Epilog: The Daily Life Between Him And Man-Eater.
Lalu seperti biasa pagi tiba.
"Aku pergi!"
Rikka keluar dari rumahnya dengan penuh semangat. Dia tersenyum cerah seperti mereka yang penuh harapan dan impian. Tentu saja bekas luka di wajahnya benar-benar hilang. Sepertinya dia sudah bisa tersenyum dari bagian terdalam hatinya.
"Selamat pagi.."
Untuk Rikka seperti itu, Tooya berbisik. Kata-kata ini tidak mencapai telinga Rikka, dan dia juga tidak melihat Tooya dan langsung pergi ke sekolah.
"Selamat pagi."
Di belakangnya, Kuroe berkata sambil tersenyum.
"… … Selamat pagi."
"Kenapa kau menatapku?"
Kuroe mengangkat bahu.
"Tidak perlu menyapa dua kali."
Dia baru saja menyapaku saat di rumah.
"Begitukah.."
Jawab Kuroe dengan senyuman.
"Jangan melihatku seperti itu.."
"Baiklah.."
Wajah Kuroe menjadi lebih serius untuk sesaat.
"Namun, Master.."
"Apa?"
"Jujur saja, apa ini benar-benar tepat? Tidak menyesali hal semacam ini?"
"...."
"Gadis itu melupakan keberadaanmu, ini keinginan Master sendiri, 'kan?"
"Ya.."
Tooya mengangguk.
"Rikka melupakanku.. inilah keinginanku.."
Mengatakan itu, Tooya berbalik ke Kuroe.
"Karena itu, aku membiarkanmu hidup.."
Ini adalah hasil dari harapan Tooya. Tooya membuat Rikka melupakannya, itulah yang diinginkan Tooya sebagai ganti Kuroe. Dia bahkan tidak bisa merasakan kehadiran Tooya. Kuroe dengan setia menjalankan perintah itu, Rikka benar-benar melupakan Tooya.
"Tapi, aku tidak mengerti.."
"Tentang apa?"
"Kenapa Master memerintahkanku melakukan itu?"
"Aku, hanya berharap dia bisa bahagia.."
Tooya tidak melarikan diri secara langsung dan menjawab.
"Jadi, kenapa dia harus melupakan Master? Tidak peduli dari berbagai perspektif, gadis itu bahagia bersandar dengan Master.."
"Karena itu, aku ingin dia melupakan.."
"Hmm.."
"Jika dia bersamaku, dia tidak akan bahagia.."
Setelah mendengar itu Kuroe memiringkan kepalanya.
"Sangat melodramatik."
Jelas Rikka dan Tooya akan bahagia bersama, tetapi Tooya mengatakan bahwa Rikka tidak akan bahagia.
"Ah, sedikit melodramatik tidaklah buruk untuk perubahan langkah.."
Tooya mengeluarkan kalimat itu.
"Karena aku ingin Rikka menemukan kebahagiaanya.. dimana aku tidak ada dalam dirinya.."
"Master berharap begitu?"
"Yah, aku berharap kebahagian akan datang padanya.."
Ini di dalam harapan Tooya. Dia tahu bahwa dia adalah kebahagiaan yang selalu dicari Rikka, tapi meski begitu Tooya masih melakukan ini tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Rikka. Alasannya, adalah karena Tooya tidak bisa memberikan kebahagiaan Rikka yang dia inginkan darinya.
"Master, kau benar-benar merepotkan.."
Terkejut, Kuroe melihat langsung ke arah Tooya.
"Jika demi gadis itu, kupikir bersama dengan Master adalah pilihan terbaik.."
"Juga bersama pemakan manusia sepertimu di sebelahnya?"
"Jadi kenapa kau tidak membunuhku?"
Dengan santai dia mengatakan itu.
"Mengetahui apa hubungan kita, ini hanya seperti ahki sihir kelas atas dan ahli sihir pemula, kan? Membunuhku tidak akan merugikan Master dan bisa juga membuat Master lebih mengintimidasi gadis itu. Aku 100% yakin gadis itu mau melakukan hal semacam itu juga pada Master.."
"...."
"Atau mungkin kau dapat memerintahkanku untuk menghapus memori Master dan membuatku bunuh diri. Karena ingatan kita tidak terhubung bersama sehingga tidak ada salahnya untuk ingatan Master, karena itu kau dapat terbebas dari semua ini, dan semuanya akan berakhir dengan baik tanpa membahayakan pihak lainya.."
Singkatnya, dia bisa membuat semua hal yang terjadi hingga saat ini menjadi sesuatu yang tidak pernah terjadi sejak awal. Tapi Tooya sudah melakukan bagiannya hingga saat ini dan Kuroe juga melakukan bagiannya, jadi mereka sudah mengatasi kendala apa pun yang menimpa mereka. Mereka harus bersama dalam kasus ini karena mereka sudah melakukan yang terbaik bersama untuk mengatasi hambatan apa pun, itu adalah akhir yang bahagia.
"Aku tidak bisa melakukannya.."
Meski begitu Tooya masih menggelengkan kepalanya.
"Hal semacam ini... aku tidak bisa melakukannya.."
Melupakan pernah bersama, dan Rikka memiliki kehidupan yang bahagia bersamanya setiap hari. Hanya membayangkannya saja, Tooya ingin muntah. Ini adalah cara terbaik baginya dan Rikka, juga untuk masa depan. Tetapi untuk Tooya saat ini, dia tidak bisa membayangkan masa depan seperti itu.
"Hm.. Master benar-benar bodoh.."
"Aa.. aku bodoh.."
"Aku, suka dia.."
Tooya berkata seolah-olah mengerang.
"Aku sangat menyukainya.."
Tooya terdengar seperti menangis.
"Aku bahkan tidak ingat kapan aku mulai menyukainya. Sampai aku menyadarinya sekarang, kita sudah bersama sejak kita masih kecil, aku tidak pernah berpikir tentang kita dipisahkan.."
"Mengapa kau begitu sadar akan perasaanmu, tetapi tidak mengakuinya?"
"Karena, aku bodoh.."
Tooya sekali lagi berkata.
"Ketika aku menyadari perasaanku, saat itu kita masih SMP. Meski aku berpikir untuk menyatakannya, tapi itu tidak kulakukan.. Pada awalnya karena hubungan kami yang sangat dekat, aku takut pengakuan itu akan menghancurkan hubungan sekarang dan aku menyukai pada saat-saat itu. Salah, ini hanya alasan. Pada akhirnya, aku tidak punya keberanian.."
[Benar, aku tidak punya keberanian] kata Tooya.
"Dan juga pernyataanku menjadi lebih ditangguhkan ketika aku mendapati bahwa ayah Rikka melakukan hal semacam itu padanya. Wajh Rikka ketika dia menatapku, benar-benar membuat hatiku hancur. Jadi aku memutuskan ini bukan waktunya untuk menyatakan perasaanki padanya. Aku meyankinkan diriku [ Tunggu saja]. Ayahnya pasti akan menemukan pekerjaan baru, setelah itu menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku padanya. Itulah yang kepikrkan.."
Tapi pada akhirnya ayah Rikka tidak mendapatkan pekerjaan dan hal burukpun tetjadi.
"Dan ... hasil dari aku menunggu saat itu adalah seperti apa yang sudah kau ketahui. Waktu yang tepat untuk mengakui bahwa aku berharap untuk datang segera tidak pernah datang. Dan Rikka dengan raut wajahnya yang biasa, berpura-pura tidak terjadi apa-apa padanya. Melihat itu membuatku ingin membantunya, aku ingin menyelesaikan semua masalahnya. Pada akhirnya akhirnya sampai pada ini. Sebagai ganti atas kebahagiaan Rikka, aku berpisah dengannya dengan menggunakan kekuatan spiritualmu.."
Pada akhirnya, satu-satunya hal yang bisa dilakukan Tooya adalah mengawasinya dari kejauhan. Dan untuk melakukan itu dia pergi ke sekolah yang sama dengan Rikka, tetapi itu tidak berjalan mulus seperti yang dipikirkan Tooya. Karena Tooya terlibat dengan kelompok yang buruk dan diintimidasi menambah beban Rikka alih-alih menguranginya. Rikka sudah memiliki masalah sendiri di rumahnya sendiri dengan ayahnya, dan sekarang Tooya juga menambah bebannya dengan diintimidasi oleh kelompok yang buruk itu. Jadi itu sebabnya untuk mengurangi beban Rikka, Tooya memilih untuk menjauh dari Rikka.
"Seperti drama di TV.."
Kata Kuroe, tanpa membaca suasana.
"Benar juga.."
Tooya tidak bisa membantahnya.
"Mungkin jika aku mengerahkan seluruh keberanianku dan mengakuinya pada saat itu, semua hal pasti akan berbeda dari sekarang, atau mungkin akan lebih baik daripada sekarang. Mungkin aku bisa melindungi Rikka langsung dari perilaku kasar ayahnya. Dia bisa memukuliku alih-alih Rikka jika dia mau, atau mungkin aku bisa membuatnya kembali ke ayah lamanya seperti yang diinginkan Rikka. Jika itu masih tidak berhasil, dan dia masih ingin memukuli Rikka setiap hari, maka aku akan menjadi tamengnya untuk melindunginya.."
Tapi kenyataannya tidak seperti itu, tidak hanya Tooya tidak mengakuinya, dia juga menambah bebannya dengan berada di sisinya, dan yang terburuk adalah dia tidak bisa berada di sana ketika Rikka membutuhkannya, sebaliknya dia selalu mencoba menjaga jarak dari Rikka yang membuatnya lebih sakit. Dan pada akhirnya dia menghapus kehadirannya dalam kehidupan Rikka. Jika dia hanya memiliki keberanian, mungkin dia bisa memperbaiki keadaan dengan Rikka.
Meski begitu, kesempatan itu tidak akan pernah tiba dalam hidupnya.
"[Order of Black Magic] pria itu dipanggil Tanaka, 'kan? Aku sudah sepenuhnya sadar setelah dia menembakku. Setelah mendengar apa yang pria itu katakan, aku tidak bisa tetap bersama Rikka lagi. Jika aku bersama Rikka lebih lama lagi.. mungkin dia juga bisa terlibat dalam masalah ini dan aku tidak menginnginkan itu terjadi padanya selama aku masih hidup. Aku hanya Rikka bahagia.."
"Jadi-"
Tooya meneruskan.
"Aku menyerah untuk bersama Rikka dan memilih bersamamu.."
Kata Tooya tanpa kebingungan, menatap Kuroe.
"Memilih bersamaku, yang artinya mulai sekarang akan ada orang yang mati.."
"Benar.."
"Sementara tidak menyadarinya, tetapi sekarang tidak ada lagi alasan untuk Master?"
Pada awalnya, ketika kontrak dibuat antara dia dan Kuroe, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk membayar harga untuk kontrak dengannya. Yah .. terlepas dari apakah dia membayar atau tidak, orang akan tetap mati. Ini adalah fakta yang tidak bisa diubah. Tapi sekarang Tooya tahu satu hal yang pasti, pemakan manusia di depannya ini akan mati jika dia memerintahkannya untuk mati. Selama dia meninggal maka tidak perlu membayar harganya lagi.
"Aku membutuhkanmu, Kuroe.."
Tooya dengan jelas mengatakannya.
"Memori Rikka sudah terhapus oleh sihir Kuroe, tapi tidak seperti itu" dihapus secara permanen ". Jika ada waktu kubutuhkan untuk mengembalikan memori Rikka, aku akan membutuhkan kekuatan Kuroe sekali lagi, tidak hanya untuk itu, aku juga membutuhkannya untuk menghilangkan setiap orang jahat seperti ayah Rikka. Untuk melakukan itu, kekuatan Kuroe sangat penting.."
Ini adalah salah satu kemungkinan yang diajukan Kuroe sebelumnya. Meskipun Tooya hanya menolak, itu tidak sama sekarang. Jika hal yang sama terjadi lagi, Tooya tidak akan ragu untuk membiarkan Kuroe mengulangi hal yang sama.
"Kali ini, beberapa orang akan mati jadi apakah tidak masalah?"
"Tidak masalah.."
Jawab Tooya tegas.
"Aku berjanji pada diriku, aku akan membunuh apa yang kupikir tidak baik untuk orang-orang.."
"Kau benar-benar jahat.."
Begitulah.
"Tapi juga bodoh.."
Kuroe tertawa.
"Menyerah dengan orang yang kau cintai dan memilih bersama pemakan manusia.."
"Kau benar, aku memang bodoh.."
Meski begitu, Tooya menjawab tanpa ragu.
Melihat Tooya, Kuroe tersenyum.
"Manusia benar-benar menarik.."
Kuroe terlihat sangat bahagia.
"Kita akan telat kalau tidak pergi sekarang.. Ayo cepat.."
Ingin lepas dari senyum ini, Tooya memalingkan muka.
"Hei, Master.."
"Hmm ... Apa?"
Tooya menoleh.
Itu seperti wajah yang tidak lain tidak disebut wajah nakal, tepat di depannya.
"Ha!?"
Tooya buru-buru menarik kembali kepalanya dengan panik, dan menutup mulutnya dengan tangannya.
“Kamu, tiba-tiba, apa yang kamu lakukan! ? ”
Blushing Tooya tidak tahu bagaimana harus bereaksi. sementara Kuroe masih tertawa.
"Kamu membencinya?"
Ucap Kuroe sambil tersenyum.
"Master, baru saja mengatakan kamu ingin bersamaku kan?"
"Itu, itu tidak ada hubungannya dengan ini!"
"Aku pikir ini hampir sama sebagai lamaran.."
"Ha!?
"Jadi, ini responku.."
Kuroe tertawa.
Tidak peduli bagaimana dia melihat Kuroe sedang menggoda Tooya, jadi Tooya menatap Kuroe.
"Aku akan mengatakan ini!"
"Hmm?"
"Aku sangat membencimu!"
Teriak Tooya… Kuroe menatap kosong ke arah Tooya.
"Aku mengerti.."
Aku mengerti.
"Ini yang disebut Tsundere.."
"Tidak sama sekaliiiiiiiiiii!"
Teriakan Tooya bergema di jalanan.
Bersamaan dengan teriakan Tooya, tawa Kuroe juga bergema di sepanjang jalan.
---End of Volume 1---
Lanjut ke -> Volume 2 Prologue
Chapter sebelumnya -> Kare to Hitokui no Nichijou Volume 1 Chapter 4