itu tiba, kupikir Masterlah yang pertama kali dicurigai."

Kemarin, mereka memukuli Tooya di bantaran sungai kemudian Kuroe datang menolongnya dengan membunuh mereka. Aku merasa ketakutam beberapa hari selanjutnya, ketidakhadiran mereka pasti akan membuat kehebohan.

Tentu saja mereka tidak benar-benar menghilang.. mereka di makan jadi, kematian mereka tidak akan ketahui penyebabnya.

Tapi pencarian akan terus dilanjutkan. Ketika saatnya tiba mereka akan mencari orang-orang itu dan mencari penyebab hilangnya mereka bertiga. Lalu yang pertama kali dicurigai bisa jadi Tooya. Itulah kenapa.. Tooya tidak bisa mengabaikan hari dimana mereka hilang.

  "Apa hubunganya itu dengan memberimu waktu bebas..?"

 "Tentu saja ada.."

Kuroe mengangguk dan menjawabnya.

 "Kalau Master pergi ke sekolah, apa aku juga harus ikut denganmu..?"

 "Ah."

Itu benar, agar bisa membuatnya mengikuti semua perintah Tooya, dia harus selalu berada di siai Tooya sepanjang waktu. Tapi sekolah bukanlah tempat dimana bisa kau masuki dengan mudah... tapi kalau mereka tidak pergi sekolah bersama, Kuroe akan mendapat kebebasan. Hal itu akan jadi sangat merepotkan.

 "Hanya satu jam oke? Aku akan masuk sekolah."

Tidak ada pilihan lain, kalau sekarang Tooya menolak memberikan waktu satu jam kepada Kuroe. Itu akan memberikan banyak waktu kebebasan. Tidak memperbolehkanya pergi sekolah, meski itu pilah terbaik.. tapi resikonya terlalu besar dan Tooya tidak bisa menahanya di sini selamanya.

 ".. Aku mengerti."

Dengan begitu, Tooya setuju dengan perkataan Kuroe. Meskipun dia pemakan manusia, Tooya hanya bisa percaya padanya.. pada saat ini, Tooya tiba-tiba mengingat sesuatu.

 "Kuroe.. apa kau di segel di sana..?"

 "Ya begitulah, ada apa.?" jawabnya.

 "Apa kau tidak kebingungan..?"

 "Kebingungan.?"

 "Kau tidak bisa keluar, selama ratusan tahun, kan?"

Bahkam jika Kuroe sekaranh terlihat tenang. Ratusan tahun yang lalu dan sekarang seharusnya terdapat perbedaan yang besar. Bahkam setelah apa yang terjadi, dia tidak kelihatan kebingungan atau terkejut. Meskipun Kuroe secara teknis berbeda dari orang lain, ini benar-benar membuatku berpikir bahwa dia di segel adalah sesuatu yang tidak mungkin.

 "Hmm, aku mengerti."

Sepertinya sekarang Kuroe paham akan pertanyaan Tooya.

 "Jawabanya sangat sederhana, karena aku mengetahuu dunia ini."

 ".. Bagaimana kau bisa tahu..?"

Dia sudah pasti di segel.

 "Ketika aku masih di segel, aku pernah berbicara denganmu, kan?"

 "Ah, iya.."

 "Kau pikir bagaimana bisa itu terjadi..?"

 "Apa itu seperti telepati atau sejenisnya..?"

Pada saat itu ada suara yang bergema di kepalanya.

 "Salah, bukan hal semacam itu."

Dia menggelengkan kepalanya.

 "Bukan metodenya, tapi kembali ke tahap sebelumnya."

 "Tahap sebelumnya..?"

 "Benar, hal pertama yang kau butuhkan sebelum pembicaraan.$

Tooya sedang berpikir, untuk berbica sesuatu yang dibutuhkan, tapi Kuroe bilang bukan ini tapi selangkah sebelumnya. Itu adalah target pembicaraan, kalau tidak ada target pembicaraan. Pembicaraan tidak akan bisa terlakasana, meskipun Kuroe mencoba berbicara tapi tidak ada target pembicaraan pembicaraanya tidak akan pernah tersampaikan ke orang lain.

 "Itu tidak berguna, kalau pihak lain tidak ada, kan..?"

Kalau kau memikirkan tidak ada seorangpun yang mendengarkan kata-katamu. Dialog tidak akan terlaksana.

 "Tepatnya, setelah bebera ratus tahun segelnya mulai melemah, aku bisa membuat sedikit campur tangan dari luar. Tentu saja tidak hanya telepati, aku bisa menggunakan semua mata orang-orang, jadi aku mengetahui tentang dunia ini sampai sekarang."

 "Jadi tidak perlu khawatir." imbuhnya.

 "...."

 "Tidak peduli apa yang akan terjadi, aku akan menemukan solusi yang cocok untuk menanganinya."

Jika dia berkata begitu, seharusnya tidak ada rasa khawatir akan ini, kan? Tunggu kenapa aku merasa lega setelah mendengarkan ini.

 "Aku mengerti.."

Tooya sekali lagi mengangguk.

Kemudian Kuroe balas dengan senyuman.

 "Kalau begitu, aku akan kembali."

Kuroe dengan cepat meninggalkan kamar.

—————

Kemudian, kembali ke rutinitas sehari-hari.. tentu saja Tooya mengerti ini hanya sementara. Hanya tidak bisa melihat sosok Kuore, membuat Tooya merasa sangat yakin.

Dia membasuh wajahnya seperti biasa, sarapan seperti biasa. Karena sihirnya, meskipun Kuroe tidak ada di sini orang tuanya tidak menanyakan sesuatu.

 "Aku berangkat.."

Sudah jam 8:00 pagi, Tooya meninggalkan rumahnya untuk pergi sekolah. Kuroe masih belum kembali dari perjalananya, dia ingat kalau Kuroe memberitahunya akan kembali dalam satu jam. Jika seperti itu dia akan kembali saat periode Homeroom. Sudah diketahui dengan baik akan hal ini, apa yang akan terjadi selanjutnya pasti dia akan datang dengan guru sebagai siswa pindahan, biasanya seperti itu.

 ".. Haah."

Dia menghela nafas. Tidak peduli Kuroe akan datang ke sekolah tanpa ragu. Jujur saja.. tanpa Kuroe di sisinya dia merasa sangat tenang, tapi pada saat yang sama dia merasa khawatir apa yang akan terjadi selanjutnya.

 "Fuuh."

Dia menghela nafas lagi, apapun itu dia harus pergi ke sekolah, lupakan saja tentang kemarin. Ngomong-ngomong sekolah Tooya bukanlah tempat yang sunyi.

 "Tooya-kun."

Dia terkejut ketika namanya dipanggil dan berbalik.

 ".. Rikka."

Itu wajah yang sangat familiar baginya, dia adlah teman masa kecil Tooya yang sekarang tinggal bersebelahan. Sama seperti Kuroe dia mendekatkan wajahnya ke arah Tooya. Tooya merasakan ketidaknyamanan setelah melihat wajah yang cocok dengam tubuh mungil itu.

 "Memarmu."

 "?"

Rikka langsung mengeluarkan cerminya dengan panik. Setelah mengatakan adanya memar pada wajahnya, wajah Rikka mulai terdistorsi. Memar itu tertutupi oleh kosmetik jadi mudah bagiku untuk menyadari memar kecil seperti itu.

 "Lain kali aku akan berhenti ke toko itu, untuk membeli kosmetik untuk menutupinya."

Aku tidak bisa mengatakan pulanglah dan perbaiki makeupmu.

 "Aku tidak akan ikut denganmu."

Tooya mengatakan itu, Rikka terlihat dia hampir menangis tapi Tooya mengerutkan dahi.

 "Sudah kubilang, jangan bicara kepadaku saat di sekolah, kan?"


 "Di sini, bukan sekolah!"

Rikka mengatakan itu dengan nada sedikit tegas untuk membalas Tooya.

 "Karena kita pake seragam, jadi hampir sama."

Sepertinya ini akan menjadi perjalanan terpanjang ke sekolah.

 "Baik, aku akan pergi ke sekolah jangan ikuti aku."

Tooya mulai berjalan maju, seperti perkataan Tooya tadi Rikka tidak mengikutinya.. sesaat dia menghentikan langkahnya, karena dia tahu sejak lama. Tooya bisa dengan mudah menebak wajah apa yang Rikka buat sekarang.

 ".. Haa."

Saat berbalik, dia bisa melihat Rikka menunjukan wajah hampir menangis seperti yang dia duga.

 "Oi, jangan menangis sekarang."

 ".. Aku tidak menangis."

Tepatnya, dia dengan putus asa menahan air matanya.

 "Aku tahu, aku akan menemanimu ke toko itu."

Tooya sepertinya mengalah mengatakan itu.. kemudian Rikka menampikan ekspresi senang.

 "Um, makasih."

 "..Fiuh."

Menarik napas panjang, toko itu sedikit jauh dari sekolah. Dari sana seharusnya tidak ada yang melihatnya pergi bersama Rikka.

 "Mau bagaimana lagi."

Memar di wajah Rikka menarik pandangan Tooya lagi.

Dia dengan cepat mengalihkan pandanganya dan menghadap ke arah sekolah.

 "Itu, kucing itu sangat lucu."

 "Hee.."

Tooya sedikit merespon sambil berjalan. Meskipun Rikka sudah mati-matian ingin bicara padanya, tapi Tooya tidak memiliki keinginan untuk menjawabnya. Ini bukan karena dia membenci Rikka.. itu hanya, dia pikir inilah yang terbaik. Yah, ini semua mungkin menjadi tak berarti karena apa yang terjadi kemarin.. tapi tidak mungkin menghentikannya seketika.

 "Aku ingin memelihara kucing."

 "Tapi membesarkanya tidak mudah."

Tooya mencoba memaniskan perkataanya, meskipun tidak mungkin bagi Rikka untuk membesarkan kucing. Keluarganya tidak bisa dikatakan punya lingkungan yang cocok untuk membesarkan kucing. Dia harusnya tau itu dengan jelas, walaupun dia cuma mengatakannya dan tidak melakukanya, itu saja.

Itu juga berlaku bagi Tooya.

 "Memelihara anjing lebih menarik."

Dalam sekejap mata Rikka melebar karena terkejut dengan perkataan Tooya... tapi dia kemudian tertawa.

 "Um, anjing juga imut."

 "Itu bisa disebut Chihuahua."

 "Itu tidak imut, matanya terlalu besar."

 "Eh, benarkah.?"

Refrensinya sangat rumit.

 "Anjing jenis husky bagus juga, besar dan juga berbulu."

 "Kenapa kau suka memilih jenis yang merepotkan begitu."

 "Aku menyukainya."

 ".. Benarkah."

Jika ini hobyy, maka apa boleh buat.

 "Hei, Tooya-kun."

Tiba-tiba dia membuat ekspresi serius.

 "Apa yang terjadi padamu."

 "Kenapa kau menanyakan itu.?"

Ditanya pertanyaan seperri itu, membuat Tooya mengerutkan dahi lagi.

 "Karena ketika kita di gerbang, kau menarik napas."

 "Menarik napas? Aku melakukan itu setiap hari." balas Tooya.

 "Kalau sesuatu terjadi aku akan mengatakan, aku melakukan ini setiap hari. Kau sseharusnya menyadarinya."

 ".. Um."

 "Kau tidak perlu menghawatirkanku.. dibandingakan denganku, kau punya sesuatu yang harus dilakukan, kan?"

 "Um, iya." jawabnya pelan.

 "Kita sudah sampai ke toko itu."

Pada titik ini mereka telah mencapai toko serba ada, dia mengatakan hal tersebut seolah-olah ingin mengakhiri topik pembicaraan.

 "Cepatlah, aku mau pergi duluan."

 "... Iya."

Dengan sedikit keraguan dia mengangguk, kemudian dia pergi ke tokonserba ada.

 "Rikka." teriak Tooya.

 "Jangan bicara denganku di sekolah."

 "Um, iya."

 "Jadi, aku pergi duluan."

 "Um, sampai jumpa lagi."

Lagipula mereka berada di kelas yang sama. Jadi mereka bisa bertemu lagi.

Tapi di sana harusnya tidak ada percakapan yang di buat.

—————

 "Selamat pagi."

Setelah Tooya membuka pintu ke ruang kelas. Pemandangan para siswa terkonsentrasi pada Tooya, ruang kelas yang bising itu terdiam sesaat ... ... Dan seolah-olah tidak ada yang terjadi, mereka menjadi berisik lagi. Tooya tanpa sepatah kata berjalan ke kursinya.

 "... ... Fuu."

Tooya duduk dan menghela nafas. Meskipun ini sudah setiap hari tetapi dia masih tidak bisa terbiasa dengan itu ... dihindari jauh lebih baik daripada diintimidasi. Karena dihindari sama dengan diperlakukan sebagai tidak ada, kau hanya akan merasa terisolasi tetapi tidak akan ada kerugian yang nyata.

Masih ada sedikit waktu sebelum pelajaran dimulai. Meskipun kau bisa menghabiskan waktu untuk mengobrol, tetapi acara semacam itu tidak terjadi pada Tooya. Dengan tidak ada yang dilakukan, Tooya mengeluarkan materi pelajaran pertama dari bukunya dan mulai meninjau materi pelajaran ... Terima kasih untuk ini, skor Tooya sedikit meningkat.

 "Selamat pagi."

Lebih lambat dari Tooya sekitar lima menit Rikka masuk kelas. Berbeda dengan Tooya, ketika Rikka masuk ada seseorang yang menanggapinya. Meski merasakan pandangan Rikka, tetapi Tooya tetap tidak peduli dan membaca buku teksnya. Kemudian segera datang percakapan menyenangkan Rikka antara teman-temannya ... ... Merasa sedikit tenang pikiran, Tooya mulai melihat-lihat kelas.

  "... ..."

Pandanganya terhenti di kursi kosong. Pelajaran akan segera dimulai tetapi masih kosong. Karena siswa yang duduk di sana sering absen, jadi tidak ada yang peduli ... ... Tapi Tooya tahu. Tidak akan ada orang yang akan duduk di kursi itu dari awal.

 *Tingtong*

Bel berbunyi. Tooya melepaskan pandangannya dari kursi kosong dan menutup buku teks.

  "Selamat pagi."

Hampir bersamaan dengan waktu guru kelas berjalan ke ruang kelas.

  "Cepat dan duduk. Pelajaran akan di mulai."

Ruang kelas yang bising menjadi tenang.

 "Sekarang mulailah panggilan roll. Aoki, Asai.."

  "Kamisaki."

  "Iya."

Dibalas

  "Kurumi."

Rikka juga menjawab.

 "Ensaka ... Tidak di sini lagi."

Sensei melihat ke kursi yang kosong. Lima menit kemudian panggilan roll berakhir.

  "Kalau begitu saya tahu ini sangat tiba-tiba tetapi hari ini ... ... ada seorang siswa pindahan masuk ke kelas kita."

Perkataan guru tadi membuat seisi kelas terdiam dan penasaran. Tapi tidak bagi Tooya karena dia sudah menduga ini akan terjadi.

 "Masuklah."

Setelah bu guru selesai, pintu terbuka.. dan murid pindahan itu masuk dengan cara bermatabat.

 "Senang bertemu dengan kalian. Aku Ogami Kuroe."

Kuroe memulai perkenalannya dengan malu-malu. Ini bukanlah sikap biasa, melainkan sikap elegan. Meskipun sudah mengetahui sosok asli Kuroe, Tooya juga terpesona padanya. Kuroe sekarang memberikan kesan aura elegan yang cocok pada wanti berbalut kimono.

 "Mulai sekarang kita akan belajar bersama. Aku mungkin akan menyebabkan masalah, aku harap bisa berteman dengan kalian."

Dan kemudian dia tersenyum, bukan cuma laki-laki saja. Tapi para gadis memerah melihatnya.

 "Eto, kursimu ada di.."

 "Boleh aku duduk di sebelah dia.?"

Sensei melihat ke arag yang di tunjuk Kuroe, tidak diragukan lagi itu mengarag ke Tooya.

 "Di sebelag Kamisaki.. kamu nengenalnya. ?"

 "Iya.."

Lalu dia tersenyum.

 "Kami bertunangan."

 "...?!

Seisi kelas dalam keadaan bingung, lalu Tooya merasakan sakit kepala pda saat ini.

 "Baiklah, kamu bisa duduk disana."

Berbeda dengan yang lain, sensei terlihat tenang dan menerimanya. Intruksi telah di keluarkan untuk memindahkan siswa yang beeada disebelahku. Sensei ini, aku tidak menyangka dia orang yang fleksibel seperti itu, tidak! Kuroe mungkin telah melakukan sesuatu pada Sensei, seperti yang dia lakukan pada orang tuaku.

Tapi ini bukan masalahnya. Masalahnya yaitu mata seluruh siswa mengarah kepadanya. Ada tatapan kebingungan yang diarahkan padanya, tatapan tanda tanya, tatapan yang menghina dan lainya.

 "Mohon jaga aku."

Orang yang di maksud Kuroe dengan wajah yang bertuliskan'ini tidak ada hubunganya denganku' itu adalah Tooya yang sekarang duduk di sebelahnya.

>>Kali ini chapter 2 bakal w bikin 2/3 part karena terlalu panjang. Nge-tl nya juga agak lama.

Lanjut ke -> Kare to Hitokui no Nichijou Volume 1 Chapter 2- part 2

Post a Comment
close