NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kare to Hitokui no Nichijou V1 Chapter 2 Part2 Bahasa Indonesia

Chapter 2 Kare to Hitokui no Nichijou!


Part 2


Setelah kehebohan terjadi, suasan di kelas menjadi tenang kembali. Biasanya setelah hal ini terjadi semua orang di kelas pasti akan mengelilingi murid pindahan. Tapi karena Kuroe telah menyatakan hal semacam itu, tidak ada seorangpun di kelasku mengambil tindakan. Aku tidak tahu apakah Kuroe ingin melanjutkan permainan tunangan ini hingga akhir atau tidak. Dia menkadi sangat dekat setelah itu dan ini sangat merepotkan karena banyak yang melihatnya.

 "... Haa."

Maka, begitu istirahat makan siang datang, Tooya segera melarikan diri dari ruang kelas ... ... Yah, bahkan jika tidak ada hal seperti itu terjadi, tetap saja dia tidak akan tinggal di kelas untuk makan siang. Tempat perlindungan Tooya adalah atap. Awalnya terkunci dan tidak bisa dibuka, tetapi Tooya memiliki kunci untuk membukanya.

 "Itu terlalu berlebihan, Master."

Setelah datang ke atap dia buru-buru mengunci pintu ... ... Tapi tetap saja Kuroe datang. Dan juga Kuroe tidak datang dari pintu, tetapi melewati pagar.

"Kau benar-benar meninggalkan tunanganmu yang baru saja di tunangan."

  "... ... Siapa tunanganmu."

Tooya menjawab dengan nada muak.

 "Kau mengatakan itu tanpa persetujuanku.. apa tujuanmu..?"

 "Tidak ada.." jawabnya.

 "Aku mengatakan hal itu agar dia tidak mendekatimu lagi, Master.."

Kalau memang begitu.. tapi pastinya ada cara yang lebih baik lagi kan.

 "Ngomong-ngomong, matamu itu.."

 "Hmm..?

 "Tidak jadi, aku baru sadar warnanya hitam.."

 "Aa."

Angguk Kuroe.

 "Kalau mataku berwana emas itu terlalu mencolok, jadi aku menggunakan sihir untuk merubahnya."

Memang benar tidak ada manusia dengan mata emas.

 "Tolong katakan, Master.."

 "Apa..?

 "Apa ada masalah anatara Master dengan mereka.?"

 "?!"

Pertanyaan itu tiba-tiba mengejutkan Tooya.

 "Kenapa kau menanyakan itu.?"

 "Tidak ada, hanya saja setelah Master keluar dari kelas mereka melihatiku. Meskipun mereka menanyakan banyak pertanyaan kepadaku tapi, selalu menghindar pertanyaan jika itu menyakutmu.. tentunya itu membuatku sedikit aneh, kan?"

Rumor memiliki tunangan adalah gosip yang bagus untuk dibicarakan, jadi aku tidak mengerti kenapa mereka tidak menyebutkanya saat menanyai Kuroe.

 "Lalu, apa yang terjadi..?"

Dengan senyum di wajahnya Kuroe mentapa Tooya.. dari ekspresinya Tooya tidak tahu dia telah melihat semua pertanyaan nya sampai akhir.

 Tooya perlahan menggeser pandanganya dari Kuroe dan berkata.

 "Kemarin aku hampir mati.."

 "Hmm.." angguk Kuroe.

 "Orang yang memukuliku terkenal sebagai murid nakal di kelas.. jadi semua orang dikelas menghindariku."

 "Kau jadi sasaranya, um.."

Kuroe terlihat seperti dia tidak mengerti dan mengulanginya lagi.

 "Anu, Master.."

 "... Apa?"

 "Kenapa kau tidak melawanya..?"

Dalam sekejap wajah Tooya menjadi kosong. Tapi kemudian kembali seperti semula.

 "... Itu tidak adil, mereka bertiga dan aku sendirian."

 "Hmm, begitukah."

Kuroe memiringkan kepalanya.

 "Tapi dalam situasi seperti itu kau tidak melawan mereka. Pasti kau punya keberanian lebih sehingga kau tidak melakukan apapun."

 "... Kau terlalu berlebihan."

Dia mengatakan itu, seolah-olah ingin mengakhiri pembicaraan.. namun Kuroe tetap melanjutkan.

 "Meskipun begitu kau tidak melawan mereka.. katakan, apa kelemahan yang bisa ditangkap dari mereka."

Meskipun Tooya ingin mengabaikanya tapi, setelah mendengar kalimat itu dia tidak bisa apapun selain terguncang. Tidak bisa mengatakannya, Kuroe mulai mengangkat sudut mulutnya.

 "Ngomong-ngomong setelah Master meninggalkan kelas, mereka mulai menanyaiku banyak pertanyaan tapi hanya satu orang yang tidak menanyaiku."

 "...."

 "Tapi dia terus melihat ke arahku, pasti dia ingin menanyaiku sesuatu tapi tidak punya keberanian untuk bertanya... dengan ekspresi sama."

 "...."

 "Siapa ya namanya.. hmm, kalau tidak salah Rikkan atau apalah."

 "Kuroe..!"

Tooya bangkit dan menarik kerah Kuroe.

 "Mm, kenapa tiba-tiba."

 "Jangan sentuh dia!"

Kata-kata itu membuat Kuroe mengangkat bahu.

 "Aku tidak akan melakukan apapun, hanya saja tatapanya seperti ingin bicara denganku."

Seperti yang Kuroe katakan, dia hanya ingin mengatakan itu saja.

 "Hmm, sudah pasti gadis itu kelemahan Master."

Kuroe terlihat lega dan mengangguk.

 "Diancam jika kau melawan, gadis itu akan disakiti atau sadar kemungkinan itu bisa terjadi dan itulah yang membuatmu tidak melawan.. karena gadis itu, Master memilih jalan yang berduri tak peduli apapun itu. Kau tidak mau melibatkanya dengan cara melarangnya berbicara padamu.."

Kuku, tawa Kuroe.

 "Masterku benar-benar hebat, kau tidak seperti manusia lemah di sekitarmu.."

 "... Kau cuma menganggapku orang bodoh, 'kan?"

 "Entahlah.."

Kuroe mengangkat bahu karena kagum.

 "Sebenarnya kalau dipikir lagi, bagi orang lain ini adalah yang terbaik. Gadis itu benar-benar bahaya."

Tooya mentapa luruh kearah Kuroe yang tersenyum dan mengatakan.

 "Jangan sentuh dia, mengerti..?"

 "... Yah, sudah kubilang aku tidak akan melakukan apapun. Aku tidak akan bertindah tanpa perintaj Master.."

 "Tapi kau sudah membuat rumor tentang pertunangan kita, tanpa persetujuanku."

 "Lupakan itu kalau orang lain menyadarinya, kita tidak akan bisa kembali."

 "Ehh..?"

Dia tidak mengerti apa yang dikatakan Kuroe, saat dia ingin menanyai Kuroe apa maksudnya.

 *Don Don Don*

Pintu yang telah dikunci mulai berbunyi.

 "Tidak mungkin."

Melihat ke arah pintu dimana ada orang yang seharusnya tidak disangka Tooya ada di sana.

 "Tooya-kun, apa kau di sini.?"

 "Rikka!"

Kenapa dia ada disini? Tooya bahkan tidak mau memikirkanya. Meskipun sudah diberitahu jika dia tidak boleh bicara padanya di sekolah dan disini ada orang yang mengaku sebagai tunanganya.

 "Hei, buka pintunya."

*Cekrek Cekrek* kenop pintu mengeluarkan suara seperti itu.

 "Kau tidak mau membukanya..?"

Kuroe memandang Tooya, meskipun tidak bisa membantu tapi, dilihat dari sisi yang sama disini Tooya tidak perlu khawatir jika dilihat orang lain... setelah memikirkan ulang dan memikirkanya lagi Tooya menghela nafas.

 "Aku akan membukanya, tapi jangan lakukan apapun padanya ."

 "Dimengerti.."

Kuroe tersenyum.. melihat wajahnya Tooya tidak tahu apa yang akan dia rencanakan kali ini. Meskipun perasaanya tak enak tapi dia terlanjur membukakan pintu.

 *Cekrek*

Saat Tooya membuka pintunya, Rikka yang terhuyun muncul di hadapanya. Tidak diragukan lagi dia sedikit menangis saat menuju ke sini.

 "Masuklah.."

 "Um.." angguk Rikka.

Setelah melihat sosok Kuroe di belakang Tooya dia mengerutkan dahi. Meskipun wajah Rikka sedikit terdistorsi tapi dia masih melihat ke arah Tooya.

 "Jangan khawatir, masuk saja. Aku akan memberimu penjelasan yang bagus."

 "Iya.."

Rikka sekali lagi mengangguk dan datang ke atap. Setelah dia masu, Tooya kembali mengunci pintunya.. tapi dia sebenarnya tidak tahu bagaimana menjelaskanya.

 "Hei, kau Ogami Kuroe-san kan..?"

Tanpa menunggu Tooya memulai penjelasannya, Dia mulai bicara pada Kuroe. Ini sangat jarang bagi Rikka yang introvert.

 "Ya dan kau..?"

Dengan berperilaku sopan Kuroe menanggapinya. Karena ini pertama kalinya mereka bicara satu sama lain, jadi dia seharusnya tidak tahu namanya.

 "Aku Kurumi Rikka.."

Dalam sesaat dia mulai menguatkan nadanya.

 "Ogami-san, apa hubunganmu dengan Tooya-kun..?"

 "Ara.."

Kuroe sedikit menampilkan ekspresi terkejut.

 "Seperti yang kubilang tadi, aku tunangannya.."

 "Pembongong!" bentak Rikka.

 "Hal semacam itu, aku tidak tahu.."

Dia mulai mengeluarkan air mata.

 "Ara, etou.."

Kuroe yang terlihat sedikit bingung menatap Tooya, tapi itu semua hanyalah kebohongan. Kuroe menunggu Tooya untuk memberikan jawaban.

 "Rumahnya bersebelahan dengan rumahku, dia teman masa kecilku.."

 "Aa, jadi begitu ya.."


Kuroe terlihat sudah mengerti dan mengangguk.

 "Jadi begitu, huh.. Kurumi-san itu bohong.."

 "Ehh. ?"

 "Benar, soal pertunangan itu bohongan.."

Kuroe sekali lagi menatap Rikka yang masih kebingungan.

 "Kamu lihat bahkan jika aku mengatakannya sendiri ... aku juga sangat cantik?"

 "Eh, tidak."

Rikka dengan ekspresi bingung mengangguk. Gadis ini benar-benar mengatakannya sendiri.

 "Jadi di sekolah sebelumnya, anak-anak terus menggangguku, itu sangat merepotkan ... Karena itu, kali ini agar tidak ada masalah seperti itu, aku berbohong."

 "Ah, begitukah.."

 "Ya, jika ada pernikahan maka aku tidak akan terlibat lagi."

Meskipun itu tampak seperti memproklamirkan diri, tetapi Kuroe memang memiliki orang-orang yang setuju dengan penampilannya. jadi Rikka juga lega.

 "Tapi, pada akhirnya apa hubunganmu denganya..?"

 "Aku dan Tooya kerabat... Kami hanya pernah bertemu satu sama lain, ketika kerabat kami bertemu, tapi aku belum pernah ke sini sebelumnya seperti yang aku inginkan. Jadi kali ini karena beberapa alasan yang terjadi antara orang tuaku dan orang tua Tooya. Aku saat ini tinggal di rumah Tooya, setelah berdiskusi dengan Tooya kami memutuskan untuk melakukan ini. "

 "Oh, aku mengerti.."

 "Puas.!?"

 "Eee..!?"

Dia tersipu malu.

 "Ti-Tidak, hubunganku dengan Tooya-kun tidak seperti yang kau bayangkan."

Rikka melihat kearah Tooya sementara dia mencoba membantahnya.

 "Oh, kami cuma sebatas teman masa kecil.."

 "Um, itu benar.."

Lebih baik tidak menyangkalnya jika tidak ingin suasana tambah suram.

 "Sepertinya hubungan diantara kalian berdua cukuo bagus.."

Kuroe sedikit tersenyum.

 "A-Aku bilang bukan begitu.."

Rikka tersipu saat membantah tapi, mengetahui sifat asli Kuroe. Tooya benar-benar tidak bisa tertawa.

 *TingTong*

Tiba-tiba bel masuk berdering, jadi Tooya terselamatkan dan merasa lega.

 "Rikka, sudah waktunya kembali.."

Dia menangguk dan Tooya membukakan pintu untuknya.

 "Tooya-kun, kau tidak kembali juga..?"

 "Aku akan sedikit terlambat" jawabnya singkat.

 "Kita tidak bisa kembali ke kelas bersama, kan..?"

Mendengar kata-kata itu Rikka menjadi sedikit khawatir. Itu setengah bohong dan setengah benar.

 "... Baiklah, kalau begitu aku masuk duluan."

Wajah khawatirnya belum memudar saat dia mulai meninggalkan atap, Tooya memastikan dia sudah pergi dan tidak kembali lagi.

 "Jangan menatapku begitu."

Kuroe mengatakan bahwa kali ini tanpa sedikit pun rasa bersalah.

 "Aku sudah mengikuti perintahmu untuk tidak menyentuhnya dan memperbaiki kesalahpahaman tentang masalah tunangan itu, kan?"

 ".....Aa"

Angguk Tooya. Memang harusnya begitu.

 "Jika ini sudah terselesaikan, kenapa kau terlihat kecewa, Master..?"

 "....."

Tooya tidak menjawab, sulit mengatakan hasil seperti ini disebut memuaskan. Dia takut percakapan Kuroe dan Rikka akan mengarah ke arah yang aneh. Dia takut Kuroe akan memperlakukan Rikka dengan sikap mengancam. Tidak baik membiarkannya dan cuma menonton dari belakang.

Kuroe menjadi lebih dekat dengan Rikka, itu membuatnya merasakan perasaan buruk.

 "Lupakan saja, ayo kita kembali ke kelas. Jika tidak kita bisa terlambat.."

 "Ah, benar juga.." jawabnya dan meninggalkan atap.

—————

 "Meski begitu, ini benar-benar terlalu berlebihan, Tooya-kun."

Diperjalanan pulang setelah jam sekolah selesai, karena Rikka tertinggal di belakang dia berlari di belakang Tooya dan berkata dengan wajah cemberut.

 "Kenapa..?"

 "Karena kau tidak memberitahuku, tentang Ogami-san.."

Dari sudut pandang Rikka, ini memang benar.. faktanya, Tooya juga belajar banyak hari ini bahwa ini juga bisa dipandang sebagai perubahan besar dalam hidupnya.

 "Eto, maaf."

Kebetulan Kuroe yang menjadi lusat pembicaraan sedang tidak berada di sini. Sepertinya dia ingin mengetahui situasi di dalam sekolah.. dia diperbolehkan melakukan itu dibawah perintahku, tapi kupikir itu akan menjadi semacam penahan baginya.

 "Karena semua terlalu mendadak.. jadi anu, aku lupa memberitahumu.."

 "... Benarkah.?"

 "Itu benar.."

Pertunangan tiba-tiba itu bukanlah bohongan. Ini secara harfiah terjadi kemarin.. dia baru tahu hal semacam ini pagi ini ketika dia di sekolah. Melupakanya, lebih baik berkata bahwa dia melupakan sesuatu yang ingin dia lupakan.

 "Mau bagaimana lagi, aku akan memaafkanmu."

Rikka tampaknya setuju dengan dia dan menghela napas lega.

 "Tapi Ogami-san tinggal di rumah Tooya-kun."

 "Aa, itu masalahnya.."

 ".. ... Kamar yang terpisah?"

 "Ini tentu saja benar"

Secara tiba-tiba dijawab oleh Tooya, untuk menjaga hal semacam ini agar tidak dicurigai. Tooya harus memberikan jawaban langsung semacam itu tentunya dan dia juga tidak bisa terbata bahkan sedikitpun.

Menjawab terlalu cepat akan membuat orang berpikir bahwa itu sudah direncanakan.

 "Tapi, apa ada kamar lain dirumahmu..?"

 "Kita sudah membersihkan ruangan yang sebelumnya dibuat gudang. Walaupun di sana sedikit kurang mengenakan, tapi semua isi sudah kita pindahkan ke atap.."

Karena dia adalah teman masa kecilnya sehingga dia tahu rumahnya dengan sangat jelas ... Jadi Tooya sudah lama memikirkan jawaban ini. Keluarga Tooya menempatkan barang-barang yang tahan lama di atap, Selain itu, itu akan ditempatkan di ruangan kosong yang disebut gudang. Jadi, katakan saja itu tidak mustahil bagi Kuroe untuk hidup di bawah satu atap dengan Tooya bahkan tanpa harus berbagi kamar dengannya ... Yah, masalahnya adalah bahwa ketika Rikka datang ke rumah, itu juga perlu untuk memenuhi apa yang sekarang dikatakan.

 "Hebat.. itu tidak terdengar seperti kebohongan.."

Kata Rikka dengan lega.

 "Kenapa aku harus berbohong..?"

Yah, memang semuanya adalah kebohongan.

 "Karena, Ogami-san samgat cantik.."

Yah, memang benar dia terlihat sangat cantik.

 "Jadi aku sangat khawatir kalau Touya-kun akan menekan Oogami-san."

 "Rikka jadi kau memandangku seperti itu."

Penilaian itu terlalu berlebihan.

 "Kau tahu, tinggal di atap yang sama dan kemudian akan terjadi hal-hal seperti melihat satu sama lain telanjang atau bertemu di kamar mandi dan lainya."

 "Kau kebanyakn baca manga.

Yah, walau aku sudah melihatnya telanjang.

 "Orangtuaku juga ada di rumah, situasi semacam itu tidak mungkin terjadi.."

Yah, meskipun Kuroe menyebabkan situasi aneh apapun itu, orangtuaku tidak akan bertanya.

 "Um, kau benar juga."

Rikka menerimanya, Tooya sekali lagi menghela nafas lega. Menjaga rahasia semacam ini darinya sangat menyakitkan bagi Tooya meskipun ini demi kebaikan dirinya. Meskipun tidak semuanya bohong, setidaknya Tooya tidak melakukan hal semacam itu dengan Kuroe seperti dibayangkan Rikka.

 "Nee, lain kali ayo kita bermain bersama keluargamu."

 "Eh."

Tooya goyah karena undangan mendadak ini.

  "Kenapa..?"

Tooya tiba-tiba bertanya kembali.

 "Karena, sekarang ini aku tidak bisa pergi ke rumahmu.. dan aku ingin lebih dekat dengan tetangga baruku Ogami-san."

 "Ya, iya.."

Alasan ini sangat umum, sehingga dia tidak bisa menolak.

 "Eto, lain kali aku akan bertanya pada Kuroe kapan waktu yang tepat.."

 "Um, tolong ya."

 "Yah, kupikir itu tidak akan terjadi sekarang."

Setidaknya aku harus memberitahunya, setelah aku selesai membuat kamar untuk Kuroe.

 "Tidak perlu sekarang ... Meskipun, semakin cepat semakin baik."

 "Iya, iya.. aku akan menanyakanya pada Kuroe."

Dijawab oleh Tooya ... Setelah itu Rikka memandang Tooya dengan tekad di matanya

 "Tooya-kun.."

 "Iya.."

 "Ogami-san, kau memanggilnya dengan nama depanya kan..?"

 "A, um.. begitulah.."

Karena sejak awal dia sudah memanggilnya dengan nama Kuroe, Bagian Oogami adalah sesuatu yang dia buat-buat.

 "Yah, kau lihat, dari sudut pandang anak-anak memanggil satu sama lain dengan nama depan lebih nyaman bagi mereka bahkan untuk orang lain yang melihatnya."

Bagimana kau bisa mengatakan hal semacam itu? Ambi saja Rikka sebagai contohnya, dia teman masa kecilku jadi aku memanggil nama depannya sejak kecil.

 "Um, benar juga."

Rikka perlahan mengangguk.

 "Mau bagimana lagi.. meskipun sedikit kesepian."

Dia mengatakan kata-kata itu dengan pelan, sehingga Tooya tidak bisa mendengarnya.

 "Kalau begitu, sampai jumpa."

Pada titik ini mereka sudah sampai rumah. Tooya mengakhiri percakapan.

 "Um, sampai jumpa.."

Rikka merespons dan menuju rumahnya ... ... Melihat Rikka, Tooya menggelengkan kepalanya seolah ingin mengusir sesuatu. Tooya tidak bisa melakukan apa-apa.

Tidak ada yang bisa dilakukan.. adalah hal yang lebih tepat.

—————

 "Hei, bukankah kau ingin mandi juga Kuroe..?"

Tooya yang telah selesai mandi setelah makan malam hari ini, tiba-tiba memperhatikan masalah ini. Setiap kali Tooya kembali dari kamar mandi, Kuroe tetap berada di kamar. Dia belum mandi.

 "... Tidak, semacam itu-"

Tidak seperti biasanya, respons Kuroe terhadap suaranya ambigu.

 "Berikan padaku jawaban yang jujur.."

 "...."

Kuroe tetap diam.

 "Ini perintah, beri aku jawaban yang jujur.."

Dia tidak punya pilihan lain selain mengatakan ini.

 "... Tidak mandi.."

Kuroe menjawab, mengalihkan pandanganya dari tubuh Tooya.

 "Tidak mandi.. sejak terlepas dari segel itu kau belum mandi..?"

 "... Sama sekali belum mandi."

Tooya meletakkan tanganya di kepalanya, dikepalanya hanya ada satu hal [[Kotor]]

 "Mandi sana."

 "Nggak mau!"

Tiba-tiba Kuroe berteriak dan menggelengkan kepalanya.

 "Aku ini Youkai kuat! Meskipun aku tidak mandi aku tidak akan kotor."

Memang Kuroe tidak pernah pergi ke kamar mandi tapi, dia tidak berbau sedikitpun. Tapi orang-orang yang terbiasa mandi tidak bisa membiarkan Kuroe.

 "Dengarkan aku, cepat mandi sana!"

 "Kenapa..?"

 "Menjijikan secara mental."

 "Terlalu tidak masuk akal!"

Dengan nada yang kuat dia menolak. Dalam hal ini, di mana Tooya harus tinggal bersama Kuroe, dia berharap dia bisa mandi setiap hari untuk membersihkan tubuhnya. Bagaimana dia bisa setuju dengan alasannya bahwa membersihkan tubuhnya dengan kekuatan gaib sudah cukup.

 "Kuroe, ini perintah. Cepat mandi!"

Meskipun dia menganggap ini perintah yang bodoh, tapi Kuroe tidak akan mendengarkan jika dia tidak melakukanya.

 "U, um.. karena ini perintah Master, apa boleh buat."

Meskipun hati Kuroe penuh dengan ketidakpuasan, tapi dia tetap mengangguk.

 "... Kalau begitu akan kuamblikan shower."

Dengan wajah cemberut dia berdiri, menuju pintu.

 "Sebelum pergi ke bak mandi, kau harus membersihkan tubuhmu, rambutmu juga harus di basuh sampo juga."

Tooya dari belakang mengatakan itu padanya.

 "...."

Kuroe masih di depan pintu.

 "Kau iblis!"

Dia berteriak dan melarikan diri.

★★★

 "Serigala tidak suka mandi."

Kuroe pergi selama lima menit. Tooya mulai memikirkan pikiran acak untuk menghabiskan waktu. Ngomong-ngomong, anjing keluarganya tidak begitu suka mandi. Terutama benci berendam di air, mungkin Kuroe juga seperti itu.

 "Mungkin itu terlalu berlebihan."

Tidak masuk akal untuk berpikir begitu, Tooya tidak benci mandi dan Kuroe tidak mau mandi karena alasan yang sama.

 [[Master!]]

Tiba-tiba sebuah suara terdengar di kepalanya.

 [[Ini darurat!]]

Itu adalah suara yang sangat cemas. Tidak tahu apa yang terjadi, Tooya segera berdiri.

 "Ada apa..?"

[[Singkatnya, cepatlah ke kamar mandi!]]

Setelah mendengarkan suara cemas ini, Tooya segera terburu-buru keluar dari kamar, menuruni tangga dan menuju ke ruang ganti lalu membuka pintu kamar mandi.

 "Apa kau baik-baik saja.?"

Kemudian yang menyambut matanya adalah.

 "Master! Mata, sampo masuk kemataku."

Kuroe, yang kepalanya dipenuhi gelembung, menangis ... Dan, masih telanjang. Meskipun Tooya dengan cepat mengalihkan pandangannya ke sekeliling, tetapi dia sudah melihat dan membekas di otaknya sosok khas Kuroe telanjang di masa lalu. Dan kali ini Kuroe dipenuhi gelembung ... terus menggelengkan kepalanya.

 "..ada apa dengan mayamu?"

Setelah tenang, Tooya bertanya.

 "Jangan bilang, sampo yang masuk ke matamu itulah situasi daruratnya?"

 "Itu benar!"

Kuroe dengan mata tertutup berteriak.

 "Benda yang disebut sampo ini bagaimana kerjanya!? Membuat mataku sangat sakit.."

 "Benda ini digunakan seperti ini.."

Pada saat ini, Tooya sadar. Kuroe di segel sampai periode waktu ini, meskipun dia tahu ada benda yang disebut sampo. Ini pertama kalinya dia menggunakanya.

Meskipun kau telah mengetahui bagaimana cara menggunakanya. Terkadamg itu masih bisa masuk ke matamu, tidak aneh.. ini juga sering terjadi pada setiap orang. Katanya.

 "Tetap saja"

Tapi sang iblis serigala besar Kuroe.

 "Aku tidak bisa!"

 "Tidak, kubilang-"

 "Nggak bisa ya nggak bisa! Master harus bertanggung jawab!"

 "Bertanggung jawab?"

 "Master harus menolongku membersihkan sampo tak menyenangkan ini! Master memperintahkanku untuk mandi, bagimu ini adalah persoalanya!"

Itu.. itu benar.

 "Aku tidak bisa melakukan itu.."

Hanya membayangkan saja wajah Tooya sudah memanas.

 "Kenapa?"

 "Aku cuma tidak bisa melakukan itu."

 "Aku juga nggak bisa nunggu di sini."

Tooya dan Kuroe berteriak bersama. Mereka berdua menolak untuk melakukan apa yang mereka minta satu sama lain ...

 "... ... Jelas ini adalah perintah Master."

Kuroe berteriak, lalu berkata.

 "... .... Bukan hanya mengikuti perintahmu untuk mandi, tapi juga mendengarkan kata-kata Master untuk menggunakan sampo."

Itu adalah suara yang sangat pelan, kalau kau tidak fokus maka kau tidak akan mampu mendengarnya.

 "...."

Tooya gagal untuk menanggapinya, hanya mendengarkan apa yang dikatakan Kuroe. Karena apa yang dikatakan Kuroe, Tooya sekali lagi mencoba menenangkan diri. Tapi tetap saja, dia tidak bisa menemukan jawaban untuk menanggapi Kuroe.

 "Jelas ini kesalahan Master.. tapi, kau tidak mau bertanggung jawab?"

Kuroe tiba-tiba mengatakanya dengan suara indah. Ini membuat Tooya lupa sesaat bagwa dia adalah pemakan manusia.

 "Um.. aku mengerti."

Dia tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya.

 "... Tapi, aku mohon padamu pakailah handuk untuk menutupi seluruh tubuhmu. Mataku tak tahu kemana mau melihat."

Tooya yang telah melihat jauh dari pembelaan Kuroe, kemudian Kuroe menampilkan tatapan bingung. Sepertinya dia ingin menggoda Tooya seperti biasa, dia benar-benar tidak belajar, kan? Tapi karena Tooya mengatakan akan segera membersihkan sampo di rambutnya, Kuroe mengangguk langsung.

 "Aku tahu.."

Itulah bagaimana ini bisa terjadi.

★★★

 "Hmm... setelah mandi, anginya rasanya enak.."

Dia berguling-guling di tempat tidur. Setelah kembali dari kamar mandi, suasana hatinya tak di sangka-sangka ternyata bagus.

Setelah membasuhkan sampo, Tooya menyuruhnya untuk menyelesaikan mandinya. Dia mengawasinya dari pintu kaca agar Kuroe nantinya tidak kabur. Tapi Kuroe sepertinya sudah mandi hampir 30 menit.

 "Aku tidak tahu ternyata mandi itu nyaman. Ini sebuah kesalahan.."

Dia sepertinya sudah mulai menyukai mandi.

 "Lain kali, ayo pergi ke pemandian air panas. Beberapa orang telah mengajakku sebelumnya, waktu itu aku tidak tahu kalau mandi itu terasa nyaman.. Master, apa kau mau pergi?"

 "....Kalau ada kesempatan."

Sementara menjawab itu, dia baru menyadari jika kamarnya penuh dengan aroma Kuroe. Pastinya dia sudah terbiasa dengan itu, tapi aroma yang keluar langsung dari tubuhnya terasa berbeda. Kenapa aroma yang keluar dari tubuhnya memiliki perasaan bagus semacam ini.

Tapi.

 "Kuroe.."

 "Mmm..?"

 "Kau harus pakai baju."

Dia sekarang masih mengenakan handuk, yang tak sopan. Berterimakasihlah pada ini, Tooya tidak tahu kemana mau meletakkan pandanganya. Piyama untuk.Kuroe sudah ada tapi-

 "Tidak mau! Mengenakan baju setelah mandi sangat tidak nyaman dan saat tidur rasanya seperti menahan tubuhku. Bahkan aku benar-benar ingin melepaskan handuk ini, karena aku masih peduli dengan Master aku mencoba untuk tetap memakainya.."

Ini sama sekali.tidak bagus.

 "... Huhh."

Tooya menghela nafas.

Tak peduli apapun itu, setelah ini dia tidak mau memaksa Kuroe pergi mandi.

 "Hmm.. angin malam sangatlah nyaman.."

Kuroe mulai merentangkan tubuhnya dengan kesenangan.

... Yah, mulai sekarang dia kan membasuh dirinya sendiri.

★★★

Lanjut ke -> Kare to Hitokui no Nichijou Volume 1 Chapter 2- part 3

Post a Comment
close