Part 3
Seminggu kemudian, Kuroe telah berbaur di kelas. Mungkin karena penampilan dan kepribadianya yang di sukai oleh teman-teman sekelas, aku tidak tahu sejak kapan dia menjadi pusat di kelas.
Lalu, aku yang disebut sebagai tunanganya juga mulai mendapatai garis pandang halus dari sana sini... Yah itu bagus bahwa tak seorangpun berani mengatakan apapun padaku.
Tapi ini sudah seminggu, sudah waktunya mereka menyadari hilangnya trio tersebut.
"Kamisaki Tooya-kun, benar?"
Sepulang sekolah, ketika Tooya keluar dari sekolah, dia tiba-tiba berhenti. Rikka tidak bersamanya seperti biasa, di sisi Tooya hanya ada Kuroe.
"Ya, ada masalah apa?"
Tooya menjawab sambil memperhatikan ke arah mana suara itu datang. Ada dua pria berdiri di sana. Itu adalah seorang pria paruh baya dan seorang pria muda. Orang yang menghentikan Tooya adalah pria paruh baya di sisi kanan. Keduanya mengenakan jas dan kacamata hitam dengan tubuh besar dan berotot ... Membuat orang lain takut karena resonansi udara yang mengintimidasi yang kuat dari tubuh mereka.
"Kami polisi.."
Lalu pria paruh baya itu membiarkan Tooya melihat identitasnya. Dia bahkan tidak bergetar... dia hanya berpikir [[Ini akhirnya datang]]
"Ada sesuatu yang ingin kami tanyakan padamu, apa kau punya waktu sebentar?"
"Eto, tidak masalah.."
Jawab Tooya sambil melihat Kuroe, dia tidak mengatakan apapun selain hanya melihat dari samping.
Sepertinya Kuroe tidak mau ikut campur soal pembicaraan ini.
"Jadi, apa yang ingin anda tanyakan pada saya?"
"Ini tentang teman sekelasmu Esaka Yun-kun.."
Yah, pastimya ini.
"Kau tahu dia tidak pergi ke sekolah akhir-akhir ini?"
"Ya.."
Angguk Tooya.
"Faktanya, dia juga tidak pulang ke rumah, kemudian keluarganya menelepon polisi... dia bukan satu-satunya orang yang hilang. Teman-temanya seperti Sato-kun dan Hayasi-kun, mereka bertiga hilamg.."
Yah, masalah ini sudah menyebar luas di sekolah. Meskipun pada hari kerja dia tidak datang ke sekolah, takta ini sudah diketahui banyak orang. Pada awalnya itu tidak terlihat tetapi sejak dia selalu bolos sekolah dengan mereka bertiga ini menjadi lebih jelas dan juga pada saat yang sama rumor negatif tentang Tooya memyebar di sekolah. Ini juga membawa kasus ini jauh lebih dekat dari kebenaran.
"Jadi, kami pikir kau mengetahuinya. Apa kau punya ide?"
Cara bertanya polisi itu membuat Tooya merasa sedikit tidak senang. Pertanyaannya yang secara langsung ditanyakan sangat jelas mengindikasikan bahwa Tooya terlibat dalam kasus ini, semua pertanyaan itu membuat Tooya tampak mencurigakan dan mereka tentu membuatnya sebagai pelaku di balik hilangnya ketiga orang tersebut. Meskipun maksud mereka untuk memprovokasikannya tapi ini terlalu jelas.
"Saya tidak mengetahui apapun.."
Jawab Tooya tanpa ragu.
"Mereka sepertinya hilang sejak 25 juni, apa kau tidak melihat mereka pada hari itu?"
"Aku melihat Esaka-kun di kelas."
"Dan setelah sekolah?"
"...."
Bagaimana menjawab pertanyaan ini, aku kebingungan untuk sesaat. Haruskah aku menjawab tidak melihat mereka? atau mengatakan yang sebenarnya kepada mereka. Jika aku tidak menjawab itu hanya membuatku lebih di curigai tapi, kalau aku memberitahu kebenaranya aku akan ditahan dan kalau mereka memiliki badan intelijen, aku akan di interogasi kenapa aku membuat kebohongan seperti itu.
"Saya tidak melihat mereka.."
Hasilnya, Tooya membantah.
"Hm, aku mengerti."
Polisi itu memiringkan kepalanya.
"Tapi itu lucu ... Hari itu seseorang melihatmu berjalan bersama mereka."
Itu tidak terhubung, jantung Tooya sekarang terguncang... tapi dia tidak menunjukkamya karena pertemuan dia dengan Kuroe, jantungnya penuh dengan cobaan.
"Bukankah itu orang yang bersalah?"
"Yah, kemungkinan itu ada juga.. tapi kami sudah mengkonfirmasinya menggunakan foto denganya.."
Badan Intelijen sudah mengetahui segalanya sampai saat ini. Mereka hanya menunggu Tooya untuk mengaku sendiri. Polisi tidak memahami situasi dalam kasus ini dan menilai dari sudut pandang lain, Tooya adalah satu-satunya yang terkait dengan ketiga orang hilang tersebut.
"Apakah anda mencurigai saya sekarang?"
Bahkan jika polisi benar-benar tidak mengatakannya secara langsung.
"Tidak, tidak.. kami hanya ingin mengetahui situasi sekarang.."
Polisi secara berlebihan menggelengkan kepalanya ... Tooya sedang memikirkan apa yang harus dilakukan. Sekarang dia hanya berharap bahwa orang di samping pria paruh baya itu tidak akan mengajukan pertanyaan seperti itu juga. Tentang berbohong, jika dia tidak ingin ditanyai, maka katakan saja yang sebenarnya. Katakan saja 『Memang saya bertemu dengan mereka, tetapi setelah mengucapkan selamat tinggal saya tidak tahu)』 itu baik ... dan selama mereka tidak memiliki bukti mereka sama sekali tidak dapat melakukan apa pun kepadaku. Lagipula ketiganya dimakan oleh Kuroe, buktinya menghilang dan pembunuhan sama sekali tidak ada.
Tapi pada saat yang sama dia juga memikirkan. Tidak apa-apa mengatakan semua yang terjadi... Tapi, dia mengerti bahwa ini bukan sesuatu yang akan orang percayai. Tapi Youkai dalam pertanyaan (Kuroe) ada di sini, ini bisa dibuktikan.. dia berpikir mungkin membiarkan mereka bertarung melawan Youkai, jika itu polisi mungkin mereka bisa melakukan sesuatu tentang ini.
Pada akhirnya jawaban mana yang benar, Tooya hanya bisa membuat penilaian sendiri. Meskipun jawaban kedua tentang memberi tahu mereka tentang keberadaan Kuroe adalah yang benar, sebagai orang yang tidak mungkin Tooya membiarkan polisi menangani youkai berbahaya semacam ini, risikonya terlalu besar.
"Anu.."
Kali ini mereka tidak selesai.
*Plak*
Dia tidak menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya seperti ada sesuatu yang menahan mereka dan sengaja menyembunyikan sesuatu yang akan dia katakan. Di bawah ini suara dua ekspresi wajah polisi menjadi kosong.
"Master terlalu khawatir!"
Pada titik ini Kuroe dengan sengaja campur tangan di antara mereka sebelum sesuatu yang besar terjadi.
"Jelas aku ada di sini, kau tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan menjengkelkan ini."
Kukuku, Kuroe tertawa. Itu adalah ekspresi mengetahui segalanya, pada titik ini Tooya tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Sepenuhnya, aku bisa dengan cepat menyelesaikan ini."
Kuroe menatap kedua polisi itu.
"Kamisaki Tooya tidak ada hubungannya dengan menghilangnya ketiga pria itu."
"Tidak berhubungan."
Kedua polisi itu persis seperti orang tuanya, dengan wajah kosong diulangi setelah Kuroe.
"Kamisaki Tooya sama sekali tidak curiga."
"Tidak ... mencurigakan."
"Jadi, kalian cepatlah kembali!"
"Cepat... kembali."
*Plak*
Kuroe menepuk tanganya, kemudian mata para polisi itu kembali normal.
"Eto, terima kasih atas informasi yang diberikan. Kami harus segera kembali ke kantor polisi. Terima kasih atas kerjasamanya."
Polisi berkata tiba-tiba, lalu pergi. Meskipun Tooya telah melihat sihir Kuroe, tetapi efeknya tidak bisa dipercaya.
"Singkatnya ini cukup bagus, kan... Master.."
Kuroe mengalihkan pandangannya dari polisi yang pergi ke arah Tooya.
"A-Apa itu.."
"Aku perlu izin untuk mengisi waktu luang."
"... ... Kenapa?"
"Untuk membersihkan masalah ini."
"… … Membersihkan?"
"Itu benar.."
Kuroe mengangguk.
"Singkatnya, polisi di sini tidak ada masalah, tetapi ini saja tidak dapat mengakhiri hal ini. Jadi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan kasus ini. Dan tentu saja aku berjanji untuk tidak membunuh siapa pun.."
"...."
Tooya tidak punya pilihan, Tooya hanya bisa memberikan satu jawaban.
"Baik."
Tooya setuju. Lalu Kuroe tertawa.
"Nah, aku akan kembali... mungkin pada saat makan malam.."
Setelah itu Kuroe pergi dengan gerakan cepat.
Pada titik ini Tooya hanya bisa mengawasi Kuroe.
★★★
"Aku kembali, Master."
Kuroe kembali ketika matahari terbenam, sekitar pukul tujuh.
"... ... Masuk melalui pintu depan."
Kuroe tidak masuk dari pintu depan tetapi dari jendela. Meskipun orang tuanya sudah terpengaruh oleh sihirnya, dia berharap Kuroe akan bertindak sedikit lebih normal tanpa menimbulkan kecurigaan kepada orang tuanya jika terjadi sesuatu.
"Itu terlalu merepotkan.."
Kuroe segera menjawab.
“Ini adalah perintah. Masuk melalui pintu depan. ”
"Hmm.. mengerti."
Suara jawabanya sedikit tercampur dengan perasaan tak senang. Meskipun dia bisa dikenali oleh orang lain dari penampilan dan kelakuannya, tapi kami tidak bisa mengesampingkan kemungkinan dia akan melakukan sesuatu yang tidak diduga.
"Tetapi jika dalam situasi darurat bolehkah aku pergi dari jendela?"
"Jika ini darurat."
Sekarang bukan keadaan darurat.
"Karena ini perintah Master, aku mengerti ... ... Nah, selanjutnya adalah laporan."
Ucap Kuroe dengan ekspresi tidak senang.
"Aku sudah menyelesaikan segalanya. Polisi tidak akan lagi meragukan Master kedepanya, mereka bahkan tidak akan memulai pencarian untuk ketiganya yang hilang ... ... Meskipun, tidak ada cara untuk menghilangkan rumor yang sudah menyebar. Yah, bagaimanapun juga evaluasi ketiganya biasanya buruk, tentu itu akan segera dilupakan.."
"...."
Tooya tidak mengatakan apapum tentang laporan tersebut, itu pasti sama seperti Kuroe. Kehadiran mereka bertiga di sekolah bukanlah hal yang baik. Yah, untuk siswa lain di sekolah ini bukanlah hal yang buruk. Jadi, mereka akan segera melupakannya dalam waktu dekat.
Meskipun memakan waktu, seharusnya rumor tentang Tooya harusnya sidaj tidak ada.
"Ada apa?"
Kuroe menatap Tooya. Tiba-tiba, Tooya teringat cerita tentang pion monyet itu. Keinginan itu tidak dikabulkan dengan cara damai tetapi dengan cara yang brutal. Tooya tidak berharap untuk menjalani kehidupan yang damai, tetapi Tooya tidak berharap dapat melakukannya seperti ini. Ini terlalu mendadak, dan pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan kehendak Tooya. Yah itu juga bohong jika dia mengatakan dia tidak ingin membalas (dendam) kepada mereka. Sulit untuk mengatakannya, tetapi kera-kera itu mengabulkan keinginan dengan melakukan sesuatu dengan cara yang tidak kau inginkan, dan kemudian apa yang menunggu pada akhirnya selalu kehancuran.
"Tidak ada..."
"Hmm, benarkah... Ah, ngomong-ngomkng Master."
Dia tiba-tiba teringat sesuatu.
"Bukankah ini waktu untuk membayar saya harga yang saya minta dari membuat kontrak dengan master?"
Jantung Tooya melonjak hebat. Ini bukanlah dia melupakannya.. hanya saja, tidak ingin memikirkanya. Harga dari perjanjianya adalah membiarkan Kuroe memakan seseorang. Namun dia akan membuat pilihan untuk pergi dan membunuh seseorang itu, kenyataanya adalah apakah pikiranya sudah siap untuk hal semacam ini.
"Masih ... masih ada waktu, kan?"
"Hmm memang ada."
Kuroe mengangguk. Memang ada tiga minggu.
"Aku mengatakan ini untuk kebaikan Master.."
"Kenapa kau mengatakan itu..?"
"Yah, aku tidak mau Master menyesal karena tidak memilih secara tidak hati-hati meski waktu sudah ditentukan.."
Kata Kuroe seolah-olah mengenggam jantung Tooya.
"Lagipula, hidup adalah pilihan.."
Kukuku, kemudian dia tersenyum.
"Masih ada waktu, jadi tolong buat pilihan yang bijak agar tidak menyesal, Master.."
Setelag itu Kuroe meninggalkan kamar untuk makan malam. Memang dia pemakan manusia, tapi tetap makan makanan normal.
"...Pilihan, ku.."
Sekarang Tooya sendirian di kamarnya mengeluh seolah-olah mengatakan "waktu tidak cukup" yang jelas baginya, tapi dia sangat ingin melarikan diri dari kenyataan, Meskipun saran Kuroe benar. Seperti yang Kuroe katakan, jika dia terus menghindari masalah ini Tooya akan menyesalinya. Jika keputusan itu tidak diambil tepat waktu dan hanya dengan membayangkan semua itu mengerikan. Mengambil karakter Kuroe, dia pasti akan mengikuti perintah Tooya untuk memakan orang itu.
"Pilihan, tidak ada pilihan."
Namun, memilih seseorang untuk Kuroe makan... itu sama seperti membunuh mereka dengan brutal. Tidak diragukan lagi bahwa Tooya tidak pernah mengalaminya, sampai sejauh ini dia tidak pernah memikirkanya sekalipun.
Pada akhirnya, bisakah kau membuat keputusan tentang hidup dan mati orang lain?
★★★
"Apa ada masalah?"
Tiba-tiba dalam perjalanan ke sekolah itu hal pertama yang dikatakan Rikka untuk mendapatkan perhatian Tooya.
"Tidak ada.."
"Bohong.."
Seolah sudah tahu bahwa Tooya berbohong, dia menjawab tanpa ragu-ragu. Saran Kuroe sudah tiba selama seminggu, pada dasarnya Tooya tidak bisa tidur sama sekali di malam hari hanya memikirkan hal itu. Mungkin karena Rikka selalu memperhatikan Tooya, dia tahu Tooya menjadi semakin lelah di pagi hari ketika mereka berjalan ke sekolah.
"Aku tidak bohong.."
Tapi Tooya hanya bisa menjawab ini sama sekali. Mustahil untuk mengatakan kepada Rikka bahwa dia ingin memutuskan siapa yang akan dimakan Kuroe, dan itu membuatnya tidak bisa tidur dengan baik di malam hari.
"Kau bohong.."
Yah, kobongan itu tidak bekerja pada Rikka.
"Hei, Ogami-san.. apa kau tahu sesuatu?"
Karena tidak ada hasil, jadi Rikka mengganti orang... ... menanyakan alasan utama.
"Maafkan aku, aku tidak tahu.."
Tanpa malu-malu, Kuroe pura-pura tidak tahu jawabannya. Saat Tooya membayangkan Kuroe sudah tersenyum nakal. Kuroe adalah masalah Tooya sejak awal, dan sepertinya selalu senang melihat Tooya dalam masalah.
Akibatnya, Tooya menjadi khawatir selama seminggu. Pilih seseorang untuk dimakan Kuroe, itu sama dengan membunuh mereka. Jadi di minggu ini Tooya selalu berpikir siapa orang yang akhirnya ingin dibunuh Tooya.
Anggota keluarga adalah orang pertama yang dikecualikan. Dalam hal ini, hanya ada orang-orang yang belum dia temui. Tetapi jika ada orang mati mereka sudah akan diperhatikan. Jadi membunuh penjahat adalah pilihan terbaik. Kemudian Tooya pergi berselancar di internet untuk menemukan informasi tentang semua penjahat di seluruh Jepang. Kuroe pernah mengatakan bahwa bahkan di luar negeri tidak masalah, tetapi downside adalah bahwa itu bisa mengambil sedikit waktu untuk diurus, jadi objeknya akan dipilih di negara itu sehingga dia dapat memastikan Kuroe tidak melakukan sesuatu yang tidak terduga , dia tidak ingin Kuroe lepas dari pandanganya.
Kejahatan para penjahat yang ditemukan Tooya sangat berat. Tapi tetap saja itu tidak berarti dia harus mengabaikan kejahatan apa yang mereka lakukan dan memilih secara membabi buta, dia juga harus mengerti kejahatan apa yang mereka lakukan. Jadi Tooya juga memilih kejahatan yang lebih serius, isi dari sebagian besar dari mereka cukup menyedihkan.
... ... Meski begitu, Tooya tidak bisa membuat pilihan. Mereka adalah penjahat yang dihina. Tetapi tidak perlu untuk membunuh mereka semua. Tooya benar-benar tidak mencapai titik ini ... Harga Kuroe hanya satu orang.
Tapi, Tooya tidak bisa memilih orang ini. Bahkan jika mereka adalah penjahat tetapi untuk memutuskan cara hidup dan mati mereka sendiri, apakah ini benar-benar baik-baik saja ... Gagasan ini telah tertanam dalam pikiran Tooya.
"Tooya-kun, apa kau baik-baik saja?"
Tiba-tiba Rikka melihat Tooya dengan penuh kekhawatiran.
"Um, iya.."
Tooya tersenyum dengan kuat ... Dan, mengetahui bahwa mereka telah sampai di sekolah.
"Kita semakin dekat dengan sekolah jadi mari berpisah dengan cara ini aku akan pergi ke sana."
"Um.."
Angguk Rikka.. dan menghentikan langkahnya.
"Eto, Rikka?"
"Um.."
"Kenapa kau tidak pergi duluan saja?"
Rikka harus bisa memahami bahwa ini berarti dia harus pergi dulu.
"Karena, aku khawatir tentang Tooya-kun."
"... ... Kamu benar-benar memiliki hati yang besar, jadi silakan saja."
Tapi Rikka tidak bergerak.
"Rikka, kita sudah membuat perjanjian, kan?"
".. ... Tapi, alasan dari perjanjian itu sekarang hilang?"
Rikka terlihat agak ragu, meski begitu dia masih mengatakannya.
"Esaka-kun, mereka hilang.."
Tooya merasakan kata-kata itu seperti menusuk ke dalam hatinya.
"Pergilah cepat."
"Eh?"
Rikka tampak bingung pada Tooya ... Tapi Tooya tidak menghadapinya, karena, Tooya tidak ingin Rikka melihat wajahnya sekarang.
"Baik, baiklah, cepat."
"Um.."
Rikka mengangguk pasrah, dia melihat kebelakang beberapa kali sambil berjalan.
"Itu terlalu berlebihan, Master.."
Hehehe, Kuroe tertawa di sampingnya.
"Gadis itu tidak melakukan kesalahan."
Seperti yang dikatakan Kuroe, Rikka tidak melakukan kesalahan. Tapi, dia tidak ingin Kuroe mengatakannya.
"Kau juga harus pergi dengan cepat."
Tooya berkata seolah menyalahkan ... Lalu Kuroe tertawa lagi.
"Jika ini adalah perintah master."
Dia tersenyum dan berjalan ke sekolah.
"... ... Sial."
Melihat Kuroe, Tooya bergumam.
★★★
... ... Tooya tiba-tiba terbangun di tengah malam. Ruangan itu tentu saja tidak menyalakan lampu. Jelas dia bangun di tengah malam tetapi kesadarannya sangat jernih, kemudian Tooya melihat sekeliling. Dan segera dia menyadari bahwa yang seharusnya ada di sini sudah pergi, ya dia sudah pergi, Kuroe sudah pergi. Tooya mencoba untuk pindah ke ruang di sisi lain tempat tidurnya yang seharusnya ditempati sebagai tempat tidurnya. Ada beberapa selimut dan bantal, tetapi jelas sekali bahwa pemiliknya tidak ada di sini.
"...Kuroe?"
Teriak Tooya. Tapi Kuroe tidak ada di sana.
"Hmm, apakah kau memanggilku, Master?"
Tetapi bertentangan dengan harapan Tooya, ada tanggapan. Suara berlalu dari jendela yang terbuka ke ruangan ... Pada saat yang sama semacam bau menyebar. Dia sudah tahu bau apa itu, Tooya masih tidak bisa memikirkan apa pun. Seolah-olah kepalanya menolak bahwa bau ini sama dengan dari tubuh dari kejadian sebelumnya.
"Dimana kau..?
Tooya mencoba berbica
"Di mana ?, sedikit di sekitar sini.."
Sepasang mata emas bersinar terang di kegelapan
"Tanpa bertanya padaku, kau pergi ...? ”
Kuroe seharusnya tidak diizinkan pergi tanpa izin.
"Itu benar.."
Kuroe segera menjawab.
"Karena ini bagian dari perjanjian.."
Lalu Kuroe tersenyum.
"Katakan, Master... tanggal berapa hari ini?"
Diberitahu oleh Kuroe Tooya melihat jam. Sekarang jam tiga pagi, maka dengan kata lain tanggalnya telah berubah.
"Lalu ... tanggal berapa hari ini?"
Tooya menyadari arti kalimat tersebut, punggungnya menjadi dingin.
"Sa-Satu july.."
Tooya hanya bisa mengeluarkan suara sekecil nyamuk ... Lalu Kuroe sekali lagi tertawa.
"Kalau begitu, Master harusnya tahu ke mana aku pergi, kan?"
Cahaya bulan menyinari Kuroe. Pada saat itu seluruh tubuh Kuroe diwarnai dengan cairan merah cerah yang baunya cukup membuat kepala Tooya merasa pusing.
"Siapa itu..?"
Setelah mendengar pertanyaan Tooya, dia menampilkan senyuman.
"Aku bilang.."
Dia perlahan menjawab.
"Aku pergi di sekitar sini.."
Tooya hanya bisa memikirkan satu tempat pada saat ini.
Dia juga tidak bisa meneriakkan apa yang ada di kepalanya.
★★★
"...!?"
Tooya tiba-tiba menemukan dirinya di ruang kelas. Dia sepertinya berada di kelas sekarang. Setelah mengkonfirmasi ini, Tooya menghela nafas lega.
"M-Mimpi.."
"... Huh"
Tooya menghela nafas, benar-benar ketiduran di kelas. Mungkin karena kurang tidur yang menjadi alasannya... tapi ada yang lebih penting dari itu, pikiran jika dia tertidur maka dia akan melihat kejadian itu lagi di mimpinya.
[[Kau terlihat tidak baik, apa kau baik-baik saja, Master?]]
Tiba-tiba sebuaj suara terdengar di kepalanya, itu adalah Kuroe. Ngomong-ngomong dia jiga bisa menggunakan telepati. Tapi pada saat yang sama, itu membuktikan bajwa dia menyadari Tooya tertidur.
"... Orang jahat yang lucu.." katanya pelan.
[[Itu terlalu berlebihan Master, aku hanya mengkhawatirkanmu]]
Itu hanya basa-basi, dia berbalik dan mendapati Kuroe tertawa. Dia mungkin melihat bahwa Tooya mengalami mimpi buruk
[[Master, jangan buat wajah aneh seperti itu.. bukankah gadis itu mengkhawatirkanmu?]]
Setelah mendengarnya, dia melihat Rikka. Yang mengintip dari samping dengan ekspresi khawatir. Kalau kami tidak di kelas, Rikka pasti akan datang ke sini untuk menanyakan kondisinya. Dengan kata lain dia sadar Tooya dalam masalah.
[[Hehehe, Master selalu dikhawatirkan oleh para gadis]]
Dan Kuroe juga menghitung dirinya sendiri. Tooya benar-benar ingin mengutuknya [[Kau pastinya membuatku jadi bahan senang-senang]].
[[Yah, tidak peduli apapun itu, kau lebih baik cepat memilih]]
Kata Kuroe seolah-olah memperingatkan.
[[Kalau kau begitu, khawatir atau apalah, mimpi buruk dan apa yang tidak akan hilang]]
Itu seharusnya.. benarkan? Sebelum mimpi buruk menjadi kenyataan.
"... Aku mengerti.."
Bahkan sekarang dia belum bisa membuat keputusan.
★★★
Rikka membuat wajah khawatir sepanjang waktu, sementara Kuroe menertawakan adegan ini, Ketika Tooya berjalan pulang di jalan, langkahnya tiba-tiba menjadi jauh lebih berat dan lebih sulit. Jelas dia sangat ingin tidur, tetapi karena takut akan mimpi buruk dan dia tidak bisa tidur. Kuroe masih ada di sekelilingnya. Keadaan ini hanya meningkatkan pikirannya sehingga dia mengusir Kuroe keluar dari kamar untuk malam ini, meskipun begitu dia tidak bisa tidur.
Tidak ada cara lain, dia menyalakan TV untuk menghilangkan rasa kantuk. Tampaknya menjadi berita penyiaran sekarang. Tidak ada yang ingin dilihatnya, sehingga Tooya menatap TV dengan tatapan kosong. Konten pada dasarnya tidak masuk ke otaknya, dia hanya mendengarkannya.
"... Terdakwa Mihara Seiwa, dijatuhkan hukuman mati. Terdakwa Mihara didakwa telah membunuh anak tidak dikenal pada bulan Maret tahun lalu..."
Meskipun hanya sedikit potongan informasi yang masuk ke telinga Tooya. Dari layar TV menampilkan wajah terdakwa sorang pria paruh baya. Setelah itu berita juga membicarakan bagaimana kesedihan keluarga yang anaknya telah hilang.
"... ... Cukup, ini tepat."
Karena pria ini akan mati, maka itu tidak masalah.
"Kuroe.."
"Master, apa kau memanggilku..?"
Kuroe langsung datang ke sisi Tooya.
"Orang ini, sudah kuputuskan.."
"Hmm, benarkah.. aku tahu"
Angguk Kuroe.
Setelah Kuroe mengonfirmasi, kesadaran Tooya menghilang.
★★★
Sampai dia pulih, ruangan sudah gelap. Mungkin dia tertidur ketika ruangan menjadi gelap. Tooya melihat ke arah jam dan mendapati bahwa tanggal sudah berubah. Alasan kenapa ini terjadi mungkin karena akumulasi banyaknya kelelahan saat ini. Ngomong-ngomong dia tidak bisa tidur dengan perut kosong. Saat dia perlahan bangun tiba-tiba dia menyadari sesuatu.
"Kuroe...?"
Tidak ada di sini, Kuroe tidak ada di sini. Tempat tidurnya kosong... dia berpikir dengan kepalanya yang baru saja bangun dari tidur dengan nafas sedikit tenang. Karena ini dan hari di sekolah, skenario mimpi terulang. Jadi dia dengan panik membuka jendela, dia melihat rumah di sebelah rumahnya. Sepertinya tidak ada keributan.
"Lalu, di mana ..."
Tooya tiba-tiba teringat.
Jadi, apakah itu pilihan yang benar-benar tepat?
Saat itu dia sedang berpikir keras
*Cekrek*
"Aku pulang..."
Dari jendela kamar, Tooya melihat Kuroe kembali dan di tangannya ada beberapa benda yang tidak bisa dilihatnya dengan jelas. Karena Kuroe tidak masuk dari jendela, Tapi sangat biasa dari pintu depan, jadi pada awalnya karena ruangan itu terlalu gelap. Tooya mengira Kuroe memegang semangka tetapi pada kenyataannya itu jelas tidak mungkin.
"Ah..!?"
Tapi Tooya tidak sebodoh itu hingga sama sekali tidak menyadari apa itu, ketika dia menemukan kebenaran, Tooya bahkan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
"Orang yang dipilih oleh Master, aku benar-benar memakannya."
Kuroe mengatakan kata-kata yang tak terduga.
"Tapi meskipun sudah dimakan tetapi Master tidak melihat itu ... Tapi jika aku pada akhirnya ditanya apakah aku sudah memakannya atau tidak, itu akan merepotkan, jadi aku membawa buktinya kembali."
Hal semacam itu, jelas tidak diperlukan
"Lihat.."
Kuroe mengangkat tanganya.
Tooya sangat senang karena sekarang sudah larut malam. Bahkan jika dia secara tidak sadar menolak apa yang akan dia lihat, jika ada cahaya dia akan melihatnya.
... ... Dia tidak membiarkan Tooya kabur.
"Hmm, terlalu gelap kau tidak bisa melihatnya.."
『Tidak bisa melihat itu baik』 dia tidak bisa mengatakan kalimat ini.
*Tuk*
Kuroe menekan tombol lampu.
"Hii...!"
Objek yang diterangi oleh cahaya sekitar adalah apa yang dia bayangkan. Jika apa yang dia duga benar, tidak ada yang akan senang melihatnya, akan lebih baik jika tebakannya salah.
"Ini yang Master pilih?"
Ini jelas-jelas Mihara Seiwa. Dengan mata terbuka lebar dan seluruh wajah terdistorsi, bahkan orang bisa melihat itu adalah wajah yang sama seperti di layar TV. Jadi ini tidak diragukan lagi harga Kuroe sebagai pilihan umat manusia untuk dikorbankan. Hal ini, Tooya sekarang sangat menyesal.
"Ahh.. apa ini orang yang kau minta?"
Tooya hanya bisa mengangguk.
"Fufu, berarti ini tidak dibutuhkan lagi.."
Setelah itu Kuroe membuka mulutnya lebar-lebar, meskipun mulutnya lebar. Itu bukanlah ukuran dimana dia bisa menelan kepala utuh secara langsung.
Kemudian Tooya menggeleng sedikit.
Dengan suara mengerikan ini, kepala itu menghilang. Menutup mulutnya dan menjilat bibirnya, Kuroe sengaja membiarkan Tooya melihatnya begitu dia melahap kepalanya, apa yang terjadi bahkan dia tidak mau berpikir.
"Aku sudah menerima bayaran perjanjian. Aku akan menanti untuk bulan depan, Master.."
Setelah itu Kuroe kembali ke tempat tidurnya dan bersembunyi di dalam selimutnya. Tanpa gerakan, terlihat dia benar-benar sudah tidur.
Tapi, hal-hal ini untuk Tooya sekarang tidak masalah.
Tooya sekarang, hanya menyesalinya.
"....."
... Kau harus memilih.
Sudah pasti kau harus memilih.
Dalam hal ini, saran Kuroe jelas benar.
"....."
Tooya tidak punya pilihan. Dia telah merisaukan bagaimana memilih, hanya karena berita yang tidak disengaja, dia dengan santai memilih target.
Jadi Tooya tidak punya perasaan padanya.
Mau itu kebencian.
Mau itu penghinaan.
Mau itu kemarahaan.
Todak ada apapun.
Benar-benar tidak ada.. tapi dia mati.
"Uu.."
Tooya gemetaran. Dia tahu tentang dia hanya beberapa jam yang lalu oleh wajahnya dari layar TV. Tapi ekspresi dalam pikiran Tooya itu tidak bisa dihilangkan. Itu adalah wajah yang penuh ketakutan. Dia sangat takut pada saat-saat ketika kematian muncul di hadapannya dan semua ini adalah kesalahan Tooya.
Membencinya akan menyenangkan.
Merendahkanya akan menyenangkan.
Marah padanya akan menyenangkan.
Jika begitu, Tooya pasti tidak akan menyesal dia pasti tertawa dan mengatakan [[Mampus kau, bajingan]]
Tapi Tooya tidak punya simpati untuknya, dia memilihnya dengan mata mengantuk. Kelelahan tidak bisa dijadikan alasan lagi karena orang mati tidak bisa lagi mendengar kata-kata orang lain. Hanya, secara acak ... Bunuh seseorang seperti menginjak-injak semut, ini adalah fakta yang tidak bisa diubah.
Tooya tentu tahu dia adalah narapidana ... Tapi, hanya itu yang dia tahu, tidak lain dari itu. Jika ini alasan untuk kebencian, bagi Tooya itu terlalu kecil.
Tooya bukan pembunuh.
Maupun pahlawan keadilan yang bisa menjatuhkan hukuman mati kepada orang lain.
Karena Tooya hanya orang biasa tanpa hak untuk melakukan hal seperti itu, ini adalah fakta bahwa tidak ada yang bisa menyangkal dan terasa berat baginya untuk melakukan ini meskipun hanya orang biasa. Jika targetnya adalah mereka yang mengalahkan Tooya, Ensaka-kun dan temannya, Tooya dapat menggunakan ini sebagai alasan untuk perlindungan diri, tetapi tetap saja dia tidak berharap untuk benar-benar membunuh mereka dengan sopan santun. Alasan seperti itu juga bisa dikatakan.
Tapi ini tidak sama. Karena yang terpilih akan mati, Tooya sangat jelas mengetahui hal itu.
"Ua..."
Jadi Tooya mengerang. Menutup mulutnya dan mengeluarkan erangan.
Tooya hanya bisa, melakukan ini.
★★★
Bangunan itu dikelilingi tembok tinggi. Ada seorang pria berdiri di sana.
"Aku datang sebagai tindakan pencegahan ... Tidak menyenangkan mengenai titik ini.."
Pria itu bergumam.
"Itu bisa masuk tanpa memperingatkan tempat yang sangat dijaga dan tidak ada yang memperhatikan ini, dan pergi dengan cara yang sama seperti itu. Butuh tingkat youkai yang kuat untuk dapat melakukan hal semacam ini.."
Pria itu menatap dinding.
"Yang ini ... Mungkin itu benar-benar berbahaya."
Pria itu berkata, sambil mengeluarkan buku catatan dari saku sampingnya.
"Menurut catatan sejarah yang tertinggal ... Ini memang memiliki peluang."
Lanjut ke -> Kare to Hitokui no Nichijou Volume 1 Chapter 3
Chapter sebelumnya -> Kare to Hitokui no Nichijou Volume 1 Chapter 2- Part 2