Chapter 1: He and the Man-Eater and the Transfer Student
"Ada siswa pindahan."
Seperti biasa, mereka berkumpul di atap untuk makan siang. Mashiro mengatakan itu saat mereka tiba. Ekspresinya begitu cerah. Dengan kata lain, kejadian itu sepertinya merupakan peristiwa yang menyenangkan bagi Mashiro…… mungkin karena itu, ia sepertinya tidak menyadari keadaan halus Tooya.
"Aneh, bukan?"
Pada periode ini, apalagi saat ini. Tidak di musim semi tapi musim panas, untuk pindah ke sekolah ini pada waktu yang berlangsung dua minggu ini sebelum liburan musim panas, itu sangat tidak biasa…… dan itu sangat aneh. Secara umum, seseorang biasanya pindah ke sekolah lain setelah liburan musim panas berakhir. Yah, setiap orang punya keadaan sendiri, jadi tidak bisa disimpulkan tanpa syarat.
"Yah, dikatakan bahwa ada banyak situasi di rumahnya."
"Ah."
Jawaban yang diharapkan.
"Sepertinya Mashiro dan gadis itu akrab."
Tiba-tiba Kuroe mengatakan itu.
"Ya!"
Mashiro mengangguk gembira.
"Kuroe-senpai, kau mengerti, kan."
"Karena Mashiro mudah dimengerti."
Jawab Kuroe sambil tersenyum. Yah, dia mudah dimengerti. Ia berbicara tentang topik siswa pindahan dengan minat penuh, dan sepertinya ia mendengar tentang keadaan siswa pindahan langsung dari orang tersebut. Ini berarti bahwa bukan saja memiliki kesempatan untuk berbicara dengan siswa pindahan, mereka sepertinya juga akrab.
"Itu bagus."
"Ya!"
Mashiro mengangguk gembira lagi. Bagi Mashiro yang terisolasi di kelas sudah bisa berteman, Tooya sangat senang dengan itu…….. yah, meski bukan hanya sekedar merasa bahagia. Dia yakin bahwa siswa pindahan tidak tahu Mashiro diisolasi oleh yang lain di kelas. Tidak yakin apakah mereka masih akan bertahan setelah mengetahui itu.
"Baiklah, sebenarnya……"
Tiba-tiba, Mashiro berhenti berbicara meski dia ingin mengatakan sesuatu.
“…….Huh?”
“Ah, yah…….”
“Mungkinkah, Kau membawa gadis itu ke sini?”
Tanya Kuroe.
“………Ya.”
Setelah ragu sejenak, Mashiro mengangguk.
“Aku tahu ini sangat mendadak, tapi karena senpai-senpai menjagaku, jadi aku ingin mengenalkannya…… gadis itu sekarang menunggu di pintu.”
Perasaan Mashiro tidak bisa dimengerti. Tooya dan Kuroe adalah orang yang memberi bantuan kepada Mashiro saat dia dibully, dan semakin dekatn dengannya. Sangat wajar jika dia ingin mengenalkan temannya secara langsung kepada mereka.
“Itu, karena sebenarnya dilarang masuk kesini, jadi aku tahu harus merahasiakannya…… tapi aku tetap ingin mengenalkannya langsung ke senpai.”
“Tidak apa-apa. Tidak baik baginya untuk terus menunggu, bawalah dia ke sini.”
"Aku sangat bersyukur!"
Setelah Tooya menjawab, Mashiro mengangguk gembira dan berjalan ke pintu.
"Anak yang sangat menarik ne."
"Yah."
Tooya setuju dengan Kuroe bahwa Mashiro memiliki banyak ketidaknyamanan sebelumnya. Jadi, bagaimanapun juga, layak untuk berbahagia karena Mashiro bisa berteman.
“Jadi master cobalah untuk tidak menimbulkan masalah.”
“…….Aku tahu.”
Tooya sama dengan Mashiro, seseorang yang terisolasi di kelas. Selanjutnya Tooya lebih dikenal dibanding Mashiro. Mungkin Mashiro bisa dihindari oleh orang lain karena dia bergaul dengan orang yang berantakan…….. agar tidak menyebabkan hal seperti itu Tooya harus bekerja keras untuk menunjukkan sisi baiknya.
“Mereka datang.”
Diikuti kata-kata Kuroe, Tooya melihat ke pintu dan melihat Mashiro berjalan ke sini dengan seorang gadis yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Gadis itu lebih tinggi dari Mashiro, dan tubuhnya sangat ramping. Rambutnya panjang seperti Kuroe dan poni diikat dengan pita rambut yang sepertinya menaungi dahi kecilnya.
“Senang bertemu dengan kalian, namaku Inaba Aoi.”
Dia tersenyum dan memperkenalkan diri.
“Senang, juga bertemu denganmu.”
Tooya salah tingkah karena mereka terlalu dekat. Setengah langkah lebih dekat dari jarak biasa. Dia menatap langsung ke arah Tooya seperti mencoba mencari sesuatu dari mata Tooya.
“Itu…….”
“Jadi kau adalah Tooya-senpai.”
“Ah ya.”
Aoi mengalihkan tatapannya setelah mengangguk.
“Jadi, ini Kuroe-senpai.”
“Ya.”
Kuroe merespon seperti biasa. Mungkin Aoi mendengar nama kami dari Mashiro, tapi anak ini sangat berterus terang untuk memanggil nama kami secara langsung…… walaupun tidak begitu intim, tapi Tooya tidak merasa tidak enak karenanya.
"Mohon bantuannya."
Dari percakapan saat makan siang mereka, Aoi benar-benar anak yang terus terang seperti yang ditunjukkannya sejak awal. Biasanya orang akan berhati-hati dan menanyakan hal-hal secara perlahan pada orang yang mereka temui untuk pertama kalinya, tapi ia langsung langsung ke intinya. Dari alasan mengapa mereka menggunakan atap yang dilarang masuk, sampai mengapa Tooya terisolasi di sekolah. Ia telah menanyakan semuanya.
Hal yang sama untuk Mashiro, sepertinya Aoi mendengar semuanya dari gadis yang duduk di sebelah Mashiro di kelas. Meski begitu, ia tidak memandang Mashiro dengan tatapan aneh atau bahkan menghindari Mashiro seperti yang lainnya, karena itulah ia muncul di sini.
“Karena Mashiro bukan orang yang salah dari apa yang kudengar. Walau mereka tidak ingin terlibat dengan pembullyan, bukankah terlalu jahat untuk menjaga jarak dengan Msahiro hanya karena itu? Kalau kau tahu bahwa mereka akan meninggalkanmu sendirian di saat-saat penting, maka tidak perlu lagi berteman dengan mereka sejak awal.”
Meski itu adalah ucapan yang sangat ekstrem, tapi sepertinya Aoi telah menyerah untuk berteman dengan semua orang di kelas yang dekat dengan Mashiro. Alih-alih membuat banyak teman yang tidak bisa dipercaya, lebih baik hanya memiliki satu teman yang bisa dipercaya……… tapi apakah Aoi benar-benar mempercayai Mashiro yang baru saja dia temui, itu adalah sebuah misteri.
“Selama kita saling bertatap muka, aku masih bisa tahu apakah kau berbohong atau tidak.”
Begitu.
“Jadi kupikir Tooya-senpai tidak perlu khawatir tentang hal itu. Meskipun kau sendirian di sekolah, kau masih memiliki tunangan Kuroe-senpai, kan?
“……..Ah ah, yah.”
Tooya mengangguk ambigu. Meskipun dia mungkin tunangan hebat di permukaan, tapi Kuroe adalah monster serigala raksasa, sebuah eksistensi yang sama sekali tidak bisa dipercaya. Namun, tidak mungkin Aoi tahu tentang ini.
Apalagi, Tooya tidak terlalu peduli dengan fakta bahwa ia diasingkan di sekolah. Meski menurutnya pemikiran Aoi salah sejak awal, tapi kesimpulan mereka sama. Hanya saja pada akhirnya Tooya tidak bisa membuat teman yang bisa dipercaya…… tapi untuk saat ini lebih baik mengatakan bahwa ia merasa lebih santai karena tidak ada orang lain yang peduli padanya.
“Dan mulai sekarang aku juga ingin lebih dekat dengan senpai.”
Aoi tersenyum manis.
“Ah, tentu saja bersama Mashiro.”
Lalu dia mendekati Mashiro dan memeluknya tiba-tiba.
“A-Aoi-chan !?”
“Meski agak panas di sini. Tapi tidak ada orang lain di sini jadi kita tidak perlu khawatir dengan apapun. Ini tempat yang bagus dimana kau bisa tidur siang atau malasan…… akan lebih baik jika kami punya salinan kuncinya.”
“Aoi-chan, Kau telah mengucapkan perasaan sejatimu secara tidak sengaja.”
Apa yang Mashiro bilang itu dikatakan dengan tidak disengaja, tapi sebenarnya Aoi baru saja mengatakannya dengan terus terang.
“Yah, kalau kau bisa memakainya secara rahasia, maka kami bisa memberimu kunci.”
Agar mereka bisa akrab sampai batas ini, Tooya tidak tahan untuk tidak tersenyum dan bukannya merasa tercengang.
“Benarkah!?”
Aoi menunjukkan senyum sombong.
“Aku akan membuatkan sebiji untuk kalian di lain waktu.”
Memang, hal itu merepotkan bagi Mashiro karena dia tidak bisa masuk saat Tooya tidak ada di sini.
[Master.]
Tiba-tiba suara Kuroe terdengar.
[Bukankah kamu punya sesuatu yang ingin ditanyakan?]
Apa yang ingin dikatakan Kuroe pada Tooya untuk konfirmasi ulang. Meski Tooya agak bingung karena sulit menjelaskan kesamaan Aoi dengan orang itu…… dia hanya akan menanyakannya.
“Unm, Aoi?”
Aoi mengatakan bahwa dia ingin Tooya dan Kuroe untuk segera memanggil namanya.
“Apa?”
“Ah—Kubilang Aoi…… apa kau punya kakak perempuan?”
Aoi di Inaba Aoi adalah namanya. Dan nama itu sudah tidak asing lagi… dan Tooya tidak mengira nama keluarga yang langka itu bisa terlihat dengan biasa. Tidak mengherankan baginya untuk berpikir ada hubungan antara Inaba Aoi dan Inaba Akane.
“Yep.”
Aoi langsung menjawab.
“Kakakku dipanggil Inaba Akane…… Kupikir dia sepuluh tahun lebih tua dariku? Tapi dia lari dari rumah saat masih SD.”
“Eh, begitu…….”
Apa yang Tooya tahu tentang Akane adalah dia adalah anggota dari Order of Black Magic. Bagaimanapun, mereka tidak begitu dekat sejak awal. Jadi ini pertama kalinya ia mendengar bahwa dia lari dari rumah.
“Keluargaku tinggal di sebuah kuil kuno…… dan karena itu keluargaku sangat ketat. Kakakku tampaknya tidak bisa menerimanya dan lari dari rumah setelah bertengkar dengan orang tuaku.”
“Eh.”
Seperti yang……. diduga. Mungkin inilah alasan mengapa retorika Akane begitu kasar.
“Rumah Aoi-chan itu kuil!”
Mashiro sepertinya tertarik pada sesuatu berbeda dari apa yang Tooya lakukan.
“Yeah. Tapi di negara yang sangat terpencil.”
“Itu, berarti Aoi-chan adalah seorang pendeta wanita?”
“Yep.”
Aoi mengangguk dan tersenyum.
“Jadi aku tahu ada hal buruk yang melekat pada Mashiro.”
“!?”
Tooya memaksakan dirinya untuk tidak menunjukkan bahwa dirinya goyah.
“Sesuatu yang buruk?”
“Yah, bukan hal yang baik. Meski sepertinya tidak apa-apa sekarang, tapi aku bisa melihat masih ada beberapa fragmen yang tertinggal di tubuh Mashiro.”
Pikiran Tooya mulai menggerutu dan berlari saat Aoi berbicara dengan percaya diri. Kata-kata Aoi bisa dikatakan diarahkan pada inti kejadian baru-baru ini yang terjadi pada Mashiro. Apakah Aoi mengatakan ini karena ia mengetahuinya, atau ia benar-benar merasakannya melalui kekuatan pendeta…… karena Aoi adalah adik Akane, tidak peduli sisi mana itu juga bisa diterima.
“Meskipun fragmen-fragmen itu tidak memiliki kekuatan apapun, namun pada akhirnya itu bukan hal yang baik…… karena itu Mashiro membutuhkan ini!”
Aoi mengambil sesuatu seperti jimat dari sakunya.
“Ini adalah jimat iblis khusus keluargaku! Dengan ini, aku bisa memastikan bahwa roh jahat akan pergi dan mencegah penyakit! Sekarang hanya dua puluh ribu yen! Dan sebagai konsesi, bila sudah rusak masih ada dua cadangan setiap saat!”
“Ah ha ha, bersamaan program penjualannya, Aoi-chan.”
“…… eh, apa aku gagal?”
Mashiro tertawa—-tapi tidak sampai terbahak-bahak, dan Kuroe hanya tersenyum saat Tooya dalam ekspresi terkejut.
“Nah, itu cuma lelucon……”
Aoi batuk dan mencoba mengelabui.
“Aku akan memberikan ini pada Mashiro sebagai bukti persahabatan kita. Meski aku bercanda, tapi sangat bermanfaat, dan memakainya bisa membuatmu aman.”
“Baiklah, terima kasih.”
Karena itu adalah hadiah dari teman barunya, Mashiro dengan senang hati menerimanya. Sepertinya dia sedang memikirkan apa yang Aoi katakan sebelumnya hanya candaan saja……. Bagaimanapun, Tooya berpikir, pada akhirnya di mana awal candaan itu.
[Apa sebenarnya itu, ne?]
Suara Kuroe terdengar di otaknya. Apakah dia tahu apa yang terjadi dengan Mashiro…… tapi ini bukan hal yang penting. Entah dia tahu tentang hal itu, atau dia merasakannya karena kekuatannya sendiri, keduanya akan menimbulkan pertanyaan umum.
Apakah dia tahu tentang Tooya dan Kuroe?
Atau apakah dia merasakan sesuatu?
Ini yang penting. Dan jika itu salah satunya, lalu bagaimana posisinya di depan Tooya dan Kuroe. Apakah dia akan seperti Akane, di sisi Order of Black Magic…… atau sesuatu yang lain.
[Apa yang akan Master lakukan jika dia adalah musuh kita?]
Seperti biasa, ia mengatakan sesuatu yang tidak ingin dipikirkan oleh Tooya. Aoi adalah teman Mashiro, dan juga adik Akane. Apalagi kouhai punya kesan baik terhadap dirinya sendiri……..Tooya benar-benar tidak mau membayangkan bahwa mereka akan menjadi musuh.
“Ah, ya! Apa para senpai punya waktu luang sepulang sekolah hari ini?”
Tiba-tiba Mashiro bertanya.
“Eh…… tidak ada yang harus dilakukan.”
Tooya menjawab sambil menatap Kuroe.
“Aku juga oke”
Jawab Kuroe.
“Aoi-chan?”
“Aku juga.”
Angguk Aoi.
“Bagaimana kalau kita pergi ke stasiun sepulang sekolah? Untuk membuat pesta selamat datang untuk Aoi-chan…….. ayo makan desert atau main game?”
Mashiro menatap Tooya dan yang lainnya dengan penuh harap.
“Yah, uh…… tidak ada yang buruk dengan itu.”
Tooya tidak punya alasan untuk menolak.
“Yah, kupikir itu ide bagus.”
Kuroe tersenyum dan mengangguk.
“Bagiku ini akan jadi sambutan yang bagus! Terima kasih, Mashiro!”
Aoi mengangguk sambil berpegangan erat pada Mashiro.
“Kalau gitu, ayo kita bertemu di pintu depan sekolah seusai sekolah berakhir.”
Dan begitulah akhirnya.
“Ah, yah. Dia jauh lebih biasa dari apa yang aku pikirkan.”
Aoi menjawab dengan nada seperti itu, seperti sedang bercakap-cakap dengan teman yang sangat dekat.
“Kuroe-senpai sedikit mengerikan…… eh, jangan menilai dari penampilan? Oke, mengerti. Karena aku selalu percaya apa yang kau katakana.”
Aoi mengangguk seolah menerima saran itu.
“Mashiro adalah gadis yang baik. Aku telah memberikan jimat kepadanya seperti yang kau katakan kepadaku, seharusnya tidak ada efeknya, kan? Kupikir gadis itu pasti bahagia……… ah, yeah. Aku ingin tetap sebagai temannya jika memungkinkan.”
Apa yang dia katakan tidak terdengar seperti kebohongan.
“Eh, eh. Itu terus menatap ke sini. Kelihatannya sangat tidak menyenangkan bagiku……… biarkan aja sendiri kalau tidak melakukan apapun. Kalau ada yang terjadi maka aku mengambilnya bersama dengan bagian Mashiro…… tidak ada masalah. Aku pasti akan mengikuti apa yang kau katakan.”
Vroom vroom vroom
Saku Aoi bergetar. Ada SMS. Dia mengeluarkan telepon untuk mengkonfirmasi, nama Mashiro tercermin di layar. Sepertinya Mashiro mengatakan kepadanya bahwa ini akan mencapai waktu yang disepakati.
“Yah, waktunya untuk pergi…… ya, Cuma pergi sebentar.”
Setelah menjawab, Aoi membuka pintu toilet dan keluar. Pintu-pintu lain terbuka, kecuali pintu Aoi.
“Yah, lebih baik cepat-cepat.”
Aoi berjalan cepat dan meninggalkan toilet wanita yang kosong.
“Kenapa desert bisa sangat lezat.”
Sambil mengatakan itu di depan Aoi yang dipenuhi banyak kue. Seperti yang mereka setujui, mereka berempat bertemu di pintu depan sekolah dan berjalan ke stasiun. Sambil berjalan mereka berdiskusi untuk pergi makan desert terlebih dahulu. Karena tidak ada yang keberatan, maka mereka pergi ke kedai kopi yang populer dengan kuenya…… dan hasilnya adalah meja tempat mereka duduk-duduk dipenuhi kue.
“Ini sangat lezat.”
Aoi memotong kue dengan sendok besar dan memasukkannya ke mulutnya, wajahnya dipenuhi senyuman tak tertandingi.
“Aku sangat bersyukur, Tooya-senpai.”
“Selama kau bahagia……”
Tooya menghela napas. Semua kue di atas meja adalah traktiran Tooya…….. selalu menjadi seperti ini secara alami. Karena itu atas nama pesta penyambutan Aoi, tentu saja Aoi tidak akan dihitung, dan dia tidak dapat menerima dua perlakuan lainnya… walaupun bukan alasan keseluruhannya.
“Apa lebih baik aku mentraktiran kalian?”
“Oh, tidak masalah.”
Tooya membalas Mashiro, yang dengan wajah cemas. Yeah, itu bukan masalah besar. Bukan seperti dia menentang gagasan Mashiro untuk mentraktir. Tapi dia adalah juniorya, event pedang iblis masih hidup, dia benar-benar tidak ingin ia menghabiskan banyak uang. Dengan cara ini, wajar bagi Kuroe untuk tidak mentraktirnya.
Masalahnya, jumlahnya. Tooya tidak bisa tidak memikirkan apa yang terjadi dengan jumlah ini. Setidaknya ada dua lusin kue di atas meja. Meski masing-masing tidak begitu besar, tapi bukan jumlah di mana empat orang bisa menghabiskannya…… omong-omong sudah cukup untuk Tooya sekarang.
[Luas ini bukan masalah besar]
Suara Kuroe terdengar. Mungkin karena Kuroe bukan manusia. Pikir Tooya, tak ada yang luar biasa meski dia memakan semua kue di toko. Tapi apa masalahnya bagi Mashiro dan Aoi yang orang normal memilih jumlah kue yang sama.
[Untuk anak cewek, desert itu mengisi bagian perut yang lainnya.]
Tapi kamu bukan cewek, bantah Tooya.
[Kamu sangat kasar ne.]
Sebuah gambaran Kuroe mengangkat bahu muncul di otaknya. Tooya menghela napas soal ini.
“Omong-omong Tooya-senpai.”
“Ya?”
“Tentang siang tadi, kenapa kau pikir aku punya kakak?”
Tanya Aoi sambil memakan kue itu.
“Dan reaksimu…… apa kau mengenal kakakku?”
“Itu…….”
Bagaimana seharusnya dia menjawabnya, Tooya kebingungan sesaat.
[Jawab saja kayak biasa dong]
Suara Kuroe terdengar…… yah, ayo kita lakukan itu.
“Yah begitulah. Karena itu adalah nama keluarga yang sangat langka, jadi aku tidak bisa tidak memikirkan kemungkinannya……”
“Memang itu adalah nama keluarga ne, Inaba.”
Aoi mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia menerima jawabannya.
“Apa hubungan antara senpai dan kakakku sangat dekat?”
“Tidak, yah, tidak terlalu dekat…… kami cuma saling bertemu beberapa kali, dan aku bahkan tidak punya cara untuk menghubunginya.”
Harusnya menjadi hubungan musuh bebuyutan, jika dia harus mengatakannya.
“Tapi kalian berdua baru saja bertemu baru-baru ini?”
“Itu…….. yeah.”
Meski bukan di tempat yang bagus.
“Apa dia masih baik-baik saja?”
“…… Yah, baik sekali.”
Bagus sampai ke titik di mana dia bisa membunuh seseorang hanya dengan menggunakan tatapannya.
“Uhm, apa Aoi tidak mau bertemu Akane.”
“Yah.”
Aoi menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada surat darinya sejak dia meninggalkan rumah."
"Begitu ya….."
"Jadi aku merasa terkejut bertemu dengan seseorang yang mengenal kakakku di tempat seperti ini."
Meski kata-katanya tidak bisa mendengar rasa kaget, tapi sepertinya dia tidak berbohong…… yah, Tooya tidak memiliki kemampuan untuk melihat seseorang yang baru dia temui berbohong atau tidak. Paling tidak, dia merasa itu bukan kebohongan yang sengaja dikompilasi.
Jika memang benar, maka kemungkinan Aoi mendengar informasi mengenai Mashiro dari Akane akan……. Kemudian ia mengatakan itu karena kemampuannya sendiri atau memang hanya candaan belaka.
“Bagaimana cara Tooya-senpai mengenal kakakku?”
"Eh, itu…… yah, karena banyak hal terjadi."
"Banyak hal?"
“Ya, segala macam hal.”
“Huh—-”
Tooya tidak tahu apakah dia bisa membodohi Aoi, tapi Aoi tidak bertanya lebih jauh.
“Apa kakakku mendapatkan pekerjaan yang bagus?”
“Eh, itu….. sepertinya.”
“Pekerjaan seperti apa.”
“…..PNS.”
Dia tidak berbohong…… Meskipun Order of Black Magic adalah organisasi informal tapi tetap milik negara.
“PNS heh, pada akhirnya dia mendapat pekerjaan yang sangat solid ne. Maka tidak apa-apa untuk memberitahu ayahku…..tapi suasananya akan menjadi sangat buruk kalau aku menyebutkan namanya.”
Aoi mengeluarkan suara “uh—-”, dan terlihat bermasalah.
“Apa hubungan mereka itu buruk?”
“Sangat buruk.”
Dia selalu bisa meringkas semuanya dengan hanya satu kalimat.
“Karena aku tahu tentang hal itu jadi tidak masalah…… tapi sepertinya dia juga tidak ingin berbicara denganku karena hal itu. Meskipun dia masih peduli denganku saat aku masih sangat kecil.”
Aoi berkata dengan nada nostalgia, saat mengirim kue itu ke mulutnya.
“Itu, haruskah aku membantumu meminta kontaknya saat aku menemuinya lain kali?”
Bahkan Akane tidak akan begitu kejam dengan kakaknya sendiri.
“Meskipun dia akan marah jika dia tahu ini…… tapi tolong.”
“Oke.”
Tooya berjanji.
“Ngomong-ngomong senpai.”
“Ada apa?”
“Bisakah aku memesan lagi?”
“Eh?”
Tooya menatap meja dengan heran, kue itu telah dihapuskan.
“Uhm, bolehkah aku mesan juga?”
Mashiro menatap Tooya dengan malu-malu.
“…….Lanjutkan.”
Tooya mengangguk.
Sepertinyadesert itu benar-benar mengisi bagian perut lain ah.
“Dompetku jadi lebih ringan.”
“Jadilah jantan ne.”
“Yah, meski tidak masalah bagiku…..”
Mereka pergi bersenang-senang di karaoke sekitar dua jam setelah keluar dari kedai kopi, lalu mereka berpamitan dengan Mashiro dan Aoi. Karena tidak ada lagi yang harus dilakukan, jadi Tooya dan Kuroe langsung pulang, dan sekarang mereka berada di kamar masing-masing. Meski kue dan bahkan karaoke juga merupakan makanan yang harus ditraktir oleh Tooya, tapi itu bukan masalah besar. Meski dompetnya jadi lebih ringan, tapi dia sudah banyak menabung sebelum ini, dan hadiah dari inseiden pedang iblis juga memberi banyak uang.
“……..Kuroe, apa pendapatmu tentang Aoi?”
Ini penting. Tiba-tiba kedatangan seorang siswa pindahan. Teman Mashiro. Adik Akane.
“Apa maksudmu?”
“Itu yang kumaksud.”
Tooya dengan paksa mengalihkan pembicaraan kembali ke topik saat Kuroe mencoba mengalihkannya.
“Hmm, seperti apa yang telah Master lihat.”
“Aku bertanya kepadamu karena aku tidak mengerti tentang hal itu.”
Tooya tidak akan peduli jika itu adalah siswa pindahan pada umumnya dan berteman dengan Mashiro, namun apa yang Aoi katakan tentang apa yang terjadi pada Mashiro memang sampai di tengah intinya. Apakah dia benar-benar tahu detailnya…… karena Aoi adalah adik Akane itu sebuah fakta, maka sangat mungkin Aoi memiliki kekuatan khusus. Jika demikian, apakah dia juga merasakan tentang Kuroe.
“Kita pada dasarnya tidak ada bedanya dengan manusia dalam isyarat ini.”
“……Bukankah identitasmu terekspos saat bertemu dengan Tanaka.”
“Dia mungkin menduga dari situasinya.”
Itu berarti bahkan jika Aoi memiliki kekuatan untuk melihat monster, dia juga tidak akan tahu tentang Kuroe. Jika soal dia dan Akane tidak ada komunikasi yang benar, maka kemungkinan mendapat informasi dari sana sangat rendah. Sebagai kesimpulan, kemungkinan dia mengetahui tentang Tooya dan Kuroe…… sangat rendah?
“Apakah Master benar-benar berpikir seperti itu?”
“……..”
Dia selalu pergi ke tempat yang tidak ingin dipikirkan orang seperti biasanya. Meski sudah terbiasa membaca pikirannya, tapi dia tidak terbiasa dengan kebiasaannya.
“…… Aku tidak berpikir begitu.”
Dalam situasi saat ini, tidak ada cukup syarat untuk memberikan penilaian yang tepat. Apa yang Tooya tahu sekarang sama dengan apa yang dipikirkannya, dia tidak merasa Aoi takut pada Kuroe. Keduanya tampak seperti teman normal.
Namun, Tooya tidak menyangka tidak ada masalah sama sekali.
Pindah sekolah pada waktu ini.
Berbicara seperti dia tahu tentang Mashiro.
Adik Akane
………. Ada begitu banyak elemen, tidak mungkin berpikir tidak ada masalah. Jika dia benar-benar mendekati mereka secara tidak sengaja, Tooya pasti akan menhajar dewa yang mengatur kejadian ini.
Tooya tidak akan terkejut jika memang ada masalah….. yang penting adalah.
“Apa dia sekutu kita, atau musuh kita ne.”
Ini dia. Saat ditanya pada tengah hari, Tooya benar-benar tidak mau memikirkan situasinya. Namun, kenyataan akan selalu mengkhianati ekspektasinya tanpa ragu, Tooya sudah sangat mengalami hal-hal buruk semacam ini.
Jika Aoi mendekatinya karena dia tahu tentang mereka, lalu apa tujuannya… apakah dia memperhatikan kehidupan Tooya dan Kuroe seperti Akane?
“Mungkin dia ingin menggunakan kita.”
“Menggunakan……”
“Kekuatan kita adalah sesuatu yang luar biasa untuk dunia ini. Karena kita adalah eksistensi yang tidak bisa ditempatkan dimana saja, maka secara alami mereka harus menaruh kerah pada kita…… bukan tidak mungkin orang ingin memakai kita, kan?”
“………”
Tidak bisa dipungkiri. Setelah melihat keadaan Tooya, Kuroe tersenyum.
“Untungnya, yang memegang kerah adalah Master.”
“…….Apa maksudmu.”
“Itu berarti kamu mudah dimanipulasi.”
Tegas Kuroe……..tetapi Tooya tidak bisa menyangkalnya. Kekuatan Kuroe memang luar biasa, dan orang yang memiliki kekuatan ini adalah monster yang sangat licik dan pemakan manusia. Sangat berbahaya untuk mempertimbangkan bagaimana menggunakan Kuroe secara langsung, tapi itu masalah lain jika Tooya adalah lawannya.
“Aku harus bilang bahwa Order of Black Magic itu sangat naif. Mungkin mereka berpikir bahwa meminimalkan risiko akan lebih baik daripada menggunakannya secara acak…….. jika seseorang mencoba memanipulasi master, maka orang itu pasti akan mencoba cara yang lebih radikal.”
“Tapi sepertinya dia bukan anak seperti itu.”
“Apakah menguasai seseorang yang bisa melewati sifat orang lain hanya satu hari?”
“……….”
Tentu itu mustahil.
“Dan orang yang ingin menggunakan Master, bukan berarti dia jahat?”
“………Apa maksudmu.”
“Sebagai contoh. Secara umum pembunuhan itu jahat. Tapi tidak setiap pembunuhan terjadi karena kedengkian, kan?”
“Itu …..”
Memang. Pembunuhan itu jahat, tapi kadang kala itu keluar dari niat baik. Karena ada orang yang membunuh orang lain karena keinginan mereka, tentu saja ada situasi dimana orang membunuh orang lain untuk melindungi orang lain. Polisi menembak seorang pembunuh brutal, tapi dia tidak bisa disalahkan karena kejahatan dalam situasi itu.
“Jadi, ada situasi dimana dia menggunakanku untuk niat baik?”
“Tapi itu hanya sesuatu yang dia duga.”
“…… Hal semacam itu—”
Tooya tidak bisa membayangkannya.
“Yah, faktanya tidak akan berubah apa pun motifnya.”
Ejek Kuroe.
“Apakah itu berbahaya atau baik, membunuh masihlah membunuh, dan menggunakan kita masihlah menggunakan kita ne”.
Kuroe menatap Tooya dengan gembira.
“Ya kan?”
Dia seperti mencari kesepakatan……….Tooya mengerti itu. Lagi pula, Tooya sendiri juga membunuh orang. Tapi itu bukan karena kedengkian. IA tahu bahwa ia adalah yang terburuk untuk apa yang ia lakukan, dan mengerti bahwa ia sendiri sama sekali tidak memiliki niat baik, ia bahkan membunuh orang bukan karena ingin membunuh.
Namun, ia sebenarnya mengatakan bahwa itu tidak masalah.
…… Dia sengaja meminta konfirmasi meskipun tahu segalanya.
“Itu sebabnya kubilang manusia itu sangat menarik ne.”
Kuroe tertawa terbahak-bahak dari hatinya.
“Ah0—-Aku lelah……”
“Terima kasih atas kerja kerasmu.”
Tanaka memuji Akane yang memasuki kamarnya dan memancarkan rasa letih seperti yang dia katakan. Akane rebahan di sofa seperti biasa setelah ia melambaikan tangan sebagai jawaban.
“Kamarku bukan lounge.”
Tanaka duduk di depan mejanya dan mengangkat bahunya.
“Lebih dingin di sini.”
“Lounge di sana juga punya ruang ber-AC.”
“Penuh dengan bau keringat.”
“Mereka itu bawahanmu.”
“Bahkan jika memang begitu, keringat tetaplah berkeringat.”
Ini sudah menjadi kebiasaan, jadi Tanaka cuma menerimanya.
“Lupakan saja…… aku ingin menanyakan sesuatu padamu.”
“Ah?”
“Ada beberapa informasi yang aku khawatirkan dalam laporan pengawasan dua orang tersebut.”
“Apakah aku pernah melakukan hal seperti itu lagi setelah ini juga?”
“Tanda-tandanya masih tumbuh, jadi kita tidak bisa begitu saja mengabaikannya.”
“Itu benar.”
Meski bertukar kontrak dan bisa dipercaya, tapi tak lebih dari sekedar kejadian. Sebuah malapetaka mungkin terjadi bahkan jika ada sedikit kelainan. Jadi tidak mungkin mengesampingkannya.
“Lalu, apa yang harus dilakukan denganku? Sejujurnya aku sudah bekerja sepanjang hari.”
“Aku tahu.”
Karena ada preseden sehingga Akane bisa dipertimbangkan di bawah semi-pengawasan.
“Sebenarnya, sekolahnya punya siswa pindahan.”
“Begitu ya? Benar-benar langka pada saat ini, tapi rasanya sama sekali tidak mungkin.”
“Meskipun itu adalah…… Aku sedikit khawatir dengan namanya.”
“Ah?”
“Kemudian, aku melakukan penyelidikan singkat.”
Tanaka melihat sesuatu seperti informasi, lalu melirik Akane.
“Dia tampaknya adalah adikmu.”
“!?”
Mata malas Akane terbuka lebar beberapa saat. Dia cepat bangkit dan menatap Tanaka.
“Barusan, apa yang kau bilang?”
“Kau tidak perlu bertanya lagi kan, kupikir telingamu tidak seburuk itu.”
“Oke tolong katakan lagi.”
“Adikmu pergi ke sekolah yang sama dengan Kamisaki Tooya dan Oogami Kuroe.”
“…….”
“Inaba Aoi, dia adikmu kan?”
“…… Yeah, yeah.”
Akane mengangguk dan membuang muka.
“Asalkan bukan orang lain dengan nama yang sama.”
“Namamu ada dalam daftar keluarganya, dan tempat kelahirannya sama dengan rumahmu.”
“…….gitu.”
Akane menghela napas dan menjawab seperti mencoba melepaskan diri dari kenyataan.
“Jadi, apa yang dilakukan orang itu?”
Dia kembali menatap Tanaka sekali lagi dan bertanya.
“Tidak, tidak ada apa-apa untuk saat ini. Dari status quo, dia berteman dengan Kuromine Mashiro, lalu mengenal Kamisaki-san dan Oogami-san melalui dia…… karena dia memiliki nama keluarga yang familier jadi aku melakukan penyelidikan, hanya itu.”
Dia menegaskan lagi bahwa dia memang adik Akane melalui jawaban dari Akane.
“Apakah kau tidak tahu tentang ini?”
“…… Aku tidak pernah berhubungan dengan keluargaku sejak aku kabur dari rumah. Mereka seharusnya tidak tahu bahwa aku bekerja untuk Order of Black Magic.”
“Kupikir juga begitu.”
Tanaka memang tahu sesuatu tentang urusan Akane. Kabur dari rumah karena bertengkar dengan orang tuanya, maka Order of Black Magic tertarik padanya saat dia bekerja sebagai penyihir di kampung halamannya. Karena dia akan menunjukkan kejijikan yang eksplisit, maka topik rumahnya bisa dianggap tabu di antara para staf.
“Apakah orang itu datang ke sini sendirian?”
“Sepertinya begitu. Dia sepertinya sedang menyewa kamar di apartemen berdasarkan informasi yang diberikan oleh sekolah tersebut.”
“Alasan kepindahan?”
“Karena keluarga, situasi yang mendetail tidak didokumentasikan.”
“Tsk.”
Akane mendecakkan lidahnya.
“Ini masalah yang menarik, aku belum mendalaminya.”
Tanaka berkata dengan senyum masam.
“Order of Black Magic tidak melakukan apapun?”
“Tidak ada alasan untuk melakukan tindakan…….. tapi bahkan jika dia bukan adikmu, agak mencurigakan memiliki seorang siswa pindahan pada saat ini dan mencoba mendekati keduanya.”
Mungkin, Tanaka bertanya.
“Kau tahu alasan bagi kita untuk mengambil tindakan?”
“…….Siapa tahu.”
Akane membuang muka.
“Begitukah.”
Maka Tanaka pun berhenti bertanya.
“Sekali lagi, dalam situasi saat ini tidak ada alasan bagi Order of Black Magic untuk mengambil tindakan. Karena ini adalah masalah di antar keluarga, aku menyarankanmu untuk mengatasinya secara pribadi.”
“……… Ah ah, aku akan melakukan itu.”
Jawab Akane, lalu bergumam dengan suara lembut.
“Akan kutunjukkan bagaimana aku melakukannya.”
Previous
Next
Kare to Hitokui no Nichijou V3 Chapter 1 Bahasa Indonesia

Hinagizawa Groups
... menit baca
Dengarkan
Sebelumnya
...
Selanjutnya
...